• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan hasil posttest perindikator kemampuan berpikir reflektif tersebut, terdapat perbedaan hasil kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada kedua kelas, hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan pembelajaran yang digunakan di kedua kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa setelah diajarkan dengan metode Cornell Note-Taking lebih baik daripada yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut digambarkan dalam bentuk perbedaan nilai rata-rata yang diperoleh dari perbedaan pembelajaran yang digunakan. Rata-rata kemampuan berpikir reflektif matematis yang diberikan pembelajaran dengan metode Cornell Note-Taking adalah sebesar 66,72, sedangkan kemampuan berpikir reflektif matematis yang diberikan pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori addalah sebesar 49,53. Dalam praktiknya di kelas, pembelajaran pada kelas eksperimen dengan

menggunakan metode Cornell Note-Taking ini dilakukan secara aktif dan mandiri melalui pembuatan catatan terstruktur yang dilakukan oleh setiap siswa. Siswa diharuskan membuat sebuah catatan yang bernama Cornell Note. Cornell Note

berupa catatan tersetruktur yang dalam satu lembar di bagi menjadi tiga kolom. Kolom sebelah kanan tempat menuliskan berbagai informasi yang didapat dan juga tempat penyelesaian dan diskusi, sedangkan kolom sebelah kiri tempat siswa menuliskan hal-hal yang ditanyakan dan juga berbagai kata kunci yang diperlukan, dan terakhir kolom yang berada di bawah terdapat kolom summary yaitu kolom tempat siswa untuk merangkum pelajaran atau materi yang telah didapat pada hari ini dengan kata-kata mereka sendiri. Penyampaian materi tertuang pada Lembar Kerja Siswa (LKS), yang memuat suatu masalah yang berkaitan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa dituntun menemukan konsep, berdiskusi secara berpasangan, menkonstruksi pengetahuannya, menuangkannya pada Lembar Cornell Note mereka.

Pada Lembar Kerja Siswa 2 siswa diberikan sebuah situasi agar dapat menemukan jaring-jaring dan luas permukaan balok. Siswa membaca dengan baik sebelum menuliskannya pada lembar Cornell Note pada kolom kanan.

Gambar 4.2

Pada record terlihatsiswa menuliskan apa yang diperoleh dari informasi atau situasi yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa 2.

Gambar 4.3

Hasil Record Pada Lembar Cornell Note Siswa

Untuk selanjutnya reduce, siswa menuliskan pertanyaan ataupun kata kunci yang diperlukan pada kolom sebelah kiri. Berikut salah satu contoh yang dituliskan pada lembar Cornell Note pada kolom kiri.

Gambar 4.4

Hasil Reduce Pada Lembar Cornell Note Siswa

Setelah reduce siswa melanjutkan pada bagian recite. Siswa membongkar bangun yang sudah ada menjadi sebuah jaring-jaring kemudian melihatnya sebagai susunan bangun datar. Siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya

mengenai bangun datar persegi panjang untuk mengidentifikasi bangun ruang yang mereka miliki. Ini berguna untuk mereka dalam menemukan sebuah konsep luas permukaan bangun ruang balok.

Gambar 4.5

Hasil Recite Pada Lembar Kerja Siswa 2

Setelah mengidentifikasi, pada reflect siswa diminta menggunakan pengetahuan yang telah didapat untuk diaplikasikan dalam menemukan rumus mencari luas permukaan balok. Setelah itu mereka terapkan pada situasi 2 saat awal tadi, sehingga mereka menemukan jawaban pada situasi 2.

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Hasil Reflect Lanjutan Pada Lembar Kerja Siswa 2

Sebelum masuk pada membuat Summary (recapitulation) , bersama-sama

siswa mereview apa yang telah dipelajari. Pada setiap pertemuan di Lembar Kerja Siswa diberikan soal sebanyak 2 soal sebagai review siswa terhadap pemahaman yang telah mereka peroleh. Mengerjakan soal dengan berdiskusi dengan pasangan duduk masing-masing yang kemudian mereka presentasikan di depan kelas. Setelah review didapatkan, setiap anak membuat summary pada lembar Cornell Note dengan bahasa masing-masing. Ini sekaligus mengecek pemahaman individu terhadap materi.

Gambar 4.8

Berikut contoh hasil Cornell Note yang dibuat siswa mengenai sub materi Jaring-Jaring dan Luas Permukaan Balok dalam Lembar Kerja Siswa 2.

Salah Satu Contoh Cornell Note Siswa Kelas Eksperimen

Berkaitan dengan proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang telah dijelaskan, peneliti telah mendokumentasikan beberapa gambar selama proses pembelajaran dengan metode Cornell Note-Taking berlangsung. Berikut merupakan aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan metode

Cornell Note-Taking:

Gambar 4.10

Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS, bediskusi dan membuat Cornell Note

Gambar 4.11

Aktivitas Siswa Saat Presentasi

Pada Gambar 4.9 terlihat siswa melakukan diskusi saat berdiskusi mengerjakan LKS dan membuat Cornell Notes. Proses pembelajaran menggunakan metode Cornell Note-Taking ini membuat siswa menjadi aktif

selama proses pembelajaran karena memungkinkan terjadinya proses interaksi antar siswa secara berpasangan dalam menggali pengetahuan yang mereka miliki untuk dikaitkan dengan materi yang telah mereka pelajari dan dituangkan dalam

Cornell Notes secara individu. Peran guru ialah sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah selesai memahami materi yang dituntun menggunakan LKS dan membuat

Cornell Notes selanjutnya siswa berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan kemudian diminta mempresentasikannya. Terlihat pada Gambar 4.10 perwakilan kelompok memberikan penjelasan mengenai hasil diskusi mereka. Siswa lain diarahkan oleh guru untuk menanggapi secara aktif dengan memberikan pertanyaan, masukan ataupun jawaban lain sesuai dengan hasil diskusi kelompok masing-masing.

Keadaan lain terjadi pada pembelajaran kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, proses pembelajaran yang berlangsung tidak mengaktifkan siswa. Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang ingin dipelajari, memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya jawab kemudian memberikan latihan soal dan membahas penyelesaian latihan soal bersama-sama dengan siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu mendengarkan penjelasan guru, mencatat, menanggapi pertanyaan guru dan sekali-kali bertanya. Siswa yang aktif pada kelas kontrol hanyalah siswa-siswa yang pintar dan yang memang tertarik dengan matematika, sedangkan sebagian besar siswa yang lainnya kurang tertarik untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran yang dipelajari maupun berkomentar jika mereka mengalami kesulitan.

Lebih lanjut dalam pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan Lembar Kerja Siswa dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda. Lembar Kerja Siswa yang diberikan pada kelas kontrol berisi soal yang tidak jauh berbeda pada soal yang ada pada LKS kelas eksperimen. Berikut adalah suasana pembelajaran di kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Gambar 4.12

Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Kontrol

Pada akhir proses pembelajaran, dalam hal ini di akhir pokok bahasan “Bangun Ruang Sisi Datar”, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest

dengan instrumen soal yang sama untuk mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematisnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir reflektif matematis yang diteliti terdiri dari tiga indikator. Perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis dalam penelitian ini tercermin dari hasil jawaban posttest yang berbeda antara siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol. Tes kemampuan berpikir reflektif matematis diberikan waktu 80 menit. Untuk lebih jelasnya perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol pada setiap indikator dideskripsikan berdasarkan jawaban posttest siswa berikut:

1) Indikator Reacting (Berpikir refklektif untuk aksi)

Kemampuan berpikir reflektif matematis untuk indikator yang pertama ini, terdapat pada butir soal nomor 1 dan 3. Sebagai gambaran umum, berikut disajikan jawaban salah satu siswa dari kelas eksperimen dan kontrol dalam menjawab butir soal nomor 1 dan 3.

Soal nomor 1

Jika disediakan batang korek api sebanyak 20 batang, gambarlah sebuah bangun ruang sisi datar yang dibentuk

dari batang korek api yang disediakan dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut! Kemudian jelaskan bangun ruang yang kamu bentuk!

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.13

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 1

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.14

untuk Soal Nomor 1

Pada soal nomor 1, kedua kelas dapat membuat sebuah bangun ruang hanya saja kelas eksperimen dapat menjawab lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Jawaban pada kelas eksperimen sesuai dengan ketentuan yang diberikan pada soal. Sebagian besar siswa dapat membuat bentuk bangun ruang yang unik yang memiliki 20 batang korek api yang masing-masing korek api sebagai rusuknya. Sementara siswa kelas kontrol kurang mampu dalam menemukan bentuk bangun ruang yang unik dengan 20 batang korek api sebagai rusuknya karena mereka cenderung hanya memikirkan bentuk bangun ruang yang biasa pada umumnya.

Pada butir soal nomor 1 tersebut, siswa diminta membuat sebuah bangun ruang yang unik dengan diberikan 20 batang korek api dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut. Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen menjawab soal nomor 1 dengan menuliskan terlebih dahulu ketentuan atau syarat yang diberikan bahwa satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruangnya sebelum mereka mulai menggambar. Sebagian siswa juga menuliskan bila satu batang korek api mewakili satu rusuk, maka bangun ruang yang mereka akan gambar memiliki 20 rusuk. Bentuk bangun ruang yang digambarkan pada jawaban kelas eksperimen lebih bervariasi dan hampir sebagian besar dapat menemukan bentuk bangun ruangnya. Bentuk bangun ruang yang mereka gambar merupakan penggabungan dari dua atau tiga bangun ruang sisi datar pada umumnya, seperti kubus, balok, prisma segitiga, limas segiempat, limas segilima, prisma segilima. Ada pula 3 orang siswa yang menggambar satu bangun ruang yaitu limas segi-10. Bangun ruang yang telah mereka temukan kemudian dijelaskan berdasarkan sifat-sifat bangun datar dengan lengkap.

Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas ekperimen.

Gambar 4.15

Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Eksperimen

Siswa pada kelas kontrol menjawab dengan langsung menggambarkan bentuk bangun ruang sisi datar biasa tanpa melihat keterangan yang diberikan. Bangun ruang sisi datar yang telah digambarkan juga tidak diberikan penjelasan. Rata-rata siswa pada kelas kontrol menggambar bangun ruang prisma segi-6, balok, bahkan ada yang tidak menjawab. Siswa pada kelas kontrol yang dapat membuat bangun ruang dengan 20 batang korek api tidak sebanyak siswa pada kelas eksperimen. Walaupun demikian, ada dua orang siswa yang menjawab limas segi-10 tapi tidak menggambarkannya hanya menuliskan nama bangun ruang sisi datar yang mereka maksud. dengan langkah penyelesaian yang tidak jelas.

Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas kontrol.

Gambar 4.16

Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Kontrol Soal nomor 3

Suatu limas segi empat beraturan memiliki volume 960 cm3 dan tinggi limasnya 20 cm. Gambarkan sketsa situasi ini ! Langkah apa yang harus terlebih dahulu dikerjakan jika ingin mengetahui panjang sisi alasnya? Berapakah panjang sisi alasnya?

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.17

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 3

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.18

Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 3

Pada soal posttest nomor 3, siswa ditugaskan untuk menggambarkan sketsa pada situasi disoal nomor 3 kemudian menentukan panjang sisi alas berdasarkan volume dan tinggi limas yang telah diketahui. Dari gambar perbandingan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam cara menjawab antara siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengerjakan secara urut dengan menggambarkan sketsa soal nomor 3, menentukan apa yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan panjang sisi alas kemudian menghitung panjang sisi alasnya. Sementara jawaban kelas kontrol, sebagian siswa menjawab dengan menghitung langsung panjang sisi alas menggunakan cara substitusi ke dalam rumus volume. Bahkan ada beberapa siswa yang langsung menuliskan panjang sisi alasnya tanpa memberikan penjelasan hasil perhitungan.

Dari jawaban siswa pada kedua soal, didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator reacting kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Ini terlihat dari jawaban siswa pada kelas eksperimen, siswa sudah dapat berpikir reflektif untuk aksi dengan menguraikan dan menginformasikan situasi yang ada. Hal ini disebabkan dari pembiasaan pembuatan Cornel Note pada kelas eksperimen terutama pada tahap record, reduce dan recite.

2) Indikator Comparing

Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 2 dan 6. Berikut adalah soal dan contoh jawaban dari siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Soal nomor 2

Suatu perusahaan minuman mengemas produknya yang berupa jus apel dalam kotak berbentuk 6 cm x 4 cm x 15 cm. Agar menarik minat pembeli, perusahaan itu mengeluarkan produk jus apel dengan harga sama, tetapi kemasannya berbeda. Kemasannya berbentuk prisma segitiga siku-siku seperti gambar disamping.

a. Apakah volume jus apel dalam dua kemasan itu sama? Jika kamu membeli jus apel itu, kemasan manakah yang kamu pilih?

b. Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan disertai konsep yang digunakan!

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.19

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 2

4 cm 6

cm

15 cm

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.20

Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 2

Pada soal posttest pada butir soal nomor 2 tersebut, siswa diminta membandingkan dan memberi alasan situasi mana yang mereka pilih. Pada soal nomor 2 siswa diberikan situasi yaitu perusahaan minuman yang mengemas minumannya ke dalam kemasan yang bentuknya berbeda tetapi ukurannya sama. Untuk menjawab soal ini sebagian besar siswa kelas eksperimen terlebih dahulu menghitung masing-masing volume kedua kemasan tersebut kemudian membandingkannya. Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab berdasarkan volume kedua kemasan tersebut. Kemasan yang berbentuk prisma segiempat lebih banyak volumenya, sehingga dari segi ekonomis lebih menguntungkan membeli kemasan yang lebih banyak volumenya dengan harga yang sama. Siswa pada kelas kontrol sebagian besar langsung menjawab volume kedua kemasan tersebut sama tanpa menghitungnya, kemudian sebagian besar memilih kemasan yang berbentuk prisma dengan alasan lebih menarik atau kemasannya yang efisien. Hanya ada beberapa siswa kelas kontrol yang menjawab berdasarkan perhitungan volume.

Soal nomor 6

Sebuah kotak berukuran 15,6 cm x 12,5 cm x 20 cm. Ada sejumlah kubus kecil dengan panjang rusuknya 1 cm. Andaikan kotak diisi penuh dengan pasir, volume pasir sama dengan jumlah volume seluruh kubus kecil. Benarkah pernyataan tersebut? Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan disertai konsep yang digunakan!

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.21

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 6

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.22

Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 6

Soal posttest nomor 6 tersebut diberikan kotak dengan ukuran yang telah ditentukan, kemudian diberikan juga kubus kecil dengan ukuran panjang rusuknya 1 cm. Bila kotak tersebut diisi oleh pasir, terdapat pernyataan bahwa volume pasir sama dengan jumlah volume kubus kecil jika dimasukkan ke dalam kotak. Siswa

diminta memberikan argumennya apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Pada soal nomor 6 ini, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami kesulitan dalam memahami soal yang diberikan. Sedikit dari kelas ekperimen yang menjawab sesuai dengan jawaban yang diminta. Siswa pada kelas kontrol juga mengalami kesulitan, sehingga siswa pada kelas kontrol sebagian besar menyatakan bahwa volume pasir tidak sama dengan jumlah volume kubus kecil. Kebanyakan siswa kelas kontrol hanya menghitung volume kotak besarnya saja. Dari jawaban siswa pada soal nomor 2 dan 6, didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator comparing kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Jawaban pada siswa kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen dapat membandingkan situasi yang diberikan berdasarkan konsep yang terkait, dapat memberikan alasan terhadap kenapa memilih tindakan tersebut, juga mengklarifikasi dengan menganalisis situasi yang diberikan pada soal. Hal ini disebabkan pada pembuatan Cornell Note-Taking pada tahap recite, review dan recapitulation siswa dilatih membuat kesimpulan, membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk dipergunakan pada konsep yang baru.

3) Indikator Contemplating

Kemampuan berpikir reflektif matematis yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 4 dan 5. Berikut adalah soal dan contoh jawaban dari siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal nomor 4

Keluarga Pak Reza ingin membangun sebuah rumah seperti pada gambar disamping ini. Atap rumah tersebut berbentuk limas dengan alas berbentuk persegi yang panjang sisinya 6 m dan panjang jurainya (garis miring batas genteng) 5 m. Pak

Reza sudah mensurvei harga genteng pada dua toko. Di toko A terdapat genteng dengan ukuran ideal yaitu 30 cm x 20 cm seharga Rp 1.800/genteng. Sementara di toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm seharga Rp 2.000/genteng.

a. Informasi apa yang terdapat dalam masalah diatas?

b. Menurut pendapatmu dimana Pak Reza harus membeli genteng? Berikan penjelasan!

Di bawah ini adalah perbedaan cara menjawab siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada butir soal nomor 4.

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.23

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 4

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.24

Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 6

Soal posttest nomor 4 kedua butir soal di atas menugaskan siswa untuk memilih salah satu dari kedua genteng yang berbeda ukuran dan harganya pada masing-masing toko. Dilihat dari jawaban kedua kelas, pada kelas eksperimen sebagian besar siswa menjawab dengan menghitung luas atap yang akan dipasangin genteng. Mereka menggunakan konsep luas permukaan limas tapi tanpa alasnya, karena bagian yang dipasangi genteng hanya keempat sisi tegak segitiganya. Pada kelas eksperimen, siswa memperoleh jumlah genteng yang diperlukan terlebih dahulu dengan membagi antara luas seluruh genteng tanpa alas dengan luas genteng pada masing-masing toko. Setelah memperoleh banyaknya genteng yg diperlukan, jumlah anggaran dapat dilihat dari mengalikan harga satuan genteng dengan jumlah genteng yang diperlukan. Luas seluruh permukaan atap tanpa alas di dapat 48 m2 atau 480.000 cm2. Pada toko A terdapat genteng ideal dengan ukuran 30 cm x 20 cm, sehingga didapat luas genteng pada toko A adalah 600 cm2. Jumlah genteng yang diperlukan jika Pak Reza membeli genteng pada toko A adalah 480.000 cm2/600 cm2 sama dengan 800 buah genteng. Pada toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm, sehingga luas genteng

adalah 750 cm2. Banyak genteng yang dibutuhkan jika membeli pada toko B adalah 640 buah. Dilihat dari sisi anggaran, pada toko A dibutuhkan 800 buah genteng dengan harga per gentengnya sebesar Rp 1.800 sehingga total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.440.000. Pada toko B, dibutuhkan 640 buah genteng dengan harga per genteng sebesar Rp 2.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.280.000. Sebagian besar siswa kelas eksperimen menjawab berdasarkan seluruh anggaran yang dikeluarkan Pak Reza jika membeli genteng pada Toko B akan jauh lebih hemat uang yang dikeluarkan daripada membeli pada Toko A. Sementara berbeda dengan jawaban pada kelas kontrol, siswa melihat dari harga per gentengnya, dan melihat dari ukuran idealnya genteng. Banyak juga siswa yang hanya memberikan jawaban tanpa alasan terkait dengan konsep yang mereka gunakan.

Soal nomor 5

Sebuah bak mandi salah satu bidang sisinya mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. Gambarlah rancangan ukuran bak mandi tersebut dengan bentuk yang berbeda (minimal 2) dan dapat menampung 250 liter air! Berikan penjelasan disertai konsep yang terkait!

Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.25

Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 5

Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.26

Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 5

Pada soal posttest di atas menugaskan siswa merekontruksi rancangan sebuah bak mandi dengan syarat salah satu bidang sisinya berukuran 60 cm x 60 cm dan bak mandi tersebut dapat menampung air hingga 250 liter. Pada kelas eksperimen, siswa menjawab dengan membuat contoh rancangan bentuk bak mandi dengan salah satu bidangnya berbentuk segiempat yang mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. kemudian menentukan ukuran sisi lainnya sehingga dapat memperkirakan volume bak mandi tersebut. Siswa pada kelas eksperimen juga memberikan alasan terhadap rancangan yang mereka buat. Hanya sedikit siswa pada kelas eksperimen yang menggambarkan rancangan bak mandi dengan bentuk kubus.

Dokumen terkait