• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Persiapan Implementasi kurikulum 2013

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dengan kepala sekolah dan guru di sekolah dasar di kecamatan Malili diperoleh fakta-fakta bahwa persiapan implementasi kurikulum 2013 disetiap sekolah melalui peran kepala sekolah dalam Mempersiapakan SDM, tata kelola sekolah, sarana dan prasarana, buku teks dan penunjang. Dan administrasi pembelajaran.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (2011) bahwa supervise akdemik adalah bantuan propesional kepada guru dalam rangka meningkatkan kemampuan propesionalnya. Dengan kata lain supervise akademik menekankan kepada Pembinaan propesionalisme guru sehingga harus lebih terampil dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Pada indicator implementasi kurikulum 2013, menurut nara sumber kepala sekolah dan guru mengungkapkan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 malalui kelompok kerja guru mini disekolah membahas tentang adanya perubahan paradikma pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dan dipemantap dengan kegiatan supervise kelas dan pengarahan langsung dari kepala sekolah. Sejalan dengan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati dan merekan serta mencatat kegiatan kepala sekolah di kegiatan KKG dalam rangka mengimplementasikan kurukulum 2013. Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar

kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal ( Mulyasa, 2017).

Mengenai hal-hal yang perlu disiapkan dalam melaksanakan kurikulum 2013 disekolah dasar adalah yang pertama kesiapan guru itu sendiri dengan kata lain kesiapan SDM. Kedua kesiapan peragkat pembelajaran seperti pemetaan KD, silabus, RPP, penilaian. Ketiga adalag kesiapan sarana dan prasaran termasuk alat peraga, media pembelajaran, buku teks pelajaran.

Sebagaimana yang diungkapkan Mulyasa (2017) bahwa salah satu kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah fasilitas dan sumber belajar yang memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara optimal.

Salah satu perangkat pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pemetaan KD. Pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam menyusun pemetaan KD berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepala sekolah menujukkan bahwa telah dilaksanakan pembimbingan melalui kegiatan KKG dan Supervisi, tentang cakupan KD dalam kurikulum. Menurut panduan teknis pengembangan kurikulum bahwa tujuan memetakan KD (1) menentukan karakteristik/ kategori KD, (2) menentukan pengetahuan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai KD, atau (3) menata urutan penyajian kompetensi dasar dalam suatu semester/ tahun.

Selanjutnya pada indicator penyusunan silabus, peneliti menemukan fakta bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun silabus kurikulum 2013 sebagaimana

yang diungkapkan oleh nara sumber kepala sekolah dan guru bahwa “ dalam menyusun silabus dilakukan bimbingan secara umum melalui kegiatan KKG, supervise kelas tentang silabus dan segala komponen dalam silabus.

Hal ini diperjelas dengan penjelasan Mulyasa (2017) bahwa dalam kurikulum 2013 pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik ditingkat pusat maupun wilaya. Dengan demikian guru hanya mengembangkan RPP berdasarkan buku teks siswa, buku panduan guru dan buku sumber lainnya yang telah disiapkan.

Indicator selanjutnya mengenai penyusunan RPP. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegitn pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. RPP ditingkat sekolah dasar adalah RPP tematik yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satukali pertemuan.

Berdasarkan pada hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru serta observasi dan dokumentasi terlihat bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan KKG baik kegiatan KKG gugus atau pra KKG sekolah tentang RPP dan semua komponen yang wajib ada dalam RPP.

Sedangkan untuk komponen yang terdapat RPP hasil wawancara dan dokumentasi menggambarkan komponen-komponen RPP adalah identitas yang memuat nama sekolah, tema, subtema, pembelajaran keberapa, semester, alokasi waktu. Kemudian tujuan pembelajaran, setelah itu kegiatan

pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, penutup, lalu penilaian.

Indicator selanjutnya adalah ketersedian sarana dan prasarana yang mendukung implementasi kurikulum 2013.

Hal yang diukur yaitu bagaimana sekolah dalam ini menejer sekolah menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengimplemetasikan K13 terutama buku teks siswa dan buku guru.

Djamarah (1995) menyatakan bahwa “ media adalah semua alat bantu yang dapat dijadikan penyalur pesan guna mencapai tujuan pelajaran”. Jadi buku juga merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat menunjangproses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa buku pelajaran masih merupakan sumber belajar yang penting bagi para peserta didik sehingga harus menjadi perhatian khusus bagi kepala sekolah dalam pengadaannya. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi menunjukkan bahwa kepala sekolah telah menunjukkan fungsinya sebagai fasilitator dalam memfasilitasi sarana dan prasarana guna mendukung implementasi kurikulum 2013 dengan Pengadaan buku teks, LCD, printer, laptop, wifi, dan media pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan Penutup.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kepala sekolah

melaksanakan supervise, melakukan observasi guna melihat apakah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan kurikulum 2013 guru telah menggunkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, bagaimana guru menggunakan teknologi informasi sebagai sumber belajar yang menyenangkan dan bagaimana guru mengarkan peserta didik membiasakan pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran karakter peserta didik.

Terkait bagaimana guru menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru untuk membangun pemahaman peserta didik melalui 5 tahapan yakni: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi, (4) menalar, dan (5) membuat kesimpulan. Model pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik meminjam konsep-konsep penelitian untuk diterapkan dalam pembelajaran (Abidin, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan digambarkan bahwa pembimbingan yang dilakukan kepala sekolah dalam penerapak pendekatan saintifik adalah guru harus memahami dulu apa itu saintifik dimana pembimbingannya dilakukan melalui kegiatan supervise akademik langsung dan Mengundang narasumber untuk mengadakan pelatihan K13. Dalam hal penerapan saintifik dalam kegiatan supervise pelaksanaan pembelajaran kepala sekolah langsung memantau guru di kelas, sehingga dalam pada saat supervise kepala sekolah hanya memberikan pengarahan, kelemahan dan kekurangan pembelajaran.

Indicator ini terkait bagaimana kepala sekolah membimbing guru dalam memanfaatkan teknoligi informasi dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Dengan menggunakan teknologi informasi secara maksimal dapat memungkinkan peserta didik menggali berbagai konsep sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa actual, serta mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka peneliti menyimpulkan bahwa pengarahan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah Mengarahkan guru memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran, tutor sebaya dalam hal mengoprasikan leptop, LCD, mendapatkan pelatihan mengelola system alat TIK. Pengarahan itu dilakukan dalam KKG ataupun supervise proses. Hal itu juga terlihat pada saat observasi dilaksanakan didalam kelas.

Berikutnya indicator tentang bagaimana kepala sekolah membimbing guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dikelas. Menurut Soedomo ( Mulyasa 2017) semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberikan dampak positif bagi proses belajar. Para pakar psikologi aliran ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna cerah cenderung menyiratkan keceriaan dan suasana jiwa yang optimistic, sedangkan penggunaan warna suram akan member efek sebaliknya.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya menciptakan suasana serta iklim belajar dan pembelajaran yang kondusif diantara ruang belajar, pengaturan sarana belajar, pengaturan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajaran, dan bina suasana dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengarahan yang dilakukan kepada sekolah dalam proses pelaksanaan supervise pembelajaran dalam hal mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan adalah guru memberikan keleluasaan mengkondisikan suasana belajar sesuai dengan materi-materi yang diajarkan dengan menekankan pemeblajaran tidak hanya dalam kelas saja, tetapi juga diluar kelas, selalu memanfaatkan lingkungan yang ada, serta pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

Berikutnya tentang bagaimana kepala sekolah membimbing guru membisakan pembentukan karakter dalam pembelajaran kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 penilaian karakter dimaksud untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikuti. Pembentukan karakter tidak bias terbentuk dalam waktu singkat, tetapi indicator prilaku dapat dideteksi sejak diri oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan maka peneliti menyimpulkan bahwa kepala sekolah dalam membimbing guru membiasakan pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran karakter sudah cukup optimal dimana kepala sekolah memulai dari dirinya sendiri menjadi contoh, teladan, panutan bagi guru dan peserta

didiknya dengan menekankan dalam disiplin belajar, membiasakan pembentukan sikap dan prilaku siswa, menjadi contoh bagi peserta didik dan juga rekan kerja, dalam proses belajar mengajar atau berinteraksi dengan siswa harus menjadi panutan memberi contoh yang positif , membimbing siswa kejalan yang benar.

3. Pelaksanaan penilaian dalam kurikulum 2013

Menurut Sudjana (2011) mengemukakan penilaian pembelajaran termasuk penilaian proses dan hasil pembelajaran. Adalah bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan pembelajaran. Hal ini mengartikan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Penilaian hasil belajar peserta didik dalam konteks kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relative setiap peserta didik terhadap standar yang di tetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka peneliti menggambarkan bahwa penilaian kompetensi sikap adalah melalui rubric penilaian sikap, penilaian diri sendiri dan penilaian antar teman dan penilaian langsung dalam proses pembelajaran, pada penilaian kompetensi pengetahuan dijelakan bahwa guru menilai pengetahuan dengan Menyiapkan bentuk penilaian, menentukan teknik penilaian, menyusun kisi-kisi, menyususn soal, menyusun pedoman pengskoran, Tertulis dan lisan Membuat daftar nilai dan membuat format penilaian berupa teks tertulis dan lisan.

Sedangkan pada penilaian kompetensi keterampilan

diungkapkan bahwa guru menilai kompetensi keterampilan melalui penyusunan criteria dalam rubric penilaian, menyusun soal, menguji cobakan soal, Penilaian praktik/kinerja, proyek, fortofolio atau prodak, Pengamatan langsung.

Hasil observasi ditemukan bahwa supervise penilaian pembelajaran kepala sekolah masih kurang maksimal karena dalam kegiatan supervise hanya sekedar melihat buku penilaian saja tetapitidak membahas masalah penilaian baik itu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Jadi dalam hal ini kepala sekolah hanya melakukan pembimbingan melalui KKG sekolah dan supervise guru, Mengundang narasumber.

4. Kendala-kendala dalam implementasi kurikulum 2013

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan peneliti menyimpulkan bahwa sebagai menejar di sekolah peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 sudah baik, dimana kepala sekolah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia, mengundang nara sumber, berbagi pengetahuan dengan teman yang telah mengikuti pelatihan, KKG mini. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional No 162 tahun 2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah disebutkan bahwa tugas kepala sekolah selaku menejer harus memiliki strategi mampu mengimplementasikan fungsi-fungsi menejemen dengan efektif dan efisien. Sejalan dengan itu

Mulyasa( 2013) menjelaskan bahwa sebagai menejer kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, member kesempatan pada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, mendorong keterlibattan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Adapun kendala-kendalam dalam meng-implementasikan kurikulum 2013 iyalah masalah keterlambatan buku, LCD masih kurang sehingga kepala sekolah hanya menganggarkan secara bertahap, kemudian maslah kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 guru secara bertahap diikutkan dalam pelatihan yang diadakan oleh dinas pendidikan, kemudian terkadang masi ada guru yang kurang faham sehingga masi menggunakan pola lama walaupun dibungkus dengan merek kurikulum 2013, tetapi dengan upaya dan trik-trik yang dilakukan oleh kepala sekoalah dalam KKG sehingga sedikit demi sedikit guru mulai faham benar.

Sementara keluhan-keluhan darin komite atau orang tua siswa, Orang tua bingung terkait pembelajaran tematik, kebanyakan belum memahami tentang K13, orang tua merasa materi dalam K13 terlalu tinggi, Masi banyak orang tua yang kesulitan menggunakan ITE, Orang tua bingung terkait pembelajaran tematik.

Sementara untuk inovasi yang dilakukan dalam upaya implementasi K13 kepala sekolah mendorong guru menggunakan ITE dalam pembelajaran, mengikuti perkembangan pendidikan, membuat alat permaianan

dengan numerasi,serta memanfaatkan lingkungan sebagai sebuah kemajuan dalam pembelajaran.

BAB V PENUTUP

Dalam persiapan implementasi kurikulum 2013 kepala sekolah selaku penanggung jawab pelaksana kurikulum 2013 telah membimbing guru dalam menyusun pemetaan KD, menyususn Silabus, menyusus RPP, menjadi fasilitator dalam menyiapkan sarana dan prasarana, berkolaborasi dengan guru memecahkan masalah pembelajaran, penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, penggunaan teknologi informasi sebagai sumber belajar dan media pembelajaran, mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan, dan pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran dalam bentuk mengamati aktivitas guru dan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 menunjukkan bahwa kepala sekolah kepala sekolah telah membimbing guru dalam hal penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan walaupun hanya melalui KKG, supervise kelas. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013 adalah keterlambatan distribusi buku teks sehingga tidak digunakan tepat waktu, kurangnya pemahaman orang tua siswa tentang kurikulum 2013, orang tua kurang menguasai iptek sehingga sulit membantu anakanya belajar dirumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepala sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah dasar di kecamatan Malili, maka sarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada aspek persiapan implementasi kurikulum 2013 hendaknya kepala sekolah lebih meningkatkan perannya terhadap perencanaan pembelajaran sehingga guru mampu membuat perencanaan pembelajaran yang lebih baik, Pada aspek pelaksanaan pembelajaran hendaknya kepala sekolah meningkatkan perannya membimbing guru tentang pelaksanaan pembelajaran sehingga guru mampu melaksanakan pembelajaran dikelas secara optimal demi miningkatkan kualitas proses pembelajaran 2. Pada aspek penilaian kurikulum 2013 hendaknya kepala

sekolah lebih meningkatkan perannya membimbing guru dalam hal penilaian pembelajaran sehingga guru memiliki kemampuan menilai hasil pembelajaran secara tepat dan akurat. Hendaknya kepala sekolah meminimalisir Kendala-kendala yang ditemuai dalam implementasi kurikulum 2013 disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. 2014. “Sejarah Kurikulum di Indonesia”. Media.

Neliti. Com/ media/publocation/226468- sejarah-kurikulum-di-indonesia-study-ana- bac 69203. Pdf.

Diakses 15 juli 2021 pukul 5.58

Arifin, Zainal.2003. Evaluasi Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung ; Rosda

Ansyar, Mohammad. 2015. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain, Dan Pengembangan. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Chung, A.C.K dan Wong, P.M. 2012. Factor affecting the implementation of curriculum re form in hongkong key finding from a large scale surrey study. Internasional Journal of Edukation Managemen. Vol 26 No1 2021 pp 39-54

Darnius, Said. (2016). Identifikasi Kesulitan Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Dengan Pendekatan Saintifik Di Kelas Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar Vol.2 No.4

Gurr et al . 2015. Successful principal leadership Australian case study. Journal of Educational Administration The Internasional Sucssessfuli School Principalship Projeck Vol. 43(6) 539-551

Hendyat, Soetopo. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan . 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud

Kemendikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta:

kemendikbud

Mentri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2003. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republic Indonesia.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Propesional. Bandung:

PT. Remaja Rosda

Mulyasa, E. 2013. Pengembanagan Implementasi Kurikulum 2013.

Bandung: Rosda

Mulyasa, E. 2017. Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution. 1998. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: CV.Jammass Ningrum, Sulistia Elwien dan Sobri, Yusuf Ahmad. 2015.

Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Malang.

Tesis. Universitas Negeri Malang Vol.24 hal 64-71

Noviatmi, Andri. 2015. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 kelas I dan IV SD di Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 52-53

Oemar, Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara

Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Wali Pers.

Ruslan. 2009. Validitas Isi. Buletin Pa’ Biritta No.10 Tahun IV.

ISSN. 1829. 6335. Hal 18-19.

Subandiyah. 1993. Pengembanagan dan Inovasi Kurikulum.

Jakarta: Grafindo Persada

Sudjana, Nana. 1988. Pembinaan dan pengembangan kurikulum di Sekolah. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Sudjana, H. Nana 2011. Supervise pendidikan konsep dan aplikasinya bagi pengawas sekolah, Bekasi: Bina mitra pPublising

Soemanto, Washy dan Soetopo, Hidayat. 1982. Kepemimpinan dan pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Suhardiman, Budi. 2012. Study pengembangan Kepala Sekolah:

Konsep dan Aplikasi: Jakarta: PT. Rineka Cipta

Syaodih, Sukmadinata, Nana (2000). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Voice Teacher. Kurikulum 2013. http://voice-teacher-blogspot.

Com. Diakses 7 Juli 2021 Pukul 1.40 PM

Wahyuni, S.Y. 2019. Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Dasar di Kecamatan Wotu. Tesis.

Universitas Negeri Makassar.

Wikipedia. Kurikulum. Id. Wikipedia.org/wiki/kurikulum.

Diakses 17 Juli 2021 Pukul 9. 58.

Dokumen terkait