• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghayatan spiritualitas hati para Suster Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan pengalaman akan Allah di daerah Jawa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penghayatan spiritualitas hati para Suster Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan pengalaman akan Allah di daerah Jawa - USD Repository"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan pujian skripsi ini kupersembahkan kepada

(5)

v MOTTO

“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku,Hanya Dia

gunung batuku, hanya Dia kota bentengku aku tidak akan goyah”(Maz 62:2-3)

Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI PARA

SUSTER PUTRI BUNDA HATI KUDUS BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH DI DAERAH JAWA

Pemilihan judul bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan kurang pahamnya para Suster dalam menghayati spiritualitas hati. Kenyataan ini perlu mendapat perhatian dalam pembinaan integral para Suster PBHK Daerah Jawa sehingga semakin memiliki keberanian dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati dalam hidup dan karya perutusan di daerah Jawa.

Permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana para Suster PBHK Daerah Jawa dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati berdasarkan pengalamannya akan Allah? Berdasarkan kenyataan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Inspirasi apa yang mendasari dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan karya perutusan? Mengapa Spiritualitas Hati perlu ditingkatkan sesuai dengan situasi jaman berdasarkan pengalaman komunitas PBHK di daerah Jawa? Bagaimana cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati berdasarkan pengalaman akan Allah? Dalam mengkaji permasalahan di atas, penulis menggunakan metode pendekatan langsung melalui wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada para Suster PBHK Daerah Jawa dengan beberapa pertanyaan penuntun.

Permasalahan tersebut dikonfrontasikan dengan sikap, tindakan dan cara hidup Yesus dan Bunda-Nya. Materi tentang cara hidup Yesus yang disajikan dalam penulisan ini untuk membantu para Suster PBHK agar semakin memiliki sikap Hati seperti yang dimiliki oleh Yesus. Para Suster PBHK yang menghayati spiritualitas hati perlu memiliki gambaran yang benar tentang Allah yang terwujud dalam Yesus dan memiliki pengalaman di kasihi oleh Allah. Oleh karena itu penulisan ini membahas pula tentang gambaran akan Allah yang dialami oleh Pater Pendiri Jules Chevalier, Menurut Konstitusi PBHK, Gerakan Kasih Allah dan Hati Ilahi (Belaskasih dan belarasa, kelembutan dan kerendahan hati).

Selama hidup Para suster PBHK terus-menerus membutuhkan pembinaan yang kiranya membantu para suster untuk berkembang dalam memahami dan menghayati spiritualitas hati. Oleh karena itu penulis menawarkan suatu program

pembinaan dalam bentuk pendalaman iman dengan model Shared Christian Praxis

(9)

ix ABSTRACT

The title of this thesis is INTERNALIZING THE HEART SPIRITUALITY OF SISTERS OF SACRED HEART OF MERRY BASED ON THE EXPERIENCE OF GOD AT JAVA REGION.

The title is chosen based on the concern of the writer to the less of comprehension of the sisters in internalizing the heart spirituality. This fact should be given more attention in the integral building of the Sisters of Sacred Heart of Merry (PBHK) at Java Region, so they more have encouraging in comprehending and internalizing the heart spirituality in their life and mission at Java region.

The main problem is how these sisters can increase their ability in comprehending and internalizing the heart spirituality based on their experience of God? Based on the problem, the writer formulates the problems as follow: what is the inspiration which based the increasing of hearth spirituality internalizing in their life and mission? Why the Heart Spirituality should be increased according to the contemporary reality based on the experiences of PBHK community in Java region? How does the way to increase the spirituality internalization based on the experiences of God?

On the research, the writer use a directly approach to make interview and some of guiding questions. The problem has been confronted to the attitude, action and the way which has been chosen by Jesus and His Mother. The material about the way of life of Jesus which explained in this writing, hopefully able to help these sisters of PBHK in order to more belonging the Heart Attitude such as Jesus himself. These Sisters should have a right conception about God Who incarnated in Jesus Heart and had an experience to be loved by God. Therefore, this writing also explained about the imaging of God which had been experienced by Father Jules Chevalier, the Founding Father, According to the Constitution, The Compassionate of God and Divine Heart (Compassionate and Concern, humble and kind hearted).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah yang Mahakuasa atas berkat dan

rahmat-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI PARA SUSTER

PUTRI BUNDA HATI KUDUS BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN

ALLAH DI DAERAH JAWA.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan dan upaya penulis

sebagai seorang anggota Kongregasi suster-suster Putri Bunda Hati Kudus terhadap

kemampuan dalam menghayati spiritualitas hati berdasarkan pengalaman akan Allah.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membantu para Suster PBHK Daerah Jawa

dalam usaha meningkatkan kemampuan dalam menghayati spiritualitas Hati dalam

hidup dan karya perutusan dimana Para suster sebagai pengemban karya Kristus di

dunia perlu memiliki semangat Hati Yesus yang berbelaskasih, lemah lembut,

rendahhati, berbelarasa dan pengampun.

Penulisan skripsi ini dibantu dan didukung oleh banyak pihak. Oleh karena

itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. J. Darminta, S.J selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan

waktu, penuh kesabaran dan keterbukaan hati mendampingi dan membimbing

penulis, memberikan sumbangan pemikiran yang memperdalam penulisan serta

kritikan yang membangun sehingga memotivasi penulis menuangkan ide dalam

(11)

xi

2. Drs.L.Bambang Hendarto Yuliwarsono,M.Hum selaku dosen pembimbing

akademik atau dosen wali, yang dengan penuh kesetiaan mendampingi penulis

dari awal studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Drs.H.J. Suhardiyanto, SJ selaku dosen pembimbing ketiga, yang telah

mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah membimbing serta

membekali pengetahuan dan keterampilan bagi penulis selama studi hingga

penulisan skripsi ini diselesaikan.

5. Sr.M.Immaculae PBHK, selaku Pimpinan Provinsi Kongregasi PBHK, yang

telah memberikan ijin, kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian ke komunitas-komunitas yang ada di daerah Jawa.

6. Sr.M.Madaleine PBHK, selaku mantan provinsial dalam masa baktinya telah

memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk menimbah ilmu

di Prodi IPPAK,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang setia mendukung

memberikan motivasi, dan kepercayaan serta usul dan saran kepada penulis

hingga penulisan ini selesai.

7. Sr.M.Kristin,PBHK selaku pimpinan Daerah Jawa yang dengan setia

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

8. Rm.Budi,MSC yang telah mendukung dengan memberikan buku-buku yang

dibutuhkan oleh penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Rm.Hendro Riberu,MSC yang telah memberikan masukan yang berharga kepada

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penulisan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. SPIRITUALITAS HATI BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH ... 10

A. Spiritualitas Hati ... 10

1. Pengertian………. . ... 10

2. Spiritualitas secara umum ... 10

3. Spiritualitas Kristiani ... 12

4. Spiritualitas Khusus ... 12

5. Spiritualitas Hati menurut Alkitab ... 13

a. Pengertian Hati ... 13

(14)

xiv

c. Hati Yesus ... 16

B.Spiritualitas Hati PBHK ... 18

1. Spiritualitas Hati pendiri….. ... 18

a. Pengalaman dalam Keluarga ... 20

b. Terjatuh dari karang……. ... 20

c. Melepaskan diri dari Persahabatan ... 21

d. Khalwat Di Bourges……. ... 21

e. Aliran Hidup Rohani Kristosentris ... 22

2. Spiritualitas Hati Dalam Konstitusi ... 24

a. Hati dalam penghayatan Kaul-Kaul ... 24

b. Hati dalam Penghayatan hidup doa ... 29

c. Hati dalam penghayatan hidup Komunitas ... 31

d. Hati dalam Penghayatan Tugas Perutusan ... 34

3. Hati yang tergerak ... 38

C.Pengalaman akan Allah ... 40

1. Menggerakkan lewat Keadaan ... ... 40

2. Gambaran Akan Allah ... 41

a. Pendiri Konggregasi PBHK ... 41

b. Menurut Konstitusi PBHK ... 44

3. Gerakan Kasih Allah dan Hati Ilahi ... 46

a. Belas Kasih atau Belarasa ... 47

b. Kelembutan dan Kerendahan Hati ... 49

BAB III. PENELITIAN TENTANG PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HATI KONGGREGASI PARA PUTRI BUNDA HATI KUDUS DALAM HIDUP DAN KARYA PERUTUSAN DI DAERAH JAWA .. 51

A.Gambaran Umum Hidup dan Karya Perutusan Para Suster PBHK Daerah Jawa ... 51

1. Komunitas-Komunitas yang berada di Wilayah Keuskupan Purwokerto ………. 51

(15)

xv

b. Komunitas Kapencar ... ... 52

c. Komunitas Wonosobo... ... 52

d. Komunitas Pemalang... ... 53

e. Wisma Bunda Hati Kudus Pemalang ... 54

f. Komunitas Tegal ... 54

g. Komunitas Slawi ... 55

h. Komunitas Cilacap ... 55

i. Komunitas Sidareja ... 56

2. Komunitas-Komunitas yang Berada Dalam Wilayah Keuskupan Agung Jakarta. ... 56

a. Komunitas Kramat ... 56

b. Komunitas Grogol ... 56

3. Komunitas yang Berada dalam Wilayah Keuskupan Bogor adalah Komunitas Kota Wisata ... 57

4. Komunitas-Komunitas yang Berada dalam Wilayah Keuskupan Agung Semarang ... 57

a. Komunitas Parakan ... 57

b. Komunitas Yogyakarta ... 58

B.Penelitian tentang Penghayatan Spiritualitas Hati Kongregasi Para Putri Bunda Hati Kudus dalam Hidup dan Karya Perutusan di Daerah Jawa………. 59

1. Tujuan Penelitian ... ... 59

2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 59

3. Metode dan Alat Instrument Penelitian ... 60

4. Variabel Penelitian ... 61

5. Responden Penelitian ... 62

C.Pemaparan Data Penelitian... ... 62

1. Identitas Responden ... ... 62

(16)

xvi

Spiritualitas Hati.. ... 62

3. Peranan Para Suster PBHK dalam Menghayati Spiritualitas Hati ... 62

4. Tanggapan Para suster PBHK terhadap Penghayatan Spiritualitas Hati ... 62

A. Pembahasan Data Penelitian ... 62

1. Identitas Responden ... 63

2. Inspirasi yang Mendasari Para Suster PBHK Dalam Menghayati Spiritualitas Hati ... 67

3. Peranan Para Suster PBHK dalam Memperkembangkan Penghayatan Spiritualitas Hati dalam Hidup dan Karya di daerah Jawa ... 71

4. Tanggapan Para Suster PBHK terhadap Penghayatan Spiritualitas Hati dalam Hidup dan Karya di Daerah Jawa ... 87

B. Rangkuman Hasil Penelitian ... 93

C. Hasil Wawancara ... 96

D. Kesimpulan ... 107

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI SALAH SATU USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARA SUSTER PBHK DAERAH JAWA DALAM MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH………... 111

A. Gambaran Umum katekese ... 112

1. Pengertian Katekese ... 112

2. Tujuan Katekese ... 113

3. Tugas Katekese ... 115

4. Isi Katekese ... 115

5. Metode Katekese ... 115

6. Sumber Katekese ... 116

(17)

xvii

B. Model-Model Usaha Pembinaan dalam meningkatkan

penghayatan spiritualitas Hati ... 116

1. Rekoleksi ... 117

2. Retret ... 117

3. Katekese... 118

C. Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese ... 119

1. Pengertian Shared Christian Praxis………... 120

a . Shared ... 121

b. Christian... 123

c. Praxis ... 124

2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis……… 125

a. Langkah I : Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ... 126

b. Langkah II : Refleksi Kristis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual ... 127

c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau ... 130

d. Langkah IV: Interpretasi / Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ... 132

e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ... 134

D. Latar Belakang Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis ... 136

1. Pembuatan Tema dan Tujuan Katekese ... 137

2. Penjabaran Tema Usulan Program SCP ... 141

3. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 149

4. Contoh Satuan Program ... 150

BAB V. PENUTUP ... 167

A. Kesimpulan ... 167 

(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA ... 173

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

Lampiran 1: Permohonan ijin Penelitian... (1)

Lampiran 2: Tanggapan Permohonan ijin Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Pedoman Kuisioner untuk Para Suster PBHK Daerah Jawa ... (3)

Lampiran 4: Pedoman Wawancara untuk Para Suster PBHK Daerah Jawa ... (14)

Lampiran 5: Lagu “ Ampuni Kami Tuhan” ... (15)

Lampiran 6: Lagu” Hatiku Hati-Mu ... (16)

Lampiran 7: Lembaran Cerita “Pengampunan itu Menyehatkan” ... (17)

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik

Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.

Luk : Lukas

Mat : Matius

Mrk : Markus

Yoh : Yohanes

Ibr : Ibrani

PB : Perjanjian Baru

PL : Perjanjian Lama

Yer : Yeremia

Yes : Yesaya

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

(20)

xx

katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

LG

SC

:

:

Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang

Gereja tanggal 21 November 1964

Sacrosanctum Concilium,Konstitusi Konsili Vatikan II tentang

Liturgi Suci, 4 Desember 1963

C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

PBHK : Kongregasi Suster Putri Bunda Hati Kudus

Dirk : Direktorium

Hal : Halaman

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

KEK

Kons

KWI :

:

:

Kidung Ekaristi Kotabaru Yogyakarta,2009, Buku Nyayian umum

Konstitusi

Konferensi Wali gereja Indonesia

LBI : Lembaga Biblika Indonesia

(21)

xxi Lih

MAWI :

: Lihat

Majelis Agung Wali Gereja Indonesia

MB : Madah Bakti, Buku Doa dan Nyanyian Umum, diterbitkan Pusat

Musik Liturgi Yogyakarta, 2001

MSC : Missionariorum Sacratissimum Cordies Iesus

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PUK : Petunjuk Umum Katekese

(22)
(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup Religius adalah hidup yang disucikan dan dibaktikan secara khusus

kepada Allah (KHK. kan. 573; bdk Kons. 1983:no.13) Allah memanggil manusia

dan manusia menjawabnya antara lain dengan cara hidup bakti. Hidup bakti

merupakan salah satu cara dalam menanggapi panggilan Tuhan. Tuhan memanggil

manusia agar bahagia, dan manusia menanggapi dengan penuh kasih, dengan cara

meninggalkan segalanya, dan memulai hidup dalam biara. Tujuan dari hidup religius

adalah mengejar kesempurnaan kasih dalam pelayanan kerajaan Allah. Allah meraja

berarti Allah menjadi penguasa atas hidup dan diri kita. Kalau Allah meraja maka

kitapun harus taat. Karena itu hidup religius haruslah menjadi tanda unggul Gereja

untuk mewartakan kebahagiaan dan kemuliaan surgawi.

Hidup religius adalah hidup yang disucikan, dibaktikan atau dipersembahkan

pada Allah. Allah adalah pusat dari seluruh hidup. Allah yang diutamakan dari

segala yang ada di dunia ini. Hidup religius merupakan bentuk yang tetap untuk

mengikuti Kristus sebagai yang dicintai lebih dari segala sesuatu. Tujuan utama

hidup religius adalah mengejar kesempurnaan. Dalam mengejar kesempurnaan

berbagai hal haruslah mendukung. Dukungan yang utama adalah kasih kepada Allah.

Allah kita cintai melebihi segala-galanya. Cinta kepada Allah diwujudkan antara lain

dengan terus-menerus membangun relasi dengan-Nya agar semakin hari, semakin

(24)

 

Tarekat Putri Bunda Hati Kudus merupakan tarekat religius yang dipanggil

dan diutus untuk mewartakan kerajaan Allah di dunia dengan menyebarkan

spiritualitas hati di zaman ini berdasarkan karisma dan spiritualitas pendiri.

Spiritualitas hati merupakan spiritualitas cinta yang berakar di dalam rahasia

inkarnasi Kristus sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia (Mangkey, 2002:

5). Spiritualitas hati yang integral, yang diilhami melalui Hati Kristus dan berakar

dalam Kitab suci dan tradisi, sangat perlu untuk masa sekarang. Bahasa hati tetap

merupakan cara yang dapat menghasilkan buah berlimpah untuk mewartakan pesan

injil. Tantangan untuk membangun kasih yang beradab yang diilhami oleh Hati

Tuhan sangatlah relevan. Hati yang remuk dari zaman ini sungguh semakin parah,

semakin menuntut penyembuhan.

Agar spritualitas hati dapat tersampaikan maka diperlukan orang yang

sungguh memiliki hati yang prihatin, hati yang peduli, hati yang berbela rasa, hati

yang mau mengampuni. Itu semua diperoleh berkat pengalaman relasi intim dengan

Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus, sehingga memiliki perubahan baik

dalam cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak sehingga mampu dan rela

menyerahkan diri seutuhnya demi karya perutusan.

“Artinya pengalaman akan Allah perlu terus-menerus disadari, dikenal dan dimiliki, sebab kalau kita kesulitan untuk berpegang pada Yesus secara serius dan untuk hidup sebagaimana Dia hidup, itu semua karena kita belum mengalami Allah sebagai Bapa. Pengalaman akan Allah sebagai Bapa-Nya merupakan sumber kebijaksanaan, kejelasan, keyakinan dan kebebasan radikal Yesus. Tanpa pengalaman ini adalah mustahil mengerti mengapa dan bagaimana Dia melakukan hal-hal yang dilakukan-Nya” (Nolan, 2009: 6).

Pengalaman akan Allah merupakan unsur yang hakiki dalam penghayatan

(25)

dalam hidup setiap orang termasuk hidup para suster PBHK yang di panggil dan

diutus untuk mewartakan kasih dan kebaikan Allah.

Kebaikan Allah yang dialami, bukan Allah yang diketahui lewat

pengetahuan, lewat dokrin-dokrin, atau berdasarkan kata para ahli teolog, akan tetapi

pengalaman akan Allah sungguh dialami sehingga secara tidak langsung diubah dari

manusia lama menjadi manusia baru, yang orientasi hidup bukan lagi diri sendiri

tetapi Tuhan dan sesama. Memang hal ini kurang mendapat perhatian dalam

pembinaan awal, dan bina lanjut, sehingga para religius mudah terjebak dalam status

sebagai orang terpanggil yang kemudian merasa paling dekat dengan Tuhan dan

merasa paling berhak memiliki hak-hak istimewa dibandingkan dengan orang lain.

Bahkan sudah merasa sudah jadi religius berarti sudah beres semuanya,

bahkan ada yang berhenti untuk bertumbuh dan berkembang, dan merasa sudah tahu

banyak tentang Allah dan mampu menjelaskan dengan baik dan benar namun dalam

kenyataan apa yang diketahui tidak diwujudnyatakan dalam realitas hidup.

Berbicara tentang hati yang mengampuni dan hati berbela rasa tetapi

kenyataan tidak mampu untuk mengampuni dan berbelarasa. Apa yang dikatakan

tidak sesuai dengan tindakan. Kecenderungan tertuju pada diri sendiri sehingga

rahmat daya ilahi menjadi terhambat bekerja dalam diri karena yang dikejar bukan

lagi apa yang dikehendaki Tuhan dan demi Hati Kudus di kenal dan dikasihi

dimana-mana tetapi ketenaran diri.

Pembicaraan mengenai Allah tentu bukan untuk dipahami saja, bukan pula

untuk dimengerti, melainkan juga berarti dalam hubungan pribadi dan bermakna bagi

(26)

bermuara pada pengalaman bersama Allah sehingga bermakna dan penuh arti

(Darmawijaya, 1993: 7). Pengalaman akan Allah yang dialami oleh para tokoh

dalam kitab suci perjanjian lama maupun perjanjian baru sungguh mempengaruhi

hidup mereka yang pada akhirnya apa yang diwartakan oleh mereka bukan lagi diri

mereka sendiri tetapi kasih dan kebaikan Allah yang dialami. Figure para tokoh

kurang nampak untuk jaman ini.

Tarekat Putri Bunda Hati Kudus yang disingkat PBHK merupakan Serikat

para suster yang menghayati spritualitas hati. Hidup dan mencintai menurut hati.

Cara hidup menurut Hati-Nya adalah jalan menuju kekudusan (bdk. Mat, 19: 21)

Tarekat PBHK didirikan oleh Pater Jules Chevalier MSC pada tanggal 30 Agustus

1874 di Issodun Perancis. Tarekat PBHK berkarya di berbagai Negara. Arah dan

tujuan perutusan dalam tarekat Puteri Bunda Hati Kudus nampak jelas dalam

semboyan tarekat yakni “ Semoga Hati Maha Kudus Yesus dikasihi di mana-mana”.

Bahasa latinnya” Ametur Ubique terrarium Cor Jesu Saccratissimum. Semboyan ini

mengungkapkan keinginan para suster Putri Bunda Hati Kudus untuk memuliakan

Hati Yesus, menjadi rasul-rasul cinta-Nya dan membaktikan seluruh hidup dan

kekuatan demi karya perutusan (Kons, 1983: no. 3).

Dasar karya perutusan Tarekat Putri Bunda Hati Kudus dalam Gereja yaitu

diutus oleh Gereja seperti Gereja yang diutus oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan

cinta-Nya yang berbelas kasih. Pater Jules Chevalier merasakan dalam hatinya suatu

kecemasan dan keprihatinan yang dalam terhadap kebutuhan orang akan iman, cinta

dan akan nilai-nilai Kristiani. Chevalier sadar bahwa ia dipanggil untuk berkarya

(27)

Bapa (Cuskelly,1975: 89). Para suster PBHK dipanggil dan diutus untuk mengambil

bagian dalam visi dan misi Pater Jules Chevalier.

Perutusan utama tarekat PBHK adalah untuk mewartakan cinta Hati Kudus

Yesus kepada semua orang agar mereka percaya akan kasih Allah yang berbelas

kasih. Para Suster PBHK dipanggil dan diutus melalui karya perutusan yang

dipercayakan oleh tarekat untuk mewartakan cinta Hati Kudus dalam berbagai

bidang karya kerasulan. Karya kerasulan hendaknya mengalir dari kesatuannya yang

mesra dengan Allah (bdk. kan.675 ; Kons, 1983:no. 71). Karya Kerasulan para suster

PBHK dalam berbagai bidang merupakan wadah utama untuk menanamkan

nilai-nilai kemanusiaan seperti ; cinta kasih, persaudaraan, kejujuran, keadilan,

kedisiplinan dan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman demi

pengabdian kepada orang yang tak berdaya dan pembangunan masyarakat yang adil

dan sejahtera.

Para suster PBHK hendaknya menghayati kharisma Pater Jules Chevalier

MSC yaitu cinta Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dengan amal kasih, kebaikan

hati dan keramahan kepada orang-orang yang dilayani sesuai dengan situasi zaman

yang di derita oleh manusia yakni individual, konsumerisme, dan isme-isme yang

semakin merajalela merasuki hati manusia. Seorang PBHK dapat menemukan

bahwa Hati Yesuslah merupakan jawaban atas segala persoalan hidup yang

mengintari hidup setiap manusia. Hati Yesus adalah Hati yang merangkul, yang

peduli, dan prihatin terhadap penderitaan dan pergumulan manusia karena Hati

Yesuslah adalah teladan sempurna bagi hidup bakti kita. Cinta-Nya adalah sumber

(28)

hidup dan karya kerasulan PBHK harus ditandai oleh suatu cinta yang tulus, yang

hangat akan Sang Sabda yang telah menjelma menjadi manusia.

Kerasulan PBHK menjadi nyata, apabila PBHK menyatakan kebaikan dan

cinta Hati Yesus yang menebus manusia, melalui kehidupan dan perbuatannya. Cara

hidup PBHK sebagai rohaniwan-wati kristiani berarti meneruskan dan

mengaktualkan serta membaharui cara hidup Hati Kudus Yesus, Sang Juru Selamat

yang rela menderita. Spiritualitas Hati perlu dihayati berdasarkan relasi intim dengan

Allah lewat Hati Yesus yang menjelma menjadi hati manusia, agar mampu

mempersatukan aspek kepribadian, kerohanian, kekeluargaan dan profesionalisme

dalam satu visi dan misi yang terpadu, mampu menjawab secara kristiani kebutuhan

manusia diera digital ini.

Menyadari pentingnya spiritualitas Hati yang didasari oleh pengalaman akan

Allah dalam hidup dan karya perutusan sebagai anggota PBHK yang diikat dan

menghidupi spiritualitas Hati maka penulis ingin para suster PBHK terus

meningkatkan penghayatan spritualitas Hati berdasarkan pengalaman akan Allah,

secara khusus diperhatikan pembinaan setiap suster PBHK sesuai dengan kharisma

pendiri yang berspiritualitas Hati dalam pembinaan awal dan pembinaan lanjut.

Untuk penghayatan spiritualitas Hati Para suster Putri Bunda Hati Kudus

hendaknya berdasarkan pengalaman akan Allah demi meningkatkan pelayanan

dalam hidup dan karya maka dalam tulisan ini penulis mengambil judul”

“Penghayatan Spiritualitas Hati Para suster Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan

(29)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut

dan pada akhirnya menjadi titik berangkat dari penulisan ini. Adapun masalah yang

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Inspirasi apa yang mendasari dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas hati

dalam hidup dan karya?

2. Mengapa spiritualitas hati perlu ditingkatkan penghayatannya sesuai dengan

situasi jaman dan berdasarkan pengalaman komunitas suster PBHK di Daerah

Jawa?

3. Bagaimana cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati berdasarkan

pengalaman akan Allah?

C. Tujuan Penulisan

1. Menguraikan pengertian spiritualitas hati dan memahami inspirasi yang

mendasari penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan karya.

2. Perlunya peningkatan penghayatan spiritualitas hati sesuai dengan situasi jaman

dan berdasarkan pengalaman komunitas suster PBHK di Daerah Jawa.

3. Memaparkan cara meningkatkan penghayatan spiritualitas hati dalam hidup dan

karya berdasarkan pengalaman akan Allah.

D. Manfaat Penulisan

Penulis ingin dan berharap agar tulisan ini dapat memberi manfaat bagi:

(30)

Penulis dapat mengetahui latar belakang munculnya spiritualitas hati serta

memahami inspirasi yang mendasari penghayatan spiritualitas hati berdasarkan

pengalaman akan Allah dalam hidup dan karya perutusan.

2. Bagi Team Pembina dan Para Suster

Supaya spiritualitas hati perlu ditingkatkan pemahaman dan penghayatannya

dalam hidup dan karya perutusan berdasarkan pengalaman akan Allah yang

telah dialami para suster dan pembina sendiri.

3. Bagi pembaca dan orang-orang yang dilayani oleh Para Suster PBHK

Dapat mengetahui spritualitas hati yang dijiwai oleh pengalaman akan Allah

sangat bermanfaat demi perkembangan dan kemajuan pribadi menuju

kepribadian yang manusiawi dan kesempurnaan hidup dalam kasih Allah.

E.Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran

mengenai penghayatan Spiritualitas Hati Para Suster Putri Bunda Hati Kudus

Daerah Jawa, berdasarkan kajian pustaka dan penelitian lapangan dengan

menyebarkan data angket (Questionnaire) dan wawancara berupa pertanyaan yang

akan diberikan kepada para Suster yang berkarya di Daerah Jawa, untuk mengenali

indikasi-indikasi penghayatan nyata.

F.

Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis

(31)

BAB I menguraikan pendahuluan yang berisi gambaran umum penulisan

yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat

penulisan,metode penulisan,sistematika penulisan.

BAB II menguraikan kajian pustaka berbicara,tentang spiritualitas hati dan

Pengalaman akan Allah. Spiritualitas Hati meliputi: pengertian spiritualitas,

spiritualitas secara umum, spiritualitas kristiani, spiritualitas khusus, pengertian Hati

dalam Kitab Suci, Hati dalam Karya Keselamatan, Hati Yesus. Spiritualitas Hati

PBHK meliputi : spiritualitas Hati Pendiri Jules Chevalier, spiritualitas Hati dalam

Konstitusi PBHK. Pengalaman akan Allah meliputi: Menggerakkan lewat keadaan,

Allah bergerak untuk menjawab, Gambaran akan Allah menurut Pendiri Jules

Chevalier, Gambaran akan Allah menurut Konstitusi PBHK, Gerakan Kasih Allah

dan Hati Ilahi, belaskasih dan belarasa, kelembutan dan kerendahan hati

BAB III gambaran umum para suster PBHK Daerah Jawa, penelitian tentang

penghayatan spiritualitas hati para Suster Putri Bunda Hati Kudus dalam hidup dan

karya di Daerah Jawa meliputi: gambaran hasil penelitian dan catatan kritis dari

hasil penelitian penghayatan spiritualitas hati .

BAB IV untuk memberikan sumbangan pemikiran penghayatan spiritualitas

Hati berdasarkan pengalaman akan Allah melalui katekese model Shared Christian

Praxis (SCP) kearah peningkatan penghayatan spiritualitas Hati bagi para suster

Putri Bunda Hati Kudus berdasarkan pengalaman akan Allah dalam hidup dan karya.

BAB V menguraikan kesimpulan dan Penulis ingin menegaskan kembali isi

(32)

BAB II

SPIRITUALITAS HATI

BERDASARKAN PENGALAMAN AKAN ALLAH

Bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian

spiritualitas, spiritualitas kristiani, spiritualitas khusus, spiritualitas hati menurut

Alkitab, Hati dan karya keselamatan, Hati Yesus, spiritualitas hati PBHK,

Spiritualitas Hati Pendiri, spiritualitas Hati dalam konstitusi PBHK, Hati yang

tergerak, menggerakkan lewat keadaan, gambaran akan Allah menurut pendiri

konggregasi PBHK, Gambaran akan Allah menurut Konstitusi PBHK, Gerakan kasih

Allah dan Hati Ilahi; belaskasih dan berbelarasa, kelembutan dan kerendahan hati.

A.

Spiritualitas Hati

1. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas berasal dari bahasa Latin yakni spiritus yang berarti Roh. Jadi

Spiritualitas berarti “Orang yang digerakkan dan ditangkap oleh Roh Kudus.

Mereka yang ditangkap oleh Roh mempunyai gaya hidup yang khas dimana seluruh

hidupnya tertuju kepada usaha untuk membuka diri bagi karya Roh” (Jacobs, 1989:

2).

2. Spiritualitas secara umum

Spiritualitas merupakan suatu corak hidup, bentuk atau cara hidup seseorang

untuk berusaha menjadi dirinya sendiri. Rumusan pengertian ini masih bersifat

(33)

Pertama; bahasa dan kata. Bahasa dan kata-kata seseorang dapat

mengungkapkan konsep tertentu bahkan lebih dari kesadaran maupun

pengalamannya. Meskipun mempunyai nilai relative, bahasa dan kata-kata

merupakan suatu sarana yang mudah dan cepat dipakai untuk menemui orang lain.

Kedua; Tindakan manusia yaitu suatu tindakan yang tidak hanya tindakan

konkret tetapi juga segala unsur dan pengaruh yang turut mewarnai tindakan itu.

Manusia menyatakan dirinya melalui bahasa tubuh (non verbal) dan juga bahasa

verbal dapat dipakai dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jadi kata dan tindakan

saling mempengaruhi untuk mengungkapkan keadaan batin seseorang dan

mengekspresikan suatu sikap asasi yang dasariah dari hidup seseorang (Darminta,

1973: 43).

Spiritualitas merupakan sesuatu yang nyata dalam perbuatan seseorang

karena dalam arti umum spiritualitas adalah suatu cara hidup. Berdasarkan

pemahaman diatas maka spiritualitas berarti suatu cara mengaktualisasikan seluruh

kerelaan diri dan hidup terhadap satu nilai yang ditemui dan disadari sebagai yang

berharga bagi hidup dan diri seseorang. Seseorang memilih salah satu nilai dari

bermacam-macam nilai yang dihadapinya itu berarti dia menemukan suatu panggilan

dalam hidupnya dan yang pantas dilaksanakan dan dimiliki serta membentuk suatu

pola tertentu, baik cara menemukan maupun cara mengaktualisasikan panggilan itu

(34)

3. Spiritualitas Kristiani

Spiritualitas Kristiani penting untuk semua orang, maka maknanyapun tidak

bersifat dogmatis ataupun preskriptif yang hanya berkaitan dengan hukum atau

peraturan agama tertentu. Spritualitas juga bukan hanya penerapan teologi di dalam

hidup sehari-hari. Spiritualitas berkaitan erat dengan kehidupan dan pengalaman.

Kata itu dipahami sebagai usaha dan tanggapan seseorang untuk terus bergerak

menuju kepada kepenuhan dan kesempurnaan hidup yang dicita-citakan (Heryatno,

2008: 88-89)

4. Spiritualitas Khusus

Dalam tradisi Katolik spiritualitas berhubungan erat dengan kehidupan umat

beriman ada berbagai macam spiritualitas yakni ada spiritualitas kelompok awam,

tarekat atau religius yang meyakini hidup mereka dipanggil oleh Allah secara total

mengabdi kepada Allah dan melayani sesama. Begitupun tarekat Putri Bunda Hati

Kudus memiliki spiritualitas khusus menurut kharisma dan spiritualitas pendiri

tarekat melalui tulisan-tulisannya jelas bahwa dengan spiritualitas dimaksudkan cara

hidup, cara berelasi, cara mencintai, cara bersikap,cara bertindak, dan cara kerja

tertentu yang dipimpin oleh Roh (Ohoitimur, 2009: 2)

Dari berbagai definisi spiritualitas yang sedemikian kaya maka untuk uraian

ini sebagai benang merah bermuara pada yang dirumuskan oleh Tom Jacobs :

a. Spiritualitas yang berasal dari kedalaman hidup atau inti hidup seseorang

sehingga nampak dalam cara bertindak, cara bersikap, cara berelasi dan semuanya

(35)

“Roh” yang membantu dan mendorong hati seseorang untuk terbuka dan peka

akan tanda-tanda zaman dan situasi di sekitarnya serta mampu dalam

mensosialisasikan dirinya mengikuti pola perkembangan zaman.

b. Spiritulitas sebagai yang menunjukkan pada kebatinan: keadaan, kondisi hidup

seseorang baik dalam situasi menyenangkan maupun situasi yang sulit atau tidak

menyenangkan tetapi tetap berpegang pada kuasa dan kehendak Allah sebab

Allah selalu berbicara didalam hati seseorang yang dapat menggerakan jiwanya.

c. Spiritualitas sebagai karya atau gerak Roh (Jacobs, 1989: 2) Roh memang

anugerah Allah dalam hati (lih. Rom 5: 5) membantu dan mendorong hati

seseorang untuk terbuka kepada sebuah kepenuhan hidup melalui relasi intim

dengan Allah dan menyerahkan serta mengabdikan hidupnya untuk melayani

Allah dan sesama di dunia yang nyata.

5. Spiritualitas Hati Menurut Alkitab.

Spritualitas Hati dalam Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup Allah yang

mengasihi manusia tanpa batas. Landasan utamanya adalah sejarah manusia yang

diangkat masuk ke dalam sejarah keselamatan Allah karena Allah begitu mencintai

manusia. Puncak Spiritualitas Hati Allah terdapat didalam Hati Putra-Nya Yesus

Kristus yang di utus-Nya.

a. Pengertian Hati.

Kata “Hati” sering dipakai baik dalam Kitab Perjanjian Lama (PL) maupun

dalam Kitab Perjanjian Baru (PB). Hati adalah istilah antropologis yang mengandung

(36)

menunjuk pada anggota tubuh yang menjadi pusat kekuatan serta kehidupan

manusia. Hati dalam arti kiasan yaitu pusat kehidupan manusia baik secara

spiritual,intelektual, hakekat batin dan pusat perasaan (Yubelium 150 tahun MSC,

2004: 1)

Kitab Perjanjian Baru Hati merupakan pusat kehidupan intelektual, spiritual, sebagai akar hidup religius, tempat mana Allah berdiam dan daripada-Nyalah tingkah laku moral manusia diukur dan ditentukan. Hati adalah inti terdalam hidup manusia dalam keterjalinannya dengan Allah dan sesama sehingga hati mencakup aspek kehidupan manusia seperti hidup batin, afeksi,perasaan,kehendak dan refleksif (Yubelium 150 tahun MSC, 2004: 1)

Itu berarti, hati menjadi pusat kesadaran manusia akan dirinya sebagai pribadi.

Hati adalah tempat Roh Allah bertahta. Roh Allah yang bertahta di dalam hati itulah

sebagai kekuatan yang mendorong manusia untuk mengimani Allah dan sekaligus

mengubah dan membaharui hidup manusia sehingga dapat bermakna dan berguna

bagi Allah dan sesama. Hati sangat perlu untuk di jaga kemurnian dan ketulusannya

dengan membangun relasi kepada Allah dan sesama dengan tulus dan jujur.

Kejujuran adalah salah satu kunci untuk membuka pintu Surga. Amsal 4: 23

mengatakan “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah

terpancar kehidupan.” Ayat itu mau mengingatkan dan menekankan pentingnya hati

karena hati adalah sumber kehidupan, perasaan, pikiran, kehendak dan sikap

seseorang (Bovenmars, 1991: 11)

Hati manusia adalah tempat dimana Allah bersemayam, karena itu setiap

orang tetap menjaga hatinya agar hati menjadi tempat yang subur bagi karya atau

gerak Roh Kudus sehingga mampu dan terus-menerus menjalin relasi intim dengan

Allah yang kasih-Nya sangat mengagumkan. Kasih Allah mengagungkan itu

(37)

inti hidup Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus sebagai jalan dan

Penyelamat bagi manusia.

b. Hati dalam Karya Keselamatan

Karya Keselamatan dilaksanakan oleh Kristus karena Allah menghendaki

semua manusia selamat dan mengenal kebenaran (1Tim 2:4). Setelah Ia pada zaman

dahulu berulang kali dan dengan pelbagai cara bersabda kepada nenek-moyang kita

dengan perantaraan para nabi (Ibr 1:1), ketika genaplah waktunya, Ia mengutus

Putera-Nya, sabda yang menjadi daging dan diurapi oleh Roh Kudus, untuk

mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin, untuk menyembuhkan mereka yang

remuk redam hatinya (Lih Yes 61:1;Luk 4:18) ”Sebagai tabib jasmani dan rohani”

(Ef 7: 2), pengantara Allah dan manusia (1Tim 2:5), sebab dalam kesatuan Pribadi

Sabda menjadi manusia itu semua menjadi suatu upaya keselamatan kita. Oleh

karena itu di dalam Kristus adalah ‘Ya’bagi semua janji Allah (2 Kor 1: 20)

(Dokumen Kons Vat.II, 1993: 3. bdk SC, art.5).

Puncak spiritualitas hati Allah terdapat di dalam hati Putera-Nya sendiri.

Penjelmaan Allah menjadi manusia mengungkapkan bahwa Allah sungguh

mencintai manusia melalui hati manusiawi Putera-Nya. Hati manusiawi Yesus itulah

seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa. Perutusan Putera-Nya untuk

menjadi manusia seperti kita dimana tinggal di tengah-tengah sejarah hidup manusia

dan menjadi senasib dengan manusia merupakan pernyataan cinta yang mengukir

dari hati Allah bagi manusia. Secara konkret Spiritualitas hati Allah itu begitu nyata

(38)

“Aku diutus untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang

miskin,memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi

orang-orang buta, membebaskan orang-orang tertindas,memberitakan tahun rahmat

Tuhan telah datang”.

Hati Yesus terungkap jelas dalam pewahyuan dan pernyataan Cinta dan

belas kasih Allah kepada manusia. Seluruh hidup Yesus adalah pelaksanaan cinta

Allah sampai Yesus rela menderita dan wafat di kayu salib demi menanggung

dosa-dosa dan menyelamatkan umat manusia (Luk.4;18-19; Yubelium 150 thn MSC,

2004: 2).

c. Hati Yesus

Hati Yesus merupakan diri Yesus sendiri yang lambungnya ditikam di atas

kayu salib oleh serdadu sehingga keluarlah air dan darah. Air dan darah merupakan

lambang bahwa Yesus memberikan cinta sehabis-habis-Nya kepada dunia dan

manusia. Ketika Yesus menyerahkan hidup-Nya dan lambung-Nya terbuka dan

menganugerahkan Roh dan mengalirlah cinta kasih-Nya kepada kita. Dalam

Peristiwa inilah Yesus mewahyukan atau menyatakan kepada kita, bahwa betapa

Allah mencintai dunia dan manusia. Hati Yesus yang tertikam merupakan sumber

kehidupan dan keselamatan bagi manusia yang tidak kunjung habis. Symbol hati

yang tertikam menunjuk kualitas atau mutu hati Yesus yang selalu mengalir

tanggapan terhadap orang-orang sakit,lapar, kerasukan roh, jahat,bodoh, janda dan

mereka yang datang dengan berbagai beban dan penderitaan (Yubelium 150 tahun

(39)

Yesus melihat orang yang terusik dan patah hati, seperti kawanan domba tanpa

gembala,orang buta, lumpuh, tuli, lapar dan haus yang dibawah kepada-Nya,

hati-Nya tergerak oleh belaskasihan untuk menolong dan merasa bersama dengan mereka

menyatakan kasih Allah kepada manusia. Jadi hati Yesus yang dirobek oleh tombak

serdadu juga menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus; cinta belaskasih,

kelembutan, keberanian, ketaatan, sembah-sujud dan penyerahan diri kepada Allah

Bapa. Ketika itu hati Yesus terbuka lebar telah mengalirkan kasih yang tak terhingga

bagi pembebasan manusia dari keterbelengguan atas dosa-dosanya. Hati Yesus

menandai dunia dengan membangunkan keyakinan setiap manusia bahwa cinta-Nya

yang mengalir dari hati yang tertikam menyatakan kematian telah dikalahkan oleh

kehidupan baru dengan peristiwa kebangkitan-Nya. Hati Yesus yang tertikam itu

membuka mata hati setiap manusia, terutama bagi manusia yang memandang kepada

hati-Nya akan merasa bahwa telah lahir sebuah dunia baru. Dunia yang penuh

dengan kebaikan dan belaskasih yang terpancar dari Hati Yesus. (Yubelium 150

tahun MSC, 2004: 5).

Hati Yesus merupakan gambaran cara Tuhan mencintai, tergerak oleh

kehadiran dan kondisi orang lain. Model gerakan Hati Yesus adalah compassion,

tergerak oleh belaskasih, ”love, care”. Compassionate heart tampak dalam situasi

konkrit dan berwujud empati. Sikap dan tindakan ditentukan oleh compassion yang

hidup dalam hati (Ohoitimur,2009: 3).

Pola hidup Hati Yesus adalah suatu karya, pergaulan yang menyembuhkan,

membebaskan, mempersatukan, mengutuhkan dan menguduskan semua yang ingin

(40)

justru Ia sendiri datang, turun,bergaul, menemani dan melibatkan diri dengan

perjuangan manusia. Ia mau menanggung kerelaan untuk datang dan turun ke dunia

dengan segala konsekuensinya sampai menderita dan wafat di kayu salib. Hati yang

terbuka mengundang dan memanggil semua orang berdosa untuk masuk ke dalam

Hati-Nya guna mohon kasih pengampunan,’minum air dan darah segar,’yang

menghidupkan dan menyegarkan.

B.Spiritualitas Hati PBHK

Spritualitas Hati Putri Bunda Hati Kudus adalah Spritualitas yang bermuara pada

hati Yesus yang berbelaskasih yang telah dirintis dan dihayati oleh Pendiri Tarekat

PBHK.

1. Spiritualitas Hati Pendiri

.

Pada tahun 1789 revolusi Perancis berpengaruh besar dalam sejarah dunia,

khususnya di Eropa. Revolusi Perancis lebih bersifat sosial dan politik yang

dampaknya sangat besar bagi kehidupan beragama. Tuntutan yang hendak dicapai

oleh revolusi adalah kebebasan mutlak di bidang sosial, ekonomi, politik,

kebudayaan dan pendidikan. Tuntutan itu akhirnya turut mempengaruhi kehidupan

keagamaan dan iman umat. Gereja akhirnya menjadi sasaran kebencian Revolusi

dan rakyat bahkan simpati rakyat terhadap Gereja mulai hilang karena pemimpin

Gereja di mata rakyat adalah kaum bangsawan yang menjadi penghambat perbaikan

nasib rakyat sebab hubungan pimpinan Gereja dan pimpinan Negara sangat erat.

Masyarakat memberontak dan ingin bebas dari kekuasaan dan pengaruh

Gereja. “Biarlah segala sesuatu berlangsung tanpa campur tangan Gereja. Agama dan

(41)

harus dilawan. Dalam situasi demikian manusia berpaling kepada pendewaan akal

budi. Akal budi manusia dipandang sebagai penguasa tunggal, Iman akan Allah

yang berbelas kasih yang telah hadir dan menuntun mereka justru mulai diabaikan

bahkan disingkirkan.

Muncul faham baru seperti: agama itu soal pribadi karena itu perlu

disingkirkan dari kehidupan bersama. Urusan politik, sosial,ekonomi, ilmu

pengetahuan dan kesenian, bukanlah urusan agama. Akibatnya muncul faham

liberalisme yang menuntut kebebasan mutlak akal budi manusia,kapitalisme dan

ateisme tanpa cinta kasih, kesombongan rohani, sikap anti-klerikalisme

mendominasi dan merajalela dalam kehidupan masyarakat (Ohoitimur, 1986: 9-11)

Peristiwa itu membuat masyarakat hidup dalam ketakutan, kecemasan,

ketidakpastian. Pater Jules Chevalier dengan pikiran yang tajam dan hati penuh

iman, mampu merumuskan penyakit jamannya dengan tepat. Pengalaman iman

Pater Jules Chevalier percaya akan cinta Allah sebagai obat mujarab yang mampu

untuk menyembuhkan penyakit-penyakit jaman yang menimpa manusia dan

menyerukan suatu kebangkitan baru untuk mulai percaya kepada cinta Allah.

Percaya akan cinta Allah berarti membiarkan diri untuk dikuasai oleh cinta Allah

(Ohoitimur, 1987: 32-33).

Pengalaman Pribadi merupakan unsur yang menentukan apa yang dihayati

oleh manusia dan suatu institusi sentral serta suatu pengalaman yang dihayati,

memenuhi jiwa dan hatinya, lalu mengubah hidupnya. Pengalaman itu dibangun

berdasarkan pengalaman yang terjadi sebelumnya dan diyakini sebagai

(42)

hidup yang di hadapi di waktu yang akan datang. Beberapa pengalaman Pater Jules

Chevalier yang membawa pengaruh bagi hidupnya yakni:

a. Pengalaman dalam keluarga.

Pater Jules Chevalier dibesarkan dalam keluarga yang miskin dan sederhana.

Ayahnya seorang buruh penjaga hutan dan ibunya seorang penjual sayur. Mereka

berdua tidak mampu mengatasi kemiskinan yang dialami dalam keluarga.

Kehidupan beragama kedua orangtuanya berbeda. Ibunya sangat setia terhadap

kehidupan keagamaan sedangkan ayah bersikap acuh tak acuh terhadap agama.

Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan Jules tidak langsung masuk Seminari,

melainkan harus terlebih dahulu bekerja sebagai tukang sepatu.

Pada usia 18 tahun ia baru diperbolehkan masuk Seminari. Pengalaman dalam

keluarga itu turut mempengaruhi watak Jules (Ohoitimur,1986: 14).

b. Terjatuh dari karang.

Peristiwa ini terjadi sewaktu Jules di Seminari Menengah Saint Gautier.

Pada musim dingin tahun 1842, bersama teman-teman seminaris, Jules

berjalan-jalan menelusuri tebing sungai Creuse dekat benteng connives. Sebagai orang muda

yang pemberani, Jules dengan dua teman mengambil jalan yang lebih curam di

pinggir gunung. Karena licin, ketiga-tiganya tergelincir. Dua temannya berhasil

selamat karena memegang akar kayu, sedangkan Jules terperosok masuk ke dalam

jurang yang dalammya kurang lebih 30 meter. Ketika diangkat Jules sudah tidak

menunjukan tanda-tanda kehidupan lagi, sehingga pastor yang bersama mereka

(43)

terdekat dan dibaringkan di antara dua buah lilin yang bernyala. Sementara itu para

seminaris terus-menerus mendoakan keselamatan jiwanya. Berita segera

disampaikan kepada rector Seminari yang kemudian mengirimkan seorang dokter

untuk menjemput jenazah itu. Para seminaris dikumpulkan di ruang belajar untuk

mendaraskan mazmur orang mati. Mendengar bunyi kereta, rektor segera keluar

menyongsong jenazah siswanya. Tetapi ia begitu terkejut ketika mendegar suara

Jules Chevalier yang mengatakan bahwa ia tidak mati. Rektor sendiri sangat terkejut

sehingga ia sendiri jatuh sakit selama 7 hari. Sebab Juleslah satu-satunya korban

peristiwa tersebut (Ohoitimur, 1986: 15).

c. Melepaskan diri dari Persahabatan.

Sewaktu di Semenari Jules menjalin relasi khusus dengan seorang teman

seminaris, yang disadari bahwa bersahabat itu baik, tetapi menyebabkan

perhatiannya menjadi terbagi dimana lebih utama temannya dari pada membangun

relasi kepada Tuhan. Jules sadar bahwa menjalin relasi dengan temannya sangat

menghambat usahanya untuk semakin dekat kepada Kristus, maka Jules berani

mengambil keputusan untuk melepaskan persahabatan dengan teman-temannya.

Peristiwa ini bagi Jules merupakan suatu rahmat dari Tuhan, sehinggaa ia boleh

menyadari itu, dan lebih memilih mengikuti panggilannya (Ohoitimur, 1986: 16).

d. Khalwat di Bourges.

Khalwat yang dipimpin oleh Pater Mollevaut, imam Saint Sulpice itu sangat

menyentuh hati Jules. Jules menulis; ” kata-katanya biasa saja, tetapi sangat

(44)

merasa sebuah perubahan terjadi dalam dirinya bahkan lebih bersemangat ingin

menjadi seorang semenaris teladan” (Ohoitimur, 1986: 16).

e. Aliran hidup rohani Kristosentris.

Di seminari, Jules Chevalier ikut serta dalam aliran rohani Perancis yang

diajarkan dan dipraktikkan oleh pastor-pastor Sulpician. Inti aliran hidup rohani itu

ialah Kristosentris dan bersifat sacerdotal.

Mereka memandang Kristus sebagai Iman Agung satu-satunya yang karena menduduki tempat pertama dan utama, mampu memuliakan Tuhan dan melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Secara praktis dikembangkan devosi-devosi dan doa-doa untuk menyembah Kristus. Aliran itu berkeyakinan bahwa tugas panggilan seorang imam ialah melaksanakan kehendak Kristus dan melanjutkan karya-Nya, dengan membiarkan Kristus hidup dalam diri seorang imam sehingga seluruh hidup dan tindakan seorang imam diarahkan dan ditujukan kepada kemuliaan Allah (Ohoitimur, 1986: 17).

Agar pengalaman yang telah dikemukakan terbukti suatu pengalaman iman

pribadi, maka marilah mengikuti refleksi iman pribadi Pater Jules Chevalier sebagai

berikut;

1) Pengalaman dalam keluarga.

Kesulitan ekonomi dalam keluarga membuat Jules Chevalier memahami apa

artinya penderitaan hidup. Penderitaan harus ditanggung dalam ketabahan hati.

Seluruh hidup dan hati diarahkan kepada tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi

kesulitan. Menunda studi di Seminaris selama 5 tahun adalah suatu pengurbanan

demi tugas dan pengabdian kepada keluarga. Dengan segenap hati dan setia ia

mengembangkan serta mengarahkan sifat-sifat bawaanya kepada pengabdiannya

(45)

2) Melepaskan diri dari persahabatan manusiawi.

Jules Chevalier mengetahui bahwa ia harus mengambil sebuah langkah

pengorbanan dengan sebuah usaha untuk melepaskan sahabatnya. Sebuah

pengorbanan demi sesuatu yang lebih, sesuatu yang membawa kebajikan demi

menggapai cita-cita imamatnya. Ini juga merupakan suatu bentuk penyangkalan diri

yang membuat hatinya bebas untuk melayani Allah, dan iapun merasakan

kesanggupan ini merupakan rahmat dari Tuhan yang memberikan kemampuan untuk

berefleksi dengan penuh kesadaran bahwa segala sesuatu termasuk persahabatan

yang menghambat panggilan rela dilepaskan (Ohoitimur, 1986: 18).

3) Terjatuh dari karang.

Kejadian itu membawa Jules Chevalier kepada suatu pertobatan total. Jules

menemukan keagungan dan kekuasaan mutlak. Tuhanlah yang menyelenggarakan

dan mengatur seluruh kehidupannya. Demikianlan iman Jules Chevalier semakin

kuat dan ia bertekat untuk hidup sungguh-sungguh di bawah pengaruh imannya

kepada Allah (Ohoitimur, 1986: 18).

4) Khalwat di Bourges.

Khalwat itu sudah memberikan kepadanya suatu rahmat untuk menyerahkan diri

secara penuh kepada Tuhan. Jules merasakan suatu kekuatan ilahi yang

mendorongnya untuk menjawab secara penuh dan utuh tuntutan kehendak Tuhan.

(46)

5) Aliran rohani Kristosentris.

Bagi Jules Chevalier, Kristus adalah pusat segala sesuatu. Dan sifat khas dari

Kristosentris itu ialah Hati-Nya. Semangat iman Jules berkobar-kobar karena ia

menemukan misteri cinta Hati Yesus itu. Dengan latar belakang aliran rohani

tersebut dapat dimengerti dengan tepat tekanan yang diberikan oleh Jules Chevalier

kepada Kristus. Tekanan itu berpusat pada Hati Kudus Yesus. Karena menurut Jules

Chevalier, Allah dimuliakan melalui keterbukaan Hati Kristus untuk mencintai umat

manusia dan menyelamatkan mereka. Hati Kudus Yesus merupakan “Pusat” karya

keselamatan Yesus bagi manusia (Ohoitimur, 1986: 18).

2. Spiritualitas Hati dalam konstitusi PBHK

Spiritualitas hati PBHK adalah cara hidup yang baru, cara hidup menurut

Hati Allah yang berbelaskasih, jalan identifikasi dan transfigurasi dengan Yesus

menuju kekudusan melalui profesi hidup religius dalam hidup doa, hidup komunitas,

karya perutusan dengan penghayatan ketiga nasihat injili: ketaatan, kemurnian dan

kemiskinan (Yeh 36: 26,28; lih Yoh 13:1-2,17).

a. Hati dalam Penghayatan Kaul-Kaul

1) Kaul Ketaatan

Kata ketaatan (Inggris: obidience) berasal dari kata Latin obaudire yang

berarti mendengarkan. Inti dari kaul ketaatan adalah terbuka, mencari, mendengarkan

dan menjawab sapaan Allah serta melaksanakan kehendak-Nya dalam situasi

kehidupan suster PBHK (Kons,1983:no. 47-48). Bila ketaatan dipahami sebagai

mencari, mendengarkan dan menemukan kehendak-Nya melalui doa dan kerendahan

(47)

mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya menjadi pendengar dan pelaksana

sabda dengan aktif-berinisiatif melakukan terobosan-terobosan baru dalam hidup

dan karyanya tanpa takut untuk membuat suatu kesalahan.

Para suster PBHK perlu menyadari, bahwa kehendak Tuhan disampaikan

kepada suster PBHK di dalam lubuk hati, melalui Kitab Suci, ajaran Gereja,

Konstitusi dan juga Direktorium serta dialog yang tulus dengan para pemimpin dan

suster-suster dalam komunitas sehingga para suster PBHK akan terus berusaha

mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki dan mencari pengetahuan dan

ketrampilan-ketrampilan yang mengalir dari kedalaman lubuk hati yang dituntut oleh

karya pelayanan dalam rangka menanggapi kebutuhan masyarakat di mana suster

PBHK berada dalam terang kharisma tarekat. On going formation merupakan hal

yang mengalir secara alami dari rasa tanggungjawab suster PBHK untuk menghayati

karya-karyanya sebagai ketaatan terhadap kehendak Allah sendiri dengan

berpedoman pada surat Filipi 2: 5-8 yang berbunyi demikian:

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak mengangap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya,dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Para suster PBHK dapat mencapai kepenuhan, hanya bila mempercayakan

diri dalam rencana kasih Allah. Sebab itu, ketaatan adalah satu-satunya jalan bagi

manusia dengan budi dan kehendak bebas dapat mencapai disposisi kepenuhan

kemanusiaannya (Rev. Kons,2011:no. 2 ; The Service of Authority and Obedience,

(48)

Dalam Filipi 2:1-5 dikatakan “karena dalam Kristus ada nasihat, ada

penghiburan kasih, ada persekutuan roh, ada kasih mesra dan

belaskasih...hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih,satu jiwa,satu tujuan

dengan tidak mencari kepentingan sendiri…hendaklah kamu dalam hidupmu

bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.

Menurut Paulus keutamaan-keutamaan tersebut adalah bersifat hakiki bagi

setiap orang Kristen dan juga menurut pater Chevalier sifat hakiki ini dimiliki oleh

setiap Putri Bunda Hati Kudus, dikatakan bahwa Putri Bunda Hati Kudus hanya

dapat menanamkan nilai-nilai,perasaan dan pikiran Kristus Yesus dalam hati lewat

kontemplasi terus-menerus Hati Yesus yang tertikam di atas kayu salib. Yesus yang

menyerahkan diri sampai mati, malah memberikan diri kepada mereka yang

menikam Hati-Nya. Pandanglah sikap cinta, penyerahan diri,ketaatan dan

pengampunan dari Yesus pribadi yang terluka.

Hanya orang yang sungguh-sungguh dijiwai oleh nilai-nilai,perasaan dan

pikiran Kristus Yesus dalam hatinya atau yang selalu dinyatakan dalam tingkah laku

konkrit seperti yang dibuat oleh Yesus sendiri boleh menjadi Putri Bunda Hati

Kudus. PBHK terpanggil untuk membangun wajah dan dunia yang baru. Dunia yang

penuh kasih, dunia yang saling membagi dan menerima cinta.

PBHK terpanggil untuk menyerahkan diri secara total dan ambil bagian dalam

keprihatinan Yesus serta diajak untuk membagikan Kasih-Nya, bebas dari sifat ingat

diri (Kons, 1983:no. 46). Kaul ketaatan adalah perhatian dan keterbukaan hati

(49)

Komitmen secara total terhadap misi Allah membebaskan kita dari kebutuhan yang

mengikat untuk keberhasilan dan cinta kekuasaan.

 

2) Kaul Kemurnian 

Kemurnian yang dipersembahkan kepada Allah merupakan karunia dan

misteri cinta pribadi Allah kepada para suster dan mempersatukan suster PBHK

secara erat dengan Kristus. Yesus mengundang suster PBHK untuk ikut ambil bagian

dalam cinta kasih-Nya yang tidak terbatas kepada Bapa-Nya (Kons, 1983: no. 23).

Penghayatan dalam kepekaan yang mendalam akan Roh Kudus, pembaktian

cinta yang penuh kepada Hati Yesus mengubah suster PBHK tahap demi tahap untuk

semakin menyerupai Yesus yang mencintai orang lain dengan penuh pengertian dan

perhatian tanpa memandang bulu (Kons, 1983:no. 24;bdk kan. 607: 1).

Suster PBHK setia menghidupi dan menghayati kaul kemurnian dalam

kehidupan sehari-harinya. Menghidupi dan menghayati kaul kemurnian sangat perlu

untuk selalu mengevaluasi diri atau mengintrospeksi diri sehingga ada perubahan dan

kemajuan dalam penghayatannya. Pertumbuhan dan kemajuan dalam penghayatan

kaul kemurnian tidak berasal dari mengetahui lebih banyak tentang kaul kemurnian

tetapi pembaharuan batin, motivasi rohani, kematangan psikologis dan emosional

yang memadai menjadi dasar atau modal yang terus menerus diolah menuju ke

kesempurnaan dan kemurnian hati yang tulus dan selalu terbuka dalam menanggapi

panggilan Ilahi sebagai suster PBHK.

Hati yang terbuka kepada Allah berarti membiarkan Allah masuk dan hadir

dalam hati suster PBHK agar dapat mengalami dan merasakan kasih-Nya. Hati yang

(50)

dalam seluruh realitas hidup dan dengan penuh kepercayaan akan daya kasih Allah

yang mampu mengubah keadaan diri suster PBHK sesuai dengan kehendak

Hati-Nya. 

Penekanan kaul kemurnian bukan terletak pada boleh atau tidak melakukan

ini atau itu yang berkaitan dengan keperawanan tetapi bagaimana kehidupan itu

dapat dipromosikan dalam relasi dengan Allah, sesama PBHK dalam hidup

berkomunitas, maupun dalam karya perutusan. Hal yang terpenting adalah "Apakah

relasiku dengan Allah dan sesama membuatku semakin enjoi dalam

kehidupan?"(Kons, 1983:no. 23-32 ;Direk,1981:no. 3.1-3.5).

3) Kaul Kemiskinan

Dunia ini hanyalah sarana atau jalan menuju ke kehidupan yang sejati

(bdk.2Kor 4: 18). Di dunia inipun suster PBHK harus berjumpa dengan Allah dan

menjawab undangan-Nya melalui hidup nyata dengan segala tuntutannya.

Dalam komunitas Yahudi Yesus adalah seperti orang kebanyakan, tidak

berada pada kelas tinggi. Yesus tumbuh dan menjadi besar sebagai anak desa

Nazareth,yang disepelekan (Yoh 1:46) sebagai anak tukang kayu Yesus akrab

dengan orang-orang sekitarnya (lihat Mrk 6:1-6). Yesus dekat dengan orang-orang

miskin. Yesus tidak hanya dekat tetapi memilih cara hidup miskin dan sederhana.

Yesuspun sadar akan penderitaan mereka dan bertindak untuk menolong serta

meringankan beban mereka. Yesuspun mengundang suster PBHK untuk

meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia. Dengan hidup bergantung

sepenuhnya pada Bapa di surga dengan membaktikan diri untuk menghayati

(51)

Kemikinan Injili merupakan landasan bagi praksis Kerajaan Allah di dunia

ini. Kemiskinan injili berakar pada nilai-nilai injili; ketergantungan yang penuh

kegembiraan terhadap Allah dan keterbukaan untuk membagikan anugerah-

anugerah Allah yang di miliki oleh tiap pribadi suster PBHK di antara warga

komunitas umat manusia (Kons, 1983:no.35) tidak hanya antara warga komunitas

religius.

Kaul kemiskinan yang dihayati dalam kesederhanaan dan kegembiraan

dengan sikap lepas bebas dan sikap hati yang terbuka kepada Allah memampukan

suster PBHK memiliki sikap tanggap akan kebutuhan sesama yang membutuhkan

bantuan rohani maupun jasmani. Sikap hati yang selalu mengandalkan Tuhan,

menjadikan suster PBHK semakin dekat dengan Tuhan.

b. Hati dalam Penghayatan Hidup Doa

Yesus adalah orang yang penuh pengalaman akan Allah. Pergaulannya

dengan Allah terungkap dalam kehidupan doa-Nya. Ia adalah teladan dalam hal

berdoa. Mengikuti Yesus berarti juga hidup seperti Yesus, termasuk dalam hal

berdoa. Yesus sebagai anak manusia mampu melewati perjuangan hidupnya karena

kekuatan doa-Nya. Biasanya sebelum berdoa Yesus pergi ke tempat-tempat sunyi

untuk lebih menenangkan diri, dan disana Dia memohon kekuatan dari Bapa-Nya

(Mrk 1:35).

Pengalaman dalam hal ketakutan, kecemasan dan ketakberdayaan membuat

manusia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah yang diyakini akan memberi

(52)

mempunyai pengalaman seperti manusia, doa dari kedalaman hati artinya berdoa

dengan menggunakan hati memohon kepada Bapa. Bapa jikalau mungkin cawan ini

dijauhkan dari pada-Ku (Mrk 14:36) (Darminta, 2001: 54). Kehidupan Yesus doa

dan perutusan merupakan kesatuan yang mengalir dari hubungan dengan Bapa-Nya.

(Kons, 1983:no. 71; Yoh 10: 30). Ia tidak berdoa sendirian tetapi juga melibatkan

para rasul dan orang banyak (Mat 6: 5-13).

Selain itu Yesus berdoa bagi semua pengikut-Nya agar tetap dilindungi dan

diberi iman yang teguh. Yang paling istimewa dari sikap Yesus dalam hal berdoa

adalah kesanggupan-Nya mendoakan musuh-musuh-Nya yakni pada saat disalib. Dia

tidak membalas kejahatan para musuh yang menghojat-Nya. Tetapi berdoa untuk

mereka supaya diampuni oleh Bapa,”Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak

tahu apa yang mereka perbuat”(Luk 23: 34). Dengan kekuatan doaNya Yesus

menunjukan bahwa dia mampu mengampuni musuh-Nya, sehingga tidak pernah

membalas kejahatan para musuhNya (Darminta, 2001: 132)

Sebagai PBHK melalui pembabtisan dan pembaktian religius PBHK ambil

bagian dalam tugas perutusan Kristus tersebut. (bdk. Rom 6;3-4; 11 Tim 2:1-4).

Hidup doa suster PBHK dipusatkan dalam persatuan dengan Maria kepada Hati sang

Sabda yang menjelma menjadi manusia. Gelar“Sang sabda”dalam perjanjian lama

ungkapan sabda Tuhan terutama berarti sarana dengannya Allah menyatakan diri

kepada manusia (Kirchberger, 1999: 116). Oleh karena itu merupakan sebuah

tanggung jawab suster PBHK untuk selalu memupuk kehidupan doa dengan tetap

(53)

persekutuan dengan-Nya sehingga Ia dapat mengubah suster PBHK menjadi serupa

dengan Dia (Kons,1983: no. 72).

Sebagai PBHK keutamaan hidup adalah memberi kesaksian cinta Yesus

kepada semua orang dalam pola hidup doa yang keluar dari hati terus-menerus untuk

Gereja terutama melalui Ekaristi. Dikatakan bahwa seluruh hidup suster PBHK

bersumber dari Ekaristi karena merupakan persatuan sakramental suster PBHK

dengan Kristus dalam wafat dan kebangkitan-Nya. Dan ini yang memperkokoh

kesatuan hati suster PBHK satu terhadap yang lain dalam hidup berkomunitas dan

dengan seluruh umat Allah (Kons,1983: no. 73). Belajar menggunakan hati dalam

berdoa dapat menyadari keindahan berdoa dari dalam hati. Hal yang sangat mendasar

dalam berdoa adalah perlunya menggunakan hati, karena hati merupakan kunci

hubungan manusia dengan Tuhan. Berdoa lebih baik memakai hati tanpa kata-kata

daripada dengan kata-kata tanpa hati, karena dari dalam hatilah terhubunglah relasi

dengan Tuhan sehingga mengalirlah keluar doa yang tulus, perkataan yang baik dan

tindakan yang luhur (Tjaya, 2011: 103-107).

c. Hati dalam penghayatan hidup berkomunitas

Dalam Injil Matius,13:1-23 dengan tegas memberitahukan kepada kita,

bahwa bukan benih yang harus menyesuaikan dengan jenis tanah dengan pengertian

sesungguhnya berarti bukan Sabda Allah yang harus menyesuaikan dengan hati dan

diri manusia, akan tetapi, hati setiap orang harus bertumbuh sedemikian rupa

sehingga dirinya dapat selaras, menghayati, subur, dan cukup untuk menerima sabda

(54)

Kristus. Intinya, Pribadi manusialah yang pertama-tama harus diubah atau

disuburkan agar Sabda Allah dapat bertumbuh dalam dirinya.

Dalam Injil tersebut mengajak kita untuk memahami bahwa dalam hidup

berkomunitas sangat diperlukan mempersiapkan hati dan diri merupakan kunci

utama untuk hidup bersama dalam suatu komunitas. Yakni dengan membuka diri

mempersiapkan hati, untuk tetap memelihara kesuburan hati, agar Sabda Allah dapat

benar-benar hadir, tumbuh dan berkembang. Tanpa pemahaman seperti ini, berarti

belum siap untuk hidup bersama dalam komunitas. Begitu pentingnya

mempersiapkan diri manusia sebagai awal untuk hidup berkomunitas yakni dengan

terus-menerus mengolah hidup sehingga dapat tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan adalah suatu proses, yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai

tujuan.

Dalam kehidupan spiritual, pertumbuhan adalah suatu proses untuk

menjalani kehidupan spiritual untuk mencapai tujuan, yaitu persekutuan dengan

Allah. Karena persekutuan dengan Allah adalah kekudusan, maka pertumbuhan

secara spiritual senantiasa berkaitan dengan hidup kudus, bahkan kekudusan adalah

tujuan dan buah dari pertumbuhan yang senantiasa didayai serta diarahkan oleh kasih

Allah sendiri,sehingga tahap demi tahap kita dihantar kepada suatu persekutuan

iman,harap dan kasih. Setiap suster PBHK dipanggil kepada panggilan yang sama,

untuk rela dipecah-pecahkan dan berbagi, saling memperkaya dalam suatu kesatuan

yang dibangun dalam keragaman. Kesatuan ini terus-menerus dibaharui (Kons,

(55)

Dalam konsili Vatikan II, di dalam dokumennya tentang Gereja (Lumen

Gentium) menyerukan kekudusan untuk semua orang, sehingga Gereja dapat

bertumbuh dan diperbaharui dari dalam. Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah

bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan

rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan dalam babtis iman

sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh-sungguh

menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan

mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul

mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus”(Ef

5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta,

mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan

dan kesabaran” (Kol 3:12) dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa

kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita

semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus membutuhkan belas kasihan Allah

yang nyata dalam diri Yesus yang tergerak oleh belaskasihan dengan wajib berdoa

setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12). Jadi bagi semua jelaslah,

bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka,

dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih

(LG, 40).

Cinta kasih Hati Kudus Yesus akan menjadi terang,kekuatan,penuntun dan

pendukung bagi para suster PBHK. Dengan cara hidup yang dijiwai oleh spiritualitas

Hati, akan menemukan ungkapannya dalam hidup harian komunitas dan cara para

Gambar

gambar wujud Allah (Ibr 1:3) (Murphy, 1996: 45).
Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel 2. Identitas Responden (N = 70)
Tabel 2 mengungkapkan identitas responden, menunjukan bahwa tahun kaul
+5

Referensi

Dokumen terkait

Demi kepentingan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Slaves’ Struggles in America in the 1800s in

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG

Demi kepentingan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul “ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT SKUTER

Demi kepentingan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Merek dan Kualitas Produk Terhadap

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI WUJUD

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN GURU, KEMAMPUAN