• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan kondisi umum kinerja keuangan BNI Syariahyang telah dipaparkan oleh penulis pada poin sebelumnya, maka penulis menganalisa beberapa poin terkait efektivitas dana haji di dalam BNI Syariah pada poin-poin berikut ini:

1. Perkembangan Dana Haji terkait Dana Pihak Ketiga

Seperti yang penulis sudah jelaskan diatas, lima tahun terakhir BNI Syariah mengalami perkembangan keuangan yang cukup baik. Hal ini tidak lepas dari peningkatan yang signifikan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK). Kepercayaan masyarakat terhadap BNI Syariah juga semakin meningkat. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga sebesar 32.91% dibanding tahun sebelumnya. Hingga akhir Desember 2012, DPK BNI Syariah mencapai Rp 8,98 triliun, di tahun berikutnya meningkat 27,80% sebesar Rp2.496 triliun menjadi Rp11.476 triliun di

0,00

akhir tahun 2013. Seiring masuknya dana haji di tahun 2014 Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 42,24% menjadi Rp16,25 triliun, di tahun 2015 DPK BNI syariah mencapai angka Rp.19.323 miliar atau 102.24% dari target tahun 2014. Kemudian terakhir pada tahun 2016 nilai DPK juga naik menjadi 24,23 triliun atau naik sebesar 25,41% dari tahun 2015.

Grafik 1

DPK BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Pencapaian yang baik ini tidak terlepas dari keberhasilan pemindahan dana haji dari perbankan konvensional ke perbnkan syariah, serta ditunjang dengan program-program marketing kerja sama bisnis dengan pihak ketiga, dan inovasi produk serta diluncurkan kartu haji dan umroh indonesia yang dapat digunakan oleh jamaah haji

dan umroh untuk menarik uang tunai di ATM jaringan MasterCard di Arab Saudi.

Kenaikan DPK tersebut tentunya berkaitan erat dengan penerimaan dana haji dari kementerian agama Republik Indonesia dimana BNI Syariah menjadi salah satu penerima dana haji untuk dikelola. Diungkapkan di dalam laporan tahunan BNI Syariah bahwa tahun 2014 bank mengelola dana haji sebesar 2,4 triliun, kemudian tahun 2015 sebesar 5,6 triliun, dan untuk tahun 2016 sebesar 6,52 triliun (Annual Report BNI Syariah 2014-2016).

Dana haji memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan DPK BNI Syariah dari tahun ke tahun, tercatat peningkatan yang signifikan tersebut dimulai dari tahun 2014 dimana dana haji tersebut mulai masuk dan dikelola, berikut adalah kontribusi dana haji terhadap DPK BNI Syariah dari tahun 2014 sampai dengan 2016.

Tabel 3

Kontribusi Dana Haji BNI Syariah 2014 s/d 2016 (Dalam jutaan rupiah, kecuali din nyatakan lain )

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2014 -2016

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dana haji memberikan konstribusi yang signifikan terhadap angka DPK BNI Syariah dari tahun ketahun sejak 2014. Hal ini berarti menunjang BNI Syariah dalam meningkatkan kinerja, khususnya pada pembiayaan.

Seperti telah disebutkan diatas, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terus menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun juga membawa pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pembiayaan.

Pertumbuhan nilai Deposito BNI Syariah dan pembiayaan yang disalurkan setelah masuknya dana haji dapat kita lihat dari grafik dibawah ini.

TAHUN DANA HAJI DPK %

2014 2,400,000 16,246,000 14.77%

2015 5,600,000 19,323,000 28.98%

2016 6,520,000 24,233,000 26.91%

Grafik 2

Pembiayaan & DPK BNI Syariah 2014 – 2016

Sumber: Annual report BNI Syariah 2016

Kenaikan DPK mendorong penyaluran pembiayaan yang disalurkan oleh bank BNI Syariah yang terus meningkat seiring dengan masuknya dana haji pada awal tahun 2014, jumlah pembiayaan yang disalurkan sebelum dana haji masuk adalah Rp11,242 triliun di tahun berikutnya setelah dana haji itu masuk jumlah pembiayaan naik signifikan menjadi Rp 15,044 triliun, tumbuh sebesar 34 % dari tahun 2013 kemudian kenaikan pembiayaan juga terjadi di tahun 2016 15,36

% dari Rp. 17,765 triliun menjadi Rp. 20,494 triliun.

Kenaikan dari sisi pembiayaan juga menunjang pertumbuhan diberbagai aspek terutama aspek aset yang tentunya menyebabkan kenaikan laba juga. Dari grafik berikut ini kita bisa lihat Sebelum atau

0

LABA BERSIH BNI SYARIAH Dalam miliar Rupiah

Sesudah dana haji masuk, tingkat laba meningkat signifikan pada saat cut off.

Grafik 3

Pertumbuhan Laba Bersih BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

BNI Syariah masih dapat mencatat kinerja yang positif dan cenderung meningkat jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun 2011. Pada tahun 2012, realisasi laba bersih mencapai Rp101.892 juta tumbuh sebesar Rp35,538 juta atau 53.56%

dibandingkan realisasi laba bersih selama tahun 2011 sebesar Rp66,354 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan dari ijarah serta didukung juga oleh penurunan beban yang menunjukkan efisiensi pengelolaan sumber daya perusahaan.

Pada tahun 2013, realisasi laba bersih mencapai Rp117.462 juta tumbuh sebesar Rp15.570 juta atau 15,28% dibandingkan realisasi

laba bersih selama tahun 2012 sebesar Rp101.892 juta. Di tahun 2014 seiring masuknya dana haji laba bersih yang berhasil dibukukan adalah sebesar Rp163,25 miliar atau tumbuh sebesar 38,98% dari tahun sebelumnya dan melampaui target yang telah ditetapkan di awal tahun yakni sebesar Rp130,23 miliar.

Pada tahun 2015, realisasi laba bersih mencapai Rp228.525 juta tumbuh sebesar Rp65.274 juta atau 39,98% dibandingkan realisasi laba bersih selama tahun 2014 sebesar Rp163.251 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan operasional sebesar 18,60% serta didukung juga oleh beban operasional yang terkendali. Di tahun 2016 laba bersih mampu tumbuh sebesar 21,38% menjadi Rp 277 miliar ditopang terutama oleh peningkatan aktivitas pembiayaan BNI Syariah. Pencapaian ini menunjukkan bahwa BNI Syariah mampu secara konsisten memperbaiki kinerjanya di tengah tantangan perekonomian domestik dan global.

2. Perkembangan dana haji terkait rasio keuangan BNI Syariah

Seperti sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, pertumbuhan DPK BNI Syariah terus meningkat signifikan setiap tahunnya seiring dengan pelimbahan dana tambahan yaitu dana haji. Seiring dengan berkembangnya perolehan DPK, maka harus diimbangi dengan tingkat likuiditas yang baik juga, salah satunya dengan penyaluran dana kepada masyarakat. Berikut dibawah ini adalah salah satu rasio likuiditas yang mencerminkan peran bank dalam penyalur dana kepada masyarakat yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Standar yang digunakan Bank Indonesia 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%.

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin banyak penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank berada

75,00% diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif). Nilai FDR BNI Syariah lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4

Dokumen terkait