• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian merupakan isi dari hasil analisis data fakta yang peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan teori Van Metter dan Van Horn (Agustino,2006:142), dimana dalam teori ini menjelaskan terdapat 6 variabel yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik dapat berjalan dengan baik yaitu sebagai berikut: (1) Ukuran dan Tujuan Kebijkan; (2) Sumber Daya; (3) Karakteristik Agen Pelaksana; (4) Sikap dan Kecenderungan

70

Implementor; (5) Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana; (6) Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.

Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja suatu implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dan jika hanya ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosial kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik sampai titik yang dapat dikatakan berhasil.

Kebijakan yang berbentuk Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa adalah kebijakan yang ditunjukan untuk desa-desa yang ada di Kabupaten Pandeglang, dalam permasalahan ukuran dan tujuan kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang ini sebetulnya sudah cukup realistis diterapkan di seluruh Desa yang ada di Kabupaten Pandeglang khususnya di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, karena Peraturan Bupati Pandeglang ini adalah peraturan yang memang dibutuhkan oleh semua desa-desa yang ada di Kabupaten Pandeglang untuk menjadi acuan bagaimana desa bisa mengatur dan mengelolaan keuangan desa yang jumlahnya sangat besar dengan baik.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan sebagai berikut:

“Ya ukuran dari peraturan ini sudah jelas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan desa-desa dalam mengelola keuangannya dengan baik, kalo tujuannya memberikan tata cara pengelolaan keuangan di desa yang baik dan benar sehingga tidak terjadi penyelewengan anggaran di desa”.(Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan wawancara dengan I1.1 dengan memberikan tata cara

pengelolaan keuangan di desa dengan baik dan benar, peraturan ini dirasa sudah cukup efektif dalam membantu desa dalam pengelolaan keuangannya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasubid PPK Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Kabupaten Pandeglang:

“Ukuran dari Peraturan ini adalah membantu desa-desa dalam pengelolaan keuangannya yang begitu besar, adapun tujuannya yaitu menciptakan pengelolaan keuangan di desa yang transparan,partisipatif, akuntabel serta tertib dan disiplin anggaran”. (Wawancara: Rabu, 27 April 2016, 08.30 WIB. Kantor BAPPEDA Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan wawancara dengan I1.1 yang mengatakan bahwa ukuran dan

tujuan dari pelaksanaan peraturan ini sudah jelas, dalam kaitannya juga di Kecamatan Cimanuk peneliti mewawancarai Camat Kecamatan Cimanuk:

“Ukuran dari pelaksanaan peraturan ini ya bisa dilihat dari bagaimana mereka bisa melakukan penataan dan penertiban pengelolaan keuangan di Desa nya. Tujuan dari pelaksanaan peraturan ini agar semua desa khususnya di kecamatan cimanuk pengelolaan keuangan desanya bisa mengikuti asas-asas pengelolaan keuangan desa yang tercantum dalam peraturan tersebut, terutama aspek transparansi yang harus bener-bener dilaksanakan agar masyarak dapat langsung mengawasinya”. (Wawancara: Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).

Berdasarkan wawancara dengan I1.3 di atas bahwa menjelaskan bahwa agar

72

harus bias mengikuti asas-asas pengelolaan keuangan desa yang terkandung dalam Peraturan Bupati Pandeglang tersebut, khusus di Desa Kupahandap yang harus wajib dilaksanakan yaitu masalah transparansi dalam hal pengelolaan keuangan di desa.

Dengan adanya ukuran dan tujuan dari kebijakan ini, dari aspek yang terkait lainnya juga berharap bisa yang terbaik, seperti yang dikatakan oleh tokoh masyarakat di Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Saya sebagai tokoh masyarakat di sini sih maunya engga muluk-muluk yang penting semua kemauan masyarakat sini kalau untuk kemaslahatan bersama yah harus diwujudkan”. (Wawancara: Rabu, 4 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada I3.1 bisa disimpulkan bahwa

ukuran dan tujuan kebijakan sangat penting bagi kebijakan yang menyangkut kebutuhan orang banyak dan beharap semua aspirasi masyarakat ditampung, didengar dan direlisasikan oleh para pelaksana kebijakan.

Dalam pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini, ukuran dan tujuan kebijakan berperan sangat penting untuk bisa mencapai kesuksesan dalam menertibkan pengelolaan keuanga di desa agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat di Desa.

Sejauh ini ukuran dan tujuan kebijakan sudah sesuai dengan sosio kultur yang artinya adalah sudah sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan dengan lingkungan di masyarakat khususnya di masyarakat Desa Kupahandap, namun dalam pelaksanaannya masih harus maksimal terutama dalam hal transparansi terhadap masyarakat dalam realisasi pelaksanaan pengelolaan keuangan di desa

agar masyarakat bisa mengawasi dan terlibat secara langsung dalam pengelolaan keuangan di desanya.

2. Sumber Daya

1) Sumber Daya Manusia

Indikator yang mempengaruhi suatu pelaksanaan dari kebijakan ialah sumber daya, salah satunya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah aspek penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan yang menyangkut orang banyak, karena kesuksesan dari sebuah pelaksanaan kebijakan adalah bagaimana pendekatan dari seorang implementor. Sumber daya manusia yang ada di desa-desa dalam pemilihannya sepenuhnya kewenangannya dipegang oleh kepala desa.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan sebagai berikut:

“Kalau untuk pemilihan pegawai-pegawai yang ada di desa-desa semuanya tergantung kepala desanya, paling kita hanya memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para pegawai yang ada di desa sesuai dengan tupoksinya.”(Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan wawancara dengan I1.1 di atas dapat diketahui bahwa para

pegawai yang ada di desa dipilih langsung oleh kepala desanya sendiri. Namun terlepas dari itu semua perekrutannya harus sesuai dengan tugas,fungsi dan kemampuannya.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Kecamatan Cimanuk. Beliau mengaatakan :

74

“Ya untuk perekrutan pegawai di desa semuanya tergantung kepala desanya yang paling penting perekrutannya harus sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan yang dimilikinya asal jangan asal-asalan ajah merekrutnya.” (Wawancara: Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).

Berdasarkan wawancara dengan I1.3 di atas dapat diketahui bahwa dalam

perekrutan pegawai di desa harus sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan yang dimilikinya. Terkait akan hal itu sumber daya manusia yang ada di Desa Kupahandap dipilih oleh kepala desa sesuai dengan tugas dan fungsinya, sesuai harapan semua masyarakat bahwa sumber daya yang menjalankan kebijakan sudah seharusnya orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, khususnya dalam pengelolaan keuangan di desa.

Seperti yang dikatakan oleh kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Semua pegawai di desa dipilih langsung oleh saya, menurut saya sudah sesuai kebutuhan.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua BPD Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Di desa semua pegawai dipilih langsung oleh kepala desa, saya rasa kalau jumlah sudah sesuai kebutuhan walaupun keilmuannya yang saya tau tidak sesuai, tapi setidaknya mereka sudah yang terbaik yang ada di Desa Kupahandap.” (Wawancara: Selasa, 3 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Berdasarkan wawancara dengan I2.1 dan I2.4 di atas dapat diketahui bahwa

para pelaksana dari kebijakan ini dipilih langsung oleh kepala desa namun penempatannya tidak sesuai dengan keilmuannya, seperti dibagian bendahara diisi oleh orang yang lulusan dari sarjana pendidikan bahasa inggris.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sekertaris Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Kalo kita sih disini pegawainya sudah cukup, pendidikan pegawai juga bisa dikatakan baik, disini ada sebagian lulusan sarjana dan sebagian lulusan SMA, meskipun keilmuannya tidak sesuai dengan penempatannya tapi setidaknya pendidikannya lumayan lah, mangkanya pelatihan-pelatihan buat kami sangat dibutuhkan apalagi tentang pengelolaan keuangan di desa sangat dibutuhkan oleh kami, soalnya selama ini pelatihan tentang keuangan hanya baru dua kali diberikan kepada kami, waktunya kemarin bulan Desember 2015 sama Februari 2016, dirasa menurut kami itu masih jauh kurang buat kami, agar kami paham betul-betul tentang tatacara mengelola keuangan dengan baik.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Berdasarkan wawancara dengan I2.2 dapat kita ketahui bahwa pegawai

yang bertugas di Desa Kupahandap tingkat pendidikannya bisa dikatakan baik, meskipun penempatannya tidak sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya. Oleh karenanya pelatihan-pelatihan kepada perangkat desa khususnya bendahara desa tentang pengelolaan keuangan di desa sangat dibutuhkan. Senada dengan yang dikatakan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya, kalau untuk tingkat pendidikan alhamdulilah disini sebagian lulusan sarjana sebagian lagi lulusan sma, walaupun lulusannya tidak sesuai dengan keilmuannya, kaya saya, saya bendahara tapi saya lulusan Pendidikan Bahasa Inggris kan tidak sesuai, mangkanya kami butuh pelatihan-pelatihan tentang pengelolaan keuangan agar kami faham, sehingga kami tidak kesulitan dalam mengelola keuangan di desa kami, soalnya selama ini yang banyak diberikan pelatihan kepada kami kebanyakan tentang kesehatan, kewirausahaan, tanggap darurat bencana, yang keuangannya hanya dua kali dilakukan kemarin pada bulan Desember 2015 sama februari 2016.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Berdasarkan wawancara dengan I2.3 bahwa bendahara di Desa

76

sehingga sering terjadi kesulitan Desa Kupahandap dalam mengelola keuangannya dengan baik.

Setelah peneliti mewawancarai semua informan, mengobservasi, dan melihat dokumentasi terkait sumber daya ini terutama dalam hal sumber daya manusia dapat menarik kesimpulan bahwa implementor yang ada di Desa Kupahandap dalam menjalankan Peratruan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, dilihat dari tingkat pendidikan bisa dikatakan baik (lihat tabel 4.3 halaman 59), namun keilmuan yang dimiliki para pegawai tidak sesuai dengan penempatannya, seperti bendahara desa diisi oleh orang yang lulusan sarjana pendidikan bahasa inggris yang tidak sesuai dengan penempatannya di bagian keuangan. Oleh karena itu di Desa Kupahandap mengalami kesulitan dalam pengelolaan keuangannya, Hal ini juga dikarnakan kurangnya sosialisai dan pelatihan yang diberikan oleh daerah maupun pusat kepada perangkat desa terkait dalam pengelolaan keuangan di desa. Selama ini pelatihan tentang keuangan yang diberikan kepada perangkat desa di kupahandap hanya baru dua kali itupun waktunya sudah terlambat karena pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa sudah di implementasikan pada APBDesa tahun 2015.

2) Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Sumber Daya Sarana dan Prasarana adalah bukan lagi sekedar indikator kesuksesan suatu pelaksanaan suatu kebijakan, melainkan suatu kebutuhan bagi para pelaksana, dan sasaran kebijakan, untuk mendorong semangat dalam

melaksanakan tugas dan menjadikan pelaksanaan suatu kebijakan berjalan efektif khusunya untuk para agen pelaksana.

Dalam pelaksanaan suatu kebijakan jika ingin pelaksanaan dan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan maka pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan terkait harus memiliki sarana dan prasanan yang medukung dan memadai dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap sarana dan prasarana sudah mendukung, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya untuk sarana dan prasarana dalam pengelolaan keuangan di desa kami saya rasa sudah cukup.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Disini untuk sarana dan prasarana sudah memadai, kami punya komputer, printer ada juga mesin ketik jadi saya rasa untuk sarana dan prasarana sudah mendukung untuk kebijakan ini.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Seperti yang dikatakan oleh I2.1 dan I2.2 Desa Kupahandap mempunyai

satu buah komputer, printer dan mesin ketik untuk mendukung pelaksanaan kebijakan ini. Hal tersebut diperkuat oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya untuk sarana dan prasarana disini kami sudah bisa dibilang memadai untuk mendukung kebijakan ini, kami disini punya satu unit komputer beserta printernya dan ada juga mesin ketik untuk mendukung bila ada gangguan listrik dan semuanya keadaannya baik dan bisa digunakan.”

78

Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua BPD Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya saya rasa kalau sarana dan prasarana sudah cukup memadai sih disini mah, setiap ada acara juga seperti musrenbang sarana dan prasarananya juga sangat mendukung pelaksanaannya ko.” (Wawancara: Selasa, 3 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Berdasarkan hasil pernyataan di atas dari beberapa informan yang peneliti wawancarai terkait dengan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap serta data yang peneliti peroleh di lapangan dapat dilihat pada (tabel 4.11 di halaman 65), dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa sarana dan prasarana pendukung dalam pelakasanaan pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap sudah bisa dikatakan cukup memadai. Hal ini dikaranakan di Desa Kupahandap sudah memiliki satu unit komputer beserta printernya dan juga ada mesin ketik untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan keuangan di desanya.

3. Karakteristik Agen Pelaksana Birokrasi/Lembaga

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan

atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen pelaksana kebijakan.

Dalam Peraturan Bupati Pandeglang ini terkait pengelolaan keuangan desa di Desa Kupahandap ini, semua implementor yang ada di Desa Kupahandap memiliki latarbelakang pendidikan yang baik, meskipun keilmuan yang dimilikinya tidak sesuai, sehingga untuk jadi pelakasan kebijakan yang baik hanya tinggal butuh pelatihan-pelatihan kepada para implemntor, seperti yang dikatakan oleh Kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“kalau untuk pegawai disini saya rasa bisa dikatakan baik hal ini dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun keilmuannya tidak sesuai, paling tinggal butuh pelatihan-pelatihan agar jadi pelaksana kebijakan yang sesuai dengan yang diharapkan.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“ya kalau pegawai disini bisa dikatakan baik, dari segi disiplin dan kepatuhannya paling kalau untuk hal-hal tertentu seperti pengelolaan keuangan di desa membutuhkan pelatihan-pelatihan agar tidak terjadi kesalahan, hal ini dikarnakan keilmuan pegawainya tidak sesuai, seperti bendahara kan bukan di isi oleh orang yang paham keuangan keilmuannya.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Dari hasil wawancara oleh I1.1 dan I1.3, dapat diketahui bahwa semua

pelaksana yang ada di Desa Kupahandap sudah bisa dikatakan baik hal ini dilihat dari latarbelakang pendidikannya, namun dalam hal keilmuan yang dimilikinya tidak sesuai dengan penempatan kerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya kalau untuk disiplin dan pendidikan kami rasa kami bisa dikatakan baik, Cuma kendalanya hanya keilmuan yang kami miliki tidak sesuai

80

dengan penempatannya, oleh karenanya dalam hal pelaksanaan kebijakan di desa dalam hal teknis seperti contohnya pengelolaan keuangan desa saya butuh pelatihan agar saya faham dan bisa melaksankannya dengan baik.”

(Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap) Dari pernyataan ketiga narasumber di atas, bisa diketahui bahwa para pelaksana untuk organisasi formal sudah bisa dikatakan baik hanya perlu pelatihan-pelatihan dalam hal teknis pelaksanaan kebijakan, hal ini dikarnakan keilmuan para pegawai tidak sesuai dengan penempatan tugasnya.

Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam hal ini para pegawai di Desa Kupahandap dalam hal ini yang menjalankan peraturan kebijakan ini sudah bisa dikatakan baik jika dilihat dari latarbelakang pendidikan dan kedisiplinannya, namun permasalahannya keilmuan yang dimiliki para pegawai tidak sesuai dengan penempatan tugasnya oleh karena itu pelatihan-pelatihan kepada pegawai sangat dibutuhkan agar bisa menjadi agen pelaksana kebijakan yang baik.

4. Komunikasi Antar Implementor

Komunikasi adalah cara yang paling ampuh dalam suatu pelaksanaan, pelaksanaan kebijakan publik bisa berjalan dengan baik jika di dalamnya terdapat kegiatan komunikasi yang lancar. Menurut Van Metter dan Van Horn (dalam agustino 2012) kebijakan publik bisa berjalan dengan baik dan efektif jika implementor bisa memahami standard dan tujuan dari kebijakannya. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa yang menjadi standard dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Disamping itu koordinasi juga merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di

antara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian sebaliknya.

Komunikasi yang dilakukan untuk kebijakan ini sudah berjalan dengan baik, antara pemerintah pusat, provinsi, daerah, kecamatan dan desa, seperti yang dikatakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan sebagai berikut:

“Dalam kebijakan ini komunikasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, kami juga berkomunikasi dengan baik dengan tingkat kecamatan dan desa selaku objek utama dalam kebijakan ini.” (Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).

Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh Camat Kecamatan Cimanuk, beliau mengatakan:

“Komunikasi kita berjalan dengan baik dari atas hingga kebawah yaitu desa, adapun komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara sosialisasi atau pelatihan yang diberikan kepada perangkat desa selaku implementor utama dalam kebijakan ini.” (Wawancara: Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.3, bahwa komunikasi yang

dilakukan dengan cara sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada kepala desa dan perangkatnya terkait kebijakan ini. Pernyataan tersebut diperkuat oleh kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya selama ini komunikasi yang dilakukan yaitu sosialisasi dan pelatihan-pelatihan kepada kami, namun hanya sesekali tidak sering jadi kami rasa masih kurang.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Hal serupa juga dikatakan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Kami masih kesulitan mengikuti aturan kebijakan ini dalam pengelolaan keuangan di desa kami, hal ini dikaranakan kurangnya sosialisasi dan

82

pelatihan-pelatihan kepada kami meskipun ada itu hanya sesekali, jadi kami sulit mengikutinya.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2.1 dan I2.3 dapat diketahui bahwa

sosialisasi terkait kebijakan ini sudah ada namun dirasa masih kurang dan pelatihan-pelatihannya juga masih kurang bagi kepala desa dan perangkatnya terkait pengelolaan keuangan di desa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua infroman terkait komunikasi dan koordinasi, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap masih kurang maksimal, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan pelatihan kepada kepala desa dan perangkatnya, sehingga mereka kesulitan menerapkan kebijakan ini di Desanya.

5. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana

1) Inisiatif

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan

persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan biasanya bersifat top down

yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

Dalam indikator Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ini, terdapat variabel tentang inisiatif. Variabel inisiatif dalam arti inisiatif dari para pelaksana langsung dalam hal ini yaitu kepala desa dan perangkat Desa Kupahandap yang menjalankan langsung kebijakan ini. Inisiatif yang dimaksud adalah meliputi inisiatif dari para pelaksana dalam mendukung pelaksanaan kebijakan ini. Seperti yang diungkapkan oleh kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Ya apapun kebijakannya kalau untuk kebaikan kedepannya kami pasti dukung sepenuhnya,” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)

Menurut I2.1 kepala desa dan perangkatnya di Desa Kupahandap

sepenuhnya mendukung semua kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat, provinsi ataupun daerah selama peraturan atau kebijakan tersebut baik untuk masyarakat dan kedepannya atau perubahan ke arah yang elbih baik. Serupa dengan yang dikatakan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau mengatakan:

“Kami disini sangat mendukung apapun kebijakan itu jika untuk perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya, yang paling penting sosialisasi kepada kaminya sampai dengan jelas dan kami memahaminya.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)

Dari pernyataan yang diungkapakan I2.2 di atas yang mengatakan akan

Dokumen terkait