• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk membatasi pembahasan dan menghindari pengulangan yang tidak perlu, kesulitan yang sangat dialami, dialami, dan cukup dialami disatukan menjadi kesulitan belajar yang dialami siswa kelas X dan XI SMA

Marsudi Luhur Yogyakarta. Kesulitan belajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar bersumber dari keadaan dalam diri yang kurang mendukung.

a. Kesulitan belajar karena fungsi kognisi yang kurang mendukung. Kesulitan belajar seperti kurang mampu mempelajari pelajaran eksakta (matematika, fisika, kimia) (item 1) dan kesulitan dalam mengingat kembali pelajaran yang dijelaskan oleh guru (item 3) disebabkan oleh inteligensi siswa yang kurang mendukung. Tinggi-rendahnya inteligensi siswa tampak dalam perolehan prestasi belajar siswa di sekolah (terutama dalam bidang eksakta dan bahasa). Siswa yang memperoleh prestasi belajar baik, kemampuan akademiknya pasti baik. Penting untuk diketahui bahwa siswa yang mengalami kesulitan (mempelajari pelajaran eksakta), tidak mengalami kesulitan apabila ia tekun dan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Dalam inteligensi juga ada yang disebut kemampuan mengingat, yakni kemampuan menyimpan semua informasi selama proses belajar-mengajar berlangsung. Siswa yang mampu menyimpan semua informasi dengan baik, akan mudah mengingat kembali informasi yang telah disimpan tersebut.

Siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta yang mengalami kesulitan mempelajari pelajaran eksakta dan

kesulitan dalam mengingat terjadi karena siswa sendiri kurang belajar mengembangkan kemampuan matematis, kurang memahami cara menyimpan informasi yang baik, dan kurang membaca kembali materi pelajaran yang diberikan guru. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari pelajaran berhitung (matematika, fisika, kimia) dan kurang mampu mengingat pelajaran yang telah dipelajari. Guru pembimbing hendaknya memberikan bimbingan belajar seperti cara-cara belajar yang efektif dan efisien, dan menginformasikan persiapan belajar yang baik. Pemberian tes inteligensi terhadap siswa sangat penting untuk mengetahui tingkat inteligensi siswa. Dengan mengetahui tingkat inteligensi setiap siswa, guru mampu merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif sesuai kondisi siswa.

Kesulitan memahami materi apabila hanya dijelaskan (item 6) dan sulit memahami materi apabila tidak ada latihan (praktek langsung) (item 7) disebabkan oleh kurang mampu menggunakan gaya belajar. Kesulitan belajar siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta disebabkan oleh kurang mampu menggunakan gaya belajar visual dan kinestetik. Setiap siswa harus mengetahui gaya belajarnya karena gaya belajar merupakan salah satu faktor penting dalam belajar. Jika siswa tidak mengetahui dan memahami gaya belajar yang dimilikinya maka ia akan mengalami kesulitan dalam belajar.

Siswa yang kurang mampu belajar visual akan kesulitan belajar bila tidak melihat atau tidak dituangkan dalam bentuk gambar, diagram, dan bagan, sedangkan siswa yang kurang mampu belajar kinestetik akan kesulitan belajar bila tidak disertai praktek langsung. Akibatnya materi yang dijelaskan oleh guru tidak dipahami siswa dengan baik. Guru harus membantu siswa agar siswa mampu mengenal gaya belajar yang dimilikinya. Guru juga harus memahami gaya belajar yang dimiliki setiap peserta didik dan diharapkan mampu menyampaikan materi secara visual, audiktif dan kinestetik, dengan kata lain mengkolaborasikan ketiga gaya belajar tersebut saat mengajar.

Kesulitan apabila disuruh guru menjelaskan kembali hal yang telah dijelaskan guru yang bersangkutan (item 8) disebabkan oleh siswa kurang mampu menggunakan daya fantasi. Kesulitan belajar siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta disebabkan oleh kurang mampu berfantasi secara sadar. Fantasi yang disadari yakni fantasi yang terjadi dengan sengaja, dan ada usaha dari subjek untuk masuk ke dalam dunia imajiner. Apabila siswa tidak mampu berfantasi secara sadar, siswa sulit memberikan penjelasan ulang dengan kata-kata sendiri dan bahkan tidak mampu mengungkapkan pendapat atau ide pikirannya. Untuk membantu siswa yang kurang mampu berfantasi diperlukan peran serta pihak sekolah dan orang tua agar melatih anak untuk belajar berfantasi

dari hal yang sederhana seperti memberikan kesempatan berpendapat dan memberikan kesempatan kepada anak mengkritisi berbagai hal yang terjadi.

Masalah-masalah yang dialami siswa membuat sulit berkonsentrasi dalam belajar (item 10) dan keadaan di luar kelas atau sekolah yang sangat ramai membuat siswa sulit berkonsentrasi dalam belajar (item 11) disebabkan oleh kurang mampu berkonsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan tenaga dan energi dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini proses belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kemauan dan hasrat untuk belajar. Konsentrasi dalam belajar juga dipengaruhi oleh perasaan dan minat siswa dalam belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang dalam belajar dan tidak berminat terhadap mata pelajaran, akan mengalami kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya.

Kesulitan berkonsentrasi yang dialami siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta timbul dari dalam diri siswa dan luar diri siswa. Kesulitan berkonsentrasi yang timbul dari dalam diri siswa seperti merasa tertekan karena masalah dalam keluarga, masalah dengan teman (dikucilkan oleh teman, dimusuhi teman), dan masalah percintaan. Kesulitan berkonsentrasi yang disebabkan dari dalam diri dapat diatasi dengan membantu siswa meninjau sikap dan tindakan sendiri. Sedangkan kesulitan

berkonsentrasi yang timbul dari luar diri siswa seperti suara ribut atau ramai di sekolah saat belajar, suara bising kendaraan dapat diatasi dengan membantu siswa supaya membuat dirinya lebih kebal, mengingat setiap manusia memiliki kepekaan untuk mengontrol hal-hal yang mengganggu dalam dirinya.

Kesulitan mengatur waktu belajar (item 12) dan kurang mampu mencari informasi-informasi terbaru mengenai belajar (item 13) disebabkan oleh kurang mampu mengembangkan bakat. Bakat adalah benih dari suatu sifat yang baru akan tampak nyata jika ia mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang (Mustaqim, 2008: 140). Siswa yang memiliki bakat tertentu biasanya akan memiliki banyak kesempatan untuk mencari informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bakatnya. Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta yakni belum menyadari bakat yang ada di dalam dirinya. Apabila siswa menyadari berbagai bakat yang ada dalam dirinya maka siswa akan memiliki kemauan mencari informasi, menambah pengetahuan dan mempelajari keterampilan yang sesuai bakatnya. Untuk membantu siswa yang belum menyadari bakat dalam dirinya, sebaiknya pihak sekolah menyelenggarakan tes bakat. Dengan mengetahui bakat dalam dirinya, siswa dapat belajar mengembangkan bakatnya secara maksimal.

b. Kesulitan belajar karena fungsi konasi yang kurang mendukung. Kurang berusaha mengikuti pelajaran di sekolah (item 14) termasuk kesulitan dalam belajar yang dialami siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta, disebabkan oleh kurangnya hasrat dalam belajar. Dalam “berhasrat” orang mencari apa yang memberikan kepuasan menyingkiri yang tidak memuaskan. Siswa yang berhasrat kuat akan tekun untuk mencapai sesuatu yang memberikan kepuasan baginya. Siswa yang tidak memiliki hasrat kuat dalam belajar tampak tidak tekun dan mengalami kesulitan dalam belajar (Winkel, 204: 168). Sama halnya dengan belajar, apabila siswa menyadari bahwa belajar akan memberikan manfaat atau kepuasan baginya maka siswa akan memiliki hasrat untuk belajar (hasrat untuk mengikuti pelajaran). Hal lain yang menunjang siswa berhasrat dan berkendak yang kuat dalam belajar yakni tersedianya media dan fasilitas yang memadai serta sumber daya manusia yang sangat berkompeten dalam bidangnya. Apabila siswa tidak berhasrat dan berkendak yang kuat dalam belajar, media dan fasilitas memadai serta sumber daya manusia di sekolah berkompeten akan sia-sia. Untuk membantu mengatasi masalah siswa yang kurang memiliki hasrat dalam belajar dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua dan pihak-pihak yang dekat dengan siswa agar selalu memberikan semangat atau motivasi.

Kurang rajin membaca kembali materi pelajaran yang sudah dijelaskan guru (item 15), kurang tekun mengerjakan tugas sekolah (item 16), dan langsung berhenti mengerjakan soal apabila soal atau tugas yang diberikan guru terasa sulit (item 17) disebabkan oleh kurangnya motivasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta mengalami kesulitan belajar disebabkan kurangnya motivasi, khususnya motivasi intrinsik, yakni hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang mendorong melakukan tindakan belajar. Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa diharapkan adanya bantuan dari orang lain (seperti guru dan orang tua) untuk selalu memotivasi siswa dalam belajar. Apabila siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta memiliki motivasi belajar maka siswa akan tekun dalam menghadapi tugas belajar, ulet menyelesaikan kesulitan belajar, tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Siswa X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta kurang memiliki motivasi dari

dalam diri, hal tersebut menimbulkan kesulitan belajar dan tidak mampu menjadi penggerak bagi diri sendiri untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

c. Kesulitan belajar karena fungsi afeksi yang kurang mendukung. Kesulitan mempelajari materi atau pokok bahasan tertentu (item 20) disebabkan oleh siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur yogyakarta kurang menunjukkan minat yang besar terhadap belajar. Siswa yang menunjukkan minat yang besar dalam belajar tampak tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi atau pokok bahasan. Siswa yang berminat terhadap belajar cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap belajar. Untuk membantu siswa agar belajar lebih baik, guru dan orang tua harus memberikan tips-tips belajar yang menyenangkan, sehingga pada akhirnya siswa berminat dalam belajar.

Kurang menyukai guru tertentu yang memberikan penjelasan kurang baik saat belajar (item 23) dan kurang senang apabila suasana gaduh di kelas (item 24) disebabkan oleh perasaan yang kurang baik saat belajar. Perasaan digolongkan menjadi “perasaan senang” dan “perasaan tidak senang” terhadap sesuatu, seseorang maupun situasi. Perasaan senang dibawa oleh siswa sebagai sumber energi dalam belajar lebih lanjut, sedangkan perasaan tidak senang; membunuh semangat belajar siswa.

Perasaan tidak senang dalam belajar membuat siswa mengalami kesulitan belajar. Siswa yang tidak senang dalam belajar terkadang menunjukkan sikap dan tindakan bahwa ia tidak senang belajar, tetapi ada juga siswa yang tidak menunjukkan bahwa ia tidak senang. Oleh karena itu, diperlukan kejelian dari setiap guru di sekolah agar memperhatikan siswa yang terindikasi kurang senang dalam belajar dan membantu siswa menjadi berperasaan senang selama belajar.

d. Kesulitan belajar karena fungsi sensoris-motoris yang kurang mendukung.

Sulit menulis dengan rapi (item 25) disebabkan siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur yogyakarta kurang mampu menulis dengan baik. Siswa yang tidak dapat menulis dengan baik atau dengan rapi cenderung akan kesulitan ketika mempelajari kembali hal yang telah ditulis. Ada banyak hal lain yang membuat orang tidak dapat menulis dengan rapi, seperti siswa malas menulis, cacat fisik, tidak termotivasi dalam belajar, dan kurang tertarik dengan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus memberikan informasi kepada siswa agar mampu menulis dengan rapi sehingga mudah dibaca dan dipahami ketika dipelajari kembali.

Sulit berbicara dengan lancar sewaktu tampil di depan kelas (26) disebabkan siswa kurang mampu berbicara dan artikulasi kata. siswa yang kurang mampu berbicara dan artikulasi kata dengan

lancar merupakan hal yang normal dialami setiap manusia, mungkin karena gugup dan takut berbicara. Akan tetapi, menjadi tidak normal apabila siswa dalam setiap penampilan di depan kelas terus-menerus sulit berbicara dan artikulasi kata dengan lancar. Siswa yamg sulit berbicara dan artikulasi kata dengan lancar disetiap penampilannya di kelas mungkin mengalami masalah dengan dirinya. Apabila hal tersebut terindikasi sulit diatasi, referal ke ahli yang berkompeten menjadi lebih baik. Apabila siswa tidak dibantu menyelesaikan masalahnya dalam berbicara dan berartikulasi maka hal tersebut dapat mengganggu dalam proses belajar siswa.

e. Kesulitan belajar karena kondisi fisik dan psikis yang kurang baik. Sulit belajar saat sedang sakit (28) disebabkan oleh siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta kurang memiliki daya tahan terhadap penyakit. Siswa yang kurang memiliki daya tahan tubuh yang baik akan mudah terserang oleh berbagai penyakit. Apabila siswa terserang penyakit maka siswa tidak dapat belajar dengan baik. Solusinya yakni guru dan orang tua memberikan informasi atau mensosialisasikan mengenai hidup yang sehat.

Mudah merasa lesu saat belajar (item 30) dan cepat lelah saat belajar (item 31) disebabkan vitalitas psikis yang kurang baik dialami siswa. Vitalitas menunjuk pada jumlah dan kekuatan

energi yang dimiliki seseorang. Siswa yang merasa mudah lesu, cepat lelah dan kerap merasa lemah dalam belajar tidak akan memiliki energi yang banyak saat belajar. Pemberian informasi oleh guru dan orang tua mengenai pentingnya menjaga kebugaran jasmani sangat penting untuk siswa.

2. Kesulitan belajar karena keadaan dari luar diri yang kurang mendukung.

a. Kesulitan belajar karena kurang mampu menerima kepribadian guru yang berbeda-beda.

Sulit menerima sikap guru yang mengajar dengan pilih kasih (item 42), kurang senang dengan sikap guru yang tidak peka terhadap kebutuhan siswa (43) dan kurang mampu mematuhi perintah guru untuk menciptakan kelas yang tenang (45) disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang diinginkan siswa. Kehadiran guru di kelas memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan siswa. Sikap guru yang mampu menunjukkan perilaku demokratis dan tenggang rasa kepada siswa, responsif terhadap kelas (mau melihat, mendengar dan merespon masalah belajar siswa), memandang siswa sebagai anak didik, menilai siswa berdasarkan faktor-faktor yang memadai, dan berkesinanbungan dalam menggunakan ganjaran serta hukuman, sangat penting dimiliki oleh setiap guru. Sikap guru demikian membantu siswa merasa bahwa ia disayangi dan diperhatikan oleh

guru. Apabila siswa merasa bahwa guru sangat menyayangi dan memperhatikan serta membantu berbagai kesulitannya, membuat siswa senang dengan guru bersangkutan. Ketika siswa nyaman dengan sikap guru maka siswa bersangkutan juga akan senang mempelajari, mengikuti mata pelajaran guru bersangkutan. Tugas guru terutama guru BK yakni memberikan pemahaman kepada siswa mengenai kepribadian guru yang berbeda-beda sehingga siswa memahami mengenai kepribadian guru yang berbeda-beda dan akhirnya siswa mampu menerima sikap dan perilaku guru yang berbeda dalam mengajar.

Siswa kurang mampu menangkap penjelasan dari beberapa guru saat mengajar (item 44), mengalami kesulitan dalam hal mengikuti cara guru mengajar (item 46), dan kurang mampu menyesuaikan diri dengan cara guru mengajar (item 47) disebabkan oleh keterampilan didaktis guru yang kurang diinginkan siswa. Kemampuan didaktis seorang guru yakni kemampuan menguasai bahan/materi, kemampuan mengelola program belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas, kemampuan menggunakan media/sumber, dan kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, seperti yang terdapat dalam kompetensi seorang guru. Apabila siswa tidak suka dengan kemampuan guru saat mengajar, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik, hal seperti ini yang dialami siswa kelas X dan XI

SMA Marsudi Luhur Yogyakarta. Untuk membantu siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta agar dapat belajar, guru BK harus memberikan pemahaman yang baik pada siswa mengenai kemampuan guru yang berbeda-beda, sehingga siswa memahami dengan baik dan berusaha untuk menyenangi setiap pelajaran. Bagi guru jaman sekarang dituntut juga agar mampu menyelami siswa secara utuh sehingga mampu merencanakan strategi belajar mengajar yang baik bagi siswa.

b. Kesulitan belajar karena siswa kurang memanfaatkan lingkungan sekolah untuk belajar.

Siswa kurang mampu memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan di sekolah (item 32) disebabkan karena siswa kelas X dan XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta kurang mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi hal-hal seperti gedung sekolah, perabot, media pengajaran, ruang laboratorium, fasilitas perpustakaan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya di sekolah. Adanya fasilitas-fasilitas di sekolah membantu siswa agar belajar menjadi lebih baik. Apabila siswa belum mampu menggunakan fasilitas-fasilitas di sekolah, ada kemungkinan berpengaruh pada hasil belajar siswa rendah dan membuat siswa mengalami kesulitan belajar. Tugas guru memberikan pemahaman

yang baik kepada siswa bahwa fasilitas-fasilitas yang disediakan sangat bermanfaat bagi proses belajarnya.

Siswa belum dapat menaati peraturan di sekolah (item 33) disebabkan oleh suasana sekolah yang kurang nyaman untuk belajar. Suasana di sekolah merupakan salah satu faktor siswa berhasil dalam belajar. Suasana sekolah yang kurang kondusif seperti warga sekolah kurang akrab satu sama lain, tidak menghargai satu sama lain, dan aturan sekolah yang pelaksanaannya kurang tegas. Suasana sekolah yang kurang kondusif, mengakibatkan siswa kesulitan belajar. Kenyataan yang terjadi pada siswa kelas X dan XI SMA Marsudi luhur yakni belum dapat menaati peraturan di sekolah. Siswa yang belum dapat menaati peraturan sekolah, seperti sering bolos, masuk kelas tidak tepat waktu dan tidur di kelas akan mengalami hambatan dalam belajar. Solusi agar siswa dapat menaati peraturan yakni penegakan disiplin dan pemberlakuan aturan yang tegas di sekolah.

Siswa mengalami kesulitan mengikuti bahan pelajaran yang banyak dan padat (item 37) disebabkan oleh siswa kurang mampu memahami kurikulum sekolah. Kurikulum yang eksplisit mengacu pada apa yang hendak diberikan sekolah kepada siswa, singkatnya harapan sekolah untuk siswa yang diumumkan secara luas.

Kurikulum sekolah meliputi program pendidikan nasional, program kerja sekolah, silabi untuk masing-masing bidang studi, petunjuk pengajaran dan evaluasi. Kesulitan belajar siswa kelas X dan XI SMA Marsudi luhur disebabkan karena siswa kurang memahami silabi yang diberikan guru. Akibat apabila siswa kurang memahami silabi yang diberikan guru adalah siswa tidak memiliki arah dan tujuan dalam belajar. Oleh karena itu, penting bagi setiap guru mata pelajaran menjelaskan sedetil-detil isi dari silabi yang dibuat sehingga siswa memahami dan mampu mempersiapkan diri menghadapi proses belajar.

c. Kesulitan belajar karena kurang mampu membangun hubungan sosial di sekolah.

Siswa sulit membangun hubungan yang baik dengan guru yang pilih kasih dalam mengajar (item 39) disebabkan oleh siswa kurang mampu membangun interaksi dengan guru. Adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa maupun sebaliknya sangat penting di sekolah. Apabila siswa tidak mampu membangun hubungan yang baik dengan guru, siswa bersangkutan memiliki persepsi bahwa guru bersangkutan pilih kasih, sombong, egois dan masih banyak label yang diberikan. Persepsi keliru siswa terhadap guru dapat mengakibatkan siswa malas dan kurang berhasrat mengikuti pelajaran guru bersangkutan, pada akhirnya siswa mengalami kesulitan belajar. Oleh sebab itu, guru sebagai

pendidik harus berinisiatif untuk berkomunikasi yang baik dengan peserta didik dan bersahabat dengan peserta didik, layaknya seperti seorang ayah dan anak.

Dokumen terkait