• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel Kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati adalah 0.864 menunjukkan bahwa ada hubungan dengan arah positif antara pemahaman dan penghayatan kepemimpinan Pater Jules chevalier dengan spiritualitas hati. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi korelasi sebesar 0.000 pada taraf signifikan 0,05. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukan bahwa semakin rendah pemahaman

kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati yang dihadapi anggota MSC maka semakin rendah penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritua

MSC, maka kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritua

kepemimpinan an spiritualitas hati yang dijalankan. Sebaliknya, semakin tinggi pemaha

litas hati yang diterapkan. Sebaliknya, semakin tinggi pemahaman kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati yang dihadapi anggota

semakin tinggi pula penghayatan

litas hati yang dilaksanakan dalam tugas perutusan.

Berikut ini adalah pembahasan masing-masing sub variabel pemahaman dan penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati.

a. Kepemimpinan Dalam Komunitas

Hasil penelitian terhadap variabel kepemimpinan komunitas dengan indikator; tidak menguasai dan dikuasai, tidak bertindak single fighter, menyampaikan aspirasi, bertanggungjawab mengurusi komunitas, menjadi motivator, membimbing dan menjamin hidup anggota, memperhatikan kebutuhan jasmani dan rohani para anggota, dan mendelegasikan suatu tugas, mengatasi konflik, memecahkan persoalan dengan kepala dingin dan bijaksana menunjukkan signifikan dengan penghayatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi sebesar – 0.779 untuk pemahamandan 0.614untuk penghayatan pada taraf signifikan 0,05. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukan bahwa semakin rendah pemahaman kepemimpinan dalam komunitas dengan spiritualitas hati yang dialami anggota MSC, maka semakin rendah penghayatan

komunitas deng

man kepemimpinan komunitas dengan spiritualitas hati yang dihadapi anggota MSC, maka semakin tinggi pula penghayatan kepemimpinan komunitas dengan spiritualitas hati yang dilakukan anggota MSC dalam tugas perutusannya.

b. Persaudaraan

Hasil penelitian terhadap variabel persaudaraan yang mencakup: memperhatikan orang miskin dan terlantar, mempercayai orang lain, membantu sesama, mengikuti acara bersama, tidak mempersoalkan perbedaan, memperhatikan sesama dengan tulus, mendampingi sesama menunjukkan signifikan dengan penghayatannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi sebesar 0.757 untuk pemahaman persudaraan dan 0.692 untuk

Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukan

an keputusan. Arah sitif dan signifikan ini menunjukkan bahwa semakin rendah pemahaman lam

penghayatan persaudaraan.

bahwa semakin rendah pemahaman dialami anggota MSC semakin semakin rendah penghayatan yang laksanakan. Sebaliknya, semakin tinggi pemahaman, maka semakin tinggi pula penghayatan yang dilaksanakan.

c. Pengambilan Keputusan

Hasil penelitian terhadap variabel keputusan yang mencakup: tidak memihak, mengikuti aturan, tidak menghakimi, menghargai kemampuan sesama, rajin belajar, membuat keputusan dengan adil dan berperikemanusiaan, menghargai proses, tidak memihak, mendengarkan suara hati, mempertimbangkan menunjukkan signifikan dengan penghayatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi sebesar 0.735 untuk pemahaman pengambilan keputusan dan 0.581 untuk penghayatan pengambil

korelasi yang po

da pengambilan keputusan maka semakin rendah penghayatan yang dilaksanakan. Namun, sebaliknya jika semakin tinggi pemahaman dalam pengambilan keputusan maka semakin tinggi pula penghayatan terhadap pengambilan keputusan.

Hasil penelitian terhadap variabel komunikasi dengan indikator : membangun dialog yang sehat, memahami orang lain, menasehati dengan penuh cinta kasih, mewartakan kasih Allah, menerima orang lain apa adanya, bertutur kata sopan, lemah lembut dan rendah hati menunjukkan signifikan dengan penghayatannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi sebesar 0.591 untuk pemahaman komunikasi dan 0.531 untuk unikasi. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukkan

njukkan signifikan dengan pemahamannya. Hal ini ilai korelasi sebesar 0.749 untuk penghayatan hidup rohani dan 0.577. Arah k

penghayatan kom

bahwa semakin rendah dalam mengetahui komunikasi yang baik dan benar berpengaruh terhadap penghayatan yang rendah pula, demikianpun sebaliknya. Jika komunikasi dilakukan dengan cara yang baik dan benar maka akan memperoleh penghayatan yang baik juga dalam berkomunikasi.

e. Hidup Rohani

Hasil penelitian terhadap variabel Hidup rohani dengan indikator: rajin berdoa, mencari kehendak Tuhan, mengampuni dan memaafkan orang lain, percaya kepada Tuhan, menyerahkan hidup pada Tuhan, mendalami hati Kristus secara utuh, merenungkan Yesus Kristus menu

dapat dilihat dari n

orelasi yang positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa semakin rendah dalam memahami hidup doa maka akan berakibat terhadap penghayatan yang semakin rendah. Sebaliknya bila pemahaman hidup rohani baik maka semakin tinggi penghayatannya dalam mengolah hidup rohaninya.

f. Hidup Bersama

Hasil penelitian terhadap variabel hidup bersama dengan indikator : menghargai setiap pribadi, membaktikan segala kemampuan bagi hidup bersama, memperhatikan satu

sama lain, mensuport sesama, rela berbagi, bertanggungjawab, merasa memiliki komunitas menunjukkan signifikan dengan penghayatannya. Hal ini dapat dari nilai signifikansi korelasi yang diperoleh sebesar 0.712 untuk pemahaman hidup bersama dan

p bersama. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunj

ng diperoleh sebesar 0.637 untuk pemahaman spirit dan 0.514 untuk pengha

mimpinan dan spiritualitas hati. Demikianpun sebaliknya jika, pemahaman terhada

ati dalam penelitian ini semuanya menunjukkan signifikan dengan penghayatan.

0.721 untuk penghayatan hidu

ukkan bahwa semakin rendah pemahaman dalam hidup bersama maka semakin rendah pula dalam menghayati hidup bersama. Demikianpun sebaliknya jika, pemahaman terhadap hidup bersama baik maka penghayatan terhadap hidup bersama dalam tugas perutusan akan semakin baik pula

g. Spirit Pater Jules Chevalier

Hasil penelitian terhadap variabel spirit dengan indikator : melayani sesama, berani berkorban, tidak sombong dan tidak mutung (patah arang), berbelarasa, tidak terikat dengan hal duniawi, mau repot dan direpot dan direpotkan, mempunyai cita rasa humor yang baik, memperhatikan orang miskin dan terlantar, ulet dalam menghadapi kesulitan, hidup sederhana menunjukan signifikan dengan penghayatannya. Hal ini dapat dari nilai korelasi ya

yatan spirit. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa semakin rendah pemahaman dalam spirit maka semakin rendah pula dalam menghayati semangat kepe

p spirit baik maka penghayatan terhadap spirit dalam tugas perutusan akan semakin baik pula.

Dari ketujuh sub variabel pemahaman kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas h

Dengan melihat hasil penelitian ini sangat diharapkan setiap anggota MSC untuk mendalami lagi semangat kepemimpinan Pater Jules Chevalier dan spiritualitas hati agar dari hari ke hari mampu menghadirkan kualitas hidup sebagai pemimpin yang berspiritualitas hati.

Menjadi anggota MSC berarti memahami secara benar kualitas kepemimpinan Pater J

sisi lamany

komunitas / karya sebanyak 1-3 kali berjumlah 22 orang atau 55%. Ini berarti mereka

ules Chevalier serta menghayati spiritualitas hati sebagai pedoman arah dalam menjalankan misi tarekat. Hal ini mengandung arti bahwa segi kognitif untuk memahami kepemimpinan yang diwariskan Bapa Pendiri terus menerus ditumbuhkembangkan dalam hidup dan karya.

Hasil deskripsi data menunjukkan umur responden yang menjadi anggota MSC terkategorikan usia produktif berkisar antara 20-40 tahun sebanyak 23 orang atau 57.5%. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk kurang memahami dan menghayati kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati. Hal kedua dilihat dari

a hidup membiara. Dalam tarekat MSC Indonesia, Daerah Jawa Tengah dengan karakteristik lamanya hidup membiara yang berusia 1-10 tahun sebanyak 21 orang atau 52.5%. Hal ini mempengaruhi rendahnya dalam memahami dan menghayati kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati dalam tugas perutusan.

Hal ketiga dilihat dari karakteristik pernah tidaknya menjadi pemimpin komunitas/karya. Berdasarkan data yang dihimpun jumlah responden yang pernah memimpin

belum mempunyai pengalaman yang memadai dalam memimpin, artinya pengalaman memimpin yang minim akan menyebabkan juga tingkat pemahaman dan

penghayatan terhadap kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati menurun.

Hal keempat dilihat dari sisi karakteristik tugas pelayanan sekarang bahwa responden lebih dominan menjabat sebagai pastor paroki sebanyak 12 orang atau 30%. Ini berarti tugas tersebut masih perlu diperhatikan lagi oleh pemimpin provinsi dalam menempatkan tugas kekaryaan kepada para anggota. Perlu diperhatikan juga kualitas hidup para anggota.

Hal kelima dilihat dari sisi karakteristik pernah tidaknya mengikuti pendidikan kepemi

penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan

ehidupan yang kondusif dalam kehidupan bersama anggota komunitas / karya umat yang dilayani.

den

Pat urni dan konsekuen di mana pun

2. K

mpinan. Berdasarkan data yang dihimpun ternyata yang paling banyak belum mengikuti pendidikan kepemimpinan sebanyak 18 orang atau 45%. Hal ini berarti semakin banyak responden yang tidak mengikuti pendidikan kepemimpinan akan berpengaruh pada pemahaman dan

spiritualitas hati.

Melihat begitu minimnya responden memahami dan menghayati kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati, maka menjadi sangat sulit untuk bisa mewarnai k

maupun dengan

Seorang MSC akan mampu menjalankan kepemimpinan Pater Jules Chevalier gan spiritualitas hati apa bila ia mampu memahami dan menghayati kepemimpinan er Jules Chevalier dengan spiritualitas hati secara m

ia berada. eterbatasan

a.

ta MSC Jawa Tengah.

. Data yang diperoleh berasal dari kuesioner dan wawancara sehingga kualitas

responden akan sangat mempengaruhi kebenaran hasil penelitian ini, namun kurang ada

Bagi Anggota Tarekat MSC Indonesia Daerah Jawa Tengah

kan bahan-Penulis tidak mengadakan observasi dalam penelitian ini, sehingga data yang diperoleh kurang begitu lengkap, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan waktu yang disediakan oleh anggo

b

kesimpulan tergantung dari kejujuran responden dalam memberikan jawaban pertanyaan dan mengisi kuesioner yang dibagikan. Kejujuran yang diberikan oleh

nya kejujuran dari responden akan mengakibatkan adanya bias dalam pengambilan kesimpulan.

E. Bentuk-Bentuk Usaha Pembinaan Dalam Meningkatkan Pemahaman Dan

Dokumen terkait