• Tidak ada hasil yang ditemukan

X 2 = semua skor dijumlahkan, dibagi N kemudian dikuadratkan

HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi dilakukan terhadap kemandirian dan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga dan

make a match.

Temuan hipotesis pertama memberikan kesimpulan bahwa: Terdapat Perbedaan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga dan make a match terhadap kemandirian belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus dan balok) dikelas VIII. Namun, model pembelajaran make

a match lebih berbeda dari pada model pembelajaran numbered head together

berbantuan alat peraga untuk mengukur kemandirian belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus dan balok) di kelas VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan. Dalam penemuan tersebut pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif seseorang bergantung pada seberapa jauh mereka aktif berinteraksi terhadap lingkungannya. Berarti bahwa pembelajaran sebagai proses aktif sehingga pengetahuan yang diberikan kepada siswa tidak diberikan dalam bentuk jadi melainkan harus membentuknya sendiri, sehingga dalam hal ini guru dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai fasilisator. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, bahwa untuk memperoleh konsep baru, siswa diajak bahkan ditugaskan untuk menyerap materi, mengingat rumus dan konsep matematika

serta menerapkan dalam kasus serupa, memperkirakan kebenaran suatu pernyataan serta menerapkan rumus dan teorema dalam penyelesaian masalah. Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu menghadapi dan tantangan baru, serta mandiri untuk hasil belajar yang muncul. Dalam upaya mendapatkan kemandirian belajar, individu yang bersangkutan berusaha mengaitkan pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Maka dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran make a match memiliki perbedaan terhadap tingkat kemandirian belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus dan balok) di kelas VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2018/2019.

Temuan hipotesis kedua memberikan kesimpulan bahwa : Terdapat Perbedaan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga dan make a match terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus dan balok) dikelas VIII. Namun, model pembelajaran numbered

head together berbantuan alat peraga lebih berbeda dari pada model pembelajaran make a match untuk mengukur hasil belajar matematika siswa pada materi

bangun ruang (kubus dan balok) di kelas VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan. Dimana masalah matematika adalah suatu masalah yang diterima untuk dianalisis dan mungkin dapat diselesaikan dengan metode – metode matematika. Hal ini berarti, suatu masalah disebut masalah matematika bilamana hasil belajar tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode atau prosedur matematika, maka dari itu salah satu kemampuan dasar matematik yang harus dikuasai siswa sekolah menengah adalah hasil belajar matematika.

Pemilikan hasil belajar matematika membantu siswa berfikir analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari – hari dan membantu dan meningkatkan kemapuan berfikir kritis dalam menghadapi situasi baru. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan hasil belajar. Jadi, hasil belajar matematika sebagai suatu pendekatan pembelajaran melukiskan pembelajaran yang diawali dalam penyajian masalah kontekstual yang kemudian melalui penalaran induktif siswa menemukan kembali konsep yang dipelajari dan kemanririan belajar lainnya. Kemandirian belajar matematika sebagai suatu proses meliputi beberapa kegiatan yaitu mengidentifikasi kecukupan unsur untuk hasil belajar. Oleh karena itu kemandirian belajar matematika harus dimiliki oleh setiap siswa dan pada penelitian ini hasil belajar matematika lebih sesuai diukur dengan menggunakan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga. Maka dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga memiliki perbedaan terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus dan balok) di VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2018/2019.

Temuan hipotesis ketiga memberikan kesimpulan bahwa: Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga dan make a match terhadap kemandirian dan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang (kubus da balok) di kelas VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan. Dengan adanya temuan tidak terdapat interaksi yang signifikan, ini menunjukkan tidak adanya hubungan positif antara model pembelajaran

terhadap kemandirian dan hasil belajar matematika siswa. Ini menunjukkan bahwa kemandirian dan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga berbeda secara signifikan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran make a match pada materi bangun ruang (kubus dan balok) di kelas VIII SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan Tahun pelajaran 2018/2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Puspa Wulandari (2009) dalam skripsi Fransisca Ayu C.Dewi (2017) menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian dan hasil belajar dengan model pembelajaran numbered head together berbantuan alat peraga yang berbeda secara signifikan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

make a match pada materi bangun ruang (kubus dan balok).

Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungam, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Kemandirian belajar sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan siswa menuju masa depan yang lebih baik, khususnya dalam memperoleh hasil belajar yang sangat baik. Kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya.