• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.3. Analisis Bivariat

Tabel 5.11. Hubungan kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan Mengenai Prolanis Pengetahuan Mengenai Prolanis Kepesertaan Prolanis Total P value Ya Tidak Baik Kurang 26 0 41 0,000 18 23 26 Total 44 23 67

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan prolanis yang baik sebanyak 26 orang (59,1%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (40,9%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (100,0%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Penelitian ini menggunakan uji fisher exact dikarenakan ada nilai observasi nol (0), sehingga uji chi square tidak dapat digunakan dan didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000).

Tabel 5.12. Hubungan kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus Pengetahuan Mengenai Diabetes Mellitus KepesertaanProlanis Total P value Ya Tidak Baik Kurang 41 11 52 0,000 3 12 15 Total 44 23 67

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai DM yang baik sebanyak

33

41 orang (93,2%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,8%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan mengenai DM kurang sebanyak 12 orang (52,2%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (47,8%). Pada penelitian ini didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.1. diketahui bahwa pasien DM terbanyak adalah pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 26 orang (38,8%) lalu diikuti kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 22 orang (32.8%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 9 orang (13,4%), kelompok umur ≥ 75 tahun sebanyak 6 orang (9,0%). Sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 4 orang (6,0%). Hal ini sesuai dengan hasil riset kesehatan dasar yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 dengan prevalensi umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 4,8% dan dikuti oleh kelompok umur 65-74 tahun sebanyak 4,2 %. Hasil penelitian Mihardja (2009) juga menunjukkan kelompok umur 65-74 tahun memiliki prevalensi terbesar yaitu sebanyak 14,0%.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.2. diketahui bahwa pasien DM pada penelitian ini lebih banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 44 orang (65,7%) sedangkan pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 23 orang (34,3%). Hasil ini sesuai dengan laporan riset kesehatan dasar pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa pasien DM lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 1,7% sedangkan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1,4%. Dalam penelitian Mihardja (2009) prevalensi pasien DM yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebesar 6,4% dari pada laki-laki yang berjumlah 4,9%.

Untuk karakteristik pekerjaan berdasarkan table 5.3. diketahui bahwa jenis pekerjaan terbanyak menjadi sampel adalah tidak bekerja sebanyak 43 orang (64,2%) diikuti wiraswasta sebanyak 9 orang (13,4%), pegawai dan lainnya sebanyak 7 orang (10,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah

petani/nelayan/buruh sebanyak 1 orang (1,5%). Hasil ini juga sesuai dengan Mihardja (2009) yang menyatakan bahwa pasien DM terbanyak berada dalam kategori tidak bekerja yaitu berjumlah 12,6% dan jumlah terendah adalah kategori petani/nelayan/buruh yaitu berjumlah 6,0%.

Dari tabel 5.4. dapat dilihat untuk karakteristik berdasarkan pendidikan, bahwa jenis pendidikan terbanyak menjadi sampel adalah tamat SMA/sedejat sebanyak 27 orang (41,8%). Lalu diikuti tamat SMP sebanyak 16 orang (23,9%), tamat D1-D3/perguruan tinggi sebanyak 14 orang (20,9%), tamat SD sebayak 7 orang (10,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebanyak 2 orang (3,0%).

Selanjutnya dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa pasien DM di Puskesmas Teladan didapati lebih banyak pasien yang menjadi peserta prolanis yaitu 44 orang (65,7%), sedangkan yang tidak menjadi peserta prolanis berjumlah 23 orang (34,3%). Puskesmas Teladan mendapat kunjungan sebanyak 160 pasien dan 100 diantaranya terdaftar dalam Prolanis. Namun, selama pelaksanaan hanya 30 pasien terdaftar yang rutin mengikuti program yang diadakan setiap hari Kamis. Menurut Idris (2014) adanya peningkatan pada kepesertaan prolanis dikarenakan strategi program diarahkan pada peningkatan kualitas program, sehingga jumlah peserta cenderung stabil. Meskipun jumlah peserta program yang terdaftar menunjukkan kecenderungan meningkat, jumlah kunjungan peserta justru sebaliknya. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah belum terbentuknya kemandirian peserta untuk hidup sehat, lemahnya sistem dukungan yang seharusnya diberikan melalui klub DM, serta peranan fasilitas kesehatan yang belum optimal.

Dari tabel 5.6. menunjukkan jenis pertanyaan yang banyak mendapat jawaban benar adalah pertanyaan 1 yaitu 41 (61.2%) diikuti dengan pertanyaan 2 sebanyak 30 (44.8%) lalu pertanyaang 3 sebanyak 29 (43.4%) dan pertanyaan yang sedikit dijawab benar adalah pertanyaan 4 sebesar 23 (34.3%). Pertanyaan 4 mengenai informasi dalam buku Prolanis mendapatkan mendapatkan banyak jawaban salah. Hal ini terjadi karena banyak pasien yang datang tidak membawa buku yang diberikan selama menjalani Prolanis. Buku Prolanis seharusnya dibawa

35

ketika menjalani program. Buku ini bertujuan untuk mencatat segala tindakan dan juga terapi yang telah didapat oleh pasien untuk melihat apakah ada perubahan atau tidak.

Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pasien yang memiliki pengetahuan mengenai prolanis dengan kategori baik sebanyak 26 orang (38,8%) sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 41 orang (61,2%). Hal ini dapat terjadi walaupun jumlah peserta banyak tetapi kunjungan mereka jarang sehingga walaupun pasien menjadi peserta tetapi pengetahuan pasien mengenai prolanis masih kurang. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah: (1) pemahaman peserta yang rendah tentang manfaat dan tujuan PPDM Tipe 2; (2) masih adapeserta PPDM Tipe 2 yang tidak berdiagnosa DM; (3) sistem pengingat (reminder) tidak berjalan dengan baik; (4) rendahnya kesadaran peserta untuk berkunjung, dan; (5) masih lemahnya pemantauan terhadap kunjungan peserta yang disebabkan terlalu banyaknya jumlah peserta (Idris, 2014).

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa pasien yang memiliki pengetahuan mengenai DM dengan kategori baik sebanyak 52 orang (77,6%) sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 15 orang (22,4%). Hal ini dapat terjadi, tingginya pengetahuan mengenai DM pada pasien dikarenakan penyakit ini sudah cukup akrab di telinga pasien. Banyak pasien yang sudah mengetahui gejala dari DM itu sendiri, sehingga jumlahnya berbanding terbalik dengan pengetahuan mengenai prolanis. Walaupun demikian berdasarkan table 5.8. jenis pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan 4 yaitu 51 (85.1%) diikuti dengan pertanyaan 1 sebanyak 49 (73.1%) lalu pertanyaan 3 sebanyak 48 (71.6%) dan pertanyaan yang sedikit dijawab benar adalah pertanyaan 4 sebesar 42 (62.7%). Pertanyaan yang paling banyak mendapat jawaban salah adalah pertanyaan mengenai faktor risiko dari DM. Hal ini terjadi karena pasien tidak dapat membedakan faktor risiko dan gejala dari DM. Banyak pasien yang beranggapan bahwa ketika gejala telah muncul maka seseorang itu berisiko DM. Faktor risiko adalah seberapa besar seseorang akan terkena suatu penyakit tetapi orang tersebut belum terkena penyakit, sedangkan gejala adalah tanda awal dari suatu penyakit.

Berdasarkan tabel 5.10. diketahui bahwa pasien yang rutin berobat ke Puskesmas Teladan sebanyak 51 orang (76,1%) sedangkan yang tidak rutin sebanyak 16 orang (23,9%). Hal ini menunjukkan sudah mengertinya pasien tentang pentingnya berobat dan mengontrol penyakit ini walaupun seringnya kunjungan untuk berobat ini berbeda-beda pada setiap pasien. Menurut Rahmadiliyani & Muhlisin (2008) jika pengetahuan tentang penyakit diabetes Mellitus baik akan mempengaruhi tindakan penderita dalam mengontrol kadar gula darah. Sehingga rutinitas pasien dalam berobat akan menjadi tinggi.

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai Prolanis yang baik sebanyak 26 orang (59,1%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan mengenai Prolanis kurang sebanyak 18 orang (40,9%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (100,0%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Pada penelitian ini didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai prolanis. Hal ini dapat terjadi karena angka kunjungan peserta yang sedikit sehingga pengetahuan mengenai prolanis dapat menjadi kurang walaupun termasuk kedalam kepesertaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Idris (2014) terjadi peningkatan jumlah peserta program yang terdaftar tetapi jumlah kunjungan peserta justru sebaliknya mengalami penurunan. Selain rendahnya kunjungan peserta, pencapaian indikator kesehatan juga beragam. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah belum terbentuknya kemandirian peserta untuk hidup sehat, lemahnya sistem dukungan yang seharusnya diberikan melalui klub DM, serta peranan fasilitas kesehatan yang belum optimal.

Untuk tabel 5.12. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai DM yang baik sebanyak 41 orang (93,2%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,8%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan mengenai DM kurang sebanyak 12 orang (52,2%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (47,8%). Pada penelitian

37

ini didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai diabetes Mellitus.Tingginya pengetahuan mengenai DM pada pasien prolanis dapat terjadi karena salah satu program prolanis adalah penyuluhan dan pemberian pengetahuan tentang penyakit kronis yang salah satunya adalah DM sehingga mudah bagi pasien ketika ditanya mengenai DM.

BAB 6

Dokumen terkait