HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PATER JULES CHEVALIER DENGAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI DALAM KONGREGASI MSC
INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH MASA KINI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh : Marselinus Lilo NIM : 031124035
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
Kepada
Tarekat Misionariorum Sacratissimum Cordies Iesus (MSC)
Misionaris Hati Kudus Yesus
Khususnya Seluruh Anggota dan Para Pemimpin Karya / Komunitas MSC Provinsi
Indonesia Daerah Jawa Tengah,
Keluarga besar Embu Gela Buungenda Flores NTT
dan
Para Pencinta Hati Kudus Yesus
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau
bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Agustus 2007
Penulis
Marselinus Lilo
MOTTO
“Ya Tuhan, Jadikanlah Aku Lemah Lembut dan Rendah Hati Seperti Hati-Mu”
( Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PATER JULES CHEVALIER DENGAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI DALAM KONGREGASI MSC INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH MASA KINI”dipilih berdasarkan fakta pentingnya mengetahui hubungan kepemimpinan Pater Jules Chevalier yang telah diwariskan oleh Pater Pendiri Tarekat MSC dan menggali lebih mendalam lagi penghayatan spiritualitas hati yang telah dihidupi oleh anggota MSC Indonesia daerah Jawa Tengah dalam tugas perutusannya saat ini. Permasalahan mendasar dalam skripsi ini adalah seberapa besar hubungan antara kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan penghayatan spiritualitas hati pada anggota MSC daerah Jawa Tengah dalam tugas perutusannya.
Kepemimpinan Pater Jules Chevalier bersumber pada Yesus Kristus sebagai Gembala Yang Baik. Dalam kepemimpinannya, Pater Jules Chevalier selalu berusaha sedapat mungkin agar para konfraternya tidak merasa dikuasai. Ia tidak akan memperlakukan mereka seperti seorang majikan yang berkuasa, tatapi memimpin dengan Keramahan, Kelembutan hati dan Cinta kasih.
Spiritualitas hati yang menjadi penghayatan anggota MSC adalah spiritualitas hati yang bersumber pada Hati Kudus Yesus. Hati Kristus menampakkan cinta Allah Bapa yang berbelas kasih merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit zaman. Melalui Hati Yesus anggota MSC dapat bercermin di kala memberikan kesaksian tentang Kasih Allah itu kepada dunia.
Teknik pengumpulan data digunakan teknik wawancara dan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua kelompok, kelompok pertama tentang pemahaman kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati sedangkan kelompok kedua tentang penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian terhadap semua responden dalam suatu tempat tanpa mempergunakan sampel. Jumlah responden sebanyak 40 orang. Penelitian ini disebut penelitian populatif.
Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi product moment
dari Pearson dengan bantuan SPSS for Windows versi 13. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini dengan taraf signifikansinya (
r
xy) = 0.000; p< 0,05.Koefisien determinasinya
r
² xy= 0,000. Besaran korelasi antara kepemimpinan PaterJules Chevalier dengan penghayatan spiritualitas hati yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan angka positif yakni 0.864.
Hubungan yang positif ini menjelaskan bahwa adanya peningkatan pada taraf pemahaman kepemimpinan Pater Jules Chevalier berpengaruh pula pada tingkat penghayatan spiritualitas hati anggota MSC Jawa Tengah atau pun sebaliknya.
Untuk meningkatkan dimensi pemahaman dan penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati pada anggota MSC Jawa Tengah diusulkan: setiap anggota MSC Jawa Tengah baik secara pribadi maupun komunal sedapat mungkin menggali kembali pola kepemimpinan Pater Jules Chevalier dan spiritualitas hati yang tertuang dalam konstitusi maupun statuta tarekat MSC Indonesia secara berkala seperti yang diusulkan dalam penelitian ini.
ABSTRACT
The title of this research is “THE RELATIONSHIP OF JULES CHEVALIER’S LEADERSHIP WITH HEART SPIRITUALITY COMPREHENSION IN THE MSC CONGREGATION OF THE INDONESIAN PROVINCE AT CENTRAL JAVA NOWADAYS”. This is choosen based on the fact of how important to know the relationship of Father Jules Chevalier’s leadership – the Founding Father of MSC Congregation – that is inherited by him is and to deepen the comprehension of Heart Spirituality that is lived by each member of MSC of Indonesian Province at Central Java in their duty to God and mission today. The fundamental problem of this research in how far the relationship between Father Jules Chevalier’s leadership with the comprehention of Heart Spirituality of each member of MSC at Central Java in their mission is.
The source of the leadership of Father Jules Chevalier is Jesus Christ as A Good Shepherd. In his leadership, Father Jules Chevalier always has had an effort as well as possible to create a situation so that all his confrers do not feel dominated. He has never treated them like a mighty master, but has led them to religious fraternity hospitality, console, and great love.
Heart Spirituality, that is the comprehension of each member of MSC, is sourced by the Sacred Heart of Jesus Christ. The Sacred Heart of Christ shows the love of Loving and Charming Father. It is the medicine to heal – what in MSC is called – le male. By His Heart, each member of MSC can look himself self when preaching the Good News or give a witness about the love of God to the word.
The tecnique of collecting data in this research is an interview and a questioner. The questioner, that is used, is divided in two categories. First, is the comprehention of Jules Chevalier leadership with Heart Spirituality and second is the practical implementation of Jules Chevalier leadership with Heart Spirituality. The respondents of this research are all the members of MSC at Central Java who live in the same community without sample. The sum of respondent is 40. This research is called population research.
The test of the hypothesis uses analytic technique of correlation of product
moment from Pearson by using tool, that is SPSS program for Windows 13 version.
Correlation of coeficient of this research is with its significant grade is (rxy) = 0.000;
p<0,05. Its determination of coeficient is r2xy = 0.000. The range of correlation between the leadership of Jules Chevalier with the comprehention of Heart Spirituality – based on this hypothesis test – shows a positive mark, that is 0,864.
This positive relationship explains the fact that an increase in comprehention level of leadership of Jules Chevalier effects the practical level of Heart Spirituality of each member of MSC at Central Java or on the contrary.
To increase the dimension of comprehention and practical leadership of Father Jules Chevalier with the Heart Spirituality of each member of MSC at Central Java, each member of MSC at Central Java personally or communally spends - more time to deepen the pattern of leadership of Father Jules Chevalier and Heart Spirituality that is explicitly written on the MSC Indonesian Province’s Constitution and Statuta periodically as purposed in this research.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Hati Kudus Yesus dan Bunda Hati Kudus berkat
penyelenggaraan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PATER JULES CHEVALIER DENGAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI DALAM KONGREGASI MSC INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH MASA KINI”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membuka cakrawala berpikir,
mengasah dimensi hati dan spiritual sekaligus memberi sumbangan pemikiran bagi
seluruh anggota MSC khususnya kepada para pemimpin biara/komunitas/karya
supaya lebih menyadari fungsi-fungsi kepemimpinan yang ada di pundaknya.
Untuk menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu patutlah penulis
mengucapkan limpah terima kasih kepada mereka semua, teristimewa kepada:
1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd, selaku pembimbing utama, yang dengan segala
kebaikan dan perhatian yang tulus membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi dari awal hingga akhir.
2. Drs. F.X. Heryatno, WW, SJ, M.Ed, sebagai penguji II sekaligus juga sebagai
pembimbing akademik yang dengan kemurahan hati memberi dukungan dan
mendampingi penulis sejak dimulainya penulisan sampai pada terselesainya
penulisan skripsi.
3. P. Banyu Dewa, H.S. S.Ag, M.Si sebagai dosen penguji III yang dengan
caranya tersendiri menyemangati penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Para Dosen dan Karyawan IPPAK dengan fungsinya masing-masing membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pater A. Endro Wignyo Saputra, MSC selaku Pemimpin Daerah MSC Jawa
Tengah yang sudah mengambil bagian dalam membantu penulis memperlancar
mulai dari penelitian sampai akhir penulisan skripsi.
6. Para konfrater MSC yang berkarya di Keuskupan Purwokerto yang telah
bersedia menjadi mitra kerja penulis dalam menjawab kuesioner.
7. Br. Mathias Al. Slamet Santoso, MSC selaku Pemimpin Komunitas Studi MSC
Palagan Yogyakarta yang telah banyak memberi perhatian demi lancarnya
proses penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2003/2004 yang telah berjuang bersama dalam
menapaki panggilan suci ini sebagai pewarta kasih dan kebaikan Tuhan kepada
semua orang.
9. Konfraterku di Komunitas Studi Palagan Yogyakarta yang telah menjadi teman
berbagi dalam setiap waktu dan kesempatan baik di waktu pembinaan formal, di
dalam doa bersama, maupun dalam acara yang tidak formal.
10.Pater F.X. Wahyudi, MSC (mantan Provinsial MSC) dan Pater Innocentius
Renwarin, MSC sebagai Provinsial MSC Provinsi Indonesia, yang telah
mempercayakan dan mengutus penulis untuk membina diri dalam lembaga studi
formal.
11.Bapak Markus Langga (almarhum) ayah kandung penulis adalah figur yang
semasa hidupnya mampu menyemangati penulis untuk terus berjuang demi
menggapai cita-cita luhur nan mulia. Terima kasih Bapak yang kucintai. Doakan
anakmu.
12.Keluarga Besar “EMBU GELA” yang berada nun jauh di sana “Nua ola
Golulada Buungenda Flores” tanah tumpah darah tercinta yang senantiasa
mendukung secara penuh baik lewat doa maupun kesaksian hidup mereka
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.Pater Jules Chevalier (almarhum) pendiri tarekat MSC yang telah mewarisi
nilai-nilai kepemimpinan dalam kongregasi MSC sehingga penulis dapat
menggali harta warisan tersebut demi karya pelayanan di masa yang akan
datang.
14.Semua pihak yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu yang dengan
caranya masing-masing telah mendukung, memberikan spirit sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
Akhirnya, penulis mengharapkan agar karya tulis ini bermanfaat bagi
siapa saja yang berkompeten di dalamnya.
Yogyakarta, 13 Agustus 2007
Penulis
Marselinus Lilo
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
MOTTO………...………..………... vi
ABSTRAK……….………... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR……….……... ix
DAFTAR ISI………... xii
DAFTAR LAMPIRAN……….………... xvi
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR SINGKATAN... xviii
BAB I. PENDAHULUAN………...………... 1
A. Latar Belakang………...……….…………... 1
B. Identifikasi Masalah ………...……….……... 10
C. Pembatasan Masalah ………...……….………... 10
D. Rumusan Masalah ………... 11
E. Tujuan Penelitian ……….………….………... 11
F. Manfaat Penelitian ……….………….………... 11
G. Metode Penulisan ………..………... 12
H. Sistimatika Penulisan ……….…….…………... 13
BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS...………... 14
A. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier....………..………... 14
1. Sekilas Tentang Kongregasi MSC…….……..………... 14
a. Sejarah Berdirinya Kongregasi MSC... 14
b. Nama Kongregasi MSC... 19
2. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier...………... 21
a. Fakta... 21
b. Pengertian Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 22
c. Perwujudan Kepemimpinan Kongregasi MSC Dalam Tugas Perutusan Tarekat... 25
d. Fungsi Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 30
e. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 34
f. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Ditinjau Dari Kepemimpin- an Secara Umum... 36
g. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Dilihat Dari Kepemimpinan Kristiani... 43
3. Dampak Dari Pemahaman dan Penghayatan Kepemimpinan Pater Jules Chevalier bagi anggota MSC...…………... 52
B. Spiritualitas Hati...……... 64
1. Pengertian Spiritualitas ...………... 64
2. Spiritualitas Hati yang Tertuang Dalam Konstitusi MSC... 65
3. Karya Kerasulan perwujudan Spiritualitas Hati Dalam Kongregasi MSC... 68
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi anggota MSC Jawa Tengah dalam memahami dan menghayati Spiritualitas Hati ... 69
C. Penelitian yang Relevan ……... 74
D. Kerangka Pikir ...………... 75
E. Hipotesis... 77
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …...…………... 78
A. Jenis Penelitian ………... 78
B. Tempat dan Waktu ………... 78
C. Populasi ...………... 78
D. Metode Pengumpulan Data ………...…... 79
1. Jenis Data ………...……….…... 79
2. Instrumen Pengumpulan Data Variabel…………... 80
3. IdentifikasiVariabel... 80
4. Definisi Operasional... 80
5. Kisi-kisi Penelitian... 80
E. Teknik Analisis Data ………...…………... 83
1. Analisis Instrumen ..…………...…...………... 83
2. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis …………...……... 88
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 93
A. Hasil Penelitian .………...……...….... 93
1. Deskripsi data Responden...…... 93
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian....………...……... 97
B. Deskripsi Analisis Data Sub Variabel... 99
C. Pengujian Hipotesis ………...……….…... 105
D. Pembahasan... ……….………... 109
E. Bentuk-bentuk Usaha Pembinaan dalam Meningkatkan Pemahaman dan Penghayatan Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Dengan Spirituali- tas Hati Bagi Anggota Tarekat MSC Indonesia Daerah Jawa Tengah... 116
1. Shared Christian Praxis Sebagai Salah Satu Model Katekese... 117
a. Pengertian Shared Christian Praxis... 118
b. Sharing-Dialog... 120
c. Tradisi... 120
d. Visi... 121
e. Interpretasi/Hermeneutik Dialektis... 121
f. Langkah-langkah Shared Christian Praxis... 121
2. Rekoleksi... 129
3. Retret... 130
4. Out Bond... 131
F. Program Katekese Bagi Tarekat MSC Indonesia Daerah Jawa Tengah... 132
1. Program... ...………..….………... 132
a. Arti Program... ………….…………... 132
b. Latar Belakang dan Pemikiran Dasar Program... 133
c. Tujuan Program... 135
d. Tema Yang Dipilih dan Tujuannya... 136
e. Proses Yang Ditempuh... 137
2. Rencana Program...………... 138
3. Salah Satu Contoh Persiapan Materi Katekese Model Shared
Christian Praxis dalam Rekoleksi... 140
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 156
A. Kesimpulan .………... 156
B. Saran ……….………... 160
C. Daftar Pustaka ………..………... 162
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner...………... (1)
Lampiran 1.a: Data Induk Penelitian... (7.1)
Lampiran 1.b: Uji Validitas dan Reliabilitas Kepemimpinan Pater Jules
Chevalier... (8)
Lampiran 1.c: Uji Validitas dan Reliabilitas Spiritualitas Hati..…... (11)
Lampiran 2.a: Deskripsi Data Pemahaman dan Penghayatan Kepemimpinan
Pater Jules Chevalier... (14)
Lampiran 2.b: Deskripsi Data Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas Hati... (15)
Lampiran 2.c: Deskripsi Data Sub variabel Pemahaman dan Penghayat-
an Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... (16)
Lampiran 2.d: Deskripsi Data Sub variabel Pemahaman dan Penghayatan
Spiritualitas Hati... (19)
Lampiran 3: Tabel Hasil Uji Korelasi Product Moment Sub Variabel Pemahaman dan penghayatan Kepemimpinan Pater Jules
Chevalier Dengan Spiritualitas Hati... (23)
Lampiran 4: Tabel Nilai-Nilai r Product Moment Dari Pearson... (24)
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Jumlah Populasi... 79
Tabel 2: Kisi-Kisi Penelitian... 81
Tabel 3: Validitas Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 84
Tabel 4: Validitas Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas Hati... 86
Tabel 5: Hasil Pengukuran Reliabilitas... 88
Tabel 6: Uji Normalitas... 89
Tabel 7: Uji Kelinearan... 91
Tabel 8: Data Responden... 93
Tabel 9: Karakteristik Umur Responden... 94
Tabel 10: Karakteristik Lama Hidup Membiara Responden... 94
Tabel 11: Karakteristik Pernah Menjabat Sebagai Pemimpin Komunitas... 95
Tabel 12: Karakteristik Tugas Pelayanan Sekarang... 96
Tabel 13: Karakteristik Mengikuti Pendidikan Kepemimpinan... 96
Tabel 14: Deskripsi Variabel Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 97
Tabel 15: Deskripsi Variabel Spiritualitas Hati... 98
Tabel 16: Deskripsi Data Pemahaman Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 101
Tabel 17: Deskripsi Data Penghayatan Kepemimpinan Pater Jules Chevalier... 102
Tabel 18: Deskripsi Data Pemahaman Spiritualitas Hati... 104
Tabel 19: Deskripsi Data Penghayatan Spiritualitas Hati... 105
Tabel 20: Hasil Pengujian Korelasi Tabel 21: Hipothesis... 106
Tabel 21: Hasil Pengujian Korelasi Sub Variabel... 109
Tabel 22: Rencana Program Pembinaan... 138
Tabel 23: Jadual Kegiatan Rekoleksi... 139
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada umat Katolik Indonesia oleh Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,
hal.8.
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mrk : Markus
PB : Perjanjian Baru
PL : Perjanjian Lama
Yer : Yeremia
Yes : Yesaya
Yoh : Yohanes
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja tanggal 21 November 1964
MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia
MSC : Missionariorum Sacratissimum Cordies Iesus
PC : Perfectae Caritatis
Kons. : Konstitusi
C. Singkatan Lain
DPH : Dewan Pimpinan Harian
DPL : Dewan Pimpinan Lengkap
DPP : Dewan Pimpinan Provinsi
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Konfratres : Saudara (jamak) dalam Bahasa Latin
Lih. : Lihat
LPC : Least Preferred Co-Worker Scale
LPKP : Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gereja sebagai suatu lembaga keagamaan selalu berusaha untuk
memperbaharui kehidupan religius yang dirumuskan secara jelas dalam dekrit
Perfectae Caritatis adalah renovatio acommondat mengajak Gereja semesta
mengevaluasi kembali kehidupan serta pelaksanaan misinya. Ada tiga sasaran yang
mau dicapai, yakni: pembaharuan rohani dalam terang Injil, penyesuaian dengan
masa sekarang “aggiornamento” untuk menanggapi tantangan-tantangan zaman
modern, dan pemulihan persekutuan penuh antara segenap umat kristen.
Pembaharuan ini menyerukan untuk kembali pada sumber-sumber asal, karisma
tarekat, dan inspirasi pendiri, digali kembali, ditelusuri lewat perkembangan sejarah
untuk ditemukan keasliannya, diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan
zaman sekarang ini (Dokumen Konsili Vatikan II, 1993: vi).
Paus Paulus VI pada sidang Konsili terakhir pada tanggal 14 September – 8
Desember 1965 mengartikan “aggiornamento” sebagai usaha untuk semakin
mendalami semangat Konsili dan penerapan setia norma-norma yang digariskan
demi penyesuaian dengan masa sekarang untuk menanggapi tantangan-tantangan
zaman modern serta pemulihan persekutuan penuh antara segenap umat kristen.
Melalui seruan ini, semangat kepemimpinan pun juga harus diperbaharui dengan
pengertian akan pembaharuan yang dituntut oleh Konsili Vatikan II. Kalau ini
dilakukan di dalam tarekat, maka tugas kepemimpinan diperbaharui sesuai dengan
2
yang memotori para anggota untuk hidup seturut karisma atau semangat awal yang
diwariskan oleh pencetus berdirinya tarekat religius.
Sebagai upaya untuk menjawab seruan Gereja yang dimaksud, tarekat MSC
telah berupaya untuk kembali pada karisma awal tarekat. Usaha itu terlihat dengan
ditemukannya konstitusi awal tarekat MSC yang telah ditulis oleh pendiri
kongregasi Pater Jules Chevalier ketika mengajukan formulasi tarekat kehadapan
Tahkta Suci di Roma. Perjalanan panjang Jules Chevalier dalam memperjuangkan
kongregasi dalam usaha melaksanakan panggilan hidup membiara tampak dalam
seluruh hidupnya dan semangat yang menjiwainya. Menurut Pater Jules Chevalier,
cinta kasih merupakan tali pengikat dalam kehidupan tarekat, yang nyata dengan
saling mendukung, dalam karya kerasulan dan keterbukaan bagi semua orang. Cinta
kasih dan persaudaraan ini akan membuat kita menjadi alat perdamaian dalam
semangat Hati Kudus Yesus, dengan demikian hidup MSC senantiasa menjadi suatu
harapan dunia.
Dalam Konstitusi dan Statuta terlihat jelas yang menjadi dasar hidup bagi
para anggota MSC adalah hidup Yesus Kristus, melalui ajaran-Nya yang
diwartakan dalam Injil. Yesus Kristus merupakan contoh teladan dan pedoman bagi
tarekat MSC dalam menanggapi kehendak Bapa. Melalui hidup yang sesuai dengan
nasihat Injil, para anggota MSC adalah peziarah dan orang asing di dunia ini, bebas
demi pelayanan dalam Gereja dan saksi Kerajaan Allah. Hal ini menuntut
pertobatan terus menerus, maka lewat kesaksian hidupnya anggota MSC bekerja
sama dengan mitra kerjanya untuk membaharui Gereja dan masyarakat, memajukan
perdamaian, keadilan dan menciptakan keutuhan ciptaan melalui hidup Injili dalam
3
Kepemimpinan secara umum menurut Stoner (dalam Hani Handoko,
1995:294) didefinisikan sebagai proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Pengertian tersebut mengandung tiga implikasi yaitu: menyangkut orang lain yaitu
pengikut atau bawahan, menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang antara pemimpin dan anggota, menyangkut penggunaan pengaruh.
Kepemimpinan dalam tarekat religius tidak terlepas dari kepemimpinan
secara umum. Kepemimpinan tarekat religius adalah proses menggerakkan,
mempengaruhi, memberikan motivasi, meneguhkan dan mengarahkan orang-orang
dalam tarekat religius untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan kongregasi
yaitu menepati Injil Suci dalam tarekat (Soenarja,1972:36). Peranan pemimpin di
sini adalah memperhatikan kebutuhan dan kepentingan jasmani maupun rohani
setiap anggota MSC secara khusus memperhatikan suasana persaudaraan yang baik
dalam hidup bersama di medan karya dan membina serta menyemangati hidup
religius.
Semua orang suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sadar atau tidak
sadar, tentu harus menjalankan suatu kepemimpinan. Paling tidak, kepemimpinan
atas diri sendiri. Seseorang harus mampu menentukan pilihan dalam hidupnya.
Demikianlah kepemimpinan tersebut pertama-tama tidak bersangkut paut dengan
tokoh-tokoh tertentu tetapi berkaitan dengan masalah mengarahkan, membuat
pilihan, dan mengambil keputusan. Dalam pemilihan atau periodisasi
kepemimpinan dalam kongregasi MSC, sering terjadi kesulitan untuk memilih
pemimpin yang baru. Dengan alasan tidak mampu dan tidak layak untuk
4
berat. Dengan menjadikan semangat kepemimpinan yang ada dalam diri Pater Jules
Chevalier sebagai milik pribadi, maka dimungkinkan setiap MSC rela dan terbuka
menerima tugas yang dipercayakan kepadanya.
Peranan pemimpin karya dalam sebuah komunitas hidup bersama sangat
mempengaruhi masa depan kongregasi. Kemampuan pemimpin dapat mengarahkan
dan membantu konfrater untuk melaksanakan nasihat Injili dalam karya sehingga
Kerajaan Allah sungguh-sungguh terwujud dalam komunitas dan dalam pelayanan
kepada semua orang. Melihat kehidupan MSC yang memancarkan kasih Kristus
dalam kesaksian hidupnya, maka orang-orang juga akan tertarik untuk mengikuti
cara hidup MSC. Dengan demikian masa depan kongregasi akan tetap terpupuk
dengan adanya orang-orang yang tertarik dengan cara hidup mereka.
Melihat kenyataan seperti yang diuraikan di atas maka Tarekat MSC adalah
bagian hidup dari Gereja yang bergerak mewujudkan visi dan misi Gereja universal
dalam menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia melalui kesaksian
hidup yang bersumber pada Spiritualitas Hati Kudus Yesus (Ametur Ubique
Terrarum Cor Iesu). Spiritualitas hati menjadi sumber dari segala sumber hidup
untuk membentuk sikap, watak dan mentalitas seorang pemimpin. Spiritualitas hati
yang dihayati oleh Pater Jules Chevalier merupakan obat untuk menyembuhkan
segala macam penyakit zaman. Melalui spiritualitas hati segala macam bentuk sikap
acuh tak acuh (indifferentisme) dapat dilenyapkan dalam hati dan pikiran manusia.
Berbicara tentang Pater Jules Chevalier bukanlah sebuah anekdot. Itu adalah
kunci untuk memahami gerak langkah Pater pendiri tarekat MSC. Panggilannya dan
5
zamannya”. Keunggulan Pater Jules Chevalier terletak dalam hal memahami bahwa
penataan tata masa lampau hanya akan merupakan kesia-siaan belaka, yang
dibutuhkan adalah penyembuhan penyakit-penyakit dengan cara melenyapkannya,
dan demikian membawa manusia kepada sebuah dunia yang baru. “Dari Hati
Kristus, saya memandang sebuah dunia yang baru mengalir…” itulah hal yang luar
biasa yang disadari Pater Jules Chevalier (Tostain, 2004:2-3)
Dalam lembaga religius, lembaga hidup bakti, dimensi kepemimpinan juga
menjadi aspek yang tidak boleh dilupakan; tidak hanya demi eksistensi lembaga
hidup religius tersebut maupun gereja dalam konteks yang lebih luas. Sejalan
dengan isu demokratisasi kepemimpinan religius juga telah turut dipengaruhi oleh
roh gerakan demokratisasi itu sendiri. Kepemimpinan, dengan dampak dan
pengaruhnya serta implikasinya juga senantiasa dipahami dalam konteks dan
diskursus demokratisasi. Kepemimpinan dalam setiap organisasi sekarang ini harus
dilandasi oleh sikap dan kemampuan managemen yang baik, keluwesan, tim kerja
yang baik, kepercayaan, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi unsur-unsur
penting yang harus dimiliki oleh sang pemimpin. Sebaliknya organisasi yang
merasa puas dengan dirinya dan mempertahankan status quo akan tenggelam dan
selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah
satu penentu arah dan tujuan organisasi harus juga mampu menyikapi
perkembangan zaman dengan membangun sikap kesadaran diri, ingenuitas, cinta
dan heroisme. Hal ini menjadi sangat urgent untuk menjawab berbagai problem
nyata yang terjadi dalam karya dan perutusan para MSC di tengah-tengah Gereja
6
Gerak-gerik sang pemimpin ketika dia ada atau tidak ada di area
kekuasaannya tetap saja mendapat sorotan entah kebijakan politisnya maupun
tingkah lakunya sehari-hari. Ia tidak lolos dari jeratan pengamatan bahkan lebih
teliti bagaikan bakteri yang masuk dalam kaca miskroskop. Dalam Konteks
kepemimpinan Gerejani sang pemimmpin juga tidak lepas dari sorotan.
Semangat kepemimpinan Pater Jules Chevalier dan spiritualitas hati sering
dipandang sebagai tuntutan para anggota MSC yang memegang jabatan
kepemimpinan tertentu dalam kehidupan kongregasi. Dalam kenyataan, menurut
pengalaman dan pengamatan penulis, semangat kepemimpinan yang telah
diwariskan Pater Jules Chevalier belum sepenuhnya digali dan dijadikan sebagai
pedoman hidup anggota MSC Daerah Jawa Tengah secara khusus dalam penataan
hidup di medan karya.
Pernah di dalam periode pengangkatan uskup di salah satu daerah kerja
MSC berkarya timbul gejolak. Ada kelompok yang mendukung dan ada kelompok
yang menolak calon yang diangkat menjadi uskup, pertentangan tidak hanya di
kalangan umat tetapi juga dikalangan klerikal. Dalam konteks gejolak ini isu
sukuisme, isu kepantasan dan kelayakan figur sang gembala mendapat sorotan.
Entah dukungan atau penolakan itu bermotif subyektif atau obyektif atas nama
sebuah kepentingan, yang pokok dari fenomena ini memperlihatkan bahwa
pemimpin atau kepemimpinan dari seorang gembala begitu berpengaruh dan
berdampak amat luas dalam kehidupan gereja dan masyarakat. Kepemimpinan
menjadi sorotan semua orang karena dia yang memegang arah dan penentu
7
Dari sekian banyak realitas dan masalah kepemimpinan yang terjadi dan
mewarnai baik kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bergereja dan secara khusus
dalam konteks hidup religius, dalam sebuah societas lembaga religius terbersit
sebuah refleksi panjang untuk merenungi sosok dan arti sang pemimpin dan
kepemimpinan itu sendiri. Dalam refleksi dan pencarian itu muncul pertanyaan
yang ingin dicari jawabannya untuk menyibak probelematika seputar pemimpin dan
kepemimpinan yang berdampak luas bagi publik, bagi umat, bagi anggota tarekat
dalam seluruh tugas dan karya pelayanan sebagai MSC. Sejauh mana dan sepenting
apakah sang pemimpin dan kepemimpinan itu diberi tempat dan mendapat
apresiasi. Secara singkat dapat dirumuskan sebagai berikut: Pemimpin dan
kepemimpinan seperti apakah yang relevan bagi kehadiran gereja dan karya
perutusannya di tengah dunia dan masyarakat atau umat yang dilayani? Pemimpin
dan kepemimpinan seperti apakah yang relevan bagi karya perutusan dan pelayanan
para anggota Misionaris Hati Kudus Yesus dalam konteks perutusan dan pelayanan
di Indonesia zaman ini? Pemimpin dan Kepemimpinan seperti apakah yang menjadi
model yang harus dimiliki oleh kaum religius MSC dalam karya perutusan dan
pelayanannya?
Namun tetap disadari bahwa masih amat sering model kepemimpinan yang
dihidupkan para pemimpin Gereja itu bercorak single finghter dan otoriter. Walau
menimbulkan ketidakpuasan di tengah umat tetapi sering umat sendiri mengadopsi
gaya otoriter ini ke dalam interaksi mereka bersama lingkungannya. Sharing para
imam dan bruder MSC Indonesia dalam rapat Dewan Pimpinan Lengkap (DPL)
tanggal 5-10/2-2007 lalu memperlihatkan “budaya single fighter” itu masih kuat
8
biarawan MSC sadar bahwa misi yang mereka emban hanya bisa sukses kalau
“kerja sama” dan “partisipasi” sesama terlihat dalam karya-karya mereka. Budaya
single fighter dan otoriter amat bertentangan dengan orang yang mau hidup dengan
“budaya hati”. Untuk itu seorang pemimpin harus kembali ke basic: Kristus
Gembala yang baik.
Beberapa tahun menjalani hidup sebagai biarawan MSC penulis menemukan
bahwa dalam kekayaan spiritualitas hati dan kharisma pater pendiri ternyata
dimensi kepemimpinan Pater Jules Chevalier merupakan salah satu model yang
seharusnya dimiliki oleh para anggota MSC dalam perutusan karya pelayanannya di
tengah-tengah dunia, masyarakat dan Gereja zaman ini yang diwarnai oleh berbagai
problematika yang dalam bahasa Jules Chevalier sebagai penyakit zaman. Penyakit
zaman yang diderita oleh manusia adalah terjangkitnya sikap indifferentisme,
sukuisme, egoisme dan masih banyak isme-isme yang semakin merajalela merasuki
hati manusia.
Sebagaimana dijumpai bahwa di beberapa tempat di mana MSC berkarya
ditemukan beberapa problem yang memperlihatkan bahwa nilai kepemimpinan dan
kharisma seorang pemimpin sungguh-sungguh ditantang. Dengan kemajuan
peradaban dengan segala konsekuensinya semakin disadari akan makna dan arti
kehadiran seorang pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri. Umat merindukan
pemimpin yang sungguh-sungguh merepresentasikan figur Yesus di tengah
berbagai pergumulan dan persoalan yang mereka hadapi. Pemimpin yang tidak
menyikapi perkembangan jaman atau tidak peka terhadap kehidupan riil
masyarakat, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya atau bangsanya
9
Gereja masa kini hidup dalam realitas dunia dan masyarakat dengan tuntutan
kepemimpinan yang kontekstual.
Pater Jules Chevalier seorang tokoh kharismatis diyakini banyak orang
sebagai salah satu anugerah khusus yang patut disyukuri, ditiru, dan dibutuhkan
dalam menghayati kebijaksanaan Hati Kudus Yesus. Kharisma yang dimiliki oleh
Pater Jules Chevalier berpengaruh terhadap kehidupan para anggota MSC hingga
kini. Melihat dengan perkembangan tarekat yang sangat pesat maka faktor
penyebab utama dari keberhasilan itu adalah penghayatan spiritualitas Hati Kudus
menjadi hal utama dalam karya pelayanan tarekat. De fakto kesaksian hidup para
anggota MSC menjadi pendukung utama dalam mengobati segala penyakit zaman.
Menyadari akan pentingnya dimensi kepemimpinan Pater Jules Chevalier
dalam karya perutusan dan pelayanan para MSC sebagai anggota yang diikat dan
menghidupi semangat dan spirituliatas yang sama maka penulis ingin mendalami
dan menggali lebih jauh tema ini dalam penulisan skripsi yang merupakan bagian
dari tugas perutusan penulis sebagai MSC yang menjalani tugas belajar.
Fenomena kepepimpinan yang diuraikan di atas baik menyangkut aspek
kinerja dan pelayanan maupun aspek integritas kepemimpinan dalam dunia dewasa
ini, juga nampak dan berkembang dalam kehidupan MSC Indonesia.
Merealisasikan kerinduan akan sosok pemimpin yang ideal dalam kaitannya dengan
kepemimpinan lembaga hidup bakti, maka penulis mencoba untuk menggali lebih
jauh pola kepemimpinan MSC Indonesia dari semangat kepemimpinan Pater Jules
10
KONGREGASI MSC INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH MASA KINI”.
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Adanya seruan Konsili Vatikan II yang dirumuskan secara jelas dalam dekrit
Perfectae Caritatis adalah renovatio acommondat ditujukan kepada Gereja
semesta untuk kembali memperbaharui kehidupan religius dengan menggali
kembali sumber-sumber asal, karisma tarekat dan inspirasi pendiri tarekat
religius serta pembaharuan rohani dalam terang Injil, penyesuaian dengan masa
sekarang “aggiornamento” untuk menanggapi tantangan-tantangan zaman
modern saat ini.
2. Menyadari pentingnya menggali kembali kepemimpinan Pater Jules Chevalier
dalam karya perutusan dan pelayanan anggota MSC.
3. Pudarnya semangat kepemimpinan Pater Jules Chevalier dan spiritualitas hati
dalam kepemimpinan MSC.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang dijumpai
dalam kepemimpinan MSC, maka peneliti membatasi permasalahan pada
pemahaman dan penghayatan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan
penghayatan spiritualitas hati pada Kongregasi MSC Indonesia daerah Jawa
11
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Kepemimpinan Pater Jules Chevalier dimengerti dan dihayati
oleh anggota MSC daerah Jawa Tengah?
2. Bagaimana Spiritualitas Hati dimengerti dan dihayati oleh anggota MSC
daerah Jawa Tengah?
3. Seberapa besar hubungan kepepimpinan Pater Jules Chevalier dengan
penghayatan Spiritualitas Hati dalam hidup anggota MSC Jawa Tengah?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan kepemimpinan Pater Jules Chevalier dalam kehidupan
MSC.
2. Mendeskripsikan konsep spiritualitas hati dalam hidup dan karya anggota
MSC masa kini.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan Pater Jules Chevalier
dengan penghayatan spiritualitas hati dalam kehidupan anggota MSC Jawa
Tengah.
4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana Stratum I pada Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Ilmu
12
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tarekat :
Penelitian ini berguna bagi tarekat, pemimpin, dan anggota untuk
memahami kepemimpinan Pater Jules Chevalier dengan spiritualitas hati
dalam kehidupan tarekat.
2. Bagi Penulis :
Penelitian ini diharapkan memperluas wawasan, memperdalam pemahaman
dan penghayatan penulis tentang kepemimpinan Pater Jules Chevalier
dengan spiritualitas hati dalam mewujudkan visi dan misi tarekat demi tugas
pelayan yang lebih baik di tengah umat, masyarakat dan tarekat.
3. Bagi Kampus IPPAK:
Penelitian ini sebagai wujud pengabdian penulis dalam upaya
memperkenalkan model dan prinsip kepemimpinan Pater Jules Chevalier
pendiri kongregasi MSC dengan spiritualitas hati bagi civitas akademika
dalam proses pengembangan diri menjadi tenaga katekis yang handal di
masa yang akan datang.
4. Manfaat Teoritis :
a. Memberi sumbangan dalam bidang spiritualitas kepemimpinan, khususnya
pengertian dan manfaat prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Tarekat
Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC).
b. Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang
13
G. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskripsi
analitis dengan penelitian serta sumber-sumber yang relevan dan mendukung.
H. Sistimatika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, peneliti
akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:
BAB. I : Pendahuluan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
BAB. II: Kajian teoritik dan hipotesis. Pada bab ini akan diuraikan tentang:
Kepemimpinan Pater Jules Chevalier dan spiritualitas hati.
• Kepemimpinan Pater Jules Chevalier meliputi: sekilas tentang MSC,
Kepemimpinan Pater Jules Chevalier, dampak dari kepemimpinan Pater Jules
Chevalier pada anggota MSC.
• Spiritualitas Hati meliputi: pengertian spiritualitas, spiritualitas yang tertuang
dalam konstitusi MSC, karya kerasulan MSC, faktor-faktor yang mempengaruhi
penghayatan spiritualitas hati bagi anggota MSC Indonesia daerah Jawa
Tengah.
• Penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.
BAB. III: Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan diuraikan tentang: jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, metode pengumpulan data, jenis
14
BAB. IV : Hasil penelitian dan pembahasannya. Bab ini akan menguraikan: data
penelitian, uji persyarat analisis, deskrispsi data penelitian, pengujian hipotesis,
pembahasan dan usulan program pembinaan.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teoritik dan hipotesis yang meliputi
Kepemimpinan Pater Jules Chevalier: Sekilas tentang MSC, Kepemimpinan Pater Jules
Chevalier, Dampak dari kepemimpinan Pater Jules Chevalier pada anggota MSC.
Spiritualitas Hati meliputi: Pengertian spiritualitas, Spiritualitas hati yang tertuang dalam
Konstitusi MSC, Karya kerasulan perwujudan spiritualitas hati.
Penelitian yang relevan, Kerangka pikir dan Hipotesis.
A. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier
1. Sekilas Tentang Kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) a. Sejarah Berdirinya Kongregasi MSC
Pater Jules Chevalier pendiri kongregasi MSC lahir di Touraine kota kecil
Richelieu agak jauh ke barat dari Issoudun, Perancis, pada tanggal 15 Maret 1824. Pada
tahun 1842 Jules Chevalier masuk seminari menengah Gaultier. Menyadari akan
kekurangmampuan finansial orang tuanya, Pater Jules Chevalier terdorong untuk serius
dengan kehidupannya. Ia bekerja dan belajar dengan rajin, pantang menyerah dengan
keadaan. Pada masa pendidikan inilah Jules mengalami apa yang disebut “peristiwa
pertobatan” pada suatu hari, ketika menelusuri tebing sungai Creuse, ia bersama dua
temannya terperosok ke dalam jurang. Kedua temannya bisa selamat karena memegang
akar kayu. Sedangkan Jules tergelincir sampai ke dasar jurang sedalam 30 meter itu.
ia mengalami “metanoia-nya”. Ia semakin pasrah. Ia merasa tergantung pada Allah
secara mutlak (Cuskelly,1975: 8)
Tahun 1846, Jules Chevalier masuk Seminari Tinggi asuhan pater-pater Sulpisian
di Bourges, Perancis. Ia menjadi seorang calon imam sederhana tekun dan saleh.
Perhatiannya besar sekali terhadap devosi kepada Hati Kudus Yesus yang sudah lazim
dipraktekkan orang sezamanya. Ia mengadakan studi intensif tentang cinta Hati Kudus.
Bersama 12 rekannya, mereka membentuk perhimpunan “Pejuang Hati Kudus dan
Maria”, yang setia mengadakan devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Santa Maria.
Tanggal 14 Juni 1851, Ia ditahbiskan menjadi imam. Tiga tahun kemudian pastor
muda Chevalier ditugaskan di Paris. Di kota kecil inilah Chevalier mempertaruhkan
segala kemampuannya di bawah bimbingan Roh Kudus, untuk mewujudkan panggilan
Tuhan, mendirikan persaudaraan para misionaris Hati Kudus Yesus. Tanggal 8 Desember
1854 dinyatakan dan dirayakan sebagai hari lahirnya Tarekat Para Misionaris Hati Kudus
Yesus (Societas Missionarium Sacratissimi Cordis Iesu). Tarekat muda ini banyak
mengalami tantangan sebelum diakui sebagai suatu tarekat resmi. Perkembangan awalnya
baru direstui Uskup Agung Bourges Mgr. Dupont, pada tanggal 9 September 1855.
Sedangkan pengesahan tetap sebagai persekutuan religius yang menyerahkan diri ke
dalam kekuasaan Tahkta Suci diumumkan oleh Paus Leo XII, 24 Juli 1891. Pater Jules
Chevalier sendiri mengikrarkan kaul pertamanya pada hari Natal 1856. Pada tanggal 8
Desember 1879 bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 25 tarekat muda itu
beranggotakan 29 imam, 5 bruder, dan 29 skolastik (Cuskelly,1975:53).
Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang harus dialami Jules Chevalier selama
dilatarbelakangai oleh revolusi Perancis. Pada tanggal 14 Juli 1789 rakyat Perancis
menyerbu penjara Bastille yang oleh umum dikenal sebagai lambang kekuasaan mutlak
sang raja. Revolusi muncul akibat keadaan sosial dan politik negara Perancis yang
sewenang-wenang. Gereja pun jadi sasaran karena begitu erat terkait dengan negara.
Revolusi berhasil mengubah tata kehidupan masyarakat. Sekurang-kurangnya cita-cita
untuk mempeoleh kebebasan dan kesamaan hak secara yuridis (hukum) berhasil
diperjuangkan. Kebebasan manusia semakin dicatat sebagai hak asasi yang tidak boleh
dilanggar begitu saja oleh instansi mana pun termasuk pemerintah dan Gereja
(Tostain,1997: 8-9)
Tetapi selain membawa hasil positif, efek negatif tak terhindarkan, yang dalam
salah satu arti membawa kehancuran bagi aspek kehidupan lain dari manusia.
Rasionalisme, Materialisme semakin menguasai banyak orang. Orang penuh nafsu, orang
berlomba menimbun harta benda sebanyak mungkin dalam suasana persaingan yang
tidak sehat. Agama semakin dihindari karena dirasa tidak efektif. Bukan saja agama
sebagai institusi dihindari, melainkan juga Allah bahkan mulai diragu-ragukan
keberadaan-Nya dan kebaikan Hati-Nya. Orang menghadapi segalanya dengan jiwa
utilitaristis ( mengusahakan hal praktis saja), sehingga hanya yang membawa guna
praktis itulah yang diusahakan dengan penuh minat dan perhatian (Tostain, 1997: 10).
Rasio menguasai alam pikiran manusia sehingga iman dianggap tiada artinya
(dalam Tostain, 1997: 16). Kesulitan ekonomi, sosial, politik dan sebagainya bisa diatasi
dan diselesaikan secara rasional. Dengan itu timbul suatu keyakinan palsu bahwa
manusia sepenuhnya bisa mengurus segalanya. Tiada tempat bagi Allah dan karya-Nya.
semuanya. Atau menurut ungkapan Pater Jules Chevalier sendiri, “Manusia semakin
menjauhi Tuhan, mereka tidak lagi percaya cinta Allah!” (Tostain, 1997:6).
Atas situasi kehidupan manusia semacam ini Pater Jules Chevalier menyadari
perlunya suatu “obat” zamannya sementara “sakit” dan perlu disembuhkan. Dan karena
itu ia mulai merenungkan waktu yang paling akurat untuk mengatasi semuanya itu. Ia
menemukan bahwa cinta Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus itulah “obat” yang
mujarab untuk melenyapkan penyakit zaman. Ia memandang Hati Kristus yang tertikam
dan ia menemukan cinta Allah di dalamnya. Dalam situasi kehidupan manusia yang
sudah acuh tak acuh terhadap Allah, Jules Chevalier membawa suatu spiritualitas hati.
Terutama sasarannya ialah agar manusia menyadari kembali asal-usul kehidupannya
yaitu Allah yang maha cinta. Allah mencintai semua manusia dari segala keadaannya.
Dan itu sudah terbukti sepanjang perjalanan sejarah keselamatan manusia. Sejak
penciptaan khususnya dalam Yesus, Allah hadir sebagai Allah yang mencintai dan
menghendaki keselamatan manusia.
Hal ini termaktub secara tegas dalam Konstitusi MSC (Kons, 2000: 3):
Bapa pendiri kita, Pater Jules Chevalier telah tergerak hatinya secara mendalam oleh kejahatan-kejahatan yang diderita oleh orang-orang zamannya. Sambil memandang Hati Kristus, yang di dalam-Nya cinta Bapa yang berbelas kasih dinyatakan, ia menemukan bahwa Hati inilah obat yang sesungguhnya, melawan segala jenis penyakit yang menimpa umat manusia. Karena itulah, digerakkan oleh cinta yang sama dibimbing oleh Roh Kudus, ia mendirikan di dalam gereja tarekat Misionaris Hati Kudus.
Pater Jules Chevalier mengalami bahwa Allah itulah cinta yang menyelamatkan.
Atas kepercayaan itulah ia mau membuka hatinya bagi semua orang khususnya yang
kecil dan miskin. Kekuatan cinta Allah mendorog hati manusiawi untuk membuka diri
menyerahkan diri bagi pelayanan terhadap mereka yang “kecil”. Kita percaya bahwa
mereka pun adalah makhluk yang dicintai Allah. Mereka juga adalah gambar Allah.
Untuk itulah mereka perlu dikasihi.
Dalam tahun 1860 Pater Jules Chevalier telah mengadakan kunjungan pertama ke
Roma. Di sana ia berbicara dengan Paus Pius IX tentang kelompok baru para Misionaris
Hati Kudus yang telah dimulainya di Issoudun. Paus berkata kepadanya:
...bertambah-tambah dan berlipatgandalah, beritakan devosi Hati Kudus ke seluruh dunia. Saya berharap bahwa sebelum saya meninggal dunia, saya masih berkesempatan untuk memberikan pengesahan kanonis kepada kongregasi anda.
Menurut Cuskelly, (1991: 47 - 48) sebelum tahun 1869 Pater Chevalier telah
menyusun suatu Peraturan atau Konstitusi untuk tarekat religiusnya. Dalam pekerjaan ini
ia berunding dengan banyak imam, dan dibantu oleh para Jesuit, teristimewa oleh Pater
Ramiere. Dalam tahun 1868 ia telah siap dengan konstitusi, dengan judul “Formula
Institusi”. Ketika menyampaikannya di Roma untuk disahkan, ia harus menyampaikan
juga suatu penjelasan tentang situasi tarekatnya: Jumlah anggotanya, milik materialnya
dan surat-surat kesaksian dari para uskup. Ketika ia mengirim permohonan (tanggal 25
Desember 1868) ke Roma untuk disahkan permohonan itu disertai dengan surat-surat
kesaksian dari 28 uskup, dan beberapa surat kesaksian lagi akan menyusul. Dalam bulan
Pebruari 1869 ia diterima oleh Paus, sambil menyerahkan dokumen-dokumennya kepada
kongregasi suci bagi para uskup dan biarawan. Kongregasi ini memberikan “Decretum
Laudis” atau piagam dekrit pujian kepada kongregasi MSC pada tanggal 8 Maret.
Konstitusi disetujui dengan suatu masa waktu percobaan. Dengan itu tarekat MSC
hukum mereka tidak lagi tunduk kepada Uskup Agung Bourges, melainkan langsung
tunduk kepada Tahta Suci.
Disepakati bahwa di akhir tahun itu, semua anggota komunitas MSC, yang dapat
berkumpul, mengadakan retret bersama. Mereka melaksanakan retret dalam bulan
September di Issoudun dibawah bimbingan Pater H. Ramaire, SJ. Pada akhir retret
tanggal 26 September mereka memilih seorang pemimpin umum dan para asisten.
Mereka juga membuat profesi kekal publik. “Beberapa dari mereka yang tidak bisa hadir,
mengambil bagian dalam pemilihan dengan mengirim suara melalui surat pos. Pater
Chevalier dipilih sebagai pemimpin umum, dengan Piperon sebagai asisten pertama. Para
asisten lain ialah Pater Vandel Bazine, dan Pater Guyot” (Cuskelly,1975: 47-48).
b. Nama Kongregasi MSC
Identitas Kongregasi MSC secara terperinci dijelaskan dalam Konstitusi dan
Statuta tarekat MSC (Kons. art. 1-2) mengatakan:
Nama Tarekat kita adalah Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus. MSC adalah suatu tarekat religius yang membaktikan diri pada karya-karya kerasulan. Kita mengikrarkan kaul-kual publik, yakni ketaatan, kemurnian dan kemiskinan sebagai jawaban terhadap panggilan Allah, melalui pembaktian diri kepada Tuhan ini, kita mewajibkan diri untuk menghayati semangat tarekat, mengambil bagian dalam tugas perutusannya dan di dalamnya menjalani hidup kita bersama sebagai saudara, dalam kesetiaan kepada konstitusi.
Pembaktian diri kepada Tuhan diwujudkan dalam tugas perutusan sebagai
anggota maupun sebagai pemimpin karya/komunitas. Di dalam membangun kehidupan
bersama, semangat persaudaraan, kesetiaan menjalankan tugas menjadi kunci utama
untuk penghayatan nilai kereligiusan yang telah dibaktikan. Kaul ketaatan, kemurnian
dan kemiskinan merupakan perwujudan cinta kepada Allah yang radikal. Sebagai
mengalami kebaikan hati-Nya, teristimewa yang tertampakkan dalam Yesus. Ia
membawa suatu sikap baru terhadap mereka yang kecil, miskin dan yang dianggap
manusia kelas nomor dua; kaum wanita, para pendosa, dan anak-anak kecil. Atas dasar
pengenalan ini, kita berani percaya bahwa Allah akan mengerjakan yang baik bagi semua
orang. Kodrat Allah adalah cinta, dan Yesus adalah cahaya terang benderang dari cinta
Tuhan di tengah manusia, dalam Yesus kita menjumpai seorang.
Allah yang lemah lembut, penuh perhatian menaruh belaskasihan kepada semua
orang. Dengan ungkapan lain, manusia menemukan cinta Allah dalam Hati Yesus yang
kudus itu. Hati itulah yang tertombak, menumpahkan air dan darah, lambang cinta-Nya
yang tak berkesudahan untuk semua manusia.
Keprihatinan dan cinta begitu tergores dalam hati Jules Chevalier dalam
pertemuannya dengan Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus
(Meditations, Vol II), beliau mencatat:
Semasa hidup-Nya di dunia ini, dengan hidup-Nya yang dapat mati, Kristus senang sekali menuangkan kelembutan Hati-Nya kepada mereka yang kecil, rendah dan tak terpandang, miskin, yang menderita, kepada pendosa, dan semua yang membuat manusia malang. Kilasan nasib buruk ketidakbahagiaan atau segala macam kepedihan, membuat hati-Nya prihatin.
Ia lalu menghendaki agar semangat ini berkembang. Ia memeteraikannya dalam
tarekat MSC; tarekat misionaris yang menyalurkan aspirasi dan inspirasi Jules mengenai
keprihatinan yang mendalam bagi semua orang. Bahkan ia menghendaki agar cinta Allah
itu yang terwujudkan dalam Hati Yesus, bersemayam di lubuk hati setiap insan di segala
pelosok dunia. Semboyannya: “Ametur ubique terrarum Cor Jesu Sacratissimum”
2. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier
a. Fakta
Cusskelly (1975: 132) menyatakan bahwa “Pater Jules Chevalier adalah seorang
pemimpin karismatis. Ia membentuk suatu kelompok orang-orang, yang bekerja sama
dengan dia dan di sekitar dirinya”. Secara alamiah kelompok itu akan mengambil bentuk
dalam sejenis struktur yang secara teknis dilukiskan sebagai suatu organisasi yang
berbentuk karismatis. Dalam organisasi demikian sebagaimana ditunjukkan oleh para ahli
sosiologi, terdapat hal-hal berikut:
1) Titik pusat, yang padanya organisasi itu berpusat, adalah ilham, intuisi dan kendali
dari pemimpin karismatis itu.
2) Sifat karismatis dari pemimpin itu menarik orang-orang lain untuk datang bersama
dia, dan memungkinkan dia untuk menyampaikan atau mengenakan
pikiran-pikirannya kepada para pengikutnya.
3) Pengawasan dalam organisasi berasal dari pelaksanaan sifat-sifat yang sama, dan
keputusan-keputusan biasanya diumumkan dalam istilah-istilah yang definitif.
Pada tahap-tahap awal berdirinya kongregasi, Pater Jules Chevalier adalah
seorang pemimpin karismatis yang menentukan arah, menjalankan kepemimpinan dan
mengambil keputusan-keputusan. Banyak anggota yang tertarik masuk ke dalam tarekat
yang didirikan oleh Pater Jules Chevalier disebabkan oleh suatu kepercayaan bahwa Pater
Jules Chevalier adalah seorang pemimpin yang inspiratif dan mempunyai intuisi dan
yang mampu membentuk kelompok tersebut.
Namun ketika kongregasi mulai berkembang dalam Gereja, Pater Jules Chevalier
sangat pribadi, kepada suatu bentuk pemerintahan yang lebih demokratis, dari suatu
kelompok yang berasal dari suatu budaya tunggal kepada suatu kongregasi internasional”
(Cuskelly,1975:134). Di sinilah kepemimpinan karisma Pater Jules Chevalier mengalami
perubahan yang signifikan. Paradigma baru yang berkembang saat itu bahwa yang
memainkan peranan yang paling besar dalam tarekat adalah kapitel-kapitel,
dewan-dewan, dan konsultasi yang selalu ada dalam kehidupan tarekat. Hukum-hukum Gereja
secara perlahan ditaati sehingga kepemimpinan karismatis harus tunduk kepada hukum
itu. Mulai saat itu kepemimpinan Pater Jules Chevalier berubah.
b. Pengertian Kepemimpinan Pater Jules Chevalier
Untuk memahami arti kepemimpian Pater jules Chevalier secara mendalam, dapat
dilihat di dalam aturan hidup religius yang tertuang secara khusus melalui konstitusi
tarekat seperti terkutip dibawah ini:
Dalam Konstitusi MSC, (2000: 80) tentang kepemimpinan dinyatakan :
Pemimpin akan berusaha sedapat mungkin agar para konfraternya tidak merasa dikuasai. Ia tidak akan memperlakukan mereka seperti seorang majikan yang berkuasa, tetapi memimpin dengan keramahan, kelembutan hati dan cinta kasih.
Kepemimpinan Pater Jules Chevalier pertama-tama bersumber dari Yesus Kristus
yang dihayati dengan menjadi murid-murid Kristus dalam pelayanan kepemimpinannya.
Belajar dari Pater Jules Chevalier sebagai inspirator yang selalu mewartakan Injil melalui
teladan hidup dan semangat kepemimpinannya dengan Yesus sebagai sumber hidup.
Adapun semangat kepemimpinan Pater Jules Chevalier yang tertuang dalam
1) Selalu mencari kehendak Tuhan dan bersedia dibimbing oleh Roh sebagai pemimpin
utama.
Seorang pemimpin berusaha mengarahkan para anggotanya untuk selalu mencari
kehendak Tuhan. Para pemimpin harus selalu gelisah apabila belum menemukan
kehendak Tuhan dalam hidup dan pelayanannya. Hal ini tampak dalam sejarah panggilan
Pater Jules Chevalier yang mengalami kegelisahan dalam mencari kehendak Tuhan yang
akhirnya dituntun Roh Allah untuk mendirikan kongregasi MSC.
2) Ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan.
Menjadi pemimpin bukanlah suatu tugas yang gampang. Berbagai tantangan dan
cobaan menjadi batu loncatan dalam mengemban tugas kepemimpinan ke arah yang lebih
baik. Dalam menghadapi tantangan tersebut seorang pemimpin harus memiliki keuletan
dan kesabaran. Semangat keuletan dan kesabaran tersebut ditunjukkan oleh Pater Jules
Chevalier dalam awal perjalanan kongregasi yang dirintisnya. Pater Jules Chevalier tetap
tabah dalam menghadapi kesulitan secara khusus menghadapi krisis kepemimpinan yang
ditujukan anggota kepadanya.
3) Memiliki visi dan misi dan bisa menularkannya kepada anggotanya.
Pater Jules Chevalier mendirikan kongregasi MSC dengan tujuan untuk berdoa
bagi Gereja, mengurus orang sakit dan terlantar, dan karya karitatif lainnya. Pater Jules
Chevalier mengajak para anggotanya bersikap ramah dan tulus memberi perhatian kepada
semua orang tanpa terkecuali (bdk. Kons. art.7).
Seperti dikutib Pater Cornelis Braun, Pemimpin Umum MSC dalam surat
pengesahan Konstitusi, (Kons. 2000: x) dinyatakan: “Pater Jules Chevalier sungguh yakin
semata-mata manusiawi, tetapi ia mengikuti panggilan dari Allah sendiri”. Di sinilah anggota
MSC diajak untuk mengenal Allah secara mendalam. Setelah mengenal Allah secara
pribadi maka misi MSC selanjutnya adalah memperkenalkan kebaikan Kasih Allah itu
kepada dunia sehingga Hati Yesus yang Mahacinta itu dikenal, dikasihi, dicintai di dalam
kehidupan bersama dalam komunitas, di dalam tugas pelayanan apa pun juga.
4) Memiliki keterbukaan.
Pater Jules Chevalier mengatakan bahwa “hendaklah para pemimpin menjadi
pelindung bagi para anggota yang lain”(Kons. art. 133). Karena itu ia harus memiliki
keterbukaan untuk menerima dan mengarahkan para anggota MSC lainnya.
5) Penuh perhatian kepada yang lemah.
Pater Jules Chevalier mengatakan “hendaklah para pemimpin menaruh perhatian
kepada anggota yang lemah baik jasmani maupun rohani, namun tidak mengabaikan yang
kuat” (Kons, art: 134 dan Statuta: 128)
6) Penuh cinta kasih
Para pemimpin hendaknya memiliki semangat cinta kasih dalam menghadapi para
anggota yang berdosa-bersalah. Ia harus menegor orang yang bersalah dengan ramah dan
sopan.
7) Bersedia menerima kritikan
Pemimpin bukanlah orang yang sempurna. Ia memiliki kelemahan dan
kekurangan, karena itu seorang pemimpin harus bersedia dikritik dan dinasihati orang
c. Perwujudan Kepemimpinan Kongregasi MSC dalam Tugas Perutusan Tarekat
Pemimpin biara diangkat oleh pemimpin provinsi dengan persetujuan dewannya
untuk masa bakti tiga tahun setelah mendengar pendapat komunitas yang bersangkutan
(Kons, art. 132). Tugas kepemimpinan adalah tugas pengabdian, dia dipanggil demi
penyelesaian masalah, demi tujuan, dan cita-cita bersama. Pertama-tama dimaksud
dengan pemimpin komunitas adalah mereka yang secara formal, resmi, sesuai jalur
organisasi tarekat, ditunjuk untuk memimpin suatu komunitas (Reksosusilo, 1983:252).
Dari pengertian ini, pemimpin mendapat dasar dan hak kepemimpinan yang jelas dari
kongregasi atau ordo yang bersangkutan. Dalam tugasnya pemimpin komunitas pada
hakekatnya ingin membuat komunitas ideal sesuai dengan cita-cita kongregasi,
komunitas yang tenteram sesuai dengan semangat dan karisma kongregasi atau ordo
seperti dalam konstitusi.
Pemimpin biara yaitu pemimpin komunitas adalah pengabdi dalam kesatuan yang
memungkinkan lahirnya komunitas yang hidup atas dasar iman dan kasih. Kesatuan
komunitas biara hanya bisa hidup dan berlangsung kalau didasarkan pada penghayatan
karisma pendiri secara bersama, lewat pengalaman iman. Tanpa kesatuan iman, kesatuan
karisma, tanpa pengalaman bersama yang diarahkan, komunitas tidak bisa lahir, berdiri,
atau berlangsung hidup.
Dari pernyataan tersebut di atas menjadi jelas bahwa pemimpin komunitas adalah
pengabdi yang melangsungkan dan membina persatuan komunitas dalam karisma tarekat.
Untuk bisa membantu komunitas menghayati hidup bersama dalam komunitas perlu
untuk mengetahui karisma awal salah satunya adalah semangat kepemimpinan pendiri.
Pemimpin komunitas menjadi salah satu penentu bagi kelangsungan tarekat lewat tugas
Adapun tugas-tugas kepemimpinan biara berdasarkan Konstitusi MSC. Diuraikan
sebagai berikut:
1) Membangun komunitas membutuhkan suatu usaha dan waktu, guna membentuk dan
memperbaiki para anggota.
Setiap anggota wajib membangun diri dari dalam, saling membangun dalam kerja
sama, pembicaraan, dan pergaulan; dan atas dasar itu semua anggota bersama
membentuk kesatuan di bawah pembinaan seorang pemimpin. Kalau banyak waktu
diberikan untuk bekerja, maka demi kebahagiaan komunitas dan para anggotanya, demi
suksesnya kerasulan atas dasar karisma religius, diperlukan waktu dan usaha juga untuk
pembinaan bersama. Setiap komunitas dipimpin oleh seorang pemimpin sesuai dengan
tujuan kongregasi yaitu menempati Injil dalam komunitas (Kons, art. 21).
Pemimpin komunitas sebagai penjiwa, inspirator yang mengarahkan gerak maju
bersama dengan doa, pembicaraan dan bimbingan rohani, yang dipersiapkan dan
dilakukan sepenuh hati sebagai tugas utama seorang pemimpin, melebihi pekerjaan dan
pengajaran lain-lainnya. Dengan teladan dalam perhatian, cinta kasih, kerendahan hati,
dan pelayanan serta kesabaran, ia mengangkat yang lemah, menahan yang terlalu kuat
untuk bersama-sama maju sebagai kesatuan: satu jiwa, satu perjuangan dengan satu
tujuan, kemuliaan Allah, kesempurnaan lewat pengabdian demi keselamatan sesama atas
dasar triprasetia dan karisma (Soenarja, 1984: 56).
2) Melayani kebutuhan jasmani dan rohani para anggota
Pemimpin biara berusaha dengan segenap kemampuannya dalam memperhatikan
kebutuhan jasmani dan rohani para anggota komunitas. Dalam bidang rohani pemimpin
mengadakan rekoleksi bulanan, retret, pendalaman Kitab Suci, dan latihan-latihan
pengembangan rohani, perlu dipersiapkan ruang doa khusus untuk meletakan Sakramen
Mahakudus sekaligus tempat untuk berdoa. Setiap anggota sedapat mungkin berkumpul
untuk membuka hari dan menutup hari, mengangkat pujian dan syukur kepada Tuhan,
mendoakan ibadat harian bersama dengan umat Allah di seluruh dunia. Setiap komunitas
setempat merupakan suatu kelompok dari jumlah anggota yang membentuk satu
komunitas dengan hidup bersama dan berdoa bersama. Menurut ukuran, komposisi, dan
aktivitas anggota, setiap komunitas setempat mempunyai coraknya sendiri. (Kons, art.
123)
3) Mengusahakan perkembangan rohani para anggota MSC
Mengingat latar belakang para anggota yang berbeda-beda, tanggungjawab
pemimpin terhadap mereka tidak hanya menyangkut fungsi mereka berlainan, tetapi juga
menyangkut gerak keterlibatan dan kematangan rohani yang berbeda-beda. Ia harus bisa
membiarkan orang tua yang sudah mantap dengan cara penghayatan kerohaniannya
tempo dulu disinkronisasikan dengan peraturan biara, tanpa memojokkan seseorang
sesuai dengan kapitel dan Gereja sesudah Konsili Vatikan II. Untuk itu pemimpin harus
mempunyai pengertian dan kesadaran cukup untuk menjelaskannya kepada semua
anggota. Setiap anggota harus dikenali secara pribadi dengan kekuatan dan
kelemahannya, latar belakang, watak, dan perangainya sendiri-sendiri.
4) Mengadakan pertemuan komunitas
Persatuan hidup dalam komunitas dapat dirasakan bila setiap anggota dengan
sadar menghayati spiritualitas dan karisma pendiri secara bersama, lewat pengalaman
komunitas demi perutusan, kerasulan yang diberikan oleh Gereja. Maka dalam hal ini
pemimpin komunitas perlu mengajak anggotanya untuk mengadakan pertemuan dalam
komunitas (Statuta, art.126). Dalam pertemuan ini yang mau dicari adalah kehendak
Tuhan. Untuk mencapai kehendak Tuhan orang harus melepaskan kepentingan sendiri
lewat kepentingan komunitas bersama, yang tidak selalu sama dengan yang diharapkan
anggota ini atau anggota itu.
Semua anggota komunitas juga pemimpin terbuka terhadap yang diketengahkan
dalam pembicaraan, dan obyektif menanggapi apa yang positif, apa yang negatif pada
setiap alasan atau alternatif yang diajukan. Semua perbedaan paham harus dikembalikan
pada konstitusi kongregasi dan keputusan terakhir berdiri tegak di atasnya. Keputusan
harus mengkonkritkan azas tujuan, mengembangkan hidup dan karya anggota. Dengan
demikian pembicaraan komunitas yang dilakukan para anggota bersama merupakan
langkah baru dalam perkembangan hidup kerasulan, pembangunan komunitas, dan
anggotanya dalam semangat kongregasi. Untuk tugas ini pemimpin komunitas bersama
wakilnya berunding secara teratur minimal tiga kali setahun, untuk membahas
kepentingan komunitas dan mencoba meningkatkan hidup bersama ( Statuta, art. 146).
5) Mengurus rumah tangga dalam komunitas
Pemimpin komunitas membentuk dan dibentuk oleh para anggotanya. Dalam
tugas-tugasnya pemimpin komunitas tidak lepas dari interaksi dengan sesama anggota di
komunitas. Untuk kelangsungan rumah tangga komunitas maka pemimpin komunitas
bertugas untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga dalam komunitas
demi kelancaran hidup bersama di komunitas. Hal ini meliputi karya pelayanan propinsi
mengerjakan dan menandatangani pembukuan kas komunitas bersama wakilnya.
Pemimpin komunitas bertindak mewakili komunitas di hadapan instansi-instansi
setempat, gerejawi dan sipil.
Hal ini ditegaskan lagi dalam Konstitusi MSC, (Kons.2000: art. 80) seperti
terkutip dalam Lukas 22: 26-27 yang menyatakan bahwa:
…Yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Karena itu, seorang pemimpin harus bersikap rendah hati, Kelemahlembutan dan
Kesabaran, sabar terhadap yang lain, mengampuni orang lain apabila seseorang menaruh
dendam terhadap yang lain, dan lebih dari itu ialah kenakanlah kasih sebagai pengikat
yang akan mempersatukan dan menyempurnakan. Dengan demikian damai sejahtera
Kristus memerintah dalam diri setiap pemimpin karena untuk itulah seorang pemimpin
telah dipanggil menjadi pelayan bagi sesama yang lain.
d. Fungsi Kepemimpinan Pater Jules Chevalier
Berdasarkan Statuta MSC 2000: art 133 dinyatakan:
Fungsi pemimpin adalah untuk membimbing dan mengarahkan anggota-anggota komunitas, serta menjamin suasana hidup yang lebih baik dan suatu iklim rohani, yang semuanya dirancangkan untuk menopang dan merangsang kehidupan Injil serta tugas perutusan untuk merasul dari komunitas. Ia tidak akan menerima ikatan lain yang akan merugikan fungsi utama ini.
Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan secara terperinci fungsi-fungsi
kepemimpinan Pater Jules Chevalier sebagai berikut: