• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tebel 4.15 Perbandingan antara faktor

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hipotesis pertama

“Tidak ada pengaruh antara model pembelajara inkuiri dengan CTL terhadap prestasi belajar siswa.”

Model pembelajaran inkuri menekankan pada suatu pola pembelajaran yang mengorientasikan pada proses penyelidikan, penggalian informasi yang dilakukan oleh siswa sedangkan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang pernah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

ditemui atau dilakukan oleh siswa. Secara dasar tujuan dari penerapan kedua model pembelajaran ini adalah sama yaitu untuk membentuk perilaku sains siswa. Dalam Depdiknas 2007 pembelajaran kontekstual harus mencakup 7 komponen utama yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Pelaksanaan di lapangan sendiri kegiatan pembelajaran CTL menekankan pada penganalisisan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan mulai untuk merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan pada akhirnya akan mengambil suatu simpulan dari peristiwa yang dialami. Ada beberapa komponen yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik contohnya adalah refleksi dan penilaian sebenarnya. Hambatan ini didasarkan pada waktu yang sangat mendesak untuk menyelesaikan ketujuh komponen setiap subab harus selesai dalam waktu 90 menit. Padahal idealnya waktu untuk pembelajaran dengan menggunakan CTL lebih lama lagi, sehingga yang lebih ditekankan dalam proses pembelajaran ini adalah kuntruktivisme dan inkuiri. Sedangkan inkuiri sendiri meruapakan bagian dari pembelajaran CTL sehingga langkah-langkah yang hamper sama terjadi dikedua model pembelajaran ini.

Berdasarkan pada tabel 4.7 didapatakan nilai rata-rata prestasi belajar kelas inkuiri dan CTL adalah 59,60 dan 65,09 dengan standar deviasi 13,03 dan 15,11. Sehingga batas nilai CTL sendiri antara 49,98 sampai dengan 80,2. Nilai rata-rata kelas inkuiri terbimbing masuk dalam batas CTL sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan kedua model ini. Jika meninjau pada LKS dan RPP (lampiran 2) maka untuk RPP CTL belum susuai dengan konteks pembelajaran CTL karena

commit to user

belum terperinci dengan jelas antara ketujuh komponen yang telah disebutkan di atas. Sedangakan LKS sendiri lebih cenderung ke penggalian informasi mengenai suatu fenomena sederhana. Siswa kurang bereksplorasi dari percobaan yang dilakukan. Siswa cenderung menganalisis dengan sederhana kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.

2. Hipotesis kedua

“ Terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dalam penelitian ini.”

Kemampuan berpikir ini merupakan sekumpulan dari suatu ketrampilan yang kompleks. Berpikir adalah proses yang aktif dan dinamis yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membentuk suatu ide-ide, pengertian, pemahaman dan menarik suatu kesimpulan. Menurut Piaget dalam Trianto (2007:64) pada tahap operasi formal merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget karena untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu melakukan sekumpulan kegiatan eksperimen.

Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh (lampiran 2) siswa sudah mampu untuk menganalisis suatu masalah dengan runtut dari data ini maka akan ditarik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

suatu simpulan. Hal ini kiranya dapat dilakukan oleh siswa yang memiliki kemampuan berpikr abstrak tinggi. Dari hasil tes siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi terdapat 31 siswa sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah terdapat 39 siswa. Dari hasil tabel 4.4 kemampuan berpikir abstrak tinggi rata-rata kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas inkuri. Hal ini menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berikir abstrak tinggi akan senantiasa mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran ini siswa ditekankan untuk senantiasa mengamati fenomena, menyusun suatu pertanyaan dan hipotesis, melakukan suatu percobaan, mengumpulkan data, dan pada akhirnya akan melatih siswa untuk menarik kesimpulan.

3. Hipotesis ketiga

“Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.” Motivasi merupakan suatu dorongan kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dari hasil uji hipotesis menyatakan bahwa motivasi tinggi dan rendah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Muhammad (2007:27) motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa akan cenderung untuk berupaya melakukan sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini seorang siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang maksimal. Dengan melakukan kegiatan eksperimen siswa dituntut untuk memiliki motivasi tinggi dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan tabel 4.1

commit to user

diperoleh informasi bahwa motivasi berprestasi kelas CTL lebih besar jika dibandingkan dengan kelas inkuiri. Hal ini serupa dengan tabel 4.7 yang menunjukkan prestasi belajar kognitif kelas CTL juga lebih tinggi daripada prestasi belajar kognitif kelas inkuri. Tidak hanya prestasi kognitif saja yang menunjukkan nilai presatasi siswa tetapi juga didukung oleh prestasi psikomotor dan afektif. Nilai psikomotor antara kedua kelas sama yitu 78 karena memang lembar observasi yang digunakan antara kelas CTL dan inkuiri terbimbing sama. Dengan dasar kegiatan psikomotor inilah dapat dibuktikan bahwa siswa melakukan suatu kegiatan baik praktikum atau obeservasi dengan baik. Namun nilai pada prestasi afektif kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas inkuiri karena pada kelas CTL siswa menyajikan suatu hasil karya untuk dipresentasikan. Dengan kegiatan presentasi ini siswa pada kelas CTL lebih antusias jika dibandingkan dengan kelas inkuiri terbimbing.

Maksud dari pernyataan ini adalah siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung akan melakukan sesuatu dengan baik dan pada akhirnya mengupayakan hasil prestasi belajar kognitifnya tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula.

4. Hipotesis keempat

“Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Menurut Piaget untuk mengembangkan pola berpikir abstrak seorang anak setidaknya sudah mencapai pada kisaran umur 11 tahun (operasi formal). Akan tetapi seorang anak tidak semuanya berkembang menurut proses perkembangan ini. Ada beberapa anak yang memiliki pola pengembanagan abstrak siswanya melemah. Hasil intaraksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap presatsi belajar dapat disajikan dalam grafik 4.23

Berdasarkan grafik 4.23 merupakan grafik hubungan antara kemampuan berpikir abstrak dan prestasi belajar siswa berdasarkan model inkuiri dan CTL. Pada kedua grafik ini terdapat perpotongan gradient pada suatu absis ( 57,5;58,7) sehingga ada suatu interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa.

Siswa yang semula memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah apabila mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri siswa ini akan cenderung memperoleh nilai prestasi kognitif yang lebih baik karena dalam model ini siswa tidak dituntu untuk lebih melogika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kata lain tidak perlu untuk membuat suatu karya hanya sebatas suatu simpulan gejala alam. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:5) model pembelajaran pada rumpun pembentukan perilaku siswa baik inkuiri atau CTL merupakan model efektif untuk pembelajaran tingkat tinggi

commit to user

Grafik 4.23grafik interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak

siswa

Sesuai dengan hasil penelitian siswoyo (2009) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mampu mennghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika diajarkan dengan model pembelajaran proyek. Kegiatan pembelajaran CTL cenderung melakukan suatu eksplorasi untuk membuat karya. Dengan tingginya kemampuan berpikir abstrak siswa maka seorang siswa akan mampu melihat makna akademik yang diperoleh baik dalam proses pengajaran atau eksperimen dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademiks dalam konteks kehidupan. Kegiata inkuiri terbimbing akan membantu siswa untuk menghubungkan suatu peristiwa-peristiwa yang runtut menuju suatu konsep fisika kegiatan ini akan membantu siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah untuk menemukan suatu konsep fisika. sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika diberikan suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri atau CTL akan tetap memiliki

(57,5;58,7 )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah akan memiliki presatasi tinggi jika diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

5. Hipotesis kelima

“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.”

Motivasi berprestasi terdiri dari dua katagori yaitu motivasi interinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi ini dimiliki oleh seorang anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan dari model pembelajaran digunakan di dalam kelas adalah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegitan belajar mengajar. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan tidak ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dideskripsikan pada grafik 4.24.

commit to user

Berdasarkan grafik 4.15 ditunjukkan bahwa motivasi terendah dan tertinggi berada pada kelas inkuri. Pada siswa ini menunjukkan bahwa hasil prestasi yang didapatkan cenderung rendah untuk motivasi rendah dan tinggi untuk motivasi tinggi. Kedua garis dalam grafik tidak berpotongan pada satu titik atau saling lepas maka dapat diperoleh simpulan bahwa tidak ada intaraksi antara model yang digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin melakukan kegiatan belajar sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Siswa dengan motivasi rendah dalam kegiatan eksperimen atau percobaan cenderung menggantungkan dengan siswa lain dalam satu kelompoknya. Selain itu penilaian psikomotor sengaja dibuat penilaian tiap kelompok sehingga tidak nampak adanya perbedaan prestasi siswa yang memiliki motivasi rendah dan tinggi. Karena itu guru sulit untuk memberikan tindakan untuk anak-anak yang memiliki motivasi rendah. Ada beberapa yang kiranya tidak diperhatikan dalam kegiatan belajar disini yaitu bahwa motivasi dibedakan menajadi dua yaitu motivasi interisik dan motivasi ektrisnsik (Santrok,204). Siswa yang cenderung rendah motivasi intrinsiknya perlu kiranya diberikan suatu motivasi lain dari luar (ekstrinsik). Semestinya guru memberikan suatu penghargaan atau sanksi yang menyebabkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan lebih baik lagi.

6. Hipotesis keenam

“Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Berdasarkan grafik 4.25 menunjukkan grafik hubungan antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Garis gradient yang dibentuk antara kedua model yang digunakan adalah saling lepas maka dapat diperoleh suatu simpulan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi maka motivasinya juga tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah maka motivasinya juga rendah.

Grafik 4.25Grafik intraksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivai

berprestasi siswa

Interaksi ini lebih menunjukkan jika seorang anak memiliki motivasi yang rendah dan kemampuan berpikir abstrak rendah maka akan kesulitan ketika mereka mengikuti kegiatan belajar CTL ataupun inkuiri. Mereka cenderung untuk melakukan suatu kegiatan eksperimen terutama jika hasil data yang diperoleh tidak begitu baik. Seseorang yang memiliki motivasi rendah maka akan cenderung menghubungkan bahwa faktor-faktor internalnya juga rendah (Muhmmad,2007). Kurang cakapnya guru dalam menangani anak-anak yang memiliki motivasi

commit to user

rendah menyebabkan data yang diperoleh tidak terjadi interaksi antara motivasi dan kemampuan berpikir abstrak. Seharusnya hal yang demikian sebagai pegangan guru untuk membarikan perhatian yang lebih terutama untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah untuk melakukan kegiatan pembelajaran lebih optimal.

7. Hipotesis ketujuh

“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.”

Dikalangan guru khususnya model-model pembelajaran mulai diterapkan guna menjadikan suatu proses pembelajaran penuh dengan makna, mulai yang berorientasi pada hasil akhir sampai dengan berorientasi pada suatu proses penemuan. Pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan interaksi yang baik antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hasil yang diporelah daripenelitian ini adalah siswa yang diajarkan dengan model CTL memiliki hasil prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan model inkuiri. Pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki kamampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang tinggi dan kondisi siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi berprestassi rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa siswa dengan kegiatan pembelajaran CTL mereka lebih cenderung untuk memberikan suatu karya yang terbaik baik untuk kelompoknya karena menyangkut kreativitas yang diberikan oleh siswa untuk melakukan hal yang terbaik. Pada pembelajaran inkuiri hanya cenderung menyelesaikan masalah-masalah klasik yang berkaitan dengan konsep. Siswa dengan motivasi tinggi dan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih nyaman apabila mengikuti kegiatan belajar dengan model CTL karena mereka akan mampu mengeksplorasi segala hal yang ada dalam pikirannya mereka akan lebih antusias untuk memberikan argumen-argumen logis mengenai konsep fisika. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah akan merasa tertekan apabila mereka mengikuti kegiatan pembelajaran CTL. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tashoobbshirazi,2007) menunjukkan siswa dengan motivasi rendah akan memiliki kecemasan yang tinggi dan lemah keyakinan diri. Hal inilah yang mempengaruhi seorang siswa dalam memperoleh prestasi belajar.

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini telah diusahakan seminimal mungkin terjadi kesalahan, akan tetapi kelemahan dan keterbatasan dari penelitian tidak dapat dihindari secara penuh. Dalam penelitian ini kelemahan dan keterbatasan yang ada antara lain:

commit to user

1. Instrument yang digunakan hanya diuji cobakan satu kali pada sekolah pembanding, padahal sebaiknya instrument yang diuji cobakan dilakukan berkali-kali di sekolah pembanding yang setara.

2. Prestasi belajar yang diamati peningkatanya hanya disatu pokok bahasan seharusnya prestasi belajar yang diamati adalah disemua pokok bahasan. 3. Untuk mengobservasi kegiatan laboratorium seharusnya tidak hanya dilakukan

oleh satu guru akan tetapi diperlukan beberapa guru.

4. Guru kurang memberikan umpan ba lik kepada siswa terutama kepada siswa yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan berpikr abstrak rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 101

BAB V

Dokumen terkait