• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KEHIDUPAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI

D. Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

1 2 3

a). Komunikasi dalam keluarga 5 21,73

b). Ekonomi Keluarga 1 4,34

c). Pendidikan Anak 7 30,43

d). Seks - -

e). Semua Bidang 10 43,47

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 10 responden menginginkan pembinaan dalam semua bidang dalam keluarga (43,47%). Dari tabel juga dapat dilihat, bahwa tidak ada satupun responden yang mengharapkan adanya pembinaan secara khusus terhadap bidang seks walaupun mereka menganggap bahwa bidang tersebut penting untuk mendapatkan pembinaan seperti bidang-bidang yang lainnya di dalam pembangunan keluarga.

2. Pembahasan Hasil Penelitian a. Komunikasi di dalam Keluarga

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa keluarga muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru sudah melaksanakan komunikasi dengan baik di dalam keluarganya (48%). Hal itu terlihat dari komunikasi yang terjalin antara suami-istri dalam membicarakan persoalan-persoalan rumah tangga, seperti persoalan ekonomi, seks dan juga pendidikan anak. Tetapi dalam hal membicarakan makna dari perkawinan itu sendiri, masih jarang dilakukan oleh mereka (lampiran 3) padahal hal tersebut sangat penting untuk selalu dikomunikasikan oleh suami-istri.

51

Komunikasi yang terjalin tidak hanya terjadi di dalam keluarga saja melainkan sampai ke masyarakat. Hal itu terlihat dari kebiasaan mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar setiap harinya. Namun dari data yang diperoleh oleh penulis, komunikasi yang dilakukan oleh pasutri dengan lingkungannnya masih rendah dan kurang terlaksana dengan baik (lampiran 3)

Selain itu komunikasi juga dijadikan sebagai sarana rekonsiliasi bagi suami-istri jika terjadi konflik atau perbedaan pendapat. Mereka membicarakan permasalahan yang terjadi untuk mendapatkan kesepahaman dan saling memaafkan. Dari data yang diperoleh, sekitar 74% dari mereka tidak pernah melibatkan orang ketiga untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik diantara mereka (lampiran 3).

b. Pendidikan Anak di dalam Keluarga

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa pasutri muda ini menyadari konsekuensi mereka untuk menikah. Mereka harus terbuka terhadap keturunan dan bertanggung jawab untuk pendidikan anak-anak mereka (39%). Usia pernikahan di bawah lima tahun memang belum terlalu terfokus kepada pendidikan anak, karena anak mereka baru berusia 0-4 tahun. Telah dikatakan, bahwa pendidikan anak hendaknya dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak anak belum mengerti apa-apa. Oleh karena itu orang tua diharapkan dapat memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Diantara para pasutri muda tersebut ada juga yang belum mempunyai anak, tetapi setidaknya mereka mengetahui apa yang akan mereka lakukan jika kelak anak mereka lahir.

52

Dari tabel juga dapat dilihat, para pasutri sudah menyadari akan tuganya mendidik anak dan memberikan perhatian dan kasih kepada anak-anaknya. Hal itu terlihat dari tingginya perhatian pasutri terhadap kelahiran anak. Sekitar 91% dari mereka menghadapi kelahiran itu bersama-sama, dengan demikian anak akan merasakan kasih dari kedua orangtuanya secara langsung bahkan ketika mereka baru lahir ke dunia (lampiran 3).

Begitu juga dalam hal iman, mereka juga mulai memperkenalkan tentang iman kepada anak-anak mereka sejak dini dengan mengajak anak untuk berdoa bersama di rumah, mengajak mereka untuk mengikuti liturgi ekaristi di Gereja, melihat suasana di dalam Gereja, mendengarkan lagu-lagu rohani dan bertemu dengan umat lain. Walaupun mereka belum memahami ataupun mengerti apa artinya mereka berada di tempat tersebut. Pendidikan iman anak sejak dini juga dilakukan di rumah dengan teladan yang diberikan oleh orangtua dengan bersikap baik sebagai perwujudan dari iman mereka. Tetapi berdasarkan data yang diperoleh, para pasutri ini masih belum melaksanakan pendidikan dalam hal iman dengan baik khususnya dalam hal memperkenalkan Kitab Suci dan memperkenalkan panggilan hidup religius kepada anak-anak mereka (lampiran 3)

Begitu pula dalam menyiapkan anak-anaknya menjadi bagian dari masyarakat luas. Sejak dini para pasutri muda ini sudah mulai memperkenalkan anak-anak mereka dengan lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Interaksi itu bisa dimulai dengan mulai membuka pintu rumah bagi orang lain untuk masuk dan berinteraksi dengan keluarga. Sebaliknya dengan membawa anak mereka keluar untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, dengan

53

demikian anak tidak hanya mengetahui bagaimana lingkungan di dalam keluarganya, tetapi juga masyarakat di sekitarnya.

c. Keluarga Turut Serta dalam Tugas perutusan Gereja

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat, bahwa keluarga muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru ini sudah cukup terlibat dalam tugas perutusan Gereja walaupun belum maksimal (52%). Keluarga-keluarga ini sudah melaksanakan tugas kenabiannya dengan mewartakan Injil di dalam keluarganya. Hal tersebut terlihat bahwa mereka membiasakan keluarganya untuk membaca Kitab Suci dan mendalami bersama. Tetapi berdasarkan hasil survey, mereka juga terbentur oleh kesibukan pekerjaan sehingga hal tersebut menjadi sangat jarang dilakukan bersama-sama.

Dari data yang diperoleh, mereka juga sudah cukup melaksanakan tugas imamatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana mereka menjalin relasi dan berdialog dengan Allah. Mereka mempunyai kebiasaan untuk berdoa bersama di rumah dan mengikuti perayaan Ekaristi bersama di Gereja. Merekapun menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan di lingkungan. Namun dari data yang diperoleh, keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan ini masih sangat rendah (lampiran 3).

d. Harapan-harapan Keluarga muda terhadap Gereja

Cara pendampingan

Dari tabel 11 di atas dapat dilihat, bahwa terdapat 15 responden (65,21 %) yang menginginkan pendampingan secara pribadi kepada masing-masing pasutri,

54

karena dengan demikian mereka dapat dengan bebas melakukan sharing tentang kehidupan berkeluarganya tanpa takut diketahui oleh orang lain. Sedangkan 6 responden (26,08 %) lain lebih menginginkan pendampingan secara berkelompok karena dapat berbagi pengalaman dengan pasutri yang lain mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam rumah tangga. Responden lainnya tidak mempermasalahkan cara pendampingan yang dilakukan, entah itu secara pribadi atau berkelompok, dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam tabel berikut ini:

Bentuk Pembinaan

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa para pasutri muda sangat mengharapkan pembinaan dalam bentuk rekoleksi (47,82%). Mereka menganggap, pembinaan dengan rekoleksi dirasa lebih santai dibandingkan dengan retret ataupun konferensi yang mereka anggap serius dan sangat rohani.

Walaupun para pasutri mengharapkan pendampingan secara pribadi, tetapi dalam bentuk pembinaan mereka mengharapkan pembinaan yang dilakukan bersama-sama pasutri lainnya. Karena dengan demikian, mereka dapat berbagi pengalaman dan sharing dari pasutri lainnya khususnya dalam hal pembangunan keluarga yang katolik. Selain itu dalam proses rekoleksi yang dilaksanakan dimungkinkan adanya konsultasi pribadi antara peserta dengan pembina.

Bidang Pembinaan

Dari tabel 13 dapat dilihat, bahwa 10 orang (43,47%) responden mengharapkan pendampingan dalam semua bidang dalam kehidupan berumah

55

tangga. Di antaranya adalah komunikasi di dalam keluarga, ekonomi keluarga, pendidikan anak dan seks.

Dari tabel juga dapat dilihat, bahwa para responden memandang bahwa semua bidang dalam hal hidup berkeluarga memerlukan adanya pembinaan dan pendampingan. Namun jika dikhususkan, mereka juga memandang penting bidang pendidikan anak (30,43 %) sehingga perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang serius terhadap bidang tersebut, karena dapat mendukung adanya pembinaan yang bersifat formatif dan berdampak ganda bagi pasutri dan anak-anaknya.

Berdasarkan tabel juga dapat dilihat, bahwa mereka tidak menjadikan pembinaan dan pendampingan dalam bidang seks suami istri sebagai suatu kekhususan jika dibandingkan dengan bidang ekonomi keluarga (4,34 %). Harapan-harapan yang telah terungkap ini membuktikan keseriusan responden untuk menanggapi perhatian yang diberikan Gereja terhadap mereka.

Dokumen terkait