• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian tingkat konformitas siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta menunjukkan:

1. Tingkat konformitas siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang.

2. Terdapat 27 butir item tingkat konformitas siswa yang termasuk dalam kategori sedang.

3. Terdapat 4 butir item tingkat konformitas siswa yang termasuk dalam kategori tinggi.

Ada beberapa hal yang perlu peneliti paparkan sehubungan dengan pelaksanaan penelitian dan keterbatasan pada saat pelaksanaan penelitian. Pertama, peneliti melakukan penelitian di sekolah yang memiliki siswa homogen atau berjenis kelamin laki-laki saja. Kedua, hasil dari penelitian ini tidak bersifat mutlak karena tingkat pengetahuan pengetahuan masing-masing

individu berbeda-beda sehingga hasil penelitian mengenai tingkat konformitas siswa yang sudah diperoleh saat ini mungkin akan berbeda hasilnya pada penelitian selanjutnya. Ketiga, pada pelaksanaan penelitian, peneliti menangkap sebagian siswa terkesan tidak serius mengisi kuesioner penelitian walaupun sudah diingatkan untuk sungguh-sungguh mengerjakannya.

Berdasarkan pada penelitian deskriptif, penelitian ini hanya ingin memaparkan kondisi atau keadaan apa adanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat konformitas siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 termasuk dalam kategori sedang. Jumlah siswa yang masuk kategori sedang sebanyak 61 orang, sementara kategori tinggi hanya terdapat 2 orang siswa, berbanding sama dengan 2 orang siswa yang masuk dalam kategori rendah.

Melihat pada hasil penelitian di atas, peneliti memusatkan perhatian pada empat (4) butir item yang menunjukkan tingkat konformitas yang tinggi dan tiga belas (13) butir item yang menunjukkan tingkat konformitas sedang yang dianggap dapat mewakili tingkat konformitas sedang secara keseluruhan. Pembahasan kategori tingkat konformitas tinggi dan sedang dapat dilihat sebagai berikut.

1. Kategori tingkat konformitas tinggi

Empat butir item pada tingkat konformitas tinggi ada pada beberapa aspek konformitas, yaitu aspek kekompakan, aspek kesepakatan, dan aspek ketaatan.

Butir item pertama dan keempat berbunyi “saya sangat menghargai pendapat teman kelompok” dan “saya patuh menjaga rahasia kelompok” masuk ke dalam aspek ketaatan. Hal ini sesuai dengan Sears dkk (1994)

yang berpendapat bahwa adanya tekanan sosial yang berlangsung di dalam kelompok. Tekanan ini dapat berbentuk; (a) pihak kelompok mewajibkan siswa untuk patuh dan tunduk pada perintah yang berlaku, (b) ganjaran, hukuman dan ancaman sebagai dampak dari aturan, (c) kerelaan diri untuk memenuhi permintaan kelompok, (d) peniruan dari tingkah laku anggota kelompok, dan (e) menempatkan siswa pada situasi yang menyulitkan mereka untuk menolak.

Penjelasan dari item ini adalah siswa dituntut untuk menghargai segala pendapat kelompok yang ditandai wajib menerima apapun bentuk pendapat tersebut tanpa diperlukan alasan logis untuk menolaknya walaupun sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Begitu juga dengan tuntutan kelompok yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk menjaga rahasia kelompok dari pihak luar Apabila pendapat tersebut ditentang atau melanggar aturan dengan menyebarkan rahasia kelompok ke pihak luar, maka kelompok tidak segan-segan untuk memberikan ancaman bahkan hukuman.

Butir item ketiga berbunyi “Saya tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan usul kepada teman kelompok” masuk ke dalam aspek kesepakatan. Hal ini sesuai dengan Sears dkk (1994) yang berpendapat bahwa individu mendapat tekanan dari kelompok untuk menyesuaikan

pendapatnya selaras dengan pendapat kelompok. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam kelompok, maka konformitas dapat menurun. Penurunan konformitas menurut Morris & Miller (dalam Sears dkk, 1985) ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: (a) terjadi perbedaan pendapat yang menurunkan tingkat kepercayaan mayoritas, (b) bila anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat yang sama, keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat. (c) bila individu mempunyai pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain individu akan dikucilkan dan dianggap sebagai orang yang menyimpang, baik dalam pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain.

Pendapat-pendapat di atas memperkuat butir item tersebut. Siswa dilarang untuk memberikan pendapatnya kepada kelompok karena kelompok ingin memperkecil kesempatan berpendapat guna menghindari adanya perbedaan pendapat yang dikhawatirkan akan menggenggu kesolidan kelompok itu sendiri. Pendapat kelompok harus disepakati dan diterima secara mutlak oleh anggota kelompok walaupun pendapat yang disepakati tidak disetujui oleh sebagian besar kelompok.

Item keempat berbunyi “saya merasa bahagia menjadi bagian dari kelompok” masuk ke dalam aspek kekompakan. Hal ini sesuai dengan

Sears dkk (1994) yang berpendapat bahwa terdapat kekuatan-kekuatan yang menarik perhatian individu untuk bersatu menjadi bagian dari kelompok. Kekuatan-kekuatan tersebut menjadikan anggotanya tumbuh dan berkembang secara menetap di dalam kelompok.

Butir item ini menjelaskan siswa merasa sangat tertarik pada suatu kelompok karena adanya kekuatan yang dianggap unik dan berbeda dari kelompok lain. Kekuatan kelompok akan mengikat siswa untuk tetap berada di dalamnya dan tidak memberikan kesempatan untuk lepas dari kelompok. Kelompok secara otomatis menciptakan situasi dan suasana yang membuat siswa terus bertahan dan menetap di kelompok tersebut. Perilaku ini dapat membuat siswa mengabaikan peringatan dari pihak luar yang mencoba untuk menyadarkan mereka. Kenyamanan yang diberikan oleh kelompok membuat mereka lupa diri akan tanggung jawab pribadi siswa di luar kelompoknya.

2. Kategori tingkat konformitas sedang

Tiga belas (13) butir-butir item kategori konformitas tingkat sedang dapat dilihat sebagai berikut.

Item ke-1, ke-2, ke-6 hingga ke-11 berbunyi “saya bangga mendapatkan kepercayaan dari teman kelompok atau geng”, “saya

menyetujui apapun pendapat yang dikemukakan oleh sebagian besar teman kelompok atau geng“, “saya menyamakan ide saya dengan ide kelompok atau geng”, ” saya merasa bisa menjadikan kelompok atau geng saya lebih hebat”, “saya merasa dilindungi oleh kelompok atau geng saya”, “saya menuruti semua nasehat yang diberikan oleh kelompok atau geng saya”, “sebagian teman kelompok atau geng tidak sependapat dengan ide saya”, “saya selalu menceritakan permasalahan saya kepada teman kelompok atau geng” masuk ke dalam aspek kesepakatan. Hal ini sesuai dengan

Sears dkk (1994) yang berpendapat bahwa individu mendapat tekanan dari kelompok untuk menyesuaikan pendapatnya selaras dengan pendapat kelompok. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam kelompok, maka konformitas dapat menurun.

Kedelapan butir item di atas menjelaskan bahwa penyamaan pendapat oleh siswa dapat membuat dirinya semakin di kenal oleh anggota kelompok atau geng yang lain sehingga sikap dan tindakannya berpotensi untuk lebih dipercaya mayoritas anggota dalam kelompok tersebut. Selain itu, tindakan menyetujui semua pendapat kelompok atau geng mengindikasikan hubungan yang semakin kuat atau solid diantara anggota- anggota sehingga terbentuk loyalitas yang tinggi. Hanya saja, keterlibatan siswa di dalam kelompok tidak terlalu dominan atau kelompok tidak memiliki peraturan baik secara tertulis maupun lisan yang mengikat (fleksibel) sehingga masih memberikan ruang kebebasan yang cukup bagi para siswa.

Butir item ketiga dan keempat berbunyi “saya percaya kelompok atau geng mampu melindungi saya”, “saya merasa bangga diterima menjadi bagian dari kelompok atau geng”, “saya akan dikeluarkan apabila melanggar peraturan kelompok atau geng”, masuk ke dalam aspek kekompakan. Hal ini sesuai dengan Sears dkk (1994) yang berpendapat bahwa terdapat kekuatan-kekuatan yang menarik perhatian individu untuk bersatu menjadi bagian dari kelompok. Kekuatan-kekuatan tersebut

menjadikan anggotanya tumbuh dan berkembang secara menetap di dalam kelompok.

Penjelasan aspek ini pada kedua butir item di atas adalah kelompok atau geng memberikan kenyamanan dan fasilitas, baik berupa benda atau jasa sebagai bentuk perhatian sekaligus sebagai kekuatan kelompok untuk menarik siswa masuk serta bertahan dalam kelompok atau geng. Pada konformitas tingkat sedang, kelompok atau geng kurang memiliki kekuatan atau perlindungan yang kuat untuk tetap mempertahankan anggota di dalamnya. Faktor lainnya adalah adanya perhatian yang cukup dari keluarga anggota membuat anggota lebih betah atau nyaman berada di rumah daripada di dalam kelompok atau geng.

Butir kelima hingga butir item ke-12 dan ke-13 berbunyi “saya mematuhi segala peraturan yang ada di dalam kelompok atau geng”, “saya banyak menghabiskan waktu saya bersama dengan teman kelompok atau geng” masuk ke dalam aspek ketaatan. Hal ini sesuai dengan Sears dkk (1994) yang berpendapat bahwa adanya tekanan sosial yang berlangsung di dalam kelompok. Tekanan ini dapat berbentuk; (a) pihak kelompok mewajibkan siswa untuk patuh dan tunduk pada perintah yang berlaku, (b) ganjaran, hukuman dan ancaman sebagai dampak dari aturan, (c) kerelaan diri untuk memenuhi permintaan kelompok, (d) peniruan dari tingkah laku anggota kelompok, dan (e) menempatkan siswa pada situasi yang menyulitkan mereka untuk menolak.

Penjelasan aspek ketaatan terhadap butir item di atas adalah kelompok atau geng mewajibkan siswa untuk menaati segala peraturan yang ada baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada tingkat konformitas sedang, peraturan di dalam kelompok atau geng tersebut tidak terlalu kuat atau mengikat siswa. Selain itu, hukuman yang diberlakukan tidak terlalu berat sehingga sewaktu-waktu siswa dapat melanggar peraturan tanpa takut dikenakan hukuman yang berat.

Berdasarkan pemaparan pada hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa berperilaku yang menuju kearah konformitas namun masih mempertimbangkan keberadaan pihak luar dalam hal ini adalah lingkungan sekolah dan lingkungan rumah sehingga perilaku siswa masih terkendali. ada sebagian kecil siswa yang memiliki perilaku konformitas yang tinggi, yaitu pada aspek ketaatan yang diwakili oleh dua (2) item, aspek kekompakan dan kesepakatan yang diwakili masing-masing satu (1) item. Perilaku ini terjadi kemungkinan karena pihak orangtua maupun guru kurang mampu menciptakan ruang kenyamanan bagi siswa untuk tetap berada dalam lingkup positif, figur orangtua atau guru yang kurang memberikan contoh yang ideal bagi siswa dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sekitarnya.

Dokumen terkait