• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

108 ) 1 33 ( 6889 , 110 ) 1 34 (         533 , 7 33 1 34 1 4687406 , 110 82 , 46 09 , 66     t

Pada a = 5% dengan dk = 34+33 - 2 = 65 diperoleh 1,66. Dengan perhitungan t-tes diperoleh t = 7,533 dan t 1,66. Jadi dibandingkan antara

thitung dan ttabel maka thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisa data seperti yang telah di uraikan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran biologi pada kompetensi dasar gerak pada tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT) lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Hasanuddin 6 Semarang. Berdasarkan perhitungan t-test pada nilai post test, diperoleh thitung = 7,533 sedangkan ttabel

= 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel artinya rata-rata kemampuan siswa pada kompetensi dasar gerak pada tumbuhan yang menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT) lebih besar dari rata-rata kemampuan pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Slavin bahwa model pembelajaran teams games tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa dalam pengembangkan ilmu pengetahuan yang di miliki. Karena dalam model pembelajaran ini siswa

hitung tabel

tabel

56

mempunyai peluang untuk berkompetisi secara sehat dengan siswa lain, sehingga dapat mengasah pengetahuan yang di miliki.1

Selain itu menurut Trianto model pembelajaran TGT (teams games

tournament) merupakan model pembelajaran yang sangat mudah untuk

diterapkan, melibatkan seluruh aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran kooperatif model teams games tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, menumbuhkan rasa ingi tahu, tanggung jawab, kerja sama, dan persaingan sehat.2

Hal itu dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa, melalui model pembelajaran teams games tournament (TGT) menjadikan siswa dapat lebih aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Model teams games

tournament juga dapat menjadikan siswa sebagai tutor sebaya membantu

siswa lain yang belum dapat memahami materi yang dipelajari atau dalam menjalankan diskusi. Dengan kegiatan diskusi yang dilakukan dapat berfungsi sebagai alternatif untuk menjadikan peserta didik aktif. Hal ini sangat mendukung dalam pemahaman peserta didik. Terbukti respon berupa jawaban-jawaban jelas yang menunjukkan siswa cukup memahami materi, pengajuan beberapa pertanyaan dari siswa yang mencerminkan rasa ingin tahunya dan umpan balik pertanyaan antar siswa dengan jawaban yang dapat saling melengkapi satu sama lain.

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa daya berpikir anak secara kognitif pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar antara kelompok

1

Robert, E Slavin, Cooperative Learning, (Bandung : Nusa Media, 2008), cet.3., hlm. 170. 2

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 55.

57

eksperimen sebesar 66,09 dan kelompok kontrol sebesar 46,82. Sehingga model pembelajaran tersebut terbukti efektif ketika diterapkan dalam pembelajaran biologi..

Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam mengajar, karena keberhasilan program pengajaran dilihat dari ketepatan dan keefektifan model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Dalam hal ini pada kelas eksperimen pendidik menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT) sedangkan kelas kontrol pendidik menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah). Model pembelajaran teams games tournament (TGT) dalam pembelajaran biologi khususnya pada kompetensi gerak pada tumbuhan dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, karena model pembelajaran ini bersifat permainan.

Dalam proses pembelajarannya penggunaan model pembelajaran

teams games tournament (TGT) ini dapat dikatakan efektif karena pada saat

proses belajar mengajarnya peserta didik aktif dalam pembelajarannya, hasil belajar lebih baik, dengan waktu yang sedikit peserta didiki dapat menguasi materi yang sedang dipelajari, melatih siswa bersosialisasi dengan temannya karena dalam model pembelajaran ini pembentukan kelaompoknya bersifat heterogen.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran teams games tournament (TGT) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Hasanuddin 6 Semarang kompetensi dasar gerak pada tumbuhan.

Berikut ini akan penulis paparkan proses pembelajaran biologi pada kelompok kontrol yaitu kelas VIII C dan kelompok eksperimen yaitu kelas VIII B.

58

1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT). Dalam pelaksanaannya waktu yang peneliti gunakan adalah dua kali pertemuan.

Pada saat pembelajaran awal, peneliti menyiapkan sarana pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti memberikan acuan kepada siswa dengan cara menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian peneliti memberikan apersepsi dengan cara menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya tentang materi fotosintesis dan sedikit materi tentang yang akan di ajarkan. Selain itu untuk memacu semangat siswa dalam belajar, peneliti memotivasi siswa dengan cara meminta siswa untuk menganlisa kenapa tumbuhan putri malu daunnya menutup saat disentuh?. Sehingga diharapkan siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang berbagai macam gerak pada tumbuhan.

Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan penyampaian informasi atau materi pelajaran oleh peneliti. Peneliti juga menginformasikan bahwa pada pertemuan ini siswa diminta bekerja secara kelompok untuk melakukan diskusi dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh Peneliti. Pembentukan kelompok sesuai yang telah direncanakan yaitu setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.

Pada pembelajaran ke dua peneliti memulai dengan menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT), yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada setiap siswa dan kemudian setelah siswa mengerjakan soal yang telah diberikan peneliti, kemudian peneliti menghitung skor yang diperoleh masing-masing siswa. Setiap siswa yang mendapat Skor tertinggi dari masing-masing kelompok menjadi wakil dari

59

kelompok tersebut untuk mengikuti turnamen. Dalam turnamen ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan kembali. Turnamen diakhiri dengan penghitungan skor masing-masing kelompok, kelompok yang mendapatkan skor tetinggi mendapat reward.

Sebagai evaluasi akhir peserta didik diberikan post test dalam bentuk multiple choice berjumlah 25 soal dengan 4 pilihan ganda. Pemberian post test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah dengan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran ini pendidik menjelaskan materi dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya dan mencatat. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 kali pertemuan (2 jam pelajaran).

Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik hanya duduk dan memperhatikan penjelasan materi dari pendidik. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan memberikan tanya jawab kepada peserta didik tentang materi yang baru saja dipelajari. Tetapi kenyataannya hanya sedikit peserta didik yang memberikan pertanyaan. Proses kegiatan belajar mengajar seperti ini hanya berpusat pada pendidik (teacher centered) sehingga peserta didik terlihat jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga dirasakan oleh pendidik yang terus berceramah menjelaskan materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran kelas kontrol peneliti hanya melakukan wawancara dengan salah satu siswa bagaimana proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Pada akhir pembelajaran sebagai evaluasi akhir peserta didik diberikan post test seperti halnya kelas eksperimen dengan jumlah dan bentuk soal yang sama.

60

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran teams games tournament (TGT) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar gerak padan tumbuhan kelas VIII SMP Hasanudin 6 Semarang.

Dokumen terkait