• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model Learning Cycle 7E

lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional. Ini dikarenakan model Learning Cycle 7E memuat beberapa tahap dalam pelaksanaannya yang

mengharuskan siswa untuk mengkoneksikan antar konsep matematika dan mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika Yulianti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan pembelajaran Learning Cycle.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.4

Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan dan memberikan rumus serta latihan soal tanpa mengkaitkan matematika dengan konsep sebelumnya dan kehidupan sehari-hari. Siswa hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghafalkan sehingga pembelajaran tersebut membuat siswa menjadi pasif. Ini mengakibatkan kemampuan koneksi matematik siswa kurang berkembang dengan baik. Ketika siswa diminta mengerjakan soal di papan tulis banyak siswa yang mengeluh “tidak mengerti” atau “tidak bisa”. Selain itu, karena pembelajaran bersifat monoton beberapa siswa terlihat tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar. Terlihat dari adanya siswa yang lebih memilih mengobrol dengan teman dibandingkan bertanya pada guru saat mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.

Pada awal pembelajaran kelas eksperimen, siswa dilatih untuk mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari pada tahap Elicit. Siswa sangat antusias dalam tahap ini untuk menyebutkan contoh-contoh materi yang sedang dipelajari (lingkaran) yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap Engange guru bersama siswa berdiskusi dan guru meminta siswa untuk mengingat kembali konsep yang sudah dipelajari yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa terlihat kebingungan karena lupa dengan konsep-konsep sebelumnya, sehingga guru memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali konsep-konsep yang sudah dipelajari.

4Kartika Yulianti, “Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelajaran Learning Cycle”, Jurnal Edukasi, (Bandung: UPI, 2004), h. 2.

Pada tahap Explore siswa diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis model Learning Cycle 7E yang didalamnya terdapat beberapa tahapan untuk menemukan rumus materi lingkaran. Pada tahap ini siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran walaupun siswa masih terlihat kebingungan tetapi siswa berusaha mengerjakan LKS dengan bertanya kepada guru. Di dalam LKS juga diberikan latihan-latihan soal yang melatih kemampuan koneksi baik koneksi antar konsep maupun koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Pada tahap Explain siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi bersama teman sekelompoknya. Pada pertemuan pertama siswa masih terlihat kurang percaya diri untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa mulai terbiasa jika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya pada tahap Evaluate guru menilai hasil kerja siswa dan latihan-latihan soal pada tahap Elaborate dan Extend, sehingga siswa sangat antusias dalam mengerjakan soal-soal latihan pada tahap Elaborate

dan Extend.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan koneksi matematik yang diteliti terdiri dari dua indikator, yaitu koneksi antar konsep matematika dan koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari.

Indikator 1: Koneksi antar konsep matematika

Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan koneksi matematik siswa pada materi lingkaran dengan indikator antar konsep matematika, secara umum siswa kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Sebagai contoh pada soal nomor 1b dengan indikator antar konsep matematika. Siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol.

Contoh jawaban siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.5

Hasil jawaban Posttest Nomor 1b Kelas Eksperimen

Pada jawaban di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu menyelesaikan soal nomor 1b, secara umum siswa kelas eksperimen mampu menghitung panjang apotema OD dengan cara mengkoneksikan konsep phytagoras. Siswa dapat mengingat konsep sebelumnya yaitu konsep apotema yang merupakan garis tegak lurus terhadap panjang tali busur dan membentuk sudut siku-siku sehingga siswa dapat melihat bahwa segitiga ODA dan segitiga ODB adalah segitiga siku-siku, ini mengakibatkan siswa mampu menghitung panjang apotema tersebut dengan cara mengkoneksikan konsep phytagoras. Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa soal nomor 1b mewakili indikator antar konsep matematika yaitu antar konsep unsur-unsur lingkaran dengan konsep phytagoras.

Contoh jawaban kelas kontrol:

Gambar 4.6

Hasil Jawaban Postest Nomor 1b Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil jawaban di atas terlihat bahwa siswa kelas kontrol menyelesaikan soal nomor 1b dengan jawaban yang salah. Siswa tidak bisa mengkoneksikan konsep apotema yang merupakan garis tegak lurus terhadap tali busur sehingga membentuk sudut siku-siku dengan konsep phytagoras. Secara umum siswa menghitung panjang apotema dengan cara membagi dua jari-jari lingkaran, siswa melihat gambar bahwa panjang apotema merupakan setengahnya dari panjang jari-jari.

Indikator 2: Koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan koneksi matematik siswa pada materi lingkaran dengan indikator koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, secara umum siswa kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Sebagai contoh pada soal nomor 5 koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari. Siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol.

Contoh jawaban siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.7

Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Eksperimen

Pada gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu mengkoneksikan matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, langkah pertama siswa menggambar taman sesuai petunjuk yang telah diberikan pada soal nomor 5 yang berbentuk lingkaran kemudian menentukan jalan yang akan dibuat dengan cara mengarsir bagian lingkaran yang terlihat jelas pada hasil jawaban di atas. Secara umum siswa kelas eksperimen mampu menyelesaikan soal tersebut dengan cara mencari luas lingkaran pertama dengan jari-jari 32 m kemudian mencari luas lingkaran kedua dengan jari-jari 30 m, selanjutnya mencari selisih kedua lingkaran. Setelah diperoleh hasil akhirnya dikalikan dengan biaya per 1 m2 sebesar Rp. 20.000,-.

Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa soal nomor 5 mewakili indikator koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, pada soal nomor 5 siswa diminta untuk menghitung biaya pembuatan jalan dengan cara mengkoneksikan masalah tersebut dengan konsep luas lingkaran.

Contoh jawaban kelas kontrol:

Gambar 4.8

Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar 4.8 terlihat bahwa siswa kelas kontrol belum bisa menggambarkan soal ke dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak bisa menggambarkan situasi dalam soal tersebut. Secara umum siswa kelas kontrol tidak menggambar taman terlebih dahulu, karena jalan yang dibuat ada di sekeliling taman atau lingkaran mungkin siswa menganggap bahwa biaya pembuatan jalan dihitung dengan menggunakan rumus keliling lingkaran. Sehingga terdapat kesalahan konsep dalam jawaban siswa kelas kontrol.

Berdasarkan data dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematik yang signifikan pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model Learning Cycle 7E

dibandingkan pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.

Dokumen terkait