• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pemahaman konsep matematika (khusus extrapolation) sistem persamaan linear dua variabel pada kelas eksperimen yang menggunakan proses pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) selama delapan kali pertemuan diperoleh hasil dan temuan, baik kelebihan maupun kekurangan dari pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone). Pada kelas ekperimen diperoleh nilai tertinggi yaitu 84 dan nilai terendah yaitu 43, dengan nilai rata-rata hasil posttest peserta didik yaitu 70,34. Sedangkan pemahaman konsep matematika (khusus extrapolasion) sistem persamaan linear dua veriabel pada kelas kontrol yang dilakukan selama delapan kali pertemuan diperoleh hasil dan temuan, baik kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran konvensional (metode ceramah). Pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi yaitu 77 dan nilai terendah yaitu 44. Nilai rata-rata pada hasil posttest peserta didik kelas eksperimen yaitu 66,07. Penggunaan kelas kontrol adalah sebagai pembanding untuk kelas

Kelompok Banyak data (n) Mean ( ̅ ) Varians ( )

Eksperimen 32 70,34 82,88

Kontrol 29 66,07 66,14

db (32 + 29) – 2 = 59

8,66

thitung 1,923

ttabel dengan dan db = 59 1,674 Kesimpulan : tolak H0 dan terima H1, rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas kontrol.

eksperimen sehingga memperkuat hipotesis tentang pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Pemahaman konsep yang diukur adalah pemahaman konsep khusus kemampuan

extrapolation menurut Bloom.

Hasil uji parametrik hipotesis penelitian dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa ditolak dan diterima, artinya rata-rata pemahaman konsep matematika (extrapolation) siswa pada kelas eksperimen yang proses pembelajaran matematikanya menggunakan pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematika (extrapolation) siswa pada kelas kontrol yang proses pembelajaran matematikanya menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) menjadikan siswa lebih aktif untuk berpikir secara mandiri, menyimak presentasi guru secara teliti dan hati-hati, terbiasa mengajari temannya yang lain serta percaya kepada orang lain. Dengan terbiasa mengajari temannya yang lain maka daya ingat peserta didik akan mencapai 90% dari bahan yang diajarkan oleh guru (menurut kerucut Edgar Dale). Hal ini sesuai dengan pencapaian pemahaman konsep matematika (khusus extrapolation) kelas eksperimen yang mencapai 70,344% dan juga dapat dilihat dari salah satu sampel jawaban siswa kelas eksperimen pada soal nomor 5.

Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen tidak berjalan optimal. Karena masih banyak siswa yang masih malu-malu atau takut menyampaikan ide atau gagasan sendiri dari materi yang sedang dipelajari, selain itu masing-masing individu dalam kelompok belum terbiasa untuk mengajari temannya dalam satu kelompok. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu mereka mulai terbiasa dengan proses pembelajaran yang digunakan, masing-masing individu dalam kelompok mulai memahami peran dan fungsinya dalam kelompok,

selain itu masing-masing individu mulai tumbuh kepercayaan dirinya dalam menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat terhadap materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah treatment di kelas eksperimen menunjukkan bahwa persentase siswa yang menyenangi matematika setelah mengikuti pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) 71,88%, pelajaran matematika menarik 90,63%, tidak bosan dengan pelajaran matematika di kelas 75%, sudah memahami tujuan pembelajaran matematika 71,88%, matematika sesuai dengan kehidupan nyata 90,63%, lebih mudah memahami konsep matematika dengan pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) 71,88%, berusaha memahami pelajaran matematika yaitu 100% (lampiran 11), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 tentang hasil perhitungan angket setelah treatment berikut ini:

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Angket

Sesudah Treatment Pada Kelas Eksperimen

Konten Angket Sesudah Treatment

Menyenangi matematika setelah mengikuti pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone)

23 (71,88%)

Pelajaran matematika menarik 29

(90,63%) Tidak bosan dengan pelajaran matematika di kelas 24

(75%) Sudah memahami tujuan pembelajaran matematika 23

(71,88%)

Matematika sesuai dengan kehidupan nyata 29

(90,63%) Lebih mudah memahami konsep matematika dengan

pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone)

23 (71,88%)

Berusaha mamahami pelajaran matematika 32

(100%) Konsep matematika sudah diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari

27 (84,34%) Senang dengan guru matematika sekarang karena dapat

menjelaskan dengan baik

27 (84,34%) Berharap guru menggunakan metode pembelajaran yang

kreatif dan bervariasi

27 (84,34%) Tertarik dengan pelajaran matematika dengan

pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) daripada metode ceramah

26 (81,25%)

Dari Tabel 4.7 diperoleh data informasi atau pendapat siswa tentang pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone). Melalui pembelajaran kooperatif struktur bertelepon siswa yang berpendapat lebih mudah memahami konsep matematika sebanyak 71,88%, pelajaran matematika menarik 90,63%, tidak bosan dengan pelajaran matematika di kelas 75%, matematika sesuai dengan kehidupan nyata 90,63%, berusaha memahami pelajaran matematika 100%, konsep matematika sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 84,34%, tertarik dengan pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) daripada metode ceramah 81,25%.

Berbeda dengan kelas kontrol yang dalam proses pembelajarannya menggunakan proses pembelajaran konvensional (metode ceramah), dimana siswa lebih terlihat pasif, hanya memperhatikan penjelasan guru kemudian mencatat konsep-konsep yang diberikan. Pelajaran matematika menjadi terlihat membosankan dan tidak menarik, sehingga keingintahuan siswa dalam mempelajari lebih lanjut tentang konsep-konsep yang diberikan berkurang yang menyebabkan pemahaman terhadap sebuah konsep yang dipelajari masih kurang atau belum baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil posttest yang mengukur pemahaman konsep khusus extrapolation yang diberikan di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rata-rata pemahaman konsep (extrapolation) pada kelas kontrol lebih rendah daripada rata-rata pemahaman konsep (extrapolation) pada kelas eksperimen. Selain itu juga dapat dilihat dari sampel jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk soal nomor 5, dimana jawaban siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini diakibatkan siswa kelas kontrol hanya terpaku pada konsep yang diajarakan, atau contoh yang sudah dipelajari, sehingga pengkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi kurang yang menyebabkan kemampuan dalam extrapolation menjadi lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini berbeda dengan kelas ekperimen, yang terbiasa untuk memahami konsep dengan berpikir secara mandiri dan mengajari temannya yang lain tentang konsep yang dipelajarinya di kelas sehingga daya ingat siswa mengenai konsep yang diajarkan lebih lama dibandingkan dengan daya ingat siswa pada kelas kontrol. Hal ini terlihat dari

hasil posttest pemahaman konsep (extrapolation) kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dari semua uraian yang telah dikemukakan, jelas terlihat bahwa terdapat pengaruh dari pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa, pada materi sistem persamaan linear dua variabel yang diterapkan pada proses pembelajaran matematika di sekolah SMP Negeri 1 Cibaliung, yaitu siswa lebih mudah dalam memahami konsep dalam matematika, terlihat dari hasil posttest kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol dan juga dari hasil angket sesudah treatment yang diberikan di kelas eksperimen. Hal ini sesuai dengan teori Spencer Kagan dalam pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) dimana pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) mendorong siswa untuk berpikir secara mandiri, menyimak presentasi guru secara teliti dan hati-hati, terbiasa mengajari temannya yang lain serta percaya kepada orang lain. Terbiasa mengajari temannya yang lain, menurut kerucut pengalaman Edgar Dale akan membuat daya ingat siswa mencapai 90% dari bahan yang diajarkan oleh guru. Siswa dikatakan memahami konsep jika dan hanya jika siswa mampu mengerjakan soal secara sistematis dan menggunakan aturan konsep secara benar. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Dokumen terkait