• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.6. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji statistik F yang dilakukan diketahui bahwa nilai F adalah 2,904 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu EVA,

DER dan DTAC secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010. Nilai Adjusted R Square

sebesar 0,083 menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap return saham secara simultan yang menandakan pengaruh variabel EVA, DER dan DTAC terhadap

return saham adalah hanya sebesar 8,3% dan sisanya sebesar 91,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Setelah diadakan pengujian kembali dengan menggunakan variabel moderating, diketahui bahwa nilai F pada hasil uji F berubah menjadi 3,676 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Nilai ini berubah menjadi semakin besar, dan menunjukkan bahwa secara simultan berpengaruh signifikansi terhadap return saham perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010. Nilai Adjusted R2 berubah menjadi 22,9% dari angka 8,3%. Hal ini menandakan bahwa seluruh variabel independen dengan ditambah variabel moderating ternyata dapat memperkuat pengaruh menjadi 22,9% terhadap return saham, sedangkan 77,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil ini tidak dapat diperbandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menjadi sumber replikasi penulis untuk penelitian ini karena perbedaan variabel indenpenden yang digunakan. Penelitian Ferawati (2009) tidak memiliki variabel DER dan DTAC, penelitian Ulupui (2007) dan Estuari (2010) tidak menggunakan variabel EVA dan DTAC. Penelitian ini hanya memiliki variabel manajemen laba yang sama dengan penelitian Andromeda (2008).

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel independen sebagai berikut:

a. Pengaruh EVA terhadap return saham.

Dari hasil pengujian pertama yang dilakukan secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

return saham perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010,

sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari hasil pengujian sebesar 0,077 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel EVA bukan merupakan salah satu faktor yang diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi di pasar modal. Dari total 65 sampel yang terdiri dari 13 perusahaan dengan kurun waktu 5 tahun, terdapat EVA bernilai positif sebanyak 60 sampel, dan 5 sampel bernilai negatif. Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang ditampilkan pada Tabel 5.1, EVA memiliki nilai minimum sebesar –220.330,- ; nilai maksimum sebesar 70.429.385; nilai rata-rata sebesar 2.802.305,- dan standar deviasi sebesar 8.833.620,-. Nilai yang ditunjukkan dari hasil statistik deskriptif

ini yang cukup ekstrim, dengan adanya jarak yang sanagt jauh antara nilai terkecil dan nilai terbesar, dan juga jauh dari nilai rata-rata.

EVA bernilai positif menunjukkan telah terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat biaya modal. Kondisi ini kontradiktif karena nilai EVA yang tinggi tidak tentu akan semakin menarik bagi investor untuk membeli saham dan tidak berpengaruh dalam meningkatkan harga saham sehingga return

saham meningkat.

Hasil penelitian tidak berubah ketika penulis menggunakan EVA bersama dengan variabel moderating berupa kebijakan dividen yang diproksikan dengan

Deviden Payout Ratio (DPR), dimana nilai signifikansi berubah menjadi 0,065 yang masih lebih besar daripada 0,05 dan menunjukkan bahwa variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikansi terhadap return saham.

Sebelum menggunakan variabel moderating, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2009) yang menyebutkan bahwa EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham secara parsial. Persamaan hasil penelitian ini masih bisa diperoleh walaupun terdapat beberapa perbedaan faktor penelitian, salah satunya adalah objek penelitian yang berbeda dengan karakter yang juga berbeda. Ferawati melakukan pengujian terhadap perusahaan manufaktur di BEI, sedangkan penulis melakukan pengujian terhadap perusahaan kategori LQ 45. Setelah penulis menggunakan variabel EVA bersama dengan DPR sebagai variabel moderating, hasil yang

diperoleh masih tetap konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2009).

Variabel EVA tidak tertera langsung pada laporan keuangan, sehingga para investor tidak dapat memperoleh informasi ini secara langsung tanpa melakukan perhitungan terlebih dahulu dengan menggunakan formula yang ada. Cara perhitungan EVA ini juga tidak sederhana, karena menggunakan banyak variabel dalam laporan keuangan. Kondisi ini menyebabkan EVA menjadi tidak terlalu penting bagi investor dalam memperhitungkan pengaruhnya terhadap

return saham, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ferawati (2009).

b. Pengaruh leverage terhadap return saham.

Dari hasil pengujian yang dilakukan secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari hasil pengujian sebesar 0,254 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel DER bukan merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi di pasar modal. Kenaikan tingkat hutang perusahaan tidak merupakan hal yang sangat penting

dalam pengambilan keputusan pembelian saham sehingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Hasil penelitian berubah ketika penulis menggunakan DER bersama dengan variabel moderating berupa kebijakan dividen yang diproksikan dengan

Deviden Payout Ratio (DPR), dimana nilai signifikansi berubah menjadi 0,034 yang menunjukkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh yang signifikansi terhadap return saham.

Sebelum menggunakan variabel moderating, penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) yang menyebutkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham secara parsial. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah objek penelitian yang berbeda dengan karakter yang juga berbeda. Ulupui melakukan pengujian terhadap perusahaan makanan dan minuman yang dikategorikan ke industri barang konsumsi di BEI, sedangkan penulis melakukan pengujian terhadap perusahaan kategori LQ 45. Faktor lain yang diduga dapat membedakan penelitian ini dengan penelitian lain adalah faktor periode penelitian dan kondisi sosial. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 1999 hingga 2005, sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap kurun waktu tahun 2006-2010. Hasil penelitian ini berubah ketika peneliti menggunakan variabel moderating bersama dengan variabel DER yang menunjukkan pengaruh yang signifikan sehingga sesuai sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Ulupui (2007).

Faktor leverage memperhitungkan perubahan komposisi pada hutang dan ekuitas perusahaan. Ketika melakukan investasi, investor lebih cenderung mempertimbangkan tingkat keuntungan investasi yang dilakukan. Hubungan tingkat keuntungan saham dengan besarnya hutang terjadi pada timbulnya biaya bunga atas pinjaman yang terjadi. Akan tetapi, hutang sebagai leverage selain mengurangi tingkat keuntungan, dapat juga menjadi katalisator perkembangan usaha karena adanya suntikan modal kerja bagi perusahaan. Kondisi ini dapat menyebabkan investor tidak terlalu mempertimbangkan tingkat DER suatu perusahaan.

c. Pengaruh manajemen laba terhadap return saham.

Dari hasil pengujian yang dilakukan secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel DTAC tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari hasil pengujian sebesar 0,108 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen laba bukan merupakan faktor penting yang diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi di pasar modal.

Hasil penelitian berubah ketika penulis menggunakan DTAC bersama dengan variabel moderating berupa kebijakan dividen yang diproksikan dengan

yang menunjukkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh yang signifikansi terhadap return saham. Sebelum menggunakan variabel moderating, penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andromeda (2008) yang menyebutkan bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.Akan tetapi, setelah penulis menggunakan variabel DTAC bersama dengan DPR sebagai variabel moderating, hasil yang diperoleh menjadi tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andromeda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah objek penelitian yang berbeda dengan karakter yang juga berbeda. Andromeda melakukan pengujian terhadap perusahaan manufaktur di BEI,

sedangkan penulis melakukan pengujian terhadap perusahaan kategori LQ 45. Faktor lain yang diduga dapat membedakan penelitian ini dengan penelitian lain adalah faktor periode penelitian.

Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan tingkat laba perusahaan sehingga menguntungkan perusahaan maupun para manajer. Penyajian keuntungan yang lebih besar mengakibatkan investor masih melihat adanya kenaikan laba sehingga tertarik untuk berinvestasi didalam perusahaan. Akan tetapi, manajemen laba apabila disalahgunakan merupakan pelanggaran Undang-Undang dari Pemerintah, seperti Pasal 102 Undang-Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 dan Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Pihak investor telah belajar dari pengalaman di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002 ketika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terbukti melakukan manajemen laba sehingga dijatuhkan sanksi hingga satu miliar rupiah (Parsaoran, 2009). Pengalaman ini dapat mengakibatkan investor tidak melihat faktor manajemen laba sebagai tolak ukur investasi mereka.

d. Pengaruh kebijakan dividen sebagai variabel moderating terhadap return saham. Dari hasil pengujian yang dilakukan secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel DPR yang dipergunakan sebagai variabel moderating menunjukkan koefisien parameter negatif tetapi tidak signifikan ketika digunakan bersama dengan EVA dan DER. Hasil signifikan hanya ditunjukkan pada penggunaan DER bersama dengan DTAC. Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan dividen merupakan variabel moderating hanya apabila digunakan bersama dengan DTAC yang merupakan proksi dari manajemen laba, yang dapat menguatkan pengaruh variabel tersebut atas return

BAB VI

Dokumen terkait