• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui bahwa prestasi belajar dan motivasi memiliki hubungan positif dan signifikan. Jika seseorang memiliki motivasi belajar yang tinggi maka prestasi belajar yang dicapai akan cenderung tinggi. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang memiliki motivasi yang rendah, maka prestasi belajar yang dicapai cenderung rendah. Koefisien korelasi antara prestasi belajar dan motivasi sebesar 0.205, sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya memiliki korelasi yang sangat lemah. Namun rendahnya korelasi tersebut juga terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Long, Monoi, Harper, Knoblauch, dan Murphy (2007) yaitu motivasi yang dilihat berdasarkan learning goals memiliki hubungan yang lemah terhadap prestasi belajar melalui IPK (r =239). Bahkan pada penelitian lain memperlihatkan bahwa motivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa, yang dilihat berdasarkan nilainya (Wiwiek, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa nilai korelasi dalam penelitian ini masih tergolong cukup baik karena mendekati nilai korelasi temuan sebelumnya antara motivasi dan prestasi akademik.

Korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi dan prestasi akademik, dijelaskan dalam paragraf berikut ini. Adanya motivasi yang tinggi pada seseorang mampu berkontribusi untuk mendorong siswa dalam mempelajari dan menangkap informasi yang diberikan, sehingga dapat mencapai keberhasilan proses pembelajaran yang ditandai dengan prestasi yang optimal (Slavin, 2009). Upaya peningkatan motivasi pada diri seseorang

perlu menjadi perhatian, agar dapat mendukung keberhasilannya dalam proses pembelajaran. Peningkatan motivasi belajar perlu mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, sosial, dan lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan faktor-faktor diluar individu pada dasarnya tidak hanya berperan dalam memfasilitasi proses pembelajaran melainkan juga meningkatkan motivasi seseorang dalam belajar agar mendapatkan pencapaian prestasi yang optimal (McClelland, 1976; Wiwiek, 2007; Ryan, Stiller & Linch, 1994; Weiner & Craighead, 2010; Silalahi 2008; Roy, 2010).

Motivasi intrinsik memiliki kualitas motivasi yang baik, karena motivasi intrinsik memiliki taraf pengaturan diri yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang ada hipotesis pada penelitian ini diterima yaitu motivasi intrinsik dan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif dan signifikan, walaupun korelasinya tergolong lemah (r=0.178). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Areepattamannil, Freeman, dan Klinger (2011), yaitu semakin tinggi motivasi intrinsik seseorang maka semakin tinggi pula pencapaian prestasi akademiknya, demikian sebaliknya..

Rendahnya korelasi motivasi intrinsik pada prestasi belajar, dapat dipengaruhi oleh kecilnya kontribusi motivasi terhadap prestasi akademik. Disamping itu pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa motivasi intrinsik memang memiliki korelasi yang kecil dengan prestasi akademik yang dilihat melalui nilai (Vallerand & dkk, 1993). Hal ini dikarenakan motivasi intrinsik merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu untuk kepuasan

atau kesenangan dirinya, sehingga pencapaian prestasi akademik dalam bentuk nilai bukanlah satu-satunya tujuan utama dalam pencapaian seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam proses pembelajaran. Dorongan dalam melakukan sesuatu untuk kepuasan dan kesenangan dalam proses pembelajaran, dapat memberikan dampak positif dalam kualitas pembelajaran. Seseorang akan merasa senang dalam belajar tanpa adanya kecemasan atau paksaan dari luar, sehingga mampu belajar dengan optimal, dan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan.

Hipotesis mengenai hubungan antara external regulation dan prestasi akademik ditolak, yaitu kedua variabel memiliki hubungan yang tidak signifikan. Dalam hal ini external regulation merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya konsekuensi dari luar individu dan memiliki proses internalisasi yang paling lemah, sehingga individu tidak termotivasi oleh proses pembelajarannya (Hayamizu, 1997). Dengan demikian dalam proses pembelajaran seseorang tidak sepenuhnya untuk mengoptimalisasikan pencapaian prestasi melalui nilai, namun juga dapat dipengaruhi karena adanya konsekuensi lain dari luar individu.

Hasil penelitian lain mengenai hubungan antara external regulation dan prestasi akademik cenderung tidak koheren. Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara external regulation dan prestasi akademik (Areepaattammannil, Freeman, & Klinger,

2011). Namun ada pula yang menunjukkan hasil lain yaitu regulation memiliki korelasi yang positif terhadap prestasi akademik seseorang

(Vallerand & dkk, 1993). Adanya beberapa perbedaan hasil tersebut tidak terlepas dari adanya perbedaan budaya pada subjek penelitian yang digunakan.

Selanjutnya, hasil korelasi antara prestasi akademik dan introjected regulation memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini berarti

hipotesis awal mengenai hubungan prestasi akademik dan introjected regulation ditolak. Seseorang yang memiliki introjected regulation

melakukan sesuatu karena tidak adanya pilihan untuk menghindari perasaan negatif maupun mendapatkan perasaan positif. Dalam hal ini seseorang yang ingin mendapatkan perasaan positif dapat memberikan dampak perilaku yang positif pula pada diri orang tersebut. Proses pembelajaran yang didasarkan untuk mendapatkan perasaan positif dapat mendorong seseorang untuk belajar secara optimal. Sebagai contoh, seseorang yang belajar sebelum ujian untuk mendapatkan ketenangan akan penguasaan bahan pengajaran, dapat memberikan hasil optimal saat ujian. Walaupun proses pengaturan introjected regulation merupakan perilaku yang mengharuskan seseorang untuk melakukan sesuatu, namun dalam proses pembelajaran hal tersebut dapat mendukung seseorang dalam belajar. Seseorang akan berusaha melakukan sesuatu untuk menghindari perasaan negatif maupun mendapatkan perasaan positif dalam proses pembelajaran dan secara tidak langsung mendukung pencapaian prestasi akademiknya.

Disamping itu perbedaan hasil penelitian dari hipotesis sebelumnya ini tidak terlepas dari pengaruh budaya yang ada. Dalam penelitian ini

melibatkan subjek Indonesia dalam budaya asia yang cenderung memiliki budaya kolektif dalam masyarakat. Dalam hal ini introjected regulation yang erat kaitannya dengan mendapatkan perasaan positif atau menghindari perasaan negatif dalam diri, dilakukan untuk mengikuti norma yang ada dalam masyarakat. Seseorang yang merasa sesuai dan diterima dalam masyarakat akan merasa tenang dan terhindar dari kecemasan, sehingga menghasilkan perilaku yang positif karena sesuai dengan ketentuan masyarakat tanpa adanya tekanan tertentu (Berry, Poortinga, Segall, & Dasen, 1992).

Hasil korelasi yang lainnya yaitu hubungan antara prestasi akademik dan identified regulation menunjukkan bahwa keduanya tidak memiliki hubungan. Hasil ini menyimpulkan bahwa hipotesis mengenai hubungan antara prestasi akademik dan identified regulation ditolak. Perilaku yang didukung oleh identified regulation relatif ditentukan oleh diri sendiri daripada orang lain, karena seseorang melakukan sesuatu yang dianggap penting dalam mencapai tujuannya. Dalam proses pembelajaran, tujuan dari perilaku dapat beraneka ragam dan tidak hanya ditujukan untuk mendapatkan nilai saja. Oleh sebab itu identified regulation yang hanya dikorelasikan dengan nilai tidak dapat dijadikan prediktor dalam pencapaian prestasi belajar.

Hal ini hampir serupa dengan intrinsic motivation, yaitu identified regulation cenderung memiliki korelasi yang lemah terhadap prestasi akademik dalam bentuk nilai, dibandingkan korelasi terhadap perasaan positif

di kelas, kepuasan akademik, dan perhatian di sekolah (Vallerand & dkk, 1993). Dalam hal ini seseorang yang memiliki intrinsic motivation melakukan sesuatu karena adanya kesenangan tertentu, sedangkan seseorang yang memiliki identified regulation melakukan sesuatu karena perilaku tersebut dianggap penting untuk mencapai tujuannya.

Selain itu prestasi akademik dan integrated regulation memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Dengan demikian hipotesis awal mengenai hubungan antara prestasi akademik dan integrated regulation diterima. Semakin tinggi integrated regulation seseorang maka semakin tinggi pula pencapaian prestasi akademiknya.

Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan integrated regulation memiliki koefisien korelasi yang paling tinggi diantara tipe motivasi lainnya. Hal ini dikarenakan seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan self-concept yang dimiliki sehingga perilaku tersebut dihayati dan dianggap penting seutuhnya didalam diri. Dalam proses pembelajaran sesuatu yang sesuai dengan diri dapat memberikan hasil yang optimal, dan berpengaruh dalam pencapaian prestasi akademik, karena seseorang menghayati apa yang dilakukan secara maksimal. Disaat seseorang sudah menemukan self-concept yang dimiliki maka akan muncul integrasi dalam diri individu yang membuat seseorang tehindar dari konflik dan dapat mencapai tujuannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menemukan self-concept dari dalam individu dapat membantu proses pembelajaran yang optimal.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua hipotesis diterima. Dalam hal ini motivasi bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seseorang karena masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Disamping itu motivasi seseorang dalam proses pembelajaran, tidak hanya berutujuan untuk mendapatkan nilai (IPK) saja, melainkan adanya tujuan lain dari proses pembelajaran, seperti untuk mendapatkan kepuasan atau kesenangan dari proses pembelajaran, menambah pengetahuan, menyelesaikan tugas, dll.

Adanya perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh budaya yang mengakibatkan kontribusi motivasi intinsik, external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation berbeda-beda dalam pencapaian prestasi akademik

seseorang. Hal ini juga didukung oleh Guay, Ratelle, dan Cannal (2008) yang menjelaskan bahwa budaya, cara pengasuhan dan lingkungan sangat mempengaruhi muncul dan peran motivasi dalam pencapaian prestasi akademik seseorang.

Dokumen terkait