• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

Copyright@penulis 2022

Penulis:

Nurmaeni Haeruddin Saleh

Thamrin Abduh

Editor:

Hasanuddin Remmang

Tata Letak:

Mutmainnah

vi + 67 halaman 15,5 x 23 cm Cetakan: 2022

Di Cetak Oleh: CV. Berkah Utami ISBN: 978-623-5410-36-4

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin tertulis penerbit

Penerbit: Pakalawaki Penerbitan dan Percetakan Telp. : 082191232871/083135045229 Email :pakalawakipustaka@gmail.com

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan berkahnya, sehingga penyusunan buku ini dapat di selesaikan yang berjudul

“Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum”.

Melalui perhelatan waktu yang relatif panjang, akhirnya buku ini tiba pada suatu titik pendedikasiannya oleh sebuah tuntutan dari sebuah tuntutan dari sebuah implementasi akademik.

Kepala sekolah berada pada garda terdepan dalam mengimplementasikan kurikulum dan mempunyai peran yang sangat dominan dalam memanajemeni sekolah yang dipimpinnya. Untuk mengimplementasikan kurikulum disekolah perlu memahami isi kurikulum secara menyeluruh.

Dengan pemahaman yang menyeluruh tersebut, kepala sekolah dan guru dapat mengimplementasikan kurikulum secara maksimal. Dengan implementasi yang maksimal akan menghasilkan kualitas lulusan yang maksimal.

Dalam pelaksanaan proses implementasi kurikulum dalam rangka melakukan perubahan tentu mengalami berbagai kendala baik itu kendala yang berasal dari dalam sekolah maupun kendala-kendala dari luar sekolah. Disini sangat diperlukan peran kepala sekolah sebagai fasilitator, leader dan menejerial dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Kepala sekolah harus mampu menunjukkan

(5)

kemampuan kepemimpinannya karena keberhasilan sekolah adalah keberhasilan pemimpinnya.

Atas rahmat, berkah dan petunjuknya pulalah sehingga berbagi pihak berkenan memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian penulisan buku ini dan dalam masa studi di Program Pascasarjana Universitas Bosowa Makassar.

Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian buku ini.

Walaupun masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan kami kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca semoga Tuhan yang maha pengasih memberikan rahmat kepada kita semua. Amin...

Makassar, Juli 2022 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II KURIKULUM PENDIDIKAN... 5

A. Definisi Kurikulum ... 5

B. Komponen Kurikulum ... 7

C. Kurikulum 2013 ... 8

D. Studi Terkait Kurikulum ... 9

BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM ... 13

A. Implementasi Kurikulum 2013 ... 13

B. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 16

C. Esensi Pendekatan Saintifik ... 17

D. Tujuan Kurikulum 2013 ... 19

E. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum ... 21

BAB IV STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI ... 23

A. Gambaran Umum Responden ... 23

B. Temuan Penelitian ... 32

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V PENUTUP ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter. Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum.

Indeks pendidikan di kabupaten Luwu Timur berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018-2020 menjelaskan bahwa pada tahun 2018 angka harapan lama sekolah adalah 63,75, tahun 2019 sebesar 62, 08 dan tahun 2020 sebesar 64,97. Data tersebut didasarkan apada angka harapan lama sekolah. Menurut standar global (UNDP) dengan nilai maksimal 100 maka dapat dijelskan bahwa walaupun cenderung mengalami peningkatan namun sekitar 40 % masih tergolong tidak melek huruf.

Sejarah kurikulum di Indonesia dimulai pada tahun 1947. Kurikulum itu sendiri telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di antaranya kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan terakhir 2013.

Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

(9)

Pendidikan)” Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terbatas tersebut dihentikan.

Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.

Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum yang berjalan saat ini adalah Kurikulum 2013 ( K 13) Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang

(10)

dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing.

Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

(11)
(12)

BAB II

KURIKULUM PENDIDIKAN

A. Definisi Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni

“Currucuale”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Mata pelajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis

(13)

dan logis. Misalnya, berkat pengalaman dan penemuan- penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis, artinya menurut ukuran tertentu; dan logis, artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. Mata pelajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak pengalaman dan penemuan-penemuan, maka semakin banyak pula mata pelajaran yang harus disusun dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa di sekolah.

Menurut Zais dalam Ansyar (2015) Kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari di lapangan pertandingan (race course) sehingga makna kurikulum itu sendiri adalah “arena pertandingan” tempat siswa

“bertanding” untuk menguasai satu atau lebih keahlian guna mencapai “garis finish” yang ditandai pemberian diplom, ijazah, atau gelar kesarjanaan, Sementara Menurut Sudjana (1988) Pertama, kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil- hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetisi sosial anak didik.

Kedua, Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai dengan taraf perkembangan siswa.

(14)

Menurut Harold B. Alberty yang dikutip oleh Rusman (2012) memandang bahwa kurikulum sebagai semua kegiatan yang di berikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). Sementara itu, menurut Gallen Saylor J. dan Alexander William N. dalam bukunya: “Curriculum Planning” yang dikutip oleh Henyat Soetopo (1986) mengemukakan bahwa pengertian kurikulum sebagai berikut: “Sum Total of the School efforts to influence learning whether in the classroom, play ground or out of School”.

(Keseluruhan usaha Sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung di kelas, di halaman maupun di luar Sekolah”). Dengan begitu Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B. Komponen Kurikulum

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

(15)

Menurut Subandiyah (1993) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum yaitu:

komponen tujuan

komponen isi/materi

komponen media (sarana dan prasarana)

komponen strategi

komponen proses belajar mengajar.

Sementara, Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum yaitu:

Objective (tujuan)

Knowledges (isi atau materi)

School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)

Evaluation (penilaian).

Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988) Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni:

Tujuan

Isi dan struktur kurikulum

Strategi pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

Evaluasi.

C. Kurikulum 2013

Menurut Sagi Winoto (2017) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara seimbang dan berjalan secara integrative. Sementara Menurut Riana Nurmalasari dkk ( 2015) Kurikulum 2013 adalah

(16)

kurikulum berbasis kompetensi dan karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan, (Said Darnius, 2016). Kurikulum 2013 adalah suatu upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar kualitas pendidikan di Negara kita ini menjadi lebih baik, diharapkan kurikulum 2013 ini mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilandan pengetahuan yang terintegrasi, (Suci Rakhmawati, 2016).

D. Studi Terkait Kurikulum

Penelitian terdahulu sebagai acuan untuk mengkomparasi bahkan mendukung atau hasil penelitian yang dilakukan. Berikut beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, antara lain:

1. Andriani Noviatmi (2015) meneliti tentang Implementasi Kurikulum 2013 di Kabupaten Magelang masih menemui banyak kendala pada awal pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum 2013 kelas I & IV SD di Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

Komponen implementasi kurikulum yang dievaluasi meliputi: (1) kondisi siswa, (2) kondisi guru, (3) pemahaman guru terhadap kurikulum, (4) kondisi sarana prasarana, (5) perencanaan pembelajaran, (6) pelaksanaan pembelajaran tematik integratif berbasis saintifik, (7) pelaksanaan penilaian autentik, dan (8) hasil penilaian

(17)

autentik terkait aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Model evaluasi yang digunakan yaitu model evaluasi Stake Countenance Models. Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berupa data komponen implementasi kurikulum untuk kemudian dibandingkan dengan standar dari Kemdikbud. Populasi terdiri dari 10 sekolah pilotting Kurikulum 2013. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru serta siswa kelas I & IV yang ditentukan dengan purposive sampling technique.

Instrumen yang digunakan yaitu lembar angket, lembar observasi, dan lembar dokumentasi.. Hasil penelitian menunjukkan belum semua komponen memenuhi standar. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi terhadap komponen implementasi Kurikulum 2013.

2. Sri wahyuni yusuf (2019) meneliti tentang peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 di kecamatan wotu, penelitian ini bertujuan menggambarkan mengenai peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 sekolah dasar di Kecamatan Wotu terfokus pada peran supervisi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran penilaian pembelajaran dan kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru sekolah dasar di Kecamatan Wotu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

(18)

adalah analisis kualitatif dengan langkah-langkah pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah dalam menyupervisi perencanaan pembelajaran menujukkan bahwa kepala sekolah sudah membimbing guru dalam hal penyusunan pemetaan KD, penyusunan silabus, penyusunan RPP, menjadi fasilitator dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung implementasi Kurikulum 2013. (2) peran kepala sekolah dalam menyupervisi perlaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa kepala sekolah sudah membimbing guru dalam hal penggunaan pendekatan saintifik, penggunaan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran, mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan, dan pembentukan sikap dan perilaku dalam pembelajaran

3. Muhadzdzibah dkk (2017) Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kepala sekolah dalam melakukan implementasi Kurikulum 2013 serta prospek bagi sekolah lain. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa kepala sekolah sangat berperan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan perannya sebagai manajer di sekolah, antara lain menyusun perencaaan kegiatan, melaksanakan proses pembelajaran, mem- berikan bimbingan dan arahan, mengkoordinasikan staf, mengontrol kegiatan, memonitor proses pelaksanaan dan

(19)

menyampaikan laporan, melakukan inovasi dalam pelaksanaan tugas, memberikan motivasi kepada staf, kunjungan kelas, melakukan analisi hambatan dan menentukan program tindak lanjut.

(20)

BAB III

IMPLEMENTASI KURIKULUM

A. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum adalah usaha bersama antara pemerintah dengan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam hal sebagai berikut:

a. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepalasekolah yang melaksanakan kurikulum b. Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan

evaluasi pembelajaran kurikulum secara nasional

c. Pemerintah provinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervise dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di provinsi terkait.

d. Pemerintah kabupaten /kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan operasional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten /kota.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang implementasi kurikulum di antaranya sebagai berikut: (1) Implementasi kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasa Ibtidayah (SD/MI) , Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS),

(21)

Sekolah Menegah Atas/ dan Sekolah Menegah Kejuruan/Madrasah Aliah Kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. (2) Implementasi Kurikulum pada jenjang SD/ MI, SMP/MTS dan SMK/MAK, SMA/MA menggunakan implementasi kurikulum yang mencakup : (a) Pedoman penyususnan dan pengelolaan kurikulum (b) Pedoman pengembangan muatan local, (c) Pedoman kegiatan ekstrakulikuler, (d) Pedoman umum pembelajaran, dan (e) Pedoman evaluasi.

Menghadapi kurikulum yang berisi perubahan- perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajaranya, sudah sewajarnya kalau guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolahnya.

Artinya bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan yang lebih dari pada guru-gurunya agar dapat malakukan tugas pembimbingan dan pembinaan dari sekolah yang dipimpinnya dengan baik.

Arifin (2013) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum harus menempuh tahapan- tahapan sebahgai berikut: (1) studi kelayakan dan analisis kebutuhan, (2) perencanaan kurikulum, (3) pengembangan rencana operasional kurikulum, (4) pelaksanaan uji coba terbatas kurikulum di lapangan, (5) implementasi kurikulum, (6) monitoring dan evaluasi kurikulum, dan (7) perbaikan penyesuaian. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum adalah suatu yang harus dilakukan sejalan dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, karena tanpa implementasi pengembanagan maka pengembangan kurikulum tidak akan mencapai tujuannya sebab

(22)

implementasi adalah bagian dari perkembangan kurikulum itu sendiri.

Menurut Mulyasa (2013) dalam kurikulum 2013 guru dituntut untuk secara propesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan dan kepemimpinan kepada sekolah. Oleh karena itu pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mengsinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum terlaksana secara optimal dalam penerapanya di sekolah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum baru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cheung & Wong (2012), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan reformasi kurikulum diantaranya: 1) Beban kerja guru masih berat. Walaupun telah dilakukan pemangkasan dan restrukturisasi kurikulum, mengurangi mengurangi beban kerja administratif. Untuk itu, guru perlu diikut sertakan dalam pelatihan pengembangan profesional terutama dalam keterampilan berpikir kritis, keberagaman peserta didik, dan pendidikan inklusif. 2) Keberagaman siswa dianggap menghambat keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Hal tersebut terutama untuk kelas yang besar. Sehingga praktek pengajaran guru dalam

(23)

menangani siswa yang beragam (inklusi) akan lebih berhasil dilakukan di kelas yang berukuran kecil (jumlah siswa). 3) Dorongan untuk terciptanya budaya kolaboratif/kerjasama dan komunitas 53 kelompok belajar di banyak sekolah dan juga untuk lebih meningkatkan komunikasi dan kolaborasi di antara para guru, para pemimpin kurikulum dan kepala sekolah agar mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peran masing-masing. Sehingga dapat memberikan kontribusi dengan cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan siswa di berbagai tingkat.

Kemdikbud (2013) menjelaskan bahwa dalam implementasi kurikulum 2013 harus berbasis pada prinsip manajemen kurikulum sebagai berikut: 1) Implementasi kurikulum sebagai perwujudan kerjasama antar tingkatan pemerintah dari pusat hingga daerah; 2) Pemerintah pusat memiliki tanggung jawab dalam a) mempersiapkan guru dan kepala sekolah, b) melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum; 3) Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum; serta 4) Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait

B. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik, a.

Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik, b. Sekolah

(24)

merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, c.

Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran, f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti, g.

Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

C. Esensi Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang wajib digunakan pada pembelajaran di Sekolah, baik Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, berdasarkan aturan Kurikulum 2013.Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013.

Pendekatan saintifik mengadaptasi langkah langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013

(25)

mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas.

Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip- prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji Hipotesis.

(26)

Tujuan pendekatan saintifik adalah mencapai tujuan pembelajaran secara efektif efisien dan harapannya dapat ditempuh dengan singkat. Jadi bagi siswa yang malas belajar akan merasa cocok karena mereka merasa cara gurunya mengajar dapat membuatnya menjadi paham lebih cepat dan mudah. Itu tantangan tersbesar setiap guru, mencerdaskan peserta didik dengan kemampuan di bawah peserta didik yang pandai

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran berdasarkan apa yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

mengamati;

menanya;

mengumpulkan informasi/eksperimen;

mengasosiasikan/mengolah informasi; dan

mengkomunikasikan.

D. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 lahir sebagai solusi atas permasalahan bangsa, beratnya tekanan sebagai dampak globalisasi, dan melemahnya mental dan karakter generasi bangsa saat ini.

Olehnya itu, ada 3 tujuan utama dari pelaksanaan kurikulum 2013, dapat pula disebut sebagai visi kurikulum 2013.

1. Penguatan pendidikan karakter

Salah satu permasalahan bangsa adalah melemahnya mental dan karakter generasi muda, hal ini menggerus nilai- nilai kepribadian bangsa yang lestari selama ini. Sebagai

(27)

bangsa yang dikenal dengan budaya yang tinggi, bangsa yang memiliki peradaban panjang, bangsa yang menganut kebhinekaan tunggal ika, tentunya diperlukan penguatan karakter agar warisan budaya tersebut tidak terlibas oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Dengan demikian, kehidupan sosial kita tetap bertahan sehingga persatuan dan kesatuan senantiasa terawat dengan baik.

2. Subtansi Pelajaran

Pelajaran dalam struktur kurikulum mengalami pendalaman materi, apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dikuasai oleh siswa dijelaskan lebih awal melalui standar kompetensi lulusan. Dengan demikian, setiap peserta didik, jelas kemampuannya, jelas sikapnya, jelas kompetensinya, jelas pengetahuan yang dikuasainya sehingga menjadi modal dasar setiap peserta didik dalam menatap persaingan yang semakin kompetitif.

3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

Perubahan metode mengajar dari diberi tahu menjadi mencari tahu adalah suatu tindakan yang memberi kebebasan penuh kepada semua peserta didik untuk mengembangkan dirinya, memaksimalkan kemampuan olah pikirnya, melatih daya nalarnya, dan memaksimalkan kemampuan analisisnya dalam menemukan jawaban terhadap masalah atau obyek yang dihadapinya. Sehingga peserta didik mampu mengenali potensi, bakat dan mintanya sendiri untuk kemudian membawanya kepada tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.

(28)

E. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah.

Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah sangat berperan dalam melaksanakan kurikulum 2013 di Sekolah yang dipimpinnya.

Dalam menjalankan berbagai tugas tersebut, kepala sekolah berperan sebagai: pemimpin, manajer, pendidik, administrator, wirausaha, pencipta iklim kerja, penyelia dan supervisor.

Kaitannya dengan pentingnya peran kepala sekolah, Gurr et al (2005) dalam hasil penelitiannya di Australia menyatakan bahwa in conclition, the two studies highlight the importance and contribution of the principal to the quality of education in a school. Lebih lanjut menurut Elmore (2006), Leithwood (2007), Hattie (2009), dalam Suhardiman (2012) peran kepala sekolah pada abad ke21 sebagai berikut: (1) berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran sebanyak 91%, (2) mengarahkan para guru untuk menentukan pembelajaran dengan menggunakan evaluasi formatif sebanyak 90%, (3) perencanaan, koordinasi dan evaluasi pengajaran, kurikulum dan pedagogik (terlibat langsung dengan mengunjungi kelas secara reguler, dan memberikan feedback pada pembelajaran) sebanyak 74%, (4) memastikan para guru mendapat informasi tentang praktik pembelajaran terpadu 64%, (5) pengelolaan sumber daya sebanyak 60%, (6) menentang status quo sebanyak 60%, (7) menentukan tujuan dan harapan sebanyak

(29)

54%, dan (8) menjaga lingkungan yang mendukung pembelajaran sebanyak 49%.

Peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum menurut Kemdikbud (2013) secara umum terdiri dari peran kepala sekolah dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

Sedangkan dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas: 2006) terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu sebagai: edukator, manajer, administrator, supervisor, leader; pencipta iklim kerja; dan wirausahawan.

Pendapat lain oleh Mulyasa (2009) pekerjaan kepala sekolah bukan hanya berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (EMASLIM) tetapi juga berperan sebagai figure dan moderator sehingga berkembang menjadi EMASLIM-FM

Merangkum beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa peran-peran kepala sekolah dilakukan guna mengaktualisasikan tugas dan fungsi seorang kepala sekolah yang dipimpimnya agar menjadi sekolah yang berkualitas dan bermutu tinggi.

(30)

BAB IV

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI

A. Gambaran Umum Responden

Dalam penelitian ini lokasi penelitian terdapat ditujuh sekolah yang berada di kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. Tujuh sekolah yang menjadi lokasi penelitian ini tersebar dibeberapa gugus sekolah dasar, sekolah yang dimaksud adalah SDN 221 Malili, SDN 223 Balantang, SDN 232 Wulasi, SDN 220 Cerekang, SDN 239 Saluminanga, SDN 240 Podomoro, SDN 233 Ussu. ketujuh sekolah ini adalah sekolah negeri, penyelengaraan pendidikan dilaksanakan dipagi hari.

SDN 221 Malili dipimpin oleh ibu A. Nurlailah, S.Pd., M.Pd sekolah ini terletak ditengah-tengah kota kabupaten.

Adapun visi dari SDN 221 Malili ialah “ Mewujudkan peserta didik yang berkarakter unggul dalam prestasi serta dapat melestarikan, memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan hidup”. Sementara misi yang diemban ialah (1) Melaksanakan pendidikan karakter sehingga tercipta kearifan dalam bertindak. (2) Melakukan proses pembelajaran dan bimbingan secara tematik terpadu sehingga unggul dalam prestasi akademik maupun non akademik . (3)

(31)

Menumbuhkan sikap unggul dalam melestarikan, memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan.

Adapun struktur organisasi SDN 221 Malili dapat dilihat melalui gambar berikut ini.

Gambar 2. Struktur organisasi SDN 221 Malili

Selanjutnya SDN 232 Wulasi dipimpin oleh Rumaedah, S.Pd adapun Visi dari sekolah ini adalah mengembangkan sekolah yang unggul dalam prestasi, imtaq, iptek, kepribadian dan berwawasan lingkungan. Sedangkan misi yang diemban oleh sekolah ini adalah : 1. Mewujudkan pembelajaran secara pakem, 2. Meningkatkan propesionalisme guru, 3. Melaksanakan pendidikan karakter sehingga tercipta kearifan dalam bertindak, 4. Mewujudkan lingkungan sekolah yang hijau dan bersih, 5. Berperan aktif dalam usaha pelestarian lingkungan.

(32)

Berikut ini adalah struktur organisasi SDN 232 Wulasi.

Gambar 3. Struktur organisasi SDN 232 Wulasi.

SDN 220 Cerekang adalah Sekolah dasar tertua dikabupaten Luwu Timur sekarang ini SDN 220 Cerekang dipimpin oleh bapak Darwis Sunna. S.Pd adapun visi dari sekolah ini adalah Mewujudkan Peserta Didik yang Relegius, Berkarakter, Berprestasi, dan berperan Aktif dalam

(33)

Mencegah, Memelihara dan Melestarikan Lingkungan.

Sementara misi yang diemban adalah:

1) Membentuk kepribadian peserta didik yang berimtaq sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;

2) Menerapkan pendidikan yang berkarakter kepada peserta didik;

3) Menumbuhkembangkan peserta didikyang aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum;

4) Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan minat, bakat peserta didik

5) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, kondusif, rindang, bersih, indah, dan nyaman

6) Menumbuhkembangkan peserta didik yang aktif dalam memelihara, melestarikan, serta mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Berikut ini adalah gambar struktur oraganisasi SDN 220 cerekang.

Gambar 4. Struktur organisasi SDN 220 Cerekang

(34)

Selanjutnya SDN 240 Podomoro dengan kepala sekolah Zainap Muslimin, S.Pd. visi dari sekolah ini adalah Mewujudkan peserta didik yang religius, berkualitas, terampil, berprestasi derta berperan aktif dalam mencegah, memelihara , dan melestarikan lingkungan ”. Sedangkan misi yang diembannya adalah Menanamkan Dasar Imtaq Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Menerapkan pendidikan yang berkarakter kepada peserta didik, Menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman, sehat, rindang, dan indah, Menumbuh kembangkan, kreatifitas anak didik dan memupuk minat belajar, Menjalin budaya kerjasama antara warga sekolah.

Gambaran oraganisasi yang ada di SDN 240 Podomoro dapat kita lihat dari struktur organisasi pada gambar berikut ini.

Gambar 5. Struktur organisasi SDN 240 Podomoro

(35)

Berikutnya adalah SDN 233 Ussu dengan kepala sekolah Patmawati, S.Pd adapun visi dari sekolah ini adalah Terwujudnya pesertadidik yang religius, berakhlak mulia, cerdas, mandiri, berprestasi, dan memelihara serta melestarikan lingkungan hidup. Sementara misi sekolah ini adalah Membentuk kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;

Menumbuhkan sikap disiplin, bertanggung jawab dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari; Menumbuh kembangkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum; Mengarahkan pesertadidik sesuai dengan minat, bakat dan potensinya melalui budaya literasi dan kegiatan ektrakurikuler;

Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, rindang, sehat, bersih, indah, dan nyaman.

SDN 239 Saluminanga saat ini dipimpin oleh ibu Kasturi, S.Pd.,M.Pd adapun visi dari sekolah ini adalah

“Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam prestasi, berkarakter, serta peduli lingkungan yang berlandaskan iman dan taqwa dan Berperan Aktif dalam Mencegah, Memelihara dan MelestarikanLingkungan’’ sementara misi dari sekolah ini adalah:

1. Mengembangkan dan melaksanakan proses pmbelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (paikem),

2. Menerapkan pendidikan karakter,

3. Menumbuh kembangkan bakat dan minat demi kesuksesan hidup mandiri,

(36)

4. Menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan, agar tercipta lingkungan yang aman, bersih, indah, tertib, sejuk secara berkelanjutan,

5. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengalaman ajaran agama,

6. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, kondusif, rindang, bersih, indah, dan nyaman,

7. Menumbuh kembangkan peserta didik yang aktif dalam memelihara, melestarikan, serta mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Berikut ini adalah struktur organisasi SDN 239 Salminanga

Gambar 6. Struktur oragnisasi SDN 239 Saluminanga

(37)

Selanjutnya SDN 223 Balantang yang dipimpin oleh bapak Batman, S.Pd.,M.Pd sekolah ini memiliki visi yakni:

“ mewujudkan peserta didik yang relegius, berbudaya mutu serta dapat melestarikan, memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan”.

Sementara misi yang diemban oleh SDN 223 Balantang adalah :

1. Mengembanagkan kualitas dan propesional kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan 2. Melaksanakan proses pembelajaran yang

mengacu pada PPK, literasi dan proses berpikir tingkat tinggi

3. Melaksanakan penghayatan terhadap ajaran agama agar tercipta kearifan dalam bertindak 4. Meningkatkan keadaan sarana dan prasarana

sekolah

5. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, rindang, sehat, bersih, indah dan menyenangkan 6. Unggul dalam kebersihan, pemeliharaan dan

penghijauan sekolah

7. Unggul dalam pelestarian dan pencegahan kerusakan lingkungan hidup

(38)

Adapun struktur organisasi SDN 223 Balantang adalah sebagai berikut.

Gambar 7. Struktur organisasi SDN 223 Balantang.

Penerapan kurikulum 2013 di kecamatan Malili dilaksanakan secara bertahap di setiap sekolah. SDN 233 Ussu melaksanakan kurikulum 2013 dimulai pada tahun 2018 untuk kelas 1 dan 4, selanjutnya menyusul kelas 2,3,5, dan 6 pada tahun 2019, demikian pula dengan SDN 240 Podomoro baru menerapkan kurikulum 2013 pada kelas 1 dan 4 pada tahun 2018 dan kelas 2,3,5 dan 6 ditahun 2019. Selanjutnya SDN 232 Wulasi juga melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun 2018 untuk kelas I dan 4 selanjutnya tahun 2019 untuk kelas 2,3.5 dan 6. Sementara itu SDN 239 Saluminanga dan SDN 220 Cerekang melaksakan kurikulum 2013 tahun 2014 untuk kelas 1 dan 4, tahun 2015 untuk kelas 2 dan 5 kemudian 2016 untuk kelas 3 dan 6.

(39)

Lain halnya dengan SDN 221 Malili dan SDN 223 Balantang yang telah terlebih dahulu melaksanakan kurikulum 2013 yaitu dimulai pada tahun 2013 oleh kelas 1 dan 4 dilanjutkan tahun 2014 kelas 2 dan 5 lalu tahun 2016 kelas 3 dan 6. Sekarang ini seluruh sekolah yang berada di Kecamatan Malili telah melaksanakan kurikulum 2013 untuk semua jenjang kelas.

Pelaksanaan kurikulum 2013 ini bukanlah hal yang mudah begitu banyak tantangan baik dari sisi sekolah itu sendiri, terlebih lagi dari pihak orang tua siswa yang merasa kebingungan, penerapan kurikulum 2013 ini membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan sarana dan prasarana, kesiapan pendidik serta kesiapan orang tua, sosialisasi dilaksanakan berulang-ulang kemudian dimulai secara bertahap, karena pelaksanaan kurikulum 2013 yang bertahap mengakibatkan dalam satu sekolah menggunakan 2 jenis kurikulum yakni kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.

Penggunaan dua kurikulum ini tentu saja membawa peran kepala sekolah sebagai menejerial disekolah benar-benar sangat terlihat dalam mengatur pola kelola sekolah.

B. Temuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran implementasi kurikulum 2013 di kecamatan Malili kabupaten Luwu Timur peneliti mengumpulkan informasi melalui informan yang dapat memberi informasi yang akurat. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkana informasi yang diperlukan peneliti lakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

(40)

Hasil wawancara yang diperoleh dirangkum dan dibuat dalam bentuk matriks. Selain wawancara dokumentasi dan observasi dilakukan untuk mendukung hasil penelitian.

Adapun hasil penelitian berdasarkan focus penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan Implementasi kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 adalah aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karaktek peserta didik. Hal tersebut menuntut peran aktif kepala sekolah dalam memotivasi guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah membimbing guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah BM bahwa “ Cara kepala sekolah membimbing guru ialah sebagai educator, motivator, menejer, mensupervisi, administrator”. Kepala sekolah RM mengatakan bahwa” Sebagai educator, menejer, admoinistator, supervesor, kader, innovator, motivator.

Kepala sekolah ZM mengatakan melalui KKG. Kepala sekolah AN mengatakan bahwa “Sebagai educator, manajer, administrator, supervesor, kader, innovatordan motivator.

Kepala sekolah PB menyatakan “Melakukan sering dengan tenaga pendidik tentang implementasi K13, membentuk kelompok kerja guru mini disekolah membahas tentang implementasi K13 dan kendala kendala yang dihadapi guru.

Sementara itu kepala sekolah AS mengatakan “Kepala sekolah dan guru duduk bersama membahas adanya

(41)

perubahan paradikma pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. Selanjutnya kepala sekolah KN mengatakan Melalui KKG mini. Sehingga berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah menjalankan perannya, membentuk kelompok kerja guru mini disekolah membahas tentang adanya perubahan paradikma pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.

Selain itu kepala sekolah RM menjelaskan bahwa “ hal- hal yang harus disiapkan dalam kegiatan K13 ini pertama adalah Menentukan landasan kurikulum, tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, sumber belajar dan startegi penilaian”. Selanjutnya kepala sekolah BM menyatakan Penyempurnaan pola pikir,penguatan tata kelola, kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,penguasaan proses pembelajaran. Kepala sekolah ZM menyatakan Buku paket siswa dan buku pendamping lainnya. Selanjutnya kepala sekolah AN menyatakan bahwa:

1. Mempersiapakan peserta didik menghadapi tantangan dimasa depan melalui pengetahuan, keteranmpilan dan sikap

2. Kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 sangat penting karena dalam tujuan kurikulum2013 diantaranya mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan.

(42)

Kepala sekolah PB mengatakan bahwa Tenaga pendidik mempersiapkan perangkat pembelajaran dan sarpras yang mendukung. Sementara itu kepala sekolah AS mengatakan bahwa Tentu saja perlu dipersiapakan adalah sarana dan prasarana sekolah, seperti lingkungan sekolah yang bersih, kelas yang tertata rapi, buku-buku tematik, buku literasi, dan termasuk administrai guru dan kepala sekolah. Terakhir kepala sekolah KN menyatakan Mendengarkan dan menjalankan dengan baik dan benar.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Cara kepala sekolah sudah membimbing guru dalam pelaksanaan K13 melalaui KKG mini yang dilaksanakan disekolah masing-masing, kepala sekolah menjalankan perannya sebagai educator ,motivator, menejer, mensupervisi, administrator dengan duduk bersama membahas perubahan paradikma pembelajaran. Selanjutnya mengenai hal-hal yang perlu dipersiapakan dalam melaksanakan K13 disekolah adalah Penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola, kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguasaan proses pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah, seperti lingkungan sekolah yang bersih, kelas yang tertata rapi, buku-buku tematik, buku literasi, dan termasuk administrai guru dan kepala sekolah.

a. Menyusun pemetaan

Salah satu perangkat pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pemetaan KD adapun tujuan dari disusunya pemetaan KD adalah untuk melihat persebaran KD pada tiap tema-tema yang terdapat dalam buku teks pelajaran pada kurikulum 2013.

(43)

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun pemetaan KD melalui kegiatan KKG dan supervise sebagaimana diungkapkan oleh ZM bahwa “ Kepala sekolah melakukan KKG disekolah dan membimbing langsung guru menyusun pemetaan KD”.Menurut kepala sekolah AS menjelaskan bahwa KD merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas untuk diterapkan dari KI dan KD adalah konten yang terdidri dari sikap, pengertahuan dan keterampilan yang bersumber pada KI yang harus dikuasai peserta didik.

BM mengatakan Melalui kegiatan KKG dan Supervisi.

RM Menentukan cakupan materi, pengetahuan prasyarat yang yang diperlukan, menata urutan penyajian kompetensi dasar, format dan menentukan tujuan pemetaan. Sementara itu kepala sekolah PB mengatakan melalui KKG mini. AS mengatakan bahwa Kepala sekolah menjelaskan bahwa KD merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas untuk diterapkan dari KI dan KD adalah konten yang terdidri dari sikap, pengertahuan dan keterampilan yang bersumber pada KI yang harus dikuasai peserta didik.

Selanjutnya KN mengatakan Melalui kegiatan KKG dan supervise.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan studi dokumen menunjukkan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun pemetaan KD Melalui kegiatan KKG dan Supervisi, tentang cakupan KD dalam kurikulum.

(44)

b. Menyusun Silabus

Silabus adalah perangkat pembelajaran yang dijadikan acuan dalam menyusun kerangka pembelajaran. Silabus menjabarkan standar kompetensidan kompetensi dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi ubtuk penilaian. Silabus dipergunakan sebagai sumber dalam mengembangkan rencana pembelajaran.

Sejalan dengan yang dipaparkan oleh kepala sekolah ZM menyatakan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun silabus kurikulum 2013 sebagaimana diungkapkan oleh kepala sekolah AN bahwa” dibimbing berdasarkan berdasarkan kurikulum dan melalui KKG”.

Kepala sekolah BM menyatakan bahwa Memberikan bimbingan secara umum melalui kegiatan KKG, supervise kelas. Selanjutnya RM mengatakan Melalui KKG mini dan supervise, bimbingan dana arahan dalam menyusun silabus.

PB berpendapat bahwa Memberi kebebasan guru untuk menyusun silabus dan membahas bersama. Kepala sekolah AS menyatakan bahwa Memberikan contoh yang kongkrit bahwa silabus itu memuat mata pelajaran,KD, Indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, tentu saja berdasarkan tema dan subtema. Selanjutnay KN mengatakan bahwa Kepala sekolah telah membimbing guru melalaui pengarahan, supervise dan pengarahan langsung

Berdasarkan wawancara tersebut dan studi dokumen dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun silabus, hanya saja bimbingannya

(45)

secara umum melalui KKG. Pada kegiatan supervise diadakan pengarahan.

c. Menyusun RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP merupakan hasil pengembangan dari silabus sebagai arahan kegiatan pembelajaranpeserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Terkait dengan penyusunan RPP di sekolah dasar yang menggunakan RPP tematik. Seperti yang telah diungkapkan bahwa pada sekolah dasar RPP tematik memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu RPP. Dengan demikian RPP disekolah dasar harusnya disusun untuk kegiatan perhari, atau dengan kata lain satu hari satu RPP.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan KKG. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah AN bahwa “ guru dibimbing menyusun RPP melalaui KKG berdasarkan kelasnya”.selanjutnya hasil wawancara dengan PB menyatakan bahwa “ penyusunan silabus dilakukan secara bersama dalam rapat”.

Selanjutnya BM menyampaikan bahwa Melalui kegiatan KKG baik kegiatan KKG gugus atau pra KKG sekolah. RM menyatakan bahwa Melalui KKG. Pendapat ZM iyalah Berdasarkan kurikulum, prora, promes, silabus, buku.

Terakhit kepala sekolah KN menyatakan Membimbing guru menyusun RPP melalui kegiatan KKG.

Hal senada diungkapkan oleh informan guru US yang mengungkapkan bahwa “ kami dibimbing menyusun RPP

(46)

melalui KKG, kami bersama-sama dalam rapat”. Sementara itu untuk komponen-komponen yang terdapat dalam RPP hasil wawancara dengan guru JM, Y, menyatakan bahwa komponen utama dalam RPP adalah identitas, tujuan pembelajaran, keguatan pembelajaran dan penilaian.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sudah membimbing guru dalam menyusun RPP yaitu melalui kegiatan KKG. Kepala sekolah menyampaiakan bahwa RPP tidak lepas dari silabus, karena silabus merupakan pedoman dalam menyusun RPP.

Kepala Sekolah menyampaikan bahwa komponen pokok yang harus ada dalam RPP adalah identitas, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian. Selain wawancara kegiatan studi dokumen juga dilaksanakan dimana ditemukan bahwa semua guru telah menyusun RPP dengan empat komponen utama yang disyaratkan oleh kurikulum 2013.

d. Sarana dan prasaranan yang mendukung implementasi Terkait ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung implementasi kurikulum 2013 yang diukur adalah bagaimana kepala sekolah sebagai penanggung jawab satuan pendidikan menyiapkan sarana dan prasarana hasil penelitian berdasarkan data wawancara dengan kepala sekolah KN menyatakan bahwa” persiapan yang dilakukan adalah Pengadaan buku teks, LCD, printer, Laptop, Wifi, dan media pembelajaran lainnya”.

BM menyatakan bahwa Pengadaan buku teks, LCD, printer, laptop, wifi, dan media pembelajaran. Semntara itu RM menyatakan bahwa mengadakan buku cetak, LCD,

(47)

printer, laptop, wifi, dan media pemebelajaran lainnya.

Sejalan dengan itu ZM mengatakan Buku siswa dan buku guru. AN mengatakan bahwa mengadakan buku cetak, LCD, printer, laptop, wifi, dan media pemebelajaran lainnyaPBRuang kelas yang nyaman, bukuteks pelajaran.

Selanjutnya AS menyatakan bahwa Media pembelajaran, alat peraga, ruang kelas. KN mengatakan Pengadaan buku teks, LCD, printer, Laptop, Wifi, dan media pembelajaran lainnya

Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa kepala sekolah telah berperan sebagai fasilitator dengan menyediakan sarana dan prasaran guna mendukung implementasi kurukulum 2013 di sekolah masing-masing dengan menyediakan buku teks pelajaran, LCD, Laptop dan Wifi serta media lainnya.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh salah seorang informan guru “ sarana dan prasarana yang akan digunakan telah disediakan oleh sekolah” Berdasarkan hasil wawancara maka ditarik kesimpulan bahwa kepala sekolah telah berperan sebagai fasilitator dalam menyiapakan sarana dan prasarana untuk implementasi kurikulum 2013 disekolah yang dipimpinya seperti menyesiakan buku teks, LCD, printer, Wifi serta media lainnya.

2. Pelaksanaan Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013

Dalam proses pembelajaran dalam rangka mengimplementasikan kurikulum 2013 yang menjadi titik berat adalah: (1) penerapan pendekatan saintifik, (2) pemanfaatan teknologi informasi sebagai sumber dan media

(48)

pembelajaran, (3) pengkondisian suasana belajar yang menyenangkan, (4) pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran.

a. Penerapan pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik terkait dengan bagaimana kepala sekolah membimbing guru menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru untuk merangsang pemahaman peserta didik melalui lima (5) tahapan yaitu: (1) mengamati, (2) menaya, (3) mengumpulkan informasi/

mencoba, (4) menalar/ mengasosiasikan, (5) membuat kesimpulan/ mengkomunikasikan.

Pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam menerapkan pendekatan saintif yang dikemukakan oleh BM adalah “Melalui kegiatan supervise akademik dan langsung memantau kegiatan guru dikelas”, pada saat supervise kelas kepala sekolah mengarahkan agar peserta didik mengamati gambar, kemudian menanya, menalar dan mengkomunikasikan apa yang dialaminya.

Sejalan dengan penjelasan BM maka diperoleh pula informasi dari salah seorang informan guru JM bahwa “ ketika mengadakan supervise kelas kepala sekolah selalu mengarahkan untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran”.

Selanjutnya RM menyatakan Dalam kegiatan supervise langsung memberikan bimbingan kepada guru. ZM menyatakan memberikan informasi tentang pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Selain itu AN menyatakan

(49)

bahwa melalui kegiatan supervise akademik dan langsung memantau kegiatan guru dikelas. PB berpendapat bahwa mengundang narasumber untuk mengadakan pelatihan K13 tentang pendekatan saintifik, menganjurkan pembelajaran diluar kelas. Kepala sekolah AS menyatakan membimbing guru dalam memahami proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman pokok. Sementara itu KN menyakan Dalam kegiatan supervise pelaksanaan pembelajaran langsung memantau guru dikelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam penerapan pendekatan saintifik kepala sekolah melalui supervise langsung mengarahkan guru, karena sebelumnya telah dilaksanakan KKG dalam hal bagaimana menerapkan pendekatan saintifik, jadi ketika supervise kepala sekolah hanya mengarahkan, melihat kelemahan serta menyarankan perbaikan.

b. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran dalam imlementasi kurikulum 2013.

Indicator ini terkait bagaimana kepala sekolah membimbing guru dalam memanfatkan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran dalam penerapan kurikulum 2013.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari wawancara dengan informan ZM mengungkapkan bahwa”

Memberi bimbingan dan penyuluhan tentang pentingnya teknologi computer dalam pelaksanaan proses pembelajaran juga melalui tutor sebaya dalam hal mengoprasikan leptop, LCD dan sebagainya”.

(50)

Selanjutnya informan AS juga mengungkapkan bahwa”

Pertama tama guru harus mendapatkan pelatihan mengelola system alat TIK terlebih dahulu, jika sekolah tidak mempasilitasi daya kompetensi peserta didik akan kurang dalam memperoleh informasi.

Lain halnya dengan BM menyatakan mengarahkan guru memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran pada kegiatan supervise dengan mengarahkan langsung dan tidak langsung. RMP mengatakan ada kegiatan supervise dengan mengarahkan langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya PB mengatakan menganjurkan guru menggunakan LCD untuk mengajar. KN mengatakan bahwa mengarahkan guru memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran pada kegiatan supervise dengan mengarahkan langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hasil wawancara dari informan maka dapar diarik kesimpulan bahwa pengarahan guru memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber dan media pembelajaran, tutor sebaya dalam hal mengoprasikan leptop, LCD, mendapatkan pelatihan mengelola system alat TIK guna memaksimalkan pengimplementasian kurikulum 2013 disekolah masing-masing.

c. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan Suasana belajar yang dimaksud disini adalah bagaimana kepala sekolah membimbing guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan di kelas. Hasil penelitian yang diperoleh dari informan KN bahwa “Guru diberikan keleluasaan mengkondisikan suasana belajar sesui dengan

(51)

materi yang diajarkan dan menekankan pembelajaran tidak hanya dikelas saja tetapi juga memanfaatkan lingkungan sekitar”. Sejalan dengan KN informan PB menyatakan bahwa” Menganjurkan guru untuk melakukan ICE briking dan merancang pembelajaran menyenangkan”.

Sementara BM menyatakan mengarahkan guru dengan memberi kebebasan dalam memilih metodel pembelajaran.

Pembelajaran diarahkan tidak hanya focus dalam kelas tetapi sebaiknya memanfaatkan lingkungan sekitar. Selanjutnya RM menyatakan menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat, menciptakan suasana rileks, memotivasi siswa, menggunkan metode yang variatif, menggunkan icebriking. Pendapat ZM adalah melakukan inovasi agar seorang guru bias menciptakan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan indicator, serta menggunakan metode pembelajaran(

alat peraga) sesuai dengan tema. AN menyatakan bahwa Guru diberikan keluasan untuk mengkondisikan suasana belajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan menekankan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tapi juga dilingkungan sekolah. Selanjutnya AS menyatakan Kepala sekolah senantisa mengarahkan para guru agar sedapat mungkin mengajar, melatih dan membimbing siswa dengan cara menyenangkan tidak memberikan tekakan kepada siswa.

Berdasarkan ungkapan informan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala sekolah telah memberikan bimbingan dalam hal memberi kebebasan dalam memilih metode pembelajaran variatif, memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunkan icebriking dalam pembelajaran pada kurikulum 2013.

(52)

d. Pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran Indicator ini menggambarkan bagaimana kepala sekolah membimbing guru dalam membiasakan pembentukan sikap dan prilaku dalam pembelajaran terkait pengimplementasian kurikulum 2013 pada peserta didik.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada informan RM menyatakan bahwa guru Menjadi contoh bagi siswa, menjadi apresiator, mengajarkan nilai moral, bersikap jujur dan terbuka, mengajarkan dopan santun, member kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin, berbagai pengalaman inspiratif. Sejalan dengan hal tersebut informan AN menyatakan bahwa guru mengarahkan pembentuka sikap dan prilaku mulai dari diri sendiri agar jadi contoh teman sejawab dan siswa.

Kepala sekolah BM mengatakan bahwa membimbing guru membiasakan pembentukan sikap dan prilaku siswa dengan cara pembiasaan yang dimulai dari diri sendiri sehingga dapat menjadi contoh bagi peserta didik dan juga rekan kerja. Selanjutnya ZM menyatakan bahwa Berdoa sebelum dan sesuda belajar, berteman tanpa harus memilih suku, agama dan ras. Kepala sekolah PB menyatakan membuat tata tertip pembiasaan, melakukan rapat untuk menerapkan pembiasaan. AS menyatakan Guru dalam proses belajar mengajar atau berinteraksi dengan siswa harus menjadi panutan memberi contoh yang positif agar siswa senantiasa dapat mengikutinya, guru membimbing siswa kejalan yang benar taatterhadap aturan sekolah.KN mengatakan mengarahkan guru membentuk sikap dan

(53)

prilaku dimulai dari diri sendiri sehingga dapat menjadi contoh.

Berdasarkan informasi yang didapatkan maka dapt ditarik kesimpulan bahwa dalam pengimlemantasian kurikulum 2013 guru telah membiasakan pembentukan sikap dan prilaku siswa, menjadi contoh bagi peserta didik dan juga rekan kerja, dalam proses belajar mengajar atau berinteraksi dengan siswa harus menjadi panutan memberi contoh yang positif , membimbing siswa kejalan yang benar.

3. Pelaksanaan penilaian dalam kurikulum 2013

Salah satu bagian yang menjadi sorotan dalam kurikulum 2013 adalah bagaimana menilai ketiga rana dalam kurikulum 2013 yaitu rana sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada pelaksanaan penilaian maka guru dituntut untuk menilai ketiga rana tersebut.

a. Penilaian sikap

Indicator ini terkait bagaimana teknik guru dalam penilaian sikap pada kurikulum 2013. Hasil penilaian yang diperoleh dari data wawancara dengan informan kepala sekolah dan guru.

Informan PB menerangkan bahwa Penilaian berdasarkan rubric yang dibuat dan pengamatan langsung dalam proses pembelajaran, sejalan dengan hal tersebut informan AT mengungkapkan bahwa teknik penilaian sikap diantaranya adalahteknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Informan BM mengatakan menggunakan jurnal penilaian sikap, diri sendiri dan penilaian antar teman. Informan RM mengatakan

(54)

menentukan sikap yang akan dikembangkan, menentukan indicator, merancang kegiatan pembelajaran. Informan ZM mengatakan Memberikan penilaian dengan cara bertutur kata yang sopan dan santunANJurnal penilaian sikap, penilaian diri sendiri dan penilaian antar teman.

Sedangakan tentang bagaimana guru menyusun instrument penilaian sikap informan ZM menjelaskan bahwa penyusunan instrument penilaian sikap dilakukan melalui KKG juga menfasilitasi format penilaian, senada dengan itu informan PB juga mengungkapkan bahwa Melakukan rapat untuk sering format penilaian.

Semntara informan BM menyatakan penilaian tertulis dan lisan. Informan RM menetapkan tujuan sesuai RPP, mentukan bentukpenilaian, menentukan teknik penilaian, menyusun kisi-kisi, menyususn soal,menyusun pedoman pengskora. Informan AS menyatakan Tertulis dan lisan.

Informan KN menyatakan Teknik tertulis dan lisan.

Berdasarkan informasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada penilaian aspek sikap dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dilakukan melalui penyusunan instrument penilaian yang dilakukan dalam KKG dan supervise guru, Melakukan rapat untuk sering format penilaian.

b. Penilaian pengetahuan

Indicator ini terkait bagaimana teknik penilaian pengetahuan yang dilakukan dalam kurikulum 2013.

Berdasarkann hasil informasi yang diungkapkan oleh informan kepala sekolah dan guru.

(55)

Melalui wawancara terbuka yang dilakukan oleh peneliti, informan RM menyatakan bahwa teknik yang dilakukan adalah Menetapkan tujuan sesuai RPP, mentukan bentuk penilaian, menentukan teknik penilaian, menyusun kisi-kisi, menyususn soal, menyusun pedoman pengskoran.

Sementara itu informan ZM menyatakan bahwa teknik yang dilakukan adalah Menguasai dan menjiwai peserta didik yang mencakup tentang pengetahuan factual, konseptual, dalam berbagai tingkat proses berpikir baik secara teestertulis , lisan, dan penugasan. Informan BM menyatakan penilaian tertulis dan lisan, sejalan dengan penyampaian AS dan KN.

Sedangkan dalam hal bagaimana kepala sekolah membinbing guru dalam menyusun instrumen penilaian semua kepala sekolah menyatakan melalui KKG sekolah, KKG gugus, supervise guru dan mengundang narasumber.

Informan JW mengungkapkan bahwa teknik yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan kunjungan kekelas, mengarahkan guru untuk melakukan penilaian pengetahuan, berbagi pengalaman melalui KKG, sehingga memudahkan menyusun instrument penilaian pengetahuan.

Berdasarkan wawancara tersebut maka ditariklah kesimpulan bahwa dalam hal teknik penilaian guru telah Menyiapkan bentuk penilaian, menentukan teknik penilaian, menyusun kisi-kisi, menyususn soal, menyusun pedoman pengskoran, Tertulis dan lisan Membuat daftar nilai dan mebuat format penilaian berupa teks tertulis dan lisan, sementara bagaimana kepala sekolah membimbing guru dalam menyusun instrument Melalui KKG gugus dan KKG

(56)

sekolah, supervise guru, Mengundang narasumber untuk membimbing guru.

c. Penilaian keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data kepala sekolah melalui wawancara diungkapkan oleh informan kepala sekolah dan guru. BM mengungkapkan bahwa teknik penilaian yang dilakukan guru dalam penilaian keterampilan ialah Penilaian praktik/kinerja, proyek, fortofolio atau prodak, menurut RM iyalah Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai, menyusun indicator hasil belajar, menyusun criteria dalam rubric penilaian, menyusun soal, menguji cobakan soal, penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio. Informan ZM menyatakan penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan cara teknik praktik, penilaian produk, penilaian proyek dan portopolio.

Informan AN menyatakan teknik projek dan unjuk kerja.

Informan PB dengan pengamatan langsung. Informan AS dan KN menyatakan hal yang sama yakni melalui KKG mini dan mengundang narasumber.

Sementara dalam hal bagaimana kepala sekolah membimbing guru menyususn instrument penilaian keterampilan informan JW mengungkapkan bahwa kepala sekolah memberikan arahan, mengecek lembar penilaian dan mengevaluasi serta menindak lanjuti temuan mengenai instrument keterampilan yang digunakan yaitu praktik, produk dan fortofolio.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam dalam supervise penilaian keterampilan yang harus dipersiapkan adalah

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilihat dari meskipun tingkat kebutuhan wanita karir akan adanya ruang laktasi dan tingkat pengetahuan pemimpin BUMN atau orang yang ditunjuk mengenai PP RI

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk mengungkap mitos yang selama ini dijaga oleh masyarakat desa adat Piliana serta

Masing-masing dari pada pasal tersebut adalah Pasal 44 ayat 1 yang bunyinya, Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana

Ciri khas rumah gadang adalah mempunyai keunikan dalam bentuk arsitekturnya dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau yang terbuat dari bahan ijuk3. Riau – Rumah

Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Gunungsitoli terletak di Desa Simanaere Kecamatan Gunungsitoli Idanoi merupakan terminal bahan bakar yang melayani seluruh wilayah

In Boztepe (2012) which has proven the influence of environmental awareness, green products, green prices, and green promotion of significant purchasing decisions

Dari penelitian sebelumnya, metabolit sekunder yang terdapat pada daun ternyata memiliki kerangka dasar yang berbeda jika dibandingkan dengan bagian-bagian lain dari tumbuhan

Untuk mengembangkan wakaf produktif, setidaknya diperlukan pengurus Badan Wakaf yang memiliki potensi untuk mengembangkan sumber daya naz}ir, sehingga memiliki kemampuan di