• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teori

2.1.3. Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan ini akan membahas tentang pengertian dari karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.

2.1.3.1. Pengertian dari karakter

Karakter berasal dari Yunani dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam (Bagus dalam Kurniawan, 2013:28). Suyanto dalam Kurniawan (2013:28), mendefinisikan karakter adalah sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas dalam diri seseorang. Karakter adalah sesatu yang sangat penting demi tercapainya tujuan hidup manusia. Sejalan dengan definisi tersebut, karakter merupakan dorongan pilihan seseorang sebagai penentu hal yang terbaik dalam hidup seseorang (Samani dkk, 2011:22). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Samani, dkk (2011:42), karakter adalah akhlak atau budi pekerti serta kejiwaan yang membedakan seseorang dengan yang lain. Kementrian Pendidikan Nasional dalam Samani, dkk (2011:42) berpendapat bahwa karakter adalah nilai-nilai yang baik yang ada dalam diri seseorang dan dituangkan dalam perilaku.

Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang mengandung nilai, kemampuan, dan moral (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakter adalah suatu nilai perilaku yang menjadi ciri khas manusia yang berhubungan dengan sikap, moral, dan keterampilan.

2.1.3.2. Karakter kebangsaan

Karakter bangsa merupakan kualitas yang dimiliki oleh bangsa yang memiliki ciri khas yang baik tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa sebagai hasil dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, olah raga (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Karakter kebangsaan

berlandaskan dengan filsafat Pancasila artinya setiap aspek dari karakter harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, untuk keterangan yang lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:20-21):

1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain dapat saling menghormati dan saling bekerjasama dengan umat agama lain, tidak memaksakan agama dan kepercayaan orang lain.

2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

Karakter kemanusiaan seseorang tercermin dalam persamaan derajat, hak dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, saling menghormati, saling bekerjasama dan bergotong royong dengan orang lain, dan lain sebagainya. 3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

Karakter kebagsaan seseorang tercermin dalam sikap persatuan, kesatuan, dan kepentingan bersama, rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung tinggi bangsa Indonesia, dan lain sebagainya.

4. Bangsa yang demokratis menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain dan kepentingan negara, tidak memaksakan kehendak orang lain, mengutamakan musyawarah bersama dan memutuskan pendapat secara bersama demi kepentingan bersama, dan lain-lain.

5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

Karakter keadilan sosial seseorang tercermin dalam perbuatan yang mencerminkan sikap gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain, dan lain sebagainya.

2.1.3.3. Pendidikan karakter kebangsaan

Pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai karakter kebangasaan. Pendidikan karakter kebangsaan yaitu usaha yang dilakukan oleh suatu negara atau pemerintah melalui proses pendidikan dan pembelajaran guna mewujudkan kehidupan suatu bangsa dan negara dengan dasar ideologi, bermoral, bertoleran,bergotong royong, berakhlak mulia, berbudaya, dan berdasarkan Pancasila yang dijiwai oleh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Keempat bagian tersebut akan dijelaskan secara lebih lanjut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:22).

1. Karakter yang bersumber dari olah hati

Olah hati adalah kemampuan hidup manusia yang bersumber dari hati untuk mengelola aspek-aspek spiritual yang membentuk karakter manusia (Yaumi, 2014:53). Karakter yang bersumber dari olah hati adalah sebagai berikut: beriman dan bertakwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir

Olah pikir adalah berkaitan dengan otak, pikiran, dan cipta (Yaumi, 2014:45). Karakter yang bersumber dari olah pikir diantaranya adalah sebagai berikut: cerdas, kritis, kreatif, inovativ, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.

3. Karakter yang bersumber dari olah raga

Olah raga merupakan suatu bentuk akivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh atau jasmani (Yaumi, 2014:56). Karakter yang bersumber dari olah raga diantaranya adalah bersih dan sehat, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa

Olah rasa lebih cenderung pada emosional, empati, perasaan moral (Yaumi, 2014:50).karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa adalah sebagai berikut: kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmoplit (mendunia), mengutamankan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Karakter olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetika, dan olah rasa dan karsa juga terdapat di dalam tradisi ruwatan. Oleh kerena itu, peneliti akan menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan.

2.1.3.4. Pendidikan karakter dalam tradisi ruwatan

Karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan diantaranya meliputi olah hati meliputi bersyukur kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan ketika tradisi ruwatan telah selesai diselenggarakan, keluarga menyediakan makanan tumpeng untuk disantap bersama oleh para warga. Olah pikir meliputi reflektif, hal tersebut ditunjukkan ketika pemotongan rambut anak yang diruwat. Hal tersebut melambangkan bahwa anak harus membuang pikiran yang buruk dan melakukan yang baik. Olah raga/kinestetika meliputi berdaya tahan dan tangguh hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak yang diruwat menerima srah-srahan yang berupa kelapa, tebu wulung, dan bunga melati. Hal tersebut melambangan bahwa seseorang harus memiliki ketangguhan dan berdaya tahan yang kuat . Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan, hal tersebut dapat ditunjukkan ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan tradisi ruwatan, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong untuk membantu mempersiapkan pelaksanaan tradisi ruwatan.

Agar anak memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tardisi ruwatan. Peneliti membuat buku cerita anak tentang tardisi ruwatan. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut tentang buku cerita anak.

Dokumen terkait