iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur dan pujian skripsi ini kupersembahkan kepada
v MOTTO
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku,Hanya Dia
gunung batuku, hanya Dia kota bentengku aku tidak akan goyah”(Maz 62:2-3)
“Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI PARA
SUSTER PUTRI BUNDA HATI KUDUS BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH DI DAERAH JAWA
Pemilihan judul bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan kurang pahamnya para Suster dalam menghayati spiritualitas hati. Kenyataan ini perlu mendapat perhatian dalam pembinaan integral para Suster PBHK Daerah Jawa sehingga semakin memiliki keberanian dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati dalam hidup dan karya perutusan di daerah Jawa.
Permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana para Suster PBHK Daerah Jawa dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati berdasarkan pengalamannya akan Allah? Berdasarkan kenyataan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Inspirasi apa yang mendasari dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan karya perutusan? Mengapa Spiritualitas Hati perlu ditingkatkan sesuai dengan situasi jaman berdasarkan pengalaman komunitas PBHK di daerah Jawa? Bagaimana cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati berdasarkan pengalaman akan Allah? Dalam mengkaji permasalahan di atas, penulis menggunakan metode pendekatan langsung melalui wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada para Suster PBHK Daerah Jawa dengan beberapa pertanyaan penuntun.
Permasalahan tersebut dikonfrontasikan dengan sikap, tindakan dan cara hidup Yesus dan Bunda-Nya. Materi tentang cara hidup Yesus yang disajikan dalam penulisan ini untuk membantu para Suster PBHK agar semakin memiliki sikap Hati seperti yang dimiliki oleh Yesus. Para Suster PBHK yang menghayati spiritualitas hati perlu memiliki gambaran yang benar tentang Allah yang terwujud dalam Yesus dan memiliki pengalaman di kasihi oleh Allah. Oleh karena itu penulisan ini membahas pula tentang gambaran akan Allah yang dialami oleh Pater Pendiri Jules Chevalier, Menurut Konstitusi PBHK, Gerakan Kasih Allah dan Hati Ilahi (Belaskasih dan belarasa, kelembutan dan kerendahan hati).
Selama hidup Para suster PBHK terus-menerus membutuhkan pembinaan yang kiranya membantu para suster untuk berkembang dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati. Oleh karena itu penulis menawarkan suatu program
pembinaan dalam bentuk pendalaman iman dengan model Shared Christian Praxis
ix ABSTRACT
The title of this thesis is INTERNALIZING THE HEART SPIRITUALITY OF SISTERS OF SACRED HEART OF MERRY BASED ON THE EXPERIENCE OF GOD AT JAVA REGION.
The title is chosen based on the concern of the writer to the less of comprehension of the sisters in internalizing the heart spirituality. This fact should be given more attention in the integral building of the Sisters of Sacred Heart of Merry (PBHK) at Java Region, so they more have encouraging in comprehending and internalizing the heart spirituality in their life and mission at Java region.
The main problem is how these sisters can increase their ability in comprehending and internalizing the heart spirituality based on their experience of God? Based on the problem, the writer formulates the problems as follow: what is the inspiration which based the increasing of hearth spirituality internalizing in their life and mission? Why the Heart Spirituality should be increased according to the contemporary reality based on the experiences of PBHK community in Java region? How does the way to increase the spirituality internalization based on the experiences of God?
On the research, the writer use a directly approach to make interview and some of guiding questions. The problem has been confronted to the attitude, action and the way which has been chosen by Jesus and His Mother. The material about the way of life of Jesus which explained in this writing, hopefully able to help these sisters of PBHK in order to more belonging the Heart Attitude such as Jesus himself. These Sisters should have a right conception about God Who incarnated in Jesus Heart and had an experience to be loved by God. Therefore, this writing also explained about the imaging of God which had been experienced by Father Jules Chevalier, the Founding Father, According to the Constitution, The Compassionate of God and Divine Heart (Compassionate and Concern, humble and kind hearted).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah yang Mahakuasa atas berkat dan
rahmat-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI PARA SUSTER
PUTRI BUNDA HATI KUDUS BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN
ALLAH DI DAERAH JAWA.
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan dan upaya penulis
sebagai seorang anggota Kongregasi suster-suster Putri Bunda Hati Kudus terhadap
kemampuan dalam menghayati spiritualitas hati berdasarkan pengalaman akan Allah.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membantu para Suster PBHK Daerah Jawa
dalam usaha meningkatkan kemampuan dalam menghayati spiritualitas Hati dalam
hidup dan karya perutusan dimana Para suster sebagai pengemban karya Kristus di
dunia perlu memiliki semangat Hati Yesus yang berbelaskasih, lemah lembut,
rendahhati, berbelarasa dan pengampun.
Penulisan skripsi ini dibantu dan didukung oleh banyak pihak. Oleh karena
itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. J. Darminta, S.J selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan
waktu, penuh kesabaran dan keterbukaan hati mendampingi dan membimbing
penulis, memberikan sumbangan pemikiran yang memperdalam penulisan serta
kritikan yang membangun sehingga memotivasi penulis menuangkan ide dalam
xi
2. Drs.L.Bambang Hendarto Yuliwarsono,M.Hum selaku dosen pembimbing
akademik atau dosen wali, yang dengan penuh kesetiaan mendampingi penulis
dari awal studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Drs.H.J. Suhardiyanto, SJ selaku dosen pembimbing ketiga, yang telah
mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah membimbing serta
membekali pengetahuan dan keterampilan bagi penulis selama studi hingga
penulisan skripsi ini diselesaikan.
5. Sr.M.Immaculae PBHK, selaku Pimpinan Provinsi Kongregasi PBHK, yang
telah memberikan ijin, kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian ke komunitas-komunitas yang ada di daerah Jawa.
6. Sr.M.Madaleine PBHK, selaku mantan provinsial dalam masa baktinya telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk menimbah ilmu
di Prodi IPPAK,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang setia mendukung
memberikan motivasi, dan kepercayaan serta usul dan saran kepada penulis
hingga penulisan ini selesai.
7. Sr.M.Kristin,PBHK selaku pimpinan Daerah Jawa yang dengan setia
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Rm.Budi,MSC yang telah mendukung dengan memberikan buku-buku yang
dibutuhkan oleh penulis hingga penyelesaian skripsi ini.
9. Rm.Hendro Riberu,MSC yang telah memberikan masukan yang berharga kepada
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ……….. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penulisan ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Metode Penulisan ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II. SPIRITUALITAS HATI BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH ... 10
A. Spiritualitas Hati ... 10
1. Pengertian………. . ... 10
2. Spiritualitas secara umum ... 10
3. Spiritualitas Kristiani ... 12
4. Spiritualitas Khusus ... 12
5. Spiritualitas Hati menurut Alkitab ... 13
a. Pengertian Hati ... 13
xiv
c. Hati Yesus ... 16
B.Spiritualitas Hati PBHK ... 18
1. Spiritualitas Hati pendiri….. ... 18
a. Pengalaman dalam Keluarga ... 20
b. Terjatuh dari karang……. ... 20
c. Melepaskan diri dari Persahabatan ... 21
d. Khalwat Di Bourges……. ... 21
e. Aliran Hidup Rohani Kristosentris ... 22
2. Spiritualitas Hati Dalam Konstitusi ... 24
a. Hati dalam penghayatan Kaul-Kaul ... 24
b. Hati dalam Penghayatan hidup doa ... 29
c. Hati dalam penghayatan hidup Komunitas ... 31
d. Hati dalam Penghayatan Tugas Perutusan ... 34
3. Hati yang tergerak ... 38
C.Pengalaman akan Allah ... 40
1. Menggerakkan lewat Keadaan ... ... 40
2. Gambaran Akan Allah ... 41
a. Pendiri Konggregasi PBHK ... 41
b. Menurut Konstitusi PBHK ... 44
3. Gerakan Kasih Allah dan Hati Ilahi ... 46
a. Belas Kasih atau Belarasa ... 47
b. Kelembutan dan Kerendahan Hati ... 49
BAB III. PENELITIAN TENTANG PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI KONGGREGASI PARA PUTRI BUNDA HATI KUDUS DALAM HIDUP DAN KARYA PERUTUSAN DI DAERAH JAWA .. 51
A.Gambaran Umum Hidup dan Karya Perutusan Para Suster PBHK Daerah Jawa ... 51
1. Komunitas-Komunitas yang berada di Wilayah Keuskupan Purwokerto ………. 51
xv
b. Komunitas Kapencar ... ... 52
c. Komunitas Wonosobo... ... 52
d. Komunitas Pemalang... ... 53
e. Wisma Bunda Hati Kudus Pemalang ... 54
f. Komunitas Tegal ... 54
g. Komunitas Slawi ... 55
h. Komunitas Cilacap ... 55
i. Komunitas Sidareja ... 56
2. Komunitas-Komunitas yang Berada Dalam Wilayah Keuskupan Agung Jakarta. ... 56
a. Komunitas Kramat ... 56
b. Komunitas Grogol ... 56
3. Komunitas yang Berada dalam Wilayah Keuskupan Bogor adalah Komunitas Kota Wisata ... 57
4. Komunitas-Komunitas yang Berada dalam Wilayah Keuskupan Agung Semarang ... 57
a. Komunitas Parakan ... 57
b. Komunitas Yogyakarta ... 58
B.Penelitian tentang Penghayatan Spiritualitas Hati Kongregasi Para Putri Bunda Hati Kudus dalam Hidup dan Karya Perutusan di Daerah Jawa………. 59
1. Tujuan Penelitian ... ... 59
2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 59
3. Metode dan Alat Instrument Penelitian ... 60
4. Variabel Penelitian ... 61
5. Responden Penelitian ... 62
C.Pemaparan Data Penelitian... ... 62
1. Identitas Responden ... ... 62
xvi
Spiritualitas Hati.. ... 62
3. Peranan Para Suster PBHK dalam Menghayati Spiritualitas Hati ... 62
4. Tanggapan Para suster PBHK terhadap Penghayatan Spiritualitas Hati ... 62
A. Pembahasan Data Penelitian ... 62
1. Identitas Responden ... 63
2. Inspirasi yang Mendasari Para Suster PBHK Dalam Menghayati Spiritualitas Hati ... 67
3. Peranan Para Suster PBHK dalam Memperkembangkan Penghayatan Spiritualitas Hati dalam Hidup dan Karya di daerah Jawa ... 71
4. Tanggapan Para Suster PBHK terhadap Penghayatan Spiritualitas Hati dalam Hidup dan Karya di Daerah Jawa ... 87
B. Rangkuman Hasil Penelitian ... 93
C. Hasil Wawancara ... 96
D. Kesimpulan ... 107
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI SALAH SATU USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARA SUSTER PBHK DAERAH JAWA DALAM MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH………... 111
A. Gambaran Umum katekese ... 112
1. Pengertian Katekese ... 112
2. Tujuan Katekese ... 113
3. Tugas Katekese ... 115
4. Isi Katekese ... 115
5. Metode Katekese ... 115
6. Sumber Katekese ... 116
xvii
B. Model-Model Usaha Pembinaan dalam meningkatkan
penghayatan spiritualitas Hati ... 116
1. Rekoleksi ... 117
2. Retret ... 117
3. Katekese... 118
C. Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese ... 119
1. Pengertian Shared Christian Praxis………... 120
a . Shared ... 121
b. Christian... 123
c. Praxis ... 124
2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis……… 125
a. Langkah I : Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ... 126
b. Langkah II : Refleksi Kristis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual ... 127
c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau ... 130
d. Langkah IV: Interpretasi / Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ... 132
e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ... 134
D. Latar Belakang Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis ... 136
1. Pembuatan Tema dan Tujuan Katekese ... 137
2. Penjabaran Tema Usulan Program SCP ... 141
3. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 149
4. Contoh Satuan Program ... 150
BAB V. PENUTUP ... 167
A. Kesimpulan ... 167
xviii
DAFTAR PUSTAKA ... 173
DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii
Lampiran 1: Permohonan ijin Penelitian... (1)
Lampiran 2: Tanggapan Permohonan ijin Penelitian ... (2)
Lampiran 3: Pedoman Kuisioner untuk Para Suster PBHK Daerah Jawa ... (3)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara untuk Para Suster PBHK Daerah Jawa ... (14)
Lampiran 5: Lagu “ Ampuni Kami Tuhan” ... (15)
Lampiran 6: Lagu” Hatiku Hati-Mu ... (16)
Lampiran 7: Lembaran Cerita “Pengampunan itu Menyehatkan” ... (17)
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mrk : Markus
Yoh : Yohanes
Ibr : Ibrani
PB : Perjanjian Baru
PL : Perjanjian Lama
Yer : Yeremia
Yes : Yesaya
B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
xx
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983
LG
SC
:
:
Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja tanggal 21 November 1964
Sacrosanctum Concilium,Konstitusi Konsili Vatikan II tentang
Liturgi Suci, 4 Desember 1963
C. SINGKATAN LAIN
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
PBHK : Kongregasi Suster Putri Bunda Hati Kudus
Dirk : Direktorium
Hal : Halaman
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
KEK
Kons
KWI :
:
:
Kidung Ekaristi Kotabaru Yogyakarta,2009, Buku Nyayian umum
Konstitusi
Konferensi Wali gereja Indonesia
LBI : Lembaga Biblika Indonesia
xxi Lih
MAWI :
: Lihat
Majelis Agung Wali Gereja Indonesia
MB : Madah Bakti, Buku Doa dan Nyanyian Umum, diterbitkan Pusat
Musik Liturgi Yogyakarta, 2001
MSC : Missionariorum Sacratissimum Cordies Iesus
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PUK : Petunjuk Umum Katekese
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup Religius adalah hidup yang disucikan dan dibaktikan secara khusus
kepada Allah (KHK. kan. 573; bdk Kons. 1983:no.13) Allah memanggil manusia
dan manusia menjawabnya antara lain dengan cara hidup bakti. Hidup bakti
merupakan salah satu cara dalam menanggapi panggilan Tuhan. Tuhan memanggil
manusia agar bahagia, dan manusia menanggapi dengan penuh kasih, dengan cara
meninggalkan segalanya, dan memulai hidup dalam biara. Tujuan dari hidup religius
adalah mengejar kesempurnaan kasih dalam pelayanan kerajaan Allah. Allah meraja
berarti Allah menjadi penguasa atas hidup dan diri kita. Kalau Allah meraja maka
kitapun harus taat. Karena itu hidup religius haruslah menjadi tanda unggul Gereja
untuk mewartakan kebahagiaan dan kemuliaan surgawi.
Hidup religius adalah hidup yang disucikan, dibaktikan atau dipersembahkan
pada Allah. Allah adalah pusat dari seluruh hidup. Allah yang diutamakan dari
segala yang ada di dunia ini. Hidup religius merupakan bentuk yang tetap untuk
mengikuti Kristus sebagai yang dicintai lebih dari segala sesuatu. Tujuan utama
hidup religius adalah mengejar kesempurnaan. Dalam mengejar kesempurnaan
berbagai hal haruslah mendukung. Dukungan yang utama adalah kasih kepada Allah.
Allah kita cintai melebihi segala-galanya. Cinta kepada Allah diwujudkan antara lain
dengan terus-menerus membangun relasi dengan-Nya agar semakin hari, semakin
Tarekat Putri Bunda Hati Kudus merupakan tarekat religius yang dipanggil
dan diutus untuk mewartakan kerajaan Allah di dunia dengan menyebarkan
spiritualitas hati di zaman ini berdasarkan karisma dan spiritualitas pendiri.
Spiritualitas hati merupakan spiritualitas cinta yang berakar di dalam rahasia
inkarnasi Kristus sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia (Mangkey, 2002:
5). Spiritualitas hati yang integral, yang diilhami melalui Hati Kristus dan berakar
dalam Kitab suci dan tradisi, sangat perlu untuk masa sekarang. Bahasa hati tetap
merupakan cara yang dapat menghasilkan buah berlimpah untuk mewartakan pesan
injil. Tantangan untuk membangun kasih yang beradab yang diilhami oleh Hati
Tuhan sangatlah relevan. Hati yang remuk dari zaman ini sungguh semakin parah,
semakin menuntut penyembuhan.
Agar spritualitas hati dapat tersampaikan maka diperlukan orang yang
sungguh memiliki hati yang prihatin, hati yang peduli, hati yang berbela rasa, hati
yang mau mengampuni. Itu semua diperoleh berkat pengalaman relasi intim dengan
Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus, sehingga memiliki perubahan baik
dalam cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak sehingga mampu dan rela
menyerahkan diri seutuhnya demi karya perutusan.
“Artinya pengalaman akan Allah perlu terus-menerus disadari, dikenal dan dimiliki, sebab kalau kita kesulitan untuk berpegang pada Yesus secara serius dan untuk hidup sebagaimana Dia hidup, itu semua karena kita belum mengalami Allah sebagai Bapa. Pengalaman akan Allah sebagai Bapa-Nya merupakan sumber kebijaksanaan, kejelasan, keyakinan dan kebebasan radikal Yesus. Tanpa pengalaman ini adalah mustahil mengerti mengapa dan bagaimana Dia melakukan hal-hal yang dilakukan-Nya” (Nolan, 2009: 6).
Pengalaman akan Allah merupakan unsur yang hakiki dalam penghayatan
dalam hidup setiap orang termasuk hidup para suster PBHK yang di panggil dan
diutus untuk mewartakan kasih dan kebaikan Allah.
Kebaikan Allah yang dialami, bukan Allah yang diketahui lewat
pengetahuan, lewat dokrin-dokrin, atau berdasarkan kata para ahli teolog, akan tetapi
pengalaman akan Allah sungguh dialami sehingga secara tidak langsung diubah dari
manusia lama menjadi manusia baru, yang orientasi hidup bukan lagi diri sendiri
tetapi Tuhan dan sesama. Memang hal ini kurang mendapat perhatian dalam
pembinaan awal, dan bina lanjut, sehingga para religius mudah terjebak dalam status
sebagai orang terpanggil yang kemudian merasa paling dekat dengan Tuhan dan
merasa paling berhak memiliki hak-hak istimewa dibandingkan dengan orang lain.
Bahkan sudah merasa sudah jadi religius berarti sudah beres semuanya,
bahkan ada yang berhenti untuk bertumbuh dan berkembang, dan merasa sudah tahu
banyak tentang Allah dan mampu menjelaskan dengan baik dan benar namun dalam
kenyataan apa yang diketahui tidak diwujudnyatakan dalam realitas hidup.
Berbicara tentang hati yang mengampuni dan hati berbela rasa tetapi
kenyataan tidak mampu untuk mengampuni dan berbelarasa. Apa yang dikatakan
tidak sesuai dengan tindakan. Kecenderungan tertuju pada diri sendiri sehingga
rahmat daya ilahi menjadi terhambat bekerja dalam diri karena yang dikejar bukan
lagi apa yang dikehendaki Tuhan dan demi Hati Kudus di kenal dan dikasihi
dimana-mana tetapi ketenaran diri.
Pembicaraan mengenai Allah tentu bukan untuk dipahami saja, bukan pula
untuk dimengerti, melainkan juga berarti dalam hubungan pribadi dan bermakna bagi
bermuara pada pengalaman bersama Allah sehingga bermakna dan penuh arti
(Darmawijaya, 1993: 7). Pengalaman akan Allah yang dialami oleh para tokoh
dalam kitab suci perjanjian lama maupun perjanjian baru sungguh mempengaruhi
hidup mereka yang pada akhirnya apa yang diwartakan oleh mereka bukan lagi diri
mereka sendiri tetapi kasih dan kebaikan Allah yang dialami. Figure para tokoh
kurang nampak untuk jaman ini.
Tarekat Putri Bunda Hati Kudus yang disingkat PBHK merupakan Serikat
para suster yang menghayati spritualitas hati. Hidup dan mencintai menurut hati.
Cara hidup menurut Hati-Nya adalah jalan menuju kekudusan (bdk. Mat, 19: 21)
Tarekat PBHK didirikan oleh Pater Jules Chevalier MSC pada tanggal 30 Agustus
1874 di Issodun Perancis. Tarekat PBHK berkarya di berbagai Negara. Arah dan
tujuan perutusan dalam tarekat Puteri Bunda Hati Kudus nampak jelas dalam
semboyan tarekat yakni “ Semoga Hati Maha Kudus Yesus dikasihi di mana-mana”.
Bahasa latinnya” Ametur Ubique terrarium Cor Jesu Saccratissimum. Semboyan ini
mengungkapkan keinginan para suster Putri Bunda Hati Kudus untuk memuliakan
Hati Yesus, menjadi rasul-rasul cinta-Nya dan membaktikan seluruh hidup dan
kekuatan demi karya perutusan (Kons, 1983: no. 3).
Dasar karya perutusan Tarekat Putri Bunda Hati Kudus dalam Gereja yaitu
diutus oleh Gereja seperti Gereja yang diutus oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan
cinta-Nya yang berbelas kasih. Pater Jules Chevalier merasakan dalam hatinya suatu
kecemasan dan keprihatinan yang dalam terhadap kebutuhan orang akan iman, cinta
dan akan nilai-nilai Kristiani. Chevalier sadar bahwa ia dipanggil untuk berkarya
Bapa (Cuskelly,1975: 89). Para suster PBHK dipanggil dan diutus untuk mengambil
bagian dalam visi dan misi Pater Jules Chevalier.
Perutusan utama tarekat PBHK adalah untuk mewartakan cinta Hati Kudus
Yesus kepada semua orang agar mereka percaya akan kasih Allah yang berbelas
kasih. Para Suster PBHK dipanggil dan diutus melalui karya perutusan yang
dipercayakan oleh tarekat untuk mewartakan cinta Hati Kudus dalam berbagai
bidang karya kerasulan. Karya kerasulan hendaknya mengalir dari kesatuannya yang
mesra dengan Allah (bdk. kan.675 ; Kons, 1983:no. 71). Karya Kerasulan para suster
PBHK dalam berbagai bidang merupakan wadah utama untuk menanamkan
nilai-nilai kemanusiaan seperti ; cinta kasih, persaudaraan, kejujuran, keadilan,
kedisiplinan dan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman demi
pengabdian kepada orang yang tak berdaya dan pembangunan masyarakat yang adil
dan sejahtera.
Para suster PBHK hendaknya menghayati kharisma Pater Jules Chevalier
MSC yaitu cinta Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dengan amal kasih, kebaikan
hati dan keramahan kepada orang-orang yang dilayani sesuai dengan situasi zaman
yang di derita oleh manusia yakni individual, konsumerisme, dan isme-isme yang
semakin merajalela merasuki hati manusia. Seorang PBHK dapat menemukan
bahwa Hati Yesuslah merupakan jawaban atas segala persoalan hidup yang
mengintari hidup setiap manusia. Hati Yesus adalah Hati yang merangkul, yang
peduli, dan prihatin terhadap penderitaan dan pergumulan manusia karena Hati
Yesuslah adalah teladan sempurna bagi hidup bakti kita. Cinta-Nya adalah sumber
hidup dan karya kerasulan PBHK harus ditandai oleh suatu cinta yang tulus, yang
hangat akan Sang Sabda yang telah menjelma menjadi manusia.
Kerasulan PBHK menjadi nyata, apabila PBHK menyatakan kebaikan dan
cinta Hati Yesus yang menebus manusia, melalui kehidupan dan perbuatannya. Cara
hidup PBHK sebagai rohaniwan-wati kristiani berarti meneruskan dan
mengaktualkan serta membaharui cara hidup Hati Kudus Yesus, Sang Juru Selamat
yang rela menderita. Spiritualitas Hati perlu dihayati berdasarkan relasi intim dengan
Allah lewat Hati Yesus yang menjelma menjadi hati manusia, agar mampu
mempersatukan aspek kepribadian, kerohanian, kekeluargaan dan profesionalisme
dalam satu visi dan misi yang terpadu, mampu menjawab secara kristiani kebutuhan
manusia diera digital ini.
Menyadari pentingnya spiritualitas Hati yang didasari oleh pengalaman akan
Allah dalam hidup dan karya perutusan sebagai anggota PBHK yang diikat dan
menghidupi spiritualitas Hati maka penulis ingin para suster PBHK terus
meningkatkan penghayatan spritualitas Hati berdasarkan pengalaman akan Allah,
secara khusus diperhatikan pembinaan setiap suster PBHK sesuai dengan kharisma
pendiri yang berspiritualitas Hati dalam pembinaan awal dan pembinaan lanjut.
Untuk penghayatan spiritualitas Hati Para suster Putri Bunda Hati Kudus
hendaknya berdasarkan pengalaman akan Allah demi meningkatkan pelayanan
dalam hidup dan karya maka dalam tulisan ini penulis mengambil judul”
“Penghayatan Spiritualitas Hati Para suster Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut
dan pada akhirnya menjadi titik berangkat dari penulisan ini. Adapun masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Inspirasi apa yang mendasari dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas hati
dalam hidup dan karya?
2. Mengapa spiritualitas hati perlu ditingkatkan penghayatannya sesuai dengan
situasi jaman dan berdasarkan pengalaman komunitas suster PBHK di Daerah
Jawa?
3. Bagaimana cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati berdasarkan
pengalaman akan Allah?
C. Tujuan Penulisan
1. Menguraikan pengertian spiritualitas hati dan memahami inspirasi yang
mendasari penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan karya.
2. Perlunya peningkatan penghayatan spiritualitas hati sesuai dengan situasi jaman
dan berdasarkan pengalaman komunitas suster PBHK di Daerah Jawa.
3. Memaparkan cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan
karya berdasarkan pengalaman akan Allah.
D. Manfaat Penulisan
Penulis ingin dan berharap agar tulisan ini dapat memberi manfaat bagi:
Penulis dapat mengetahui latar belakang munculnya spiritualitas hati serta
memahami inspirasi yang mendasari penghayatan spiritualitas hati berdasarkan
pengalaman akan Allah dalam hidup dan karya perutusan.
2. Bagi Team Pembina dan Para Suster
Supaya spiritualitas hati perlu ditingkatkan pemahaman dan penghayatannya
dalam hidup dan karya perutusan berdasarkan pengalaman akan Allah yang
telah dialami para suster dan pembina sendiri.
3. Bagi pembaca dan orang-orang yang dilayani oleh Para Suster PBHK
Dapat mengetahui spritualitas hati yang dijiwai oleh pengalaman akan Allah
sangat bermanfaat demi perkembangan dan kemajuan pribadi menuju
kepribadian yang manusiawi dan kesempurnaan hidup dalam kasih Allah.
E.Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran
mengenai penghayatan Spiritualitas Hati Para Suster Putri Bunda Hati Kudus
Daerah Jawa, berdasarkan kajian pustaka dan penelitian lapangan dengan
menyebarkan data angket (Questionnaire) dan wawancara berupa pertanyaan yang
akan diberikan kepada para Suster yang berkarya di Daerah Jawa, untuk mengenali
indikasi-indikasi penghayatan nyata.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis
BAB I menguraikan pendahuluan yang berisi gambaran umum penulisan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat
penulisan,metode penulisan,sistematika penulisan.
BAB II menguraikan kajian pustaka berbicara,tentang spiritualitas hati dan
Pengalaman akan Allah. Spiritualitas Hati meliputi: pengertian spiritualitas,
spiritualitas secara umum, spiritualitas kristiani, spiritualitas khusus, pengertian Hati
dalam Kitab Suci, Hati dalam Karya Keselamatan, Hati Yesus. Spiritualitas Hati
PBHK meliputi : spiritualitas Hati Pendiri Jules Chevalier, spiritualitas Hati dalam
Konstitusi PBHK. Pengalaman akan Allah meliputi: Menggerakkan lewat keadaan,
Allah bergerak untuk menjawab, Gambaran akan Allah menurut Pendiri Jules
Chevalier, Gambaran akan Allah menurut Konstitusi PBHK, Gerakan Kasih Allah
dan Hati Ilahi, belaskasih dan belarasa, kelembutan dan kerendahan hati
BAB III gambaran umum para suster PBHK Daerah Jawa, penelitian tentang
penghayatan spiritualitas hati para Suster Putri Bunda Hati Kudus dalam hidup dan
karya di Daerah Jawa meliputi: gambaran hasil penelitian dan catatan kritis dari
hasil penelitian penghayatan spiritualitas hati .
BAB IV untuk memberikan sumbangan pemikiran penghayatan spiritualitas
Hati berdasarkan pengalaman akan Allah melalui katekese model Shared Christian
Praxis (SCP) kearah peningkatan penghayatan spiritualitas Hati bagi para suster
Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan pengalaman akan Allah dalam hidup dan karya.
BAB V menguraikan kesimpulan dan Penulis ingin menegaskan kembali isi
BAB II
SPIRITUALITAS HATI
BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH
Bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian
spiritualitas, spiritualitas kristiani, spiritualitas khusus, spiritualitas hati menurut
Alkitab, Hati dan karya keselamatan, Hati Yesus, spiritualitas hati PBHK,
Spiritualitas Hati Pendiri, spiritualitas Hati dalam konstitusi PBHK, Hati yang
tergerak, menggerakkan lewat keadaan, gambaran akan Allah menurut pendiri
konggregasi PBHK, Gambaran akan Allah menurut Konstitusi PBHK, Gerakan kasih
Allah dan Hati Ilahi; belaskasih dan berbelarasa, kelembutan dan kerendahan hati.
A.
Spiritualitas Hati1. Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas berasal dari bahasa Latin yakni spiritus yang berarti Roh. Jadi
Spiritualitas berarti “Orang yang digerakkan dan ditangkap oleh Roh Kudus.
Mereka yang ditangkap oleh Roh mempunyai gaya hidup yang khas dimana seluruh
hidupnya tertuju kepada usaha untuk membuka diri bagi karya Roh” (Jacobs, 1989:
2).
2. Spiritualitas secara umum
Spiritualitas merupakan suatu corak hidup, bentuk atau cara hidup seseorang
untuk berusaha menjadi dirinya sendiri. Rumusan pengertian ini masih bersifat
Pertama; bahasa dan kata. Bahasa dan kata-kata seseorang dapat
mengungkapkan konsep tertentu bahkan lebih dari kesadaran maupun
pengalamannya. Meskipun mempunyai nilai relative, bahasa dan kata-kata
merupakan suatu sarana yang mudah dan cepat dipakai untuk menemui orang lain.
Kedua; Tindakan manusia yaitu suatu tindakan yang tidak hanya tindakan
konkret tetapi juga segala unsur dan pengaruh yang turut mewarnai tindakan itu.
Manusia menyatakan dirinya melalui bahasa tubuh (non verbal) dan juga bahasa
verbal dapat dipakai dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jadi kata dan tindakan
saling mempengaruhi untuk mengungkapkan keadaan batin seseorang dan
mengekspresikan suatu sikap asasi yang dasariah dari hidup seseorang (Darminta,
1973: 43).
Spiritualitas merupakan sesuatu yang nyata dalam perbuatan seseorang
karena dalam arti umum spiritualitas adalah suatu cara hidup. Berdasarkan
pemahaman diatas maka spiritualitas berarti suatu cara mengaktualisasikan seluruh
kerelaan diri dan hidup terhadap satu nilai yang ditemui dan disadari sebagai yang
berharga bagi hidup dan diri seseorang. Seseorang memilih salah satu nilai dari
bermacam-macam nilai yang dihadapinya itu berarti dia menemukan suatu panggilan
dalam hidupnya dan yang pantas dilaksanakan dan dimiliki serta membentuk suatu
pola tertentu, baik cara menemukan maupun cara mengaktualisasikan panggilan itu
3. Spiritualitas Kristiani
Spiritualitas Kristiani penting untuk semua orang, maka maknanyapun tidak
bersifat dogmatis ataupun preskriptif yang hanya berkaitan dengan hukum atau
peraturan agama tertentu. Spritualitas juga bukan hanya penerapan teologi di dalam
hidup sehari-hari. Spiritualitas berkaitan erat dengan kehidupan dan pengalaman.
Kata itu dipahami sebagai usaha dan tanggapan seseorang untuk terus bergerak
menuju kepada kepenuhan dan kesempurnaan hidup yang dicita-citakan (Heryatno,
2008: 88-89)
4. Spiritualitas Khusus
Dalam tradisi Katolik spiritualitas berhubungan erat dengan kehidupan umat
beriman ada berbagai macam spiritualitas yakni ada spiritualitas kelompok awam,
tarekat atau religius yang meyakini hidup mereka dipanggil oleh Allah secara total
mengabdi kepada Allah dan melayani sesama. Begitupun tarekat Putri Bunda Hati
Kudus memiliki spiritualitas khusus menurut kharisma dan spiritualitas pendiri
tarekat melalui tulisan-tulisannya jelas bahwa dengan spiritualitas dimaksudkan cara
hidup, cara berelasi, cara mencintai, cara bersikap,cara bertindak, dan cara kerja
tertentu yang dipimpin oleh Roh (Ohoitimur, 2009: 2)
Dari berbagai definisi spiritualitas yang sedemikian kaya maka untuk uraian
ini sebagai benang merah bermuara pada yang dirumuskan oleh Tom Jacobs :
a. Spiritualitas yang berasal dari kedalaman hidup atau inti hidup seseorang
sehingga nampak dalam cara bertindak, cara bersikap, cara berelasi dan semuanya
“Roh” yang membantu dan mendorong hati seseorang untuk terbuka dan peka
akan tanda-tanda zaman dan situasi di sekitarnya serta mampu dalam
mensosialisasikan dirinya mengikuti pola perkembangan zaman.
b. Spiritulitas sebagai yang menunjukkan pada kebatinan: keadaan, kondisi hidup
seseorang baik dalam situasi menyenangkan maupun situasi yang sulit atau tidak
menyenangkan tetapi tetap berpegang pada kuasa dan kehendak Allah sebab
Allah selalu berbicara didalam hati seseorang yang dapat menggerakan jiwanya.
c. Spiritualitas sebagai karya atau gerak Roh (Jacobs, 1989: 2) Roh memang
anugerah Allah dalam hati (lih. Rom 5: 5) membantu dan mendorong hati
seseorang untuk terbuka kepada sebuah kepenuhan hidup melalui relasi intim
dengan Allah dan menyerahkan serta mengabdikan hidupnya untuk melayani
Allah dan sesama di dunia yang nyata.
5. Spiritualitas Hati Menurut Alkitab.
Spritualitas Hati dalam Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup Allah yang
mengasihi manusia tanpa batas. Landasan utamanya adalah sejarah manusia yang
diangkat masuk ke dalam sejarah keselamatan Allah karena Allah begitu mencintai
manusia. Puncak Spiritualitas Hati Allah terdapat didalam Hati Putra-Nya Yesus
Kristus yang di utus-Nya.
a. Pengertian Hati.
Kata “Hati” sering dipakai baik dalam Kitab Perjanjian Lama (PL) maupun
dalam Kitab Perjanjian Baru (PB). Hati adalah istilah antropologis yang mengandung
menunjuk pada anggota tubuh yang menjadi pusat kekuatan serta kehidupan
manusia. Hati dalam arti kiasan yaitu pusat kehidupan manusia baik secara
spiritual,intelektual, hakekat batin dan pusat perasaan (Yubelium 150 tahun MSC,
2004: 1)
Kitab Perjanjian Baru Hati merupakan pusat kehidupan intelektual, spiritual, sebagai akar hidup religius, tempat mana Allah berdiam dan daripada-Nyalah tingkah laku moral manusia diukur dan ditentukan. Hati adalah inti terdalam hidup manusia dalam keterjalinannya dengan Allah dan sesama sehingga hati mencakup aspek kehidupan manusia seperti hidup batin, afeksi,perasaan,kehendak dan refleksif (Yubelium 150 tahun MSC, 2004: 1)
Itu berarti, hati menjadi pusat kesadaran manusia akan dirinya sebagai pribadi.
Hati adalah tempat Roh Allah bertahta. Roh Allah yang bertahta di dalam hati itulah
sebagai kekuatan yang mendorong manusia untuk mengimani Allah dan sekaligus
mengubah dan membaharui hidup manusia sehingga dapat bermakna dan berguna
bagi Allah dan sesama. Hati sangat perlu untuk di jaga kemurnian dan ketulusannya
dengan membangun relasi kepada Allah dan sesama dengan tulus dan jujur.
Kejujuran adalah salah satu kunci untuk membuka pintu Surga. Amsal 4: 23
mengatakan “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan.” Ayat itu mau mengingatkan dan menekankan pentingnya hati
karena hati adalah sumber kehidupan, perasaan, pikiran, kehendak dan sikap
seseorang (Bovenmars, 1991: 11)
Hati manusia adalah tempat dimana Allah bersemayam, karena itu setiap
orang tetap menjaga hatinya agar hati menjadi tempat yang subur bagi karya atau
gerak Roh Kudus sehingga mampu dan terus-menerus menjalin relasi intim dengan
Allah yang kasih-Nya sangat mengagumkan. Kasih Allah mengagungkan itu
inti hidup Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus sebagai jalan dan
Penyelamat bagi manusia.
b. Hati dalam Karya Keselamatan
Karya Keselamatan dilaksanakan oleh Kristus karena Allah menghendaki
semua manusia selamat dan mengenal kebenaran (1Tim 2:4). Setelah Ia pada zaman
dahulu berulang kali dan dengan pelbagai cara bersabda kepada nenek-moyang kita
dengan perantaraan para nabi (Ibr 1:1), ketika genaplah waktunya, Ia mengutus
Putera-Nya, sabda yang menjadi daging dan diurapi oleh Roh Kudus, untuk
mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin, untuk menyembuhkan mereka yang
remuk redam hatinya (Lih Yes 61:1;Luk 4:18) ”Sebagai tabib jasmani dan rohani”
(Ef 7: 2), pengantara Allah dan manusia (1Tim 2:5), sebab dalam kesatuan Pribadi
Sabda menjadi manusia itu semua menjadi suatu upaya keselamatan kita. Oleh
karena itu di dalam Kristus adalah ‘Ya’bagi semua janji Allah (2 Kor 1: 20)
(Dokumen Kons Vat.II, 1993: 3. bdk SC, art.5).
Puncak spiritualitas hati Allah terdapat di dalam hati Putera-Nya sendiri.
Penjelmaan Allah menjadi manusia mengungkapkan bahwa Allah sungguh
mencintai manusia melalui hati manusiawi Putera-Nya. Hati manusiawi Yesus itulah
seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa. Perutusan Putera-Nya untuk
menjadi manusia seperti kita dimana tinggal di tengah-tengah sejarah hidup manusia
dan menjadi senasib dengan manusia merupakan pernyataan cinta yang mengukir
dari hati Allah bagi manusia. Secara konkret Spiritualitas hati Allah itu begitu nyata
“Aku diutus untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin,memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi
orang-orang buta, membebaskan orang-orang tertindas,memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang”.
Hati Yesus terungkap jelas dalam pewahyuan dan pernyataan Cinta dan
belas kasih Allah kepada manusia. Seluruh hidup Yesus adalah pelaksanaan cinta
Allah sampai Yesus rela menderita dan wafat di kayu salib demi menanggung
dosa-dosa dan menyelamatkan umat manusia (Luk.4;18-19; Yubelium 150 thn MSC,
2004: 2).
c. Hati Yesus
Hati Yesus merupakan diri Yesus sendiri yang lambungnya ditikam di atas
kayu salib oleh serdadu sehingga keluarlah air dan darah. Air dan darah merupakan
lambang bahwa Yesus memberikan cinta sehabis-habis-Nya kepada dunia dan
manusia. Ketika Yesus menyerahkan hidup-Nya dan lambung-Nya terbuka dan
menganugerahkan Roh dan mengalirlah cinta kasih-Nya kepada kita. Dalam
Peristiwa inilah Yesus mewahyukan atau menyatakan kepada kita, bahwa betapa
Allah mencintai dunia dan manusia. Hati Yesus yang tertikam merupakan sumber
kehidupan dan keselamatan bagi manusia yang tidak kunjung habis. Symbol hati
yang tertikam menunjuk kualitas atau mutu hati Yesus yang selalu mengalir
tanggapan terhadap orang-orang sakit,lapar, kerasukan roh, jahat,bodoh, janda dan
mereka yang datang dengan berbagai beban dan penderitaan (Yubelium 150 tahun
Yesus melihat orang yang terusik dan patah hati, seperti kawanan domba tanpa
gembala,orang buta, lumpuh, tuli, lapar dan haus yang dibawah kepada-Nya,
hati-Nya tergerak oleh belaskasihan untuk menolong dan merasa bersama dengan mereka
menyatakan kasih Allah kepada manusia. Jadi hati Yesus yang dirobek oleh tombak
serdadu juga menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus; cinta belaskasih,
kelembutan, keberanian, ketaatan, sembah-sujud dan penyerahan diri kepada Allah
Bapa. Ketika itu hati Yesus terbuka lebar telah mengalirkan kasih yang tak terhingga
bagi pembebasan manusia dari keterbelengguan atas dosa-dosanya. Hati Yesus
menandai dunia dengan membangunkan keyakinan setiap manusia bahwa cinta-Nya
yang mengalir dari hati yang tertikam menyatakan kematian telah dikalahkan oleh
kehidupan baru dengan peristiwa kebangkitan-Nya. Hati Yesus yang tertikam itu
membuka mata hati setiap manusia, terutama bagi manusia yang memandang kepada
hati-Nya akan merasa bahwa telah lahir sebuah dunia baru. Dunia yang penuh
dengan kebaikan dan belaskasih yang terpancar dari Hati Yesus. (Yubelium 150
tahun MSC, 2004: 5).
Hati Yesus merupakan gambaran cara Tuhan mencintai, tergerak oleh
kehadiran dan kondisi orang lain. Model gerakan Hati Yesus adalah compassion,
tergerak oleh belaskasih, ”love, care”. Compassionate heart tampak dalam situasi
konkrit dan berwujud empati. Sikap dan tindakan ditentukan oleh compassion yang
hidup dalam hati (Ohoitimur,2009: 3).
Pola hidup Hati Yesus adalah suatu karya, pergaulan yang menyembuhkan,
membebaskan, mempersatukan, mengutuhkan dan menguduskan semua yang ingin
justru Ia sendiri datang, turun,bergaul, menemani dan melibatkan diri dengan
perjuangan manusia. Ia mau menanggung kerelaan untuk datang dan turun ke dunia
dengan segala konsekuensinya sampai menderita dan wafat di kayu salib. Hati yang
terbuka mengundang dan memanggil semua orang berdosa untuk masuk ke dalam
Hati-Nya guna mohon kasih pengampunan,’minum air dan darah segar,’yang
menghidupkan dan menyegarkan.
B.Spiritualitas Hati PBHK
Spritualitas Hati Putri Bunda Hati Kudus adalah Spritualitas yang bermuara pada
hati Yesus yang berbelaskasih yang telah dirintis dan dihayati oleh Pendiri Tarekat
PBHK.
1. Spiritualitas Hati Pendiri
.
Pada tahun 1789 revolusi Perancis berpengaruh besar dalam sejarah dunia,
khususnya di Eropa. Revolusi Perancis lebih bersifat sosial dan politik yang
dampaknya sangat besar bagi kehidupan beragama. Tuntutan yang hendak dicapai
oleh revolusi adalah kebebasan mutlak di bidang sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan dan pendidikan. Tuntutan itu akhirnya turut mempengaruhi kehidupan
keagamaan dan iman umat. Gereja akhirnya menjadi sasaran kebencian Revolusi
dan rakyat bahkan simpati rakyat terhadap Gereja mulai hilang karena pemimpin
Gereja di mata rakyat adalah kaum bangsawan yang menjadi penghambat perbaikan
nasib rakyat sebab hubungan pimpinan Gereja dan pimpinan Negara sangat erat.
Masyarakat memberontak dan ingin bebas dari kekuasaan dan pengaruh
Gereja. “Biarlah segala sesuatu berlangsung tanpa campur tangan Gereja. Agama dan
harus dilawan. Dalam situasi demikian manusia berpaling kepada pendewaan akal
budi. Akal budi manusia dipandang sebagai penguasa tunggal, Iman akan Allah
yang berbelas kasih yang telah hadir dan menuntun mereka justru mulai diabaikan
bahkan disingkirkan.
Muncul faham baru seperti: agama itu soal pribadi karena itu perlu
disingkirkan dari kehidupan bersama. Urusan politik, sosial,ekonomi, ilmu
pengetahuan dan kesenian, bukanlah urusan agama. Akibatnya muncul faham
liberalisme yang menuntut kebebasan mutlak akal budi manusia,kapitalisme dan
ateisme tanpa cinta kasih, kesombongan rohani, sikap anti-klerikalisme
mendominasi dan merajalela dalam kehidupan masyarakat (Ohoitimur, 1986: 9-11)
Peristiwa itu membuat masyarakat hidup dalam ketakutan, kecemasan,
ketidakpastian. Pater Jules Chevalier dengan pikiran yang tajam dan hati penuh
iman, mampu merumuskan penyakit jamannya dengan tepat. Pengalaman iman
Pater Jules Chevalier percaya akan cinta Allah sebagai obat mujarab yang mampu
untuk menyembuhkan penyakit-penyakit jaman yang menimpa manusia dan
menyerukan suatu kebangkitan baru untuk mulai percaya kepada cinta Allah.
Percaya akan cinta Allah berarti membiarkan diri untuk dikuasai oleh cinta Allah
(Ohoitimur, 1987: 32-33).
Pengalaman Pribadi merupakan unsur yang menentukan apa yang dihayati
oleh manusia dan suatu institusi sentral serta suatu pengalaman yang dihayati,
memenuhi jiwa dan hatinya, lalu mengubah hidupnya. Pengalaman itu dibangun
berdasarkan pengalaman yang terjadi sebelumnya dan diyakini sebagai
hidup yang di hadapi di waktu yang akan datang. Beberapa pengalaman Pater Jules
Chevalier yang membawa pengaruh bagi hidupnya yakni:
a. Pengalaman dalam keluarga.
Pater Jules Chevalier dibesarkan dalam keluarga yang miskin dan sederhana.
Ayahnya seorang buruh penjaga hutan dan ibunya seorang penjual sayur. Mereka
berdua tidak mampu mengatasi kemiskinan yang dialami dalam keluarga.
Kehidupan beragama kedua orangtuanya berbeda. Ibunya sangat setia terhadap
kehidupan keagamaan sedangkan ayah bersikap acuh tak acuh terhadap agama.
Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan Jules tidak langsung masuk Seminari,
melainkan harus terlebih dahulu bekerja sebagai tukang sepatu.
Pada usia 18 tahun ia baru diperbolehkan masuk Seminari. Pengalaman dalam
keluarga itu turut mempengaruhi watak Jules (Ohoitimur,1986: 14).
b. Terjatuh dari karang.
Peristiwa ini terjadi sewaktu Jules di Seminari Menengah Saint Gautier.
Pada musim dingin tahun 1842, bersama teman-teman seminaris, Jules
berjalan-jalan menelusuri tebing sungai Creuse dekat benteng connives. Sebagai orang muda
yang pemberani, Jules dengan dua teman mengambil jalan yang lebih curam di
pinggir gunung. Karena licin, ketiga-tiganya tergelincir. Dua temannya berhasil
selamat karena memegang akar kayu, sedangkan Jules terperosok masuk ke dalam
jurang yang dalammya kurang lebih 30 meter. Ketika diangkat Jules sudah tidak
menunjukan tanda-tanda kehidupan lagi, sehingga pastor yang bersama mereka
terdekat dan dibaringkan di antara dua buah lilin yang bernyala. Sementara itu para
seminaris terus-menerus mendoakan keselamatan jiwanya. Berita segera
disampaikan kepada rector Seminari yang kemudian mengirimkan seorang dokter
untuk menjemput jenazah itu. Para seminaris dikumpulkan di ruang belajar untuk
mendaraskan mazmur orang mati. Mendengar bunyi kereta, rektor segera keluar
menyongsong jenazah siswanya. Tetapi ia begitu terkejut ketika mendegar suara
Jules Chevalier yang mengatakan bahwa ia tidak mati. Rektor sendiri sangat terkejut
sehingga ia sendiri jatuh sakit selama 7 hari. Sebab Juleslah satu-satunya korban
peristiwa tersebut (Ohoitimur, 1986: 15).
c. Melepaskan diri dari Persahabatan.
Sewaktu di Semenari Jules menjalin relasi khusus dengan seorang teman
seminaris, yang disadari bahwa bersahabat itu baik, tetapi menyebabkan
perhatiannya menjadi terbagi dimana lebih utama temannya dari pada membangun
relasi kepada Tuhan. Jules sadar bahwa menjalin relasi dengan temannya sangat
menghambat usahanya untuk semakin dekat kepada Kristus, maka Jules berani
mengambil keputusan untuk melepaskan persahabatan dengan teman-temannya.
Peristiwa ini bagi Jules merupakan suatu rahmat dari Tuhan, sehinggaa ia boleh
menyadari itu, dan lebih memilih mengikuti panggilannya (Ohoitimur, 1986: 16).
d. Khalwat di Bourges.
Khalwat yang dipimpin oleh Pater Mollevaut, imam Saint Sulpice itu sangat
menyentuh hati Jules. Jules menulis; ” kata-katanya biasa saja, tetapi sangat
merasa sebuah perubahan terjadi dalam dirinya bahkan lebih bersemangat ingin
menjadi seorang semenaris teladan” (Ohoitimur, 1986: 16).
e. Aliran hidup rohani Kristosentris.
Di seminari, Jules Chevalier ikut serta dalam aliran rohani Perancis yang
diajarkan dan dipraktikkan oleh pastor-pastor Sulpician. Inti aliran hidup rohani itu
ialah Kristosentris dan bersifat sacerdotal.
Mereka memandang Kristus sebagai Iman Agung satu-satunya yang karena menduduki tempat pertama dan utama, mampu memuliakan Tuhan dan melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Secara praktis dikembangkan devosi-devosi dan doa-doa untuk menyembah Kristus. Aliran itu berkeyakinan bahwa tugas panggilan seorang imam ialah melaksanakan kehendak Kristus dan melanjutkan karya-Nya, dengan membiarkan Kristus hidup dalam diri seorang imam sehingga seluruh hidup dan tindakan seorang imam diarahkan dan ditujukan kepada kemuliaan Allah (Ohoitimur, 1986: 17).
Agar pengalaman yang telah dikemukakan terbukti suatu pengalaman iman
pribadi, maka marilah mengikuti refleksi iman pribadi Pater Jules Chevalier sebagai
berikut;
1) Pengalaman dalam keluarga.
Kesulitan ekonomi dalam keluarga membuat Jules Chevalier memahami apa
artinya penderitaan hidup. Penderitaan harus ditanggung dalam ketabahan hati.
Seluruh hidup dan hati diarahkan kepada tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi
kesulitan. Menunda studi di Seminaris selama 5 tahun adalah suatu pengurbanan
demi tugas dan pengabdian kepada keluarga. Dengan segenap hati dan setia ia
mengembangkan serta mengarahkan sifat-sifat bawaanya kepada pengabdiannya
2) Melepaskan diri dari persahabatan manusiawi.
Jules Chevalier mengetahui bahwa ia harus mengambil sebuah langkah
pengorbanan dengan sebuah usaha untuk melepaskan sahabatnya. Sebuah
pengorbanan demi sesuatu yang lebih, sesuatu yang membawa kebajikan demi
menggapai cita-cita imamatnya. Ini juga merupakan suatu bentuk penyangkalan diri
yang membuat hatinya bebas untuk melayani Allah, dan iapun merasakan
kesanggupan ini merupakan rahmat dari Tuhan yang memberikan kemampuan untuk
berefleksi dengan penuh kesadaran bahwa segala sesuatu termasuk persahabatan
yang menghambat panggilan rela dilepaskan (Ohoitimur, 1986: 18).
3) Terjatuh dari karang.
Kejadian itu membawa Jules Chevalier kepada suatu pertobatan total. Jules
menemukan keagungan dan kekuasaan mutlak. Tuhanlah yang menyelenggarakan
dan mengatur seluruh kehidupannya. Demikianlan iman Jules Chevalier semakin
kuat dan ia bertekat untuk hidup sungguh-sungguh di bawah pengaruh imannya
kepada Allah (Ohoitimur, 1986: 18).
4) Khalwat di Bourges.
Khalwat itu sudah memberikan kepadanya suatu rahmat untuk menyerahkan diri
secara penuh kepada Tuhan. Jules merasakan suatu kekuatan ilahi yang
mendorongnya untuk menjawab secara penuh dan utuh tuntutan kehendak Tuhan.
5) Aliran rohani Kristosentris.
Bagi Jules Chevalier, Kristus adalah pusat segala sesuatu. Dan sifat khas dari
Kristosentris itu ialah Hati-Nya. Semangat iman Jules berkobar-kobar karena ia
menemukan misteri cinta Hati Yesus itu. Dengan latar belakang aliran rohani
tersebut dapat dimengerti dengan tepat tekanan yang diberikan oleh Jules Chevalier
kepada Kristus. Tekanan itu berpusat pada Hati Kudus Yesus. Karena menurut Jules
Chevalier, Allah dimuliakan melalui keterbukaan Hati Kristus untuk mencintai umat
manusia dan menyelamatkan mereka. Hati Kudus Yesus merupakan “Pusat” karya
keselamatan Yesus bagi manusia (Ohoitimur, 1986: 18).
2. Spiritualitas Hati dalam konstitusi PBHK
Spiritualitas hati PBHK adalah cara hidup yang baru, cara hidup menurut
Hati Allah yang berbelaskasih, jalan identifikasi dan transfigurasi dengan Yesus
menuju kekudusan melalui profesi hidup religius dalam hidup doa, hidup komunitas,
karya perutusan dengan penghayatan ketiga nasihat injili: ketaatan, kemurnian dan
kemiskinan (Yeh 36: 26,28; lih Yoh 13:1-2,17).
a. Hati dalam Penghayatan Kaul-Kaul
1) Kaul Ketaatan
Kata ketaatan (Inggris: obidience) berasal dari kata Latin obaudire yang
berarti mendengarkan. Inti dari kaul ketaatan adalah terbuka, mencari, mendengarkan
dan menjawab sapaan Allah serta melaksanakan kehendak-Nya dalam situasi
kehidupan suster PBHK (Kons,1983:no. 47-48). Bila ketaatan dipahami sebagai
mencari, mendengarkan dan menemukan kehendak-Nya melalui doa dan kerendahan
mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya menjadi pendengar dan pelaksana
sabda dengan aktif-berinisiatif melakukan terobosan-terobosan baru dalam hidup
dan karyanya tanpa takut untuk membuat suatu kesalahan.
Para suster PBHK perlu menyadari, bahwa kehendak Tuhan disampaikan
kepada suster PBHK di dalam lubuk hati, melalui Kitab Suci, ajaran Gereja,
Konstitusi dan juga Direktorium serta dialog yang tulus dengan para pemimpin dan
suster-suster dalam komunitas sehingga para suster PBHK akan terus berusaha
mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki dan mencari pengetahuan dan
ketrampilan-ketrampilan yang mengalir dari kedalaman lubuk hati yang dituntut oleh
karya pelayanan dalam rangka menanggapi kebutuhan masyarakat di mana suster
PBHK berada dalam terang kharisma tarekat. On going formation merupakan hal
yang mengalir secara alami dari rasa tanggungjawab suster PBHK untuk menghayati
karya-karyanya sebagai ketaatan terhadap kehendak Allah sendiri dengan
berpedoman pada surat Filipi 2: 5-8 yang berbunyi demikian:
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak mengangap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya,dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Para suster PBHK dapat mencapai kepenuhan, hanya bila mempercayakan
diri dalam rencana kasih Allah. Sebab itu, ketaatan adalah satu-satunya jalan bagi
manusia dengan budi dan kehendak bebas dapat mencapai disposisi kepenuhan
kemanusiaannya (Rev. Kons,2011:no. 2 ; The Service of Authority and Obedience,
Dalam Filipi 2:1-5 dikatakan “karena dalam Kristus ada nasihat, ada
penghiburan kasih, ada persekutuan roh, ada kasih mesra dan
belaskasih...hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih,satu jiwa,satu tujuan
dengan tidak mencari kepentingan sendiri…hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.
Menurut Paulus keutamaan-keutamaan tersebut adalah bersifat hakiki bagi
setiap orang Kristen dan juga menurut pater Chevalier sifat hakiki ini dimiliki oleh
setiap Putri Bunda Hati Kudus, dikatakan bahwa Putri Bunda Hati Kudus hanya
dapat menanamkan nilai-nilai,perasaan dan pikiran Kristus Yesus dalam hati lewat
kontemplasi terus-menerus Hati Yesus yang tertikam di atas kayu salib. Yesus yang
menyerahkan diri sampai mati, malah memberikan diri kepada mereka yang
menikam Hati-Nya. Pandanglah sikap cinta, penyerahan diri,ketaatan dan
pengampunan dari Yesus pribadi yang terluka.
Hanya orang yang sungguh-sungguh dijiwai oleh nilai-nilai,perasaan dan
pikiran Kristus Yesus dalam hatinya atau yang selalu dinyatakan dalam tingkah laku
konkrit seperti yang dibuat oleh Yesus sendiri boleh menjadi Putri Bunda Hati
Kudus. PBHK terpanggil untuk membangun wajah dan dunia yang baru. Dunia yang
penuh kasih, dunia yang saling membagi dan menerima cinta.
PBHK terpanggil untuk menyerahkan diri secara total dan ambil bagian dalam
keprihatinan Yesus serta diajak untuk membagikan Kasih-Nya, bebas dari sifat ingat
diri (Kons, 1983:no. 46). Kaul ketaatan adalah perhatian dan keterbukaan hati
Komitmen secara total terhadap misi Allah membebaskan kita dari kebutuhan yang
mengikat untuk keberhasilan dan cinta kekuasaan.
2) Kaul Kemurnian
Kemurnian yang dipersembahkan kepada Allah merupakan karunia dan
misteri cinta pribadi Allah kepada para suster dan mempersatukan suster PBHK
secara erat dengan Kristus. Yesus mengundang suster PBHK untuk ikut ambil bagian
dalam cinta kasih-Nya yang tidak terbatas kepada Bapa-Nya (Kons, 1983: no. 23).
Penghayatan dalam kepekaan yang mendalam akan Roh Kudus, pembaktian
cinta yang penuh kepada Hati Yesus mengubah suster PBHK tahap demi tahap untuk
semakin menyerupai Yesus yang mencintai orang lain dengan penuh pengertian dan
perhatian tanpa memandang bulu (Kons, 1983:no. 24;bdk kan. 607: 1).
Suster PBHK setia menghidupi dan menghayati kaul kemurnian dalam
kehidupan sehari-harinya. Menghidupi dan menghayati kaul kemurnian sangat perlu
untuk selalu mengevaluasi diri atau mengintrospeksi diri sehingga ada perubahan dan
kemajuan dalam penghayatannya. Pertumbuhan dan kemajuan dalam penghayatan
kaul kemurnian tidak berasal dari mengetahui lebih banyak tentang kaul kemurnian
tetapi pembaharuan batin, motivasi rohani, kematangan psikologis dan emosional
yang memadai menjadi dasar atau modal yang terus menerus diolah menuju ke
kesempurnaan dan kemurnian hati yang tulus dan selalu terbuka dalam menanggapi
panggilan Ilahi sebagai suster PBHK.
Hati yang terbuka kepada Allah berarti membiarkan Allah masuk dan hadir
dalam hati suster PBHK agar dapat mengalami dan merasakan kasih-Nya. Hati yang
dalam seluruh realitas hidup dan dengan penuh kepercayaan akan daya kasih Allah
yang mampu mengubah keadaan diri suster PBHK sesuai dengan kehendak
Hati-Nya.
Penekanan kaul kemurnian bukan terletak pada boleh atau tidak melakukan
ini atau itu yang berkaitan dengan keperawanan tetapi bagaimana kehidupan itu
dapat dipromosikan dalam relasi dengan Allah, sesama PBHK dalam hidup
berkomunitas, maupun dalam karya perutusan. Hal yang terpenting adalah "Apakah
relasiku dengan Allah dan sesama membuatku semakin enjoi dalam
kehidupan?"(Kons, 1983:no. 23-32 ;Direk,1981:no. 3.1-3.5).
3) Kaul Kemiskinan
Dunia ini hanyalah sarana atau jalan menuju ke kehidupan yang sejati
(bdk.2Kor 4: 18). Di dunia inipun suster PBHK harus berjumpa dengan Allah dan
menjawab undangan-Nya melalui hidup nyata dengan segala tuntutannya.
Dalam komunitas Yahudi Yesus adalah seperti orang kebanyakan, tidak
berada pada kelas tinggi. Yesus tumbuh dan menjadi besar sebagai anak desa
Nazareth,yang disepelekan (Yoh 1:46) sebagai anak tukang kayu Yesus akrab
dengan orang-orang sekitarnya (lihat Mrk 6:1-6). Yesus dekat dengan orang-orang
miskin. Yesus tidak hanya dekat tetapi memilih cara hidup miskin dan sederhana.
Yesuspun sadar akan penderitaan mereka dan bertindak untuk menolong serta
meringankan beban mereka. Yesuspun mengundang suster PBHK untuk
meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia. Dengan hidup bergantung
sepenuhnya pada Bapa di surga dengan membaktikan diri untuk menghayati
Kemikinan Injili merupakan landasan bagi praksis Kerajaan Allah di dunia
ini. Kemiskinan injili berakar pada nilai-nilai injili; ketergantungan yang penuh
kegembiraan terhadap Allah dan keterbukaan untuk membagikan anugerah-
anugerah Allah yang di miliki oleh tiap pribadi suster PBHK di antara warga
komunitas umat manusia (Kons, 1983:no.35) tidak hanya antara warga komunitas
religius.
Kaul kemiskinan yang dihayati dalam kesederhanaan dan kegembiraan
dengan sikap lepas bebas dan sikap hati yang terbuka kepada Allah memampukan
suster PBHK memiliki sikap tanggap akan kebutuhan sesama yang membutuhkan
bantuan rohani maupun jasmani. Sikap hati yang selalu mengandalkan Tuhan,
menjadikan suster PBHK semakin dekat dengan Tuhan.
b. Hati dalam Penghayatan Hidup Doa
Yesus adalah orang yang penuh pengalaman akan Allah. Pergaulannya
dengan Allah terungkap dalam kehidupan doa-Nya. Ia adalah teladan dalam hal
berdoa. Mengikuti Yesus berarti juga hidup seperti Yesus, termasuk dalam hal
berdoa. Yesus sebagai anak manusia mampu melewati perjuangan hidupnya karena
kekuatan doa-Nya. Biasanya sebelum berdoa Yesus pergi ke tempat-tempat sunyi
untuk lebih menenangkan diri, dan disana Dia memohon kekuatan dari Bapa-Nya
(Mrk 1:35).
Pengalaman dalam hal ketakutan, kecemasan dan ketakberdayaan membuat
manusia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah yang diyakini akan memberi
mempunyai pengalaman seperti manusia, doa dari kedalaman hati artinya berdoa
dengan menggunakan hati memohon kepada Bapa. Bapa jikalau mungkin cawan ini
dijauhkan dari pada-Ku (Mrk 14:36) (Darminta, 2001: 54). Kehidupan Yesus doa
dan perutusan merupakan kesatuan yang mengalir dari hubungan dengan Bapa-Nya.
(Kons, 1983:no. 71; Yoh 10: 30). Ia tidak berdoa sendirian tetapi juga melibatkan
para rasul dan orang banyak (Mat 6: 5-13).
Selain itu Yesus berdoa bagi semua pengikut-Nya agar tetap dilindungi dan
diberi iman yang teguh. Yang paling istimewa dari sikap Yesus dalam hal berdoa
adalah kesanggupan-Nya mendoakan musuh-musuh-Nya yakni pada saat disalib. Dia
tidak membalas kejahatan para musuh yang menghojat-Nya. Tetapi berdoa untuk
mereka supaya diampuni oleh Bapa,”Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat”(Luk 23: 34). Dengan kekuatan doaNya Yesus
menunjukan bahwa dia mampu mengampuni musuh-Nya, sehingga tidak pernah
membalas kejahatan para musuhNya (Darminta, 2001: 132)
Sebagai PBHK melalui pembabtisan dan pembaktian religius PBHK ambil
bagian dalam tugas perutusan Kristus tersebut. (bdk. Rom 6;3-4; 11 Tim 2:1-4).
Hidup doa suster PBHK dipusatkan dalam persatuan dengan Maria kepada Hati sang
Sabda yang menjelma menjadi manusia. Gelar“Sang sabda”dalam perjanjian lama
ungkapan sabda Tuhan terutama berarti sarana dengannya Allah menyatakan diri
kepada manusia (Kirchberger, 1999: 116). Oleh karena itu merupakan sebuah
tanggung jawab suster PBHK untuk selalu memupuk kehidupan doa dengan tetap
persekutuan dengan-Nya sehingga Ia dapat mengubah suster PBHK menjadi serupa
dengan Dia (Kons,1983: no. 72).
Sebagai PBHK keutamaan hidup adalah memberi kesaksian cinta Yesus
kepada semua orang dalam pola hidup doa yang keluar dari hati terus-menerus untuk
Gereja terutama melalui Ekaristi. Dikatakan bahwa seluruh hidup suster PBHK
bersumber dari Ekaristi karena merupakan persatuan sakramental suster PBHK
dengan Kristus dalam wafat dan kebangkitan-Nya. Dan ini yang memperkokoh
kesatuan hati suster PBHK satu terhadap yang lain dalam hidup berkomunitas dan
dengan seluruh umat Allah (Kons,1983: no. 73). Belajar menggunakan hati dalam
berdoa dapat menyadari keindahan berdoa dari dalam hati. Hal yang sangat mendasar
dalam berdoa adalah perlunya menggunakan hati, karena hati merupakan kunci
hubungan manusia dengan Tuhan. Berdoa lebih baik memakai hati tanpa kata-kata
daripada dengan kata-kata tanpa hati, karena dari dalam hatilah terhubunglah relasi
dengan Tuhan sehingga mengalirlah keluar doa yang tulus, perkataan yang baik dan
tindakan yang luhur (Tjaya, 2011: 103-107).
c. Hati dalam penghayatan hidup berkomunitas
Dalam Injil Matius,13:1-23 dengan tegas memberitahukan kepada kita,
bahwa bukan benih yang harus menyesuaikan dengan jenis tanah dengan pengertian
sesungguhnya berarti bukan Sabda Allah yang harus menyesuaikan dengan hati dan
diri manusia, akan tetapi, hati setiap orang harus bertumbuh sedemikian rupa
sehingga dirinya dapat selaras, menghayati, subur, dan cukup untuk menerima sabda
Kristus. Intinya, Pribadi manusialah yang pertama-tama harus diubah atau
disuburkan agar Sabda Allah dapat bertumbuh dalam dirinya.
Dalam Injil tersebut mengajak kita untuk memahami bahwa dalam hidup
berkomunitas sangat diperlukan mempersiapkan hati dan diri merupakan kunci
utama untuk hidup bersama dalam suatu komunitas. Yakni dengan membuka diri
mempersiapkan hati, untuk tetap memelihara kesuburan hati, agar Sabda Allah dapat
benar-benar hadir, tumbuh dan berkembang. Tanpa pemahaman seperti ini, berarti
belum siap untuk hidup bersama dalam komunitas. Begitu pentingnya
mempersiapkan diri manusia sebagai awal untuk hidup berkomunitas yakni dengan
terus-menerus mengolah hidup sehingga dapat tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan adalah suatu proses, yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai
tujuan.
Dalam kehidupan spiritual, pertumbuhan adalah suatu proses untuk
menjalani kehidupan spiritual untuk mencapai tujuan, yaitu persekutuan dengan
Allah. Karena persekutuan dengan Allah adalah kekudusan, maka pertumbuhan
secara spiritual senantiasa berkaitan dengan hidup kudus, bahkan kekudusan adalah
tujuan dan buah dari pertumbuhan yang senantiasa didayai serta diarahkan oleh kasih
Allah sendiri,sehingga tahap demi tahap kita dihantar kepada suatu persekutuan
iman,harap dan kasih. Setiap suster PBHK dipanggil kepada panggilan yang sama,
untuk rela dipecah-pecahkan dan berbagi, saling memperkaya dalam suatu kesatuan
yang dibangun dalam keragaman. Kesatuan ini terus-menerus dibaharui (Kons,
Dalam konsili Vatikan II, di dalam dokumennya tentang Gereja (Lumen
Gentium) menyerukan kekudusan untuk semua orang, sehingga Gereja dapat
bertumbuh dan diperbaharui dari dalam. Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah
bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan
rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan dalam babtis iman
sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh-sungguh
menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan
mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul
mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus”(Ef
5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta,
mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan
dan kesabaran” (Kol 3:12) dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa
kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita
semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus membutuhkan belas kasihan Allah
yang nyata dalam diri Yesus yang tergerak oleh belaskasihan dengan wajib berdoa
setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12). Jadi bagi semua jelaslah,
bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka,
dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih
(LG, 40).
Cinta kasih Hati Kudus Yesus akan menjadi terang,kekuatan,penuntun dan
pendukung bagi para suster PBHK. Dengan cara hidup yang dijiwai oleh spiritualitas
Hati, akan menemukan ungkapannya dalam hidup harian komunitas dan cara para