• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan menurut perspektif Self Determination Theory (SDT) dan prestasi akademik - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan menurut perspektif Self Determination Theory (SDT) dan prestasi akademik - USD Repository"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF

SELF

DETERMINATION THEORY

(SDT) DAN PRESTASI

AKADEMIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Adventia Emilia Krysna Sipi Seda 099114004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Bersyukur dan Berani Bertindak untuk Mengejar

Impian

(5)

v

KARYA INI DI DIPERSEMBAHKAN

UNTUK, TUHAN YESUS YANG SELALU

MEMBANTU DI SETIAP LANGKAHNYA,

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis

(7)

vii

HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF SELF DETERMINATION THEORY (SDT) DAN PRESTASI AKADEMIK

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Adventia Emilia Krysna Sipi Seda

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui hubungan antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik dan 2) Mengetahui hubungan antara keempat tipe motivasi ekstrinsik yaitu

external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation dengan prestasi akademik. Penelitian ini melibatkan 222 subjek yaitu mahasiswa yang berada di semester akhir. Hipotesis dalam penelitian ialah 1) hubungan yang positif antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik mahasiswa, 2) hubungan yang negatif antara external regulation dan prestasi akademik mahasiswa, 3) hubungan yang negatif antara introjected regulation dan prestasi akademik, 4) hubungan yang positif antara identified regulation dan prestasi akademik mahasiswa, dan 5) hubungan yang positif antara integrated regulation dan prestasi akademik mahasiswa. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala motivasi dan nilai IPK yang diperoleh. Skala motivasi terdiri dari 61 item yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) motivasi intrinsik dan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif (r=0.178, p= 0.008; p<0.01), 2) external regulationdan prestasi akademik tidak memiliki hubungan satu sama lain(r= 0.124, p=0.064; p<0.05), 3) intojected regulationdan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif (r=0.162, p= 0.016; p<0.05), 4) identified regulation tidak memiliki hubungan dengan prestasi akademik (r= 0.083, p=0.218; p<0.05), 5) integrated regulationmemiliki hubungan yang positif dengan prestasi akademik(r=0.271, p=0.000; p<0.01).

(8)

viii

RELATION OF MOTIVATION ACCORDING TO SELF

DETERMINATION THEORY (SDT) PERSPECTIVE AND ACADEMIC ACHIEVEMENT

Study in Psychology in Sanata Dharma University

Adventia Emilia Krysna Sipi Seda

ABSTRACT

This research aimed for 1) knowing the relation between intrinsic motivation and academic achievement and 2) Knowing the relation between four types of extrinsic motivation, consist of external regulation, introjected regulation, identified regulation, and integrated regulation with academic ahievement. This research involved222 subjects, they were students in 7th semester at collage. The hypotheses of this research were : 1) there was a positive relation between inrinsic motivation and academic achievement, 2) there was a negative relation between external regulation and academic achievement, 3) there was a negative relation between introjected regulation and academic achievement, 4) there was a positive relation between identified regulation and academic achievement, and 5) there was a positive relation between integrated regulation and academic achievement. The used instruments were motivation scale and achieved GPA. The motivation scale consist of 61 good items. Result of this research showed that 1) intrinsic motivation had a positif relation with academic achievement, (r=0.178, p= 0.008; p<0.01), 2) external regulation and academic achievement had no relation one to another (r= 0.124, p=0.064; p<0.05), 3)intojected regulation had a positive relation with academic achievement (r=0.162, p= 0.016; p<0.05), 4) identified regulation had no relation with academic achievement (r= 0.083, p=0.218; p<0.05), 5) integrated regulation had a positive relation with academic achievement (r=0.271, p=0.000; p<0.01).

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYAILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Adventia Emilia Krysna Sipi Seda

Nomor Mahasiswa : 099114004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF SELF DETERMINATION THEORY (SDT) DAN PRESTASI AKADEMIK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Juli 2013 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu membantu saya dan mendampingi saya dalam setiap langkah pembuatan skripsi ini, serta memberikan berkat yang melimpah untuk saya.

Terimakasih saya ucapkan kepada Dekan Universitas Sanata Dharma dan seluruh dosen Universitas Sanata Dharma yang membantu saya selama ini dalam mempelajari pengetahuan baru yang berguna untuk masa depan saya. Secara khusus saya berterimakasih kepada dosen pembimbing akademik, yang selama ini membantu yaitu Ibu Tjipto Susana.

Terimakasih pula saya ucapkan kepada dosen pembimbing skripsi saya pak Agung yang selalu mendampingi saya dalam pembuatan skripsi ini. Skripsi ini terbentuk karena bantuan dan pertanyaan kritis yang membangun sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya MAMA dan PAPA tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa walaupun kami berjauhan. Mereka adalah orang tua yang selalu membuat saya bersemangat dan bangun dari kemalasan untuk mengejar masa depan saya. Terimakasih karena telah menjadi orang tua yang sabar untuk membantu Vivin.

(11)

xi

yang sangat beruntung dalam hidup ini. Terimakasih selama ini selalu menjadi My Super Hero.

Terimakasih untuk teman sekaligus sahabat saya Fheni, yang selalu menyemangati dalam setiap proses perkuliahan yang saya jalani. Terimakasih karena sudah mendorong saya untuk tetap mengerjakan skripsi ini hingga selesai dan selalu menjadi tempat untuk berbagi baik senang maupun susah. I will miss all moment with u. Dan terimakasih pula kepada teman-teman terbaik yang saya

miliki Dian, Yuyun, Via, Okvi, Brigit, Manik, dan Jeanet yang selalu mendukung dan membantu saya selama ini.

Saya ucapkan terimakasih pula untuk seluruh teman-teman angkatan 2009 terutama anak kelas a dan teman-teman P2TKP yang selalu membantu saya. Saya juga mengucapkan termakasih atas bantuannya dalam pembuatan skripsi ini kepada Okvi, Manik, Jeanet, Novi, Dian, Erti, Yoga, Nawang, Pingkan, Osri, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Kepada Novi terimakasih karena merelakan laptopnya untuk saya gunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... viiii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

(13)

xiii

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 9

A. Prestasi Akademik ... 9

1. Definisi Prestasi Akademik ... 9

2. Pengukuran Prestasi Akademik ... 10

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 13

B. Motivasi ... 19

1. Definisi Motivasi ... 19

2. Motivasi dalam Perspektif Self Determination Theory (SDT) ... 20

3. Pengukuran ... 30

C. Dinamika antar Variabel ... 32

D. Kerangka Berpikir Penelitian ... 36

E. Hipotesis ... 37

BAB III ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Identifikasi Variabel ... 38

C. Definisi Operasional... 38

D. Subjek Penelitian ... 40

(14)

xiv

1. Kuesioner ... 42

2. Dokumentasi ... 47

F. Validitas dan Relibilitas Alat Ukur ... 47

1. Validitas Skala Motivasi ... 47

2. Seleksi Item Skala Motivasi ... 47

3. Reliabilitas Skala Motivasi ... 50

4. Metode Analisis Data ... 51

BAB IV ... 53

A. Pelaksanaan Penelitian ... 53

B. Deskripsi Subjek ... 55

C. Hasil Penelitian ... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Linearitas ... 59

3. Uji Hipotesis ... 62

D. Pembahasan ... 66

E. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(15)

xv LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. RUMUS IPK...12

2. KUALIFIKASI IPK ... 13

3. TABEL BLUE PRINT SKALA MOTIVASI ... 45

4. TABEL SPESIFIKASI SKALA MOTIVASI ... 46

5. TABEL BLUE PRINT SKALA MOTIVASI SELEKSI ITEM... ...49

6. TABEL RELIABILITAS SKALA MOTIVASI ... 50

7. TABEL INTEPRETASI r ... 51

8. TABEL DESKRIPSI JUMLAH SUBJEK... 56

9. TABEL DESKRIPSI ASAL SUBJEK...56

10. TABEL UJI NORMALITAS ...57

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1. NORMAL P-P PLOT DARI INTRINSIC MOTIVATION ...59 2. NORMAL P-P PLOT DARI IDENTIFIED REGULATION ...59 3. UJI LINEARITAS MOTIVASI DAN PRESTASI AKADEMIK ...60 4. UJI LINEARITAS MOTIVASI INTRINSIK DAN PRESTASI

AKADEMIK...60 5. UJI LINEARITAS EXTERNAL REGULATION DAN PRESTASI

AKADEMIK ...61 6. UJI LINEARITAS INTROJECTED REGULATION DAN PRESTASI

AKADEMIK ...61 7. UJI LINEARITAS IDENTIFIED REGULATION DAN PRESTASI

AKADEMIK ...61 8. UJI LINEARITAS INTEGRATED REGULATION DAN PRESTASI

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN 1 : BLUE PRINT SKALA MOTIVASI...75

2. LAMPIRAN 2 : SKALA UJI COBA ...82

3. LAMPIRAN 3 : RELIABILITAS SKALA ...93

4. LAMPIRAN 4 : SKALA PENELITIAN ...100

5. LAMPIRAN 5 : UJI ASUMSI ...109

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Prestasi pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah dan memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Pada bidang Matematika di tahun 1999 Indonesia hanya menempati peringkat 34 dari 38 negara, di tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara, sedangkan tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara yang mengikuti. Selain itu peringkat prestasi Indonesia di bidang Sains juga tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia berturut-turut hanya menempati peringkat 32, 37, dan peringkat 35 pada setiap periodenya (TIMSS:1999, 2003, 2007 dalam litbang, 2012). Rendahnya prestasi akademik di Indonesia juga terlihat pada kemampuan membaca anak usia sekolah. Pada tahun 2006 Indonesia hanya menempati peringkat 41 dari 45 negara (PIRlS dalam litbang, 2012). Skor rata-rata kemampuan membaca, matematika, dan sains di negara Indonesia berada pada posisi di bawah rata-rata internasional (PISA dalam litbang, 2012). Oleh sebab itu rendahnya prestasi akademik di Indonesia masih memerlukan perhatian khusus agar dapat terus ditingkatkan dan mampu bersaing dengan negara lain.

(19)

maupun dari luar. Beberapa faktor yang dapat menentukan prestasi belajar siswa diantaranya faktor fisiologis (Dalyono, 2010; Syah, 2003), faktor psikologis (Dalyono, 2010; Santrock, 2009; Slavin, 2009), faktor sosial (Weiner & Craighead, 2010), faktor lingkungan keluarga (McClelland, 1976; Wiwiek, 2007), faktor lingkungan sekolah (Juwarsih, 2007; Weiner & Craighead, 2010).

Beberapa studi memperlihatkan bahwa banyak murid yang memiliki dukungan otonom diri sendiri dalam bentuk motivasi, memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan yang tidak memiliki motivasi (Guay, Rattele & Chanal, 2008; Kristini & Mere, 2010). Hal ini dikarenakan mereka dapat belajar lebih baik, dan mereka lebih dipuaskan dengan pengalaman yang positif di sekolah. Vallerand dan Bissonnette (1992) menemukan bahwa banyak siswa yang drop out dari sekolahnya dan mengalami kegagalan disebabkan kurangnya motivasi dalam diri siswa sehingga mereka kurang mampu mengatasi kesulitan akademik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan motivasi juga memiliki peranan penting dalam proses pencapaian prestasi akademik.

(20)

Bahkan dalam studi yang dilakukan oleh Mc. Clelland menunjukkan kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar mencapai hingga 64% dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi (dalam Wahyudi, 2010).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia secara teoretik membagi motivasi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Fatchiah, 2008; Setiawan, 2010; Kristini & Mere, 2010; Wiwiek, 2007). Namun dalam proses pengukurannya penelitian-penelitian tersebut tidak membedakan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, melainkan mengukur keduanya sebagai satu variabel yang sama. Penelitian-penelitian tersebut banyak membahas mengenai bagaimana tinggi rendahnya seseorang termotivasi (kuantitas) dalam mempengaruhi hasil perilaku, tanpa melihat kualitas dari motivasi tersebut (Fatchiah, 2008; Setiawan, 2010; Kristini & Mere, 2010; Wiwiek, 2007).

Kualitas motivasi banyak dijabarkan dalam kerangka teoretik mengenai motivasi yang disebut Self Determination Theory (SDT) (Deci, Vallerand, Pelletier, & Ryan, 1991; Vansteekenkiste, Soenens, Sierens, Luyckx, & Lens, 2009). SDT membagi peran motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam memberikan kontribusi yang berbeda, juga menambahkan amotivasi dalam kerangka teoretiknya (Ryan & Deci, 2000a).

(21)

& Deci, 2000a). External regulation didefinisikan sebagai perilaku yang terbentuk karena adanya konsekuensi dari luar individu, baik dalam bentuk reward maupun punishment (Ryan & Deci, 2000a). Introjected regulation

merupakan bentuk perilaku yang dipengaruhi adanya perasaan yang menekan di dalam diri baik untuk menghindari perasaan negatif maupun untuk mendapatkan perasaan positif. Perilaku yang didasari oleh identified regulation terjadi karena adanya tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh individu tersebut. Sedangkan integrated regulation merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu uang sesuai dengan self concept yang dimiliki individu (Deci, & dkk, 1991).

SDT melihat motivasi sebagai bagian dalam proses pengaturan perilaku. Proses pengaturan perilaku yang berasal dari dalam diri disebut pilihan, sedangkan proses pengaturan perilaku yang terjadi karena adanya kontrol disebut kepatuhan. Seseorang yang memiliki self determinant / penentuan perilaku yang berasal dari dalam diri yang tinggi akan membuat seseorang menjadi lebih adaptif dibandingkan yang tidak (Liu, Wang, Tan, Koh, & Ee, 2009). Hal ini berbeda dengan kerangka teoretik motivasi yang selama ini digunakan, khususnya dalam penelitian di Indonesia. Motivasi hanya dimaknai sebagai pendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuannya (Deci, Vallerand, Pelletier, & Ryan, 1991).

(22)

dan amotivasi) dalam proses belajar, dan pencapaian prestasi akademik. Namun penelitian-penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda-beda.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pretasi belajar (Vallerand, Pelletier, Blais, Briere, Senecal, & Vallieres, 1992; Vallerand, Pelletier, Blais, Briere, Senecal, & Vallieres 1993; Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2011; Vansteenkiste, & dkk, 2009; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008). Namun, terdapat perbedaan kontribusi motivasi intrinsik terhadap prestasi akademik pada subjek yang tinggal di negara yang berbeda (Areepattamannil, Freeman & Klinger, 2010). Sedangkan penelitian lain menunjukkan hasil sebaliknya bahwa prestasi akademik tidak memiliki hubungan korelasi dengan motivasi intrinsik (Cookley, Bernard, Cunningham, & Motoike, 2001).

Beberapa penelitian lain mengenai motivasi ekstrinsik dan amotivasi menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik dan amotivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar (Vallerand & dkk, 1992; Vallerand & dkk, 1993), dan secara signifikan tidak dapat dijadikan prediktor prestasi akademik siswa (Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2010).

(23)

pengasuhan dan lingkungan sangat mempengaruhi munculnya peran motivasi dalam pencapaian prestasi akademik seseorang. Beberapa perbedaan tersebut memperlihatkan bahwa kontribusi motivasi dalam diri seseorang menjadi tidak jelas dan beragam.

Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya penelitian lain mengenai kaitan antara motivasi dan prestasi belajar di Indonesia. Penelitian ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara tiap jenis motivasi terhadap prestasi belajar di dalam budaya Indonesia berdasarkan kerangka kerja SDT. Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah ada hubungan motivasi intrinsik terhadap tingginya prestasi akademik. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat bagaimana hubungan motivasi ekstrinsik yaitu external regulation, introjected regulation, identified regulation dan integrated regulation dengan prestasi akademik pada tingkat mahasiswa yang dilihat berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

B. Rumusan Masalah

(24)

C. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan dari penelitian ini, ialah:

1. Mengetahui hubungan antara motivasi intrinsik terhadap prestasi akademik.

2. Mengetahui hubungan keempat tipe motivasi ekstrinsik yaitu external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation dengan prestasi akademik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kontribusi motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi pada prestasi akademik di Indonesia, untuk menguatkan temuan-temuan sebelumnya terkait perbedaan hasil antar budaya.

b. Hasil dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pengetahuan baru mengenai kontribusi motivasi terhadap prestasi akademik ditinjau dari proses penentuan perilakunya (SDT) yang ada di budaya Indonesia.

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukkan kepada pendidik dalam rangka meningkatkan prestasi pendidikan Indonesia dengan informasi mengenai pentingnya meningkatkan kualitas motivasi seseorang sehingga perilaku yang dihasilkan lebih efektif dalam pengoptimalkan proses pengajaran. Adanya hubungan antara tiap tipe motivasi SDT terhadap prestasi akademik, diharapkan dapat memberikan gagasan kepada orang tua maupun para pendidik untuk meningkatkan motivasi melalui tipe motivasi yang dapat memberikan hasil yang paling optimal.

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Akademik

1. Definisi Prestasi Akademik

Prestasi akademik atau prestasi belajar (Syah, 1997) merupakan salah satu bentuk hasil evaluasi dari proses pembelajaran yang sudah berlangsung (Suryabrata, 2004). Oleh sebab itu prestasi belajar sering kali dijadikan acuan dalam melihat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, yang ditunjukkan melalui tingkatan hasil yang diperoleh (Dagun, 1997). Tingkatan hasil kinerja tersebut dapat dijadikan landasan evaluasi dan perbandingan baik dengan diri sendiri maupun peserta didik lain dalam penentuan penguasaan hasil belajar melalui sistem norma tertentu (Syah, 1997). Hal ini didukung oleh Spence dan Helmreich yang menyatakan bahwa prestasi akademik merupakan perilaku seseorang yang berorientasi pada tugas berdasarkan kinerjanya, sehingga memungkinkan individu tersebut untuk dievaluasi dan dibandingkan baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dalam ranah pendidikan (dalam Weiner & Craighead, 2010).

(27)

biasanya dinyatakan dalam bentuk tingkatan hasil, berdasarkan evaluasi dan perbandingan kinerja baik dengan diri sendiri maupun orang lain.

2. Pengukuran Prestasi Akademik

Pencapaian prestasi akademik seseorang perlu di lihat baik oleh diri sendiri maupun orang lain untuk mengetahui keberhasilan proses belajar yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan prestasi akademik, dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai, kedudukan kemampuan seseorang dalam kelompoknya, mengetahui tingkat usaha yang telah dilakukan dan sebagainya (Syah, 1997).

Kunci pokok dalam melakukan pengukuran prestasi belajar adalah adanya garis-garis besar indikator atau petunjuk adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Terdapat dua pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi belajar yaitu pendekatan penilaian dengan acuan norma (Norm-Referenced Assessment) dan pendekatan penilaian dengan acuan kriteria (Criterion-Referenced Assessment) (Syah, 2003; Woolfolk, 1990). Dalam penilaian acuan norma,

(28)

yang dihasilkan seseorang dengan jawaban benar yang dihasilkan teman sekelompoknya. Sedangkan dalam pendekatan acuan kriteria prestasi belajar dilihat dengan cara membandingkan pencapaian keberhasilan seseorang atas berbagai ranah materi pembelajaran sesuai dengan tujuan ranah materi yang sebelumnya telah ditetapkan, sehingga nilai keberhasilan dilihat berdasarkan penguasan materi hingga batas yang sesuai dengan tujuan (Tardif dalam Syah, 2003; Woolfolk, 1990).

Prestasi akademik atau prestasi belajar dapat dilihat melalui ragam evaluasi di antaranya ialah pre-test dan post-test, evaluasi prasyarat, evaluasi sumatif, kuis, ujian akhir (Syah, 2003), karangan, maupun tugas sehingga menghasilkan nilai untuk melihat tingkat keberhasilannya (Ercikan dalam Weiner & Craighead, 2010; Azwar, 1987). Dalam hal ini pre-test dan post-test masuk dalam salah satu bentuk evaluasi proses

pembelajaran karena digunakan untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Begitu pula dengan evaluasi prasyarat, yang dilakukan untuk mengidentifikasi pengusaan siswa terhadap materi lama yang mendasarkan materi baru yang akan diberikan. (Syah, 1997). Beberapa hal di atas digunakan oleh para pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran, dan menghasilkan pencapaian prestasi belajar peserta didiknya.

(29)

kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pengungkapan pencapaian hasil belajar dapat dilihat menggunakan norma, baik berupa norma angka maupun norma yang menggunakan simbol huruf (A, B, C, D, dan E). Setiap norma yang digunanakan haruslah sejalan dengan aturan institusional kependidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (Syah, 2007).

Dalam ranah perguruan tinggi, evaluasi prestasi atau keberhasilan mahasiswa dalam proses belajar dilihat berdasarkan Indeks Prestasi (IP), baik Indeks Prestasi Semester (IPS) maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi (IP) dihitung berdasarkan jumlah hasil kali antara besar kredit (K) pada setiap mata kuliah yang telah diambil dan bobot nilai (N) yang diperoleh, kemudian dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan.

IP =

……….(1)

Keterangan: K = Kredit N = Nilai

IP = Indeks Prestasi

(30)

nilai pengusaan tertentu, sesuai dengan batas tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan. Hasil standar nilai IP dapat di kualifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.

Kualifikasi IPK (Universitas Sanata Dharma, 2009, halaman 18)

IPK Predikat

3.51 – 4.00 Dengan Pujian

2.76 - 3.50 Sangat Memuaskan

2.25 - 2.75 Memuaskan

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Pencapaian prestasi akademik atau prestasi belajar yang maksimal sangat diharapkan oleh peserta didik ataupun para pendidik (Wiwiek, 2007; Syah, 2003). Dengan demikian terdapat beberapa penelitian yang dilakukan demi mendapatkan pencapain prestasi belajar yang optimal bagi para peserta didik (Benware & Deci, 1984; Eppler & Harju, 1997; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008; Kertamuda, 2008; Silalahi, 2008; Setiawan, 2010, dll). Dalam mencapai prestasi belajar ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya:

a. Faktor Internal

(31)

Kesehatan fisik masuk dalam faktor internal yang berpengaruh pada proses pembelajaran dalam pencapaian prestasi akademik. Jika keadaan fisik seseorang terganggu seperti demam, sakit kepala, batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan konsentrasi dan gairah seseorang menjadi berkurang dalam proses belajar, sehingga mempengaruhi pencapaian prestasinya (Dalyono, 2010; Syah, 2003). Disamping itu kesehatan jiwa (rohani) yang kurang baik juga dapat mengganggu kualitas seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar (Dalyono, 2010). Salah satu contoh seseorang yang mengalami masalah atau mengalami gangguan pikiran dapat menjadi kurang bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang optimal akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar yang dihasilkan.

(32)

inteligensi seseorang, maka semakin besar pula kemampuan untuk mendapatkan keberhasilan dan peluang untuk mencapai kesuksesan (Syah, 2003). Maka, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi akan lebih mudah dalam menyerap proses pembelajaran yang dilakukan sehingga keberhasilan penguasaan pembelajaran akan semakin besar yang ditunjukkan melalui prestasi belajar yang memuaskan.

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati tersebut (Dalyono, 2010). Seseorang yang memiliki minat dalam belajar yang tinggi cenderung menghasilkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi (Santrock, 2009; Dalyono, 2010).

Bakat yang merupakan kemampuan potensial seseorang dalam mencapai keberhasilan (Chaplin & Reber dalam Syah, 2008) juga mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi seseorang. Bakat dan minat seseorang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar karena melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.

(33)

Seseorang yang memiliki motivasi dalam memahami lingkungannya akan dapat memproses informasi secara efisien (White dalam Santrock 2009). Oleh sebab itu motivasi berperan penting dalam menentukan seberapa banyak siswa mempelajari kegiatan atau menerima informasi yang diberikan untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan (Slavin, 2009).

Motivasi dapat terbentuk secara eksternal maupun internal (Santrock, 2009; Makmun, 2007; Ryan & Deci, 2000a). Siswa yang memiliki motivasi secara intrinsik meyakini bahwa mereka melakukan sesuatu atas pilihan dan keinginan sendiri, bukan karena keinginan untuk mendapatkan penghargaan eksternal (Santrock, 2009). Motivasi intrinsik biasanya berkorelasi positif dengan pencapaian prestasi belajar yang baik, sedangkan motivasi ekstrinsik memiliki korelasi negatif dengan pencapaian prestasi belajar seseorang (Santrock, 2009; Deci & dkk 1991; Ryan & Deci, 2000a).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mempengaruhi pencapaian prestasinya (Dalyono, 2010; Syah, 2003; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008).

(34)

2008). Hal ini dikarenakan orang tua berkontribusi langsung untuk memberikan kesempatan anak dalam mendapatkan pengetahuan melalui fasilitas yang diberikan sehingga anak mendapatkan kepuasan dalam belajar. Jika kesempatan yang diberikan kecil maka anak akan merasa kurang tertarik untuk mengejar prestasinya (McClelland, 1976). Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi status ekonomi keluarga, anak yang berada pada status ekonomi yang tercukupi akan mendapatkan fasilitas pembelajaran yang lebih memadahi dari pada yang tidak (Weiner & Craighead, 2010). Disamping itu orang tua juga berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi anak dalam berprestasi di sekolah (Wiwiek, 2007).

(35)

meningkatkan kepercayaan diri serta mempengaruhi motivasi seseorang (Ryan, Stiller, & Linch, 1994).

(36)

B. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Pada awalnya motivasi didefinisikan sebagai dasar penggerak seseorang dalam menentukan perilaku, ketekunan, semangat (Beck, 1978; Passer & Smith, 2007), serta perasaan dalam mencapai tujuan tertentu (Winkel, 1983). Disamping itu motivasi juga diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan munculnya tingkah laku kearah pencapaian tujuan (Morgan dalam Wahyudi, 2010; Sobur, 2003).

Beberapa definisi lama lebih menekankan pada dorongan, pencapaian tujuan, penguatan yang dilakukan, dan mengesampingkan mengapa orang tersebut dapat termotivasi untuk mendapatkan tujuan tertentu (Weiner, 1980; Wigfield dalam Weigner & Craighead, 2010). Ryan dan Deci (2000a) yang merupakan tokoh dikenal dalam SDT memberikan gagasan bahwa kita juga perlu melihat kebutuhan sebagai dasar seseorang dalam menginginkan atau memperoleh sesuatu. SDT melihat motivasi sebagai bentuk penentuan diri seseorang terlibat dengan kehendak seutuhnya dan didukung oleh kesadaran diri dalam memenuhi kebutuhan.

(37)

motivasi yang dimiliki seseorang (apakah motivasi tersebut lebih di kontrol atau bergerak secara otonom) dalam mengoptimalkan perilaku yang dihasilkan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan penggerak atau pendorong tingkah laku seseorang dalam bentuk penentuan diri terlibat seutuhnya untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan seseorang dengan mengoptimalkan perilaku yang dihasilkan.

2. Motivasi dalam Perspektif Self Determination Theory (SDT)

a. Definisi Motivasi menurut Self Determination Theory (SDT)

(38)

Kebutuhan berkompetensi dalam SDT dimaknai dengan cara seseorang memahami bagaimana mencapai suatu hasil dengan cara yang efektif dan melakukannya sesuai yang diperlukan (Deci & dkk, 1991). Salah satu contoh SDT memandang pencapaian prestasi sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan kompetensi dalam mendapatkan hasil yang memuaskan (Passer & Smith, 2007). Kebutuhan untuk kompetensi (competence) hampir serupa dengan kebutuhan untuk menguasai lingkungan (White dalam Schunk, Pintrinch & Meece, 2008), dan hampir sama pula dengan kebutuhan untuk menguasai atau memahami yang diasumsikan dalam teori atribusi (Weiner dalam Schunk, Pintrinch & Meece, 2008), yaitu individu membutuhkan penguasaan dalam melakukan aktivitas, tugas, berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

Otonomi (Autonomy) dimaknai sebagai keinginan untuk bebas dan mengatur diri sendiri serta kebutuhan untuk merasakan memegang kendali dalam interaksi dan perilakunya (Schunk, Pintrinch, dan Meece, 2008; Deci & dkk, 1991). Dalam hal ini otonomi dapat terlihat, melalui individu yang memutuskan pilihannya sendiri untuk melakukan sesuatu baik karena kesenangannya ataupun karena pengaruh dari luar.

(39)

(Deci & dkk 1991; Schunk, Pintrinch, dan Meece, 2008). Sebagai contoh individu yang menjalin relasi dengan orang lain, baik teman, keluarga, ataupun pasangan.

SDT melihat motivasi berdasarkan penentuan dari diri (self-determined) ataupun penentuan karena adanya kontrol dari luar.

Apabila perilaku tersebut ditentukan dari dalam diri, perilaku tersebut dianggap sebagai pilihan individu, tetapi jika perilaku tersebut di kontrol dari luar, maka perilaku tersebut dianggap sebagai bentuk kepatuhan. Hal inilah yang akan mempengaruhi kualitas motivasi seseorang (Deci & dkk, 1991; Ryan & Deci, 2000a). Seseorang dapat dikatakan memiliki kualitas motivasi yang baik apabila orang tersebut memiliki penentuan diri yang tinggi dan kontrol yang rendah (highself-determined dan low control). Sedangkan yang dimaksud kualitas motivasi yang buruk yaitu motivasi yang lebih banyak ditentukan oleh faktor luar dari pada penentuan diri sendiri (low self-determined dan high control) (Ryan&Deci, 2000a).

Murid yang memiliki tingkat penentuan diri (self determined) yang tinggi akan lebih adaptif dan mendapatkan

(40)

motivasi yang baik (highself-determined dan low control) cenderung memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang tidak (Vansteenkiste & dkk, 2009).

Jadi dalam hal ini SDT menekan bahwa kualitas motivasi yang baik yaitu memiliki pengaturan diri yang tinggi dan kontrol dari luar yang rendah dapat memberikan hasil perilaku yang lebih baik. Sedangkan seseorang yang memiliki kontrol dari luar yang tinggi dan memiliki pengaturan diri yang rendah dapat memberikan hasil perilaku yang kurang optimal.

b. Tipe-tipe Motivasi dalam Kerangka SDT

SDT membedakan tipe motivasi berdasarkan perbedaan alasan atau tujuan seseorang melakukan perilaku tertentu, mengapa perilaku tersebut terjadi: apakah karena adanya kontrol atau didasarkan oleh penentuan dirinya sendiri (Ryan & Deci, 2000a). SDT juga memberikan tambahan penting dalam melihat perilaku tidak hanya perilaku yang dimotivasi namun juga perilaku yang tidak dimotivasi (amotivasi). Hal inilah yang mendasari SDT membagi motivasi menjadi tiga yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi.

(41)

yang dimotivasi secara intrinsik. Motivasi intrinsik merupakan bagian dari self-determinant yang didorong dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan kepuasan diri daripada mendapatkan konsekuensi yang akan diterima (Deci & dkk, 1991; Ryan & Deci, 2000a). Jadi, motivasi intrinsik merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu karena adanya kesenangan atau ketertarikan dalam melakukannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam diri.

Seseorang yang melakukan sesuatu bukan karena tertarik, tetapi karena adanya akibat yang akan diterima atau karena adanya kontrol dari luar merupakan perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik (Deci & dkk, 1991; Ryan & Deci, 2000a; Vallerand & Bissonnette,1992). Dalam motivasi ekstrinsik perilaku diasumsikan tidak memiliki unsur self determinant karena perilaku tersebut dikendalikan dari luar dan bukan oleh diri sendiri. Namun bukan berarti perilaku yang dimotivasi secara ekstrinsik sama sekali tidak memiliki unsur self determinant, melainkan memiliki variasi self determinant yang berbeda (Righy, Deci, Patrick, &Ryan, 1992).

(42)

pengaturan internal, dan ketika proses tersebut berfungsi secara optimal pengaturan tersebut akan masuk menjadi bagian dalam diri seseorang (Deci & Ryan dalam Deci, Eghrari, Patrick, & Leone, 1994). Variasi inilah yang membagi motivasi ekstrinsik menjadi empat tipe pengaturan berdasarkan tingkat efektifitas proses internalisasi yang terjadi yaitu external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation (Deci & dkk 1991).

(43)
(44)

tersebut sangat penting dan bermanfaat di kemudian hari. Dalam hal ini mahasiswa tersebut termotivasi secara ekstrinsik untuk mendapatkan manfaat di kemudian hari dan bukan karena keterarikan atau untuk kepuasan diri. Meskipun demikian perilaku tersebut relatif ditentukan oleh diri sendiri, karena mahasiswa tersebut belajar dan melakukannya secara rela dari dalam diri sendiri untuk alasan kepentingan pribadi yang telah ditetapkan, dan bukan karena adanya tekanan dari luar (Righy & dkk, 1992; Deci & dkk 1991). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa identified regulation merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu karena perilaku tersebut dianggap penting dalam mencapai tujuannya.

(45)

paling otonom dan mendekati pengaturan diri, sehingga hampir menyerupai motivasi intrinsik.

Perbedaan antara motivasi intrinsik dan integrated regulation, terletak pada seseorang yang dimotivasi secara intrinsik melakukan sesuatu untuk kesenangan dan kepuasannya, sedangkan integrated regulation melakukan sesuatu karena perilaku tersebut

sesuai dengan self concept yang dimiliki (Deci&dkk, 1991) dan bertujuan untuk mendapatkan hasil tertentu. Jadi, integrated regulation didefinisikan sebagai dorongan seseorang dalam

melakukan sesuatu yang sesuai dengan self concept yang dimiliki dan mendapatkan hasil tertentu, sehingga perilaku tersebut dianggap penting dan dihayati seutuhnya didalam diri.

(46)

Bagan 1: Sistem dari Motivasi Manusia (Ryan & Deci, 2000a, halaman 61)

(47)

3. Pengukuran

Terdapat beberapa alat ukur yang telah dibuat dalam kerangka kerja SDT diantaranya The General Causality Orientation Scale (Deci&Ryan, 1985a), Perceived Autonomy Support: The Climate Questionnaires, The Self Regulation Questionnairs (Ryan & Connell, 1989), Self Determination Scale

(Sheldon, Ryan & Reis, 1996), Academic Motivation Scale (Vallerand & dkk, 1992), dsb. Dari beberapa skala diatas yang menggunakan kerangka berpikir SDT, skala yang banyak digunakan dalam ranah pendidikan ialah Academic Motivation Scale (Vallerand, Pelletier, Brière, Senècal,& Vallières, 1992).

Academic Motivaton Scale (AMS) berasal dari adaptasi I’èchelle de motivation en èducation (EME) kedalam bahasa Inggris. (Vallerand & dkk,

1992). EME adalah salah satu alat ukur pertama yang berasal dari Canada untuk melihat motivasi di bidang akademik yang menggunakan kerangka kerja SDT yang ditujukan untuk para pelajar di perguruan tinggi atau mahasiswa (Vallerand, Blais, Brière, & Pelletier, 1989). Dengan menggunakan kerangka berpikir SDT, AMS membagi tiga tipe besar motivasi yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi.

(48)

stimulasi pengalaman (intrinsic motivation to experience stimulation/ IM-to experience stimulation).

IM-to Know diartikan sebagai motivasi dari dalam diri individu yaitu

seseorang melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengalaman belajar yang memuaskan dan menyenangkan. Sedangkan IM-to accomplish things merupakan motivasi yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengalaman yang memuaskan ketika orang tersebut dapat menyelesaikan atau menghasilkan sesuatu. IM-to experience stimulation ialah seseorang melakukan sesuatu karena adanya keinginan untuk mendapatkan sensasi stimulus tertentu (Vallerand & dkk 1992).

Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam AMS menggunakan tiga tipe yang ada yaitu external regulation, introjected regulation, dan identified regulation. Amotivasi juga di masukkan kedalam AMS yang diartikan

sebagai individu tidak termotivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, dan hanya mengikuti kegiatan yang ada tanpa alasan tertentu (Vallerand & dkk 1992).

(49)

C. Dinamika antar Variabel

Salah satu faktor dari dalam individu yang berperan dalam pencapaian prestasi yang optimal ialah motivasi (Guay, Rattelen & Chanal, 2008; Kristini & Mere, 1991; Setiawan, 2010; Vallerand & dkk, 1992; Deci & dkk, 1991). Motivasi belajar dapat mendorong siswa dalam mempelajari sesuatu dan menangkap informasi yang diberikan, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan pencapaian prestasi yang optimal (Slavin, 2009). Disamping itu pada dasarnya faktor-faktor dari luar individu, tidak hanya berperan dalam memfasilitasi proses belajar namun juga meningkatkan motivasi seseorang dalam belajar agar mendapatkan pencapaian prestasi yang optimal (McClelland, 1976; Wiwiek, 2007; Ryan, Stiller, & Linch, 1994; Weiner & Craighead, 2010; Silalahi, 2008; Setiawan, 2010).

Dalam mendapatkan hasil yang optimal, motivasi dalam prespektif SDT memfokuskan pada kualitas motivasi yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang memiliki kualitas motivasi yang baik ditandai dengan adanya penentuan diri yang tinggi (high self-determined) dan memiliki kontrol pengaruh dari luar yang rendah (low control) (Deci & 1991; Ryan & Deci, 2000a; Vanstennkiste & dkk, 2009).

(50)

tanpa adanya kecemasan ataupun paksaan dari luar. Motivasi intrinsik cenderung memberikan hasil yang optimal seperti prestasi akademik (Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2011), konsentrasi di kelas, kepuasan akademik, rasa positif (Vallerand & dkk, 1993; Guay, Rettelle & Chanal, 2008), kebahagiaan (Kasser & Ryan, 1996), dll.

Motivasi ekstrinsik (external regulation introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation) lebih didasari dengan kontrol walaupun

memiliki variasi self-determinant tertentu. Oleh sebab itu seseorang yang memiliki motivasi ekstrinsik kemungkinan menimbulkan kecemasan sehingga memberikan hasil yang kurang optimal. Namun motivasi ekstrinsik memiliki variasi proses internalisasi yang berbeda-beda sehingga memungkinkan keempat tipe motivasi ekstrinsik memberikan hasil yang berbeda pula. Disamping itu Areepaattammannil, Freeman, & Klinger (2011) menenukan bahwa motivasi ekstrinsik tidak dapat dijadikan prediktor pada prestasi belajar seseorang.

Perilaku yang didasari oleh external regulation dan introjected regulation memiliki proses internalisasi yang lemah, sehingga keduanya lebih didominasi oleh adanya kontrol dari luar. Dalam beberapa penelitian menunujukkan bahwa external regulation dan introjected regulation memiliki korelasi negatif terhadap

(51)

memilikinya akan cenderung lebih memiliki prokastinasi. Munculnya prokastinasi dan tekanan untuk melakukan ujian dengan baik, akan membuat mereka lebih mungkin untuk mencontek dan dapat mendapatkan nilai yang lebih rendah (Deci & dkk, 1991), sehingga hasil proses pembelajaran akan menjadi kurang optimal. Selain itu external regulation dan introjected regulation tidak memiliki hubungan terhadap menetapnya perilaku dalam diri induvidu tersebut, sehingga perilaku yang dimunculkan tidak akan bertahan lama dan berpengaruh terhadap hasil perilaku yang kurang optimal (Vallerand & Bissonnette, 1992). Perilaku yang dimunculkan hanya untuk mendapatkan konsekuensi dari luar, sehingga dalam proses pembelajaran individu tidak sungguh-sungguh melakukan dengan baik dan akan hilang jika konsekuensi sudah didapatkan. Hal ini juga dapat menjadikan individu memiliki kesulitan untuk beradaptasi secara adaptif saat menghadapi kegagalan (Ryan & Connel dalam Vansteenkiste, 2009).

(52)

Sedangkan identified regulation dan integrated regulation memiliki kemungkinan berkorelasi positif terhadap prestasi belajar, karena individu tersebut memiliki penentuan diri (self determinant) dalam berperilaku untuk mencapai tujuannya, sehingga perilaku tersebut dilakukan berdasarkan kesadaran diri, dan kehendak diri mengenai apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan dari luar diri (Vallerand & Bissonnette, 1992). Hal ini dikarenakan individu akan melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan ataupun self concept yang dimiliki, sehingga memungkinkan individu tersebut menjadi optimal dalam proses pembelajaran seperti banyak membaca, meningkatkan pengetehuan tanpa disuruh, ataupun menambah porsi pembelajarannya. Perilaku yang didasari oleh kesadaran diri individu tersebutlah yang membuat proses perilaku yang dihasilkan menjadi optimal, seperti meningkatkan prestasi belajar seseorang.

(53)

D. Kerangka Berpikir Penelitian

Bagan 2.

Kerangka berpikir penelitian

Motivasi SDT Prestasi Akademik

(54)

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritik diatas hipotesis yang dapat ditarik ialah :

1. Hubungan yang positif antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik mahasiswa.

2. Hubungan yang negatif antara external regulation dan prestasi akademik mahasiswa.

3. Hubungan yang negatif antara intojected regulation dan prestasi akademik mahasiswa.

4. Hubungan yang positif antara indentified regulation dan prestasi akademik mahasiswa.

(55)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara setiap tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik, external regulation, introjected regulation, identified regulation, serta integreated regulation dengan pencapaian prestasi belajar mahasiswa.

B. Identifikasi Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini ialah kelima tipe motivasi diantaranya: motivasi intrinsik, external regulation, introjected regulation, indentified regulation, serta integreated regulation. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini ialah prestasi belajar.

C. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar

(56)

berdasarkan evaluasi dan perbandingan kinerja baik dengan diri sendiri maupun orang lain.

Prestasi belajar pada mahasiswa dapat dilihat berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang telah dicapai. Pengukuran dilakukan melalui angket yang terdapat pertanyaan mengenai IPK yang telah dicapai subjek semasa kuliahnya.

2. Motivasi

Peneliti menggunakan kelima jenis motivasi pada motivasi SDT yaitu tipe motivasi intrinsik, external regulation,introjected regulation,identified regulation, integrated regulation.

Motivasi intrinsik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu karena adanya kesenangan atau ketertarikan dalam melakukannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam diri.

Dalam penelitian ini external regulation, merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu karena adanya faktor dari luar individu baik berupa reward atau punishment.

(57)

Identified regulation merupakan dorongan seseorang dalam

melakukan sesuatu karena perilaku tersebut dianggap penting dalam mencapai tujuannya.

Sedangkan integrated regulation didefinisikan sebagai dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan self concept yang dimiliki dan mendapatkan hasil tertentu, sehingga perilaku tersebut dianggap penting dan dihayati seutuhnya di dalam diri.

Amotivasi dalam penelitian ini dimaknai sebagai perilaku yang tidak disertai dorongan apapun sehingga perilaku tersebut tidak mempertimbangkan hasil yang diperoleh. Amotivasi merupakan keadaan seseorang tidak termotivasi, sehingga apabila seseorang memiliki motivasi yang tinggi maka dapat dikatakan amotivasi yang dimiliki oleh orang tersebut rendah, demikian sebaliknya.

Dalam penelitian ini kelima tipe motivasi SDT akan diukur menggunakan skala ukur motivasi SDT yang akan dibuat oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala Likert. Sedangkan amotivasi tidak dimaksukan kedalam skala tersebut.

D. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini ialah mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal.

(58)

mencapai prestasi, yaitu menggunakan pengetahuannya sebagai bekal dalam mencapai tujuan yang akan datang (Schaie dalam Santrock, 1995; Papalia, 2008). Mahasiswa yang berada pada tahap ini sudah memiliki kematangan diri, dan dianggap mampu dalam menentukan tindakannya atau perilakunya (Jahja, 2011). Dengan demikian peneliti dapat mengukur sejauh mana subjek dapat mencapai prestasi, khususnya dilihat dalam pencapaian prestasi akademik.

Mahasiswa yang berada pada tahap ini ialah mahasiswa yang berada pada tingkatan semester akhir dan masih aktif dalam perkuliahan yaitu mahasiswa semester 8. Di samping itu mahasiswa semester akhir sudah memiliki gambaran keseluruhan mengenai rangkaian keberhasilan proses pembelajaran melalui hasil IPK yang diperoleh. Hal tersebut dapat mewakili bahwa nilai IPK yang diperoleh merupakan gambaran keseluruhan pencapaian prestasi akademik.

Cara pengambilan sampel mahasiswa semester 8 pada penelitian ini ialah dengan menggunakan teknik kombinasi yaitu teknik sampling insidental dan teknik convenience sampling. Pada teknik sampling insidental peneliti menentukan sampel bersadasarkan kebetulan, sehingga sampel yang dipilih secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti, dan dipandang sesuai sebagai sumber data (Sugiyono, 2008). Sedangkan teknik convenience sampling dilakukan dengan cara memilih sampel yang tersedia dan dapat

(59)

E. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan teknik kuesioner berupa skala, untuk mengukur tipe motivasi yang ada yaitu motivasi intrinsik, external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation. Sedangkan amotivasi tidak masuk dalam skala pengukuran ini.

Peneliti memilih menggunakan skala karena dengan skala peneliti dapat memperoleh data lebih banyak, dan pemberian jawaban pada pernyataan yang ada sesuai dengan kondisi diri sehingga mengurangi adanya faking. Skala ini dibuat sendiri oleh peneliti, karena peneliti melihat skala

pengukuran yang telah ada sebelumnya seperti AMS, tidak mengukur kelima motivasi secara menyeluruh. Hal ini ditunjukkan melalui integrated regulation yang di masukkan dalam skala pengukuran. Dengan demikian

peneliti membuat skala baru, yang dapat mengukur integrated regulation didalamnya.

(60)

sesungguhnya (Friedenberg,1995). Subjek diminta untuk memilih salah satu kemungkinan jawaban yang menggambarkan keadaan diri subjek berdasarkan pernyataan yang telah disediakan. Penilaian pada jawaban “Sangat Sesuai”

diberikan nilai 4, “Sesuai” adalah 3, “Tidak Sesuai” adalah 2, “Sangat Tidak

Sesuai” adalah 1.

Skala ini menggambarkan lima tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik meliputi external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation. Indikator pada motivasi

intrinsik ialah melakukan sesuatu untuk kepuasan dan kesenangan diri, dan tidak mempedulikan konsekuensi yang didapatkan. Indikator external regulation ialah melakukan sesuatu untuk menghindari punishment, dan

melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah. Indikator pada introjected regulation ialah keharusan melakukan sesuatu untuk mendapatkan perasaan

positif pada diri dan keharusan melakukan sesuatu untuk menghindari perasaan negatif pada diri. Indikator pada identified regulation ialah melakukan sesuatu yang dianggap penting mencapai tujuan. Sedangkan indikator pada integrated regulation yaitu melakukan sesuatu sesuai dengan konsep dirinya dan perilaku yang dilakukan dianggap penting untuk mencapai tujuan dan dihayati seutuhnya.

(61)

rendahnya motivasi yang dimiliki. Apabila seseorang memiliki motivasi yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa amotivasi yang dimilikinya rendah, begitupula sebaliknya.

(62)

Tabel 3.

Tabel Blue Print Skala Motivasi

Tipe

Motivasi Indikator Jumlah Total

Persen (%)

Motivasi Intrinsik

Melakukan sesuatu untuk kepuasan dan kesenangan diri

Melakukan sesuatu untuk menghindari punishment/ hukuman

7

14 20% Melakukan sesuatu untuk

mendapatkan reward/ hadiah

7

Introjected Regulation

Keharusan melakukan sesuatu untuk mendapatkan perasaan positif pada diri

7

14 20% Keharusan melakukan sesuatu

untuk menghindari perasaan negatif

7

Identified Regulation

Melakukan sesuatu yang dianggap penting untuk mencapai tujuan

(63)

Tabel 4.

Tabel Spesifikasi Skala Motivasi

Tipe Motivasi Indikator Nomor Item

Motivasi Intrinsik

Melakukan sesuatu untuk kepuasan dan kesenangan diri

Melakukan sesuatu untuk menghindari punishment/ hukuman

31, 5, 24, 54, 65, 37, 14

Melakukan sesuatu untuk mendapatkan reward/ hadiah

29, 39, 48, 62, 45, 19, 12

Introjected Regulation

Keharusan melakukan sesuatu untuk mendapatkan perasaan positif pada diri

32, 6, 43, 28, 15 57, 3

Keharusan melakukan sesuatu untuk menghindari perasaan negative

22, 53, 49, 36, 18, 11, 40

Identified Regulation

Melakukan sesuatu yang dianggap penting untuk mencapai tujuan

Melakukan sesuatu sesuai dengan konsep dirinya

34, 51, 59, 8, 23, 27, 17, 7

Perilaku yang dilakukan dianggap penting dan dihayati seutuhnya

(64)

2. Dokumentasi

Data dokumentasi dalam penelitian ini berupa pertanyaan mengenai pencapaian prestasi akademik melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Data mengenai IPK yang diperoleh nantinya akan diolah dengan skala motivasi yang ada. Terdapat beberapa pertanyaan pendukung yang dapat digunakan sebagai data pelengkap ataupun data penelitian selanjutnya yaitu pertanyaan mengenai tingkat pendidikan, jurusan, tempat tinggal, kesesuaian jurusan, dan keaktifan dalam mengikuti penelitian sesuai dengan jurusan yang dipilih.

F. Validitas dan Relibilitas Alat Ukur

1. Validitas Skala Motivasi

Sebuah skala haruslah memiliki item yang benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini validitas yang digunakan ialah validitas isi untuk melihat apakah item yang ada sesuai dengan ranah dan batasan tujuan pengukuran (Murphy & Davidshofer, 2005). Penilaian akan kesesuaian item terhadap tujuan pengukuran dilakukan oleh expert judgment yaitu melalui penilaian dosen pembimbing (Gregory, 2000).

2. Seleksi Item Skala Motivasi

(65)

dilihat berdasarkan konsistensi antara fungsi item dengan fungsi skala atau dikenal dengan konsistensi item total. Dalam hal ini konsistensi item total bertujuan untuk memilih item yang hasil ukurnya sesuai dengan hasil ukur skala secara keseluruhan. Konsistensi ini dilihat berdasarkan koefisien korelasi item total yaitu bila koefisien korelasinya rendah atau mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa item tersebut berkualitas buruk. Begitu pula dengan hasil koefisien korelasi yang negatif, maka dapat dipastikan bahwa item tersebut terdapat cacat serius (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini perhitungan koefisien korelasi item total dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

(66)

Tabel 5.

Tabel Blue Print Skala Motivasi Seleksi Item

Tipe Motivasi Indikator Nomor

Item Baik

Nomor Item Buruk

Motivasi Intrinsik

Melakukan sesuatu untuk kepuasan dan kesenangan diri

Melakukan sesuatu untuk menghindari punishment/ hukuman

31, 5, 24, 54, 65, 37

14

Melakukan sesuatu untuk mendapatkan reward/ hadiah

Keharusan melakukan sesuatu untuk mendapatkan perasaan positif pada diri

32, 6, 43, 28, 15

57, 3

Keharusan melakukan sesuatu untuk menghindari perasaan negatif

Melakukan sesuatu yang dianggap penting untuk mencapai tujuan

Melakukan sesuatu sesuai dengan konsep dirinya

34, 51, 59, 8, 23, 27, 17 Perilaku yang dilakukan dianggap penting dan dihayati seutuhnya

(67)

3. Reliabilitas Skala Motivasi

Kepercayaan atau konsistensi hasil ukur dapat dilihat berdasarkan reliabilitas dari alat ukur itu sendiri. Koefisiensi reliabilitas yang baik berada pada rentang angka 0 sampai dengan 1. Namun semakin semakin tinggi nilai reliabilitas suatu skala yaitu mendekati satu maka dapat dikatakan skala tersebut memiliki koefisiensi yang baik (Azwar, 2012; Gregory, 2000).

Data yang telah diperoleh di masukkan kedalam SPSS 16.0 for windows untuk dihitung reliabilitasnya yang ditunjukkan melalui alpha cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan besar alpha

cronbach sebelum dilakukan seleksi item dan sesuadah dilakukan seleksi

item, hasil tersebut sebagai berikut:

Tabel 6.

Tabel Reliabilitas Skala Motivasi

Tipe Motivasi

Alpha Cronbach

Sebelum Seleksi Item

Alpha Cronbach

Setelah Seleksi Item

Motivasi Intrinsik 0,787 0,800

External Regulation 0,768 0,787

Introjected Regulation 0,813 0,827

Identified Regulation 0,848 0,856

(68)

Berdasarkan hasil diatas, maka kelima tipe motivasi yang ada pada skala motivasi yang telah dibuat dapat dikatakan reliabel.

4. Metode Analisis Data

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode korelasi product moment. Melalui metode ini peneliti dapat menemukan hubungan antara dua variabel sehingga peneliti dapat melihat bagaimana hubungan motivasi terhadap prestasi belajar yang dilihat berdasarkan koefisien korelasinya (Reksoatmodjo, 2009). Koefisien korelasi berkisar antara -1.0 sampai dengan +1.0 yang menunjukkan hubungan negatif maupun hubungan positif. Sedangkan taraf signifikansi yang digunakan ialah p<0.05. Dalam hal ini penggolongan interpretasi terhadap koefisien korelasi,

sebagai berikut: Tabel 7.

Tabel Intepretasi Nilai r (Usman & Akbar, 2006)

R Intepretasi

0 Tidak berkorelasi

0.01 – 0.020 Sangat rendah 0.21 – 0.40 Rendah 0.41 – 0.60 Agak rendah 0.61 – 0.80 Cukup 0.81 – 0.99 Tinggi

(69)
(70)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, peneliti melakukan uji coba skala terlebih dahulu. Skala yang akan di uji cobakan di awali dengan pembuatan blue print agar mempermudah peneliti dalam pembuatan skala, sehingga skala yang dibuat benar-benar sesuai dengan tujuan pengukuran. Setelah blue print tersedia, barulah peneliti memulai pembuatan item sesuai dengan bobot yang telah dibuat. Pembuatan item dilakukan secara cermat, agar item yang dibuat sesuai dengan indikator yang ada. Setiap indikator pada setiap tipe motivasi terdiri dari 7 item, sehingga jumlah seluruh item yang dibuat ialah 70 item. Setelah itu peneliti mengkonsultasikan item yang dibuat kepada dosen pembimbing, untuk mendapatkan penilaian kesesuaian item dengan indikator pengukuran yang telah dibuat. Dan kemudian dilakukan uji coba skala pada 125 subjek untuk melihat reliabilitas dan melakukan seleksi item. Berdasarkan hasil seleksi item diketahui 9 dari 70 item dinyatakan gugur, sehingga jumlah item dalam skala menjadi 61 item.

(71)

pengambilan data baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pengambilan data secara langsung dilakukan di beberapa universitas di Yogyakarta. Peneliti mendatangi universitas yang dituju dan melakukan pengambilan data dengan cara menanyakan pada mahasiswa-mahasiswa yang ditemui untuk melihat kesesuaian karakteristik yang telah ditentukan peneliti sebelumnya untuk dijadikan subjek. Apabila mahasiswa tersebut sesuai dengan karakteristik subjek yang dibutuhkan, peneliti memberikan skala yang telah diuji cobakan untuk diisi ditempat. Dari 110 skala yang dibagikan hanya 103 skala yang yang memiliki kelengkapan data dan dapat digunakan.

(72)

pengisian skala. Peneliti menyebar 60 skala, namun 5 skala tidak kembali dan 2 skala gugur karena kurangnya kelengkapan data yang diperoleh.

Selain itu peneliti juga melakukan pengambilan data secara online. Penyebaran skala melalui online dimulai pada tanggal 18 Mei 2013 hingga 20 Mei 2013. Penyebaran secara online dilakukan dengan menggunakan aplikasi google.docs, yang memudahkan subjek menjawab skala yang ada. Walaupun

penyebaran dilakukan secara online namun proses pengadministrasiannya diberikan perlangkah, agar responden benar-benar membaca intruksi yang dilakukan secara cermat. Melalui proses penyebaran secara online peneliti hanya mengambil data dari subjek yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan tingkatan pendidikan di perkuliahan dan tanggal lahir, yaitu sebanyak 62 subjek.

Dari beberapa cara pengambilan data yang dilakukan jumlah subjek yang memenuhi karakteristik penelitian dan dapat digunakan sebanyak 222 subjek. Data tersebut selanjutnya di input dan dilakukan analisis data.

B. Deskripsi Subjek

(73)
(74)

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Sebelum melakukan uji hipotesis, penelitian harus mendasarkan pada salah satu asumsi bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran secara normal, melalui uji normalitas (Nurgiyantoro,dkk, 2009). Uji normalitas dapat memberikan informasi mengenai data yang diperoleh melalui sampel dari populasi memiliki distribusi data yang normal atau tidak (Reksoatmodjo, 2009). Dalam hal ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows.

Tabel 10.

Tabel Uji Normalitas

Variabel Kolmogorov-Smirnov Z

Signifikansi Keterangan

Prestasi Belajar 1.129 .156 Normal

Motivasi 1.036 .233 Normal

Intrinsic Motivation 1.620 .011 Tidak Normal External Regulation 1.342 .054 Normal Introjected

Regulation

1.313 .064 Normal

Identified Regulation 1.413 .037 Tidak Normal Integrated Regulation 1.342 .054 Normal

(75)

memiliki nilai signifikansi kurang dari 5% atau kurang dari 0.05 dinyatakan tidak memiliki distribusi data yang normal(Santoso, 2010).

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa motivasi dan prestasi belajar memiliki data distribusi normal. Sedangkan dari kelima tipe motivasi, tidak semua tipe memiliki distribusi data yang normal. Dalam hal ini external regulation, introjected regulation, dan integrated regulation memiliki distribusi data yang normal (p>0.05).

(76)

dikarenakan lingkaran kecil-kecil yang menunjukkan sebaran data, berada mendekati garis melintang, sehingga dapat dikatakan data memiliki distribusi yang normal (Santoso, 2010). (Gambar 3 dan 4) Gambar 1.

(Normal P-P Plot dari intrinsic motivation)

Gambar 2.

(Normal P-P Plot dari indentified regulation)

2. Uji Linearitas

(77)

memiliki hubungan yang tegak lurus (Hadi, 2004). Hubungan yang linear pada suatu data dapat dilihat melalui grafik seperti scater plot. Apabila grafik data menunjukkan bahwa sebaran data yang ditandai dengan titik-titik kecil tidak memiliki pola U atau S, maka data tersebut dapat dikatakan memiliki hubungan linear (Santoso, 2010).

Gambar 3.

Uji linearitas motivasi dan prestasi akademik

Gambar 4.

(78)

Gambar 5.

Uji linearitas external regulation dan prestasi akademik

Gambar 6.

Uji linearitas introjected regulation dan prestasi akademik

Gambar 7.

(79)

Gambar 8.

Uji linearitas integrated regulation dan prestasi akademik

Berdasarkan scater plot yang ditunjukkan, memperlihatkan bahwa motivasi, intrinsic motivation, external regulation, introjected regulation, integreated regulation,integrated regulation dan prestasi akademik tidak memiliki pola nonlinear, karena tidak terdapat pola U atau S.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi product moment. Koefisien korelasi berkisar antara -1.0 sampai dengan

Gambar

Tabel 2.
Tabel 3. Tabel Blue Print Skala Motivasi
Tabel Spesifikasi Skala Motivasi
Tabel 5. Tabel Blue Print Skala Motivasi Seleksi Item
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kebugaran Jasmani Terhadap Proses Pembelajaran Dan Dampaknya Kepada Prestasi Akademik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Prestasi belajar siswa dalam kegiatan akademik merupakan hal yang sangat penting karena prestasi belajar merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam proses belajar ditandai

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa self efficacy yang lebih memiliki hubungan dengan prestasi akademik dibandingkan dengan self regulated learning. Self

Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik mahasiswa, tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah.. Semakin

Pratama (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Algoritma Apriori Dalam Menemukan Hubungan Data Awal Masuk Mahasiswa Dengan Prestasi Akademik, dalam

Hasil: Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dengan konsentrasi belajar dan prestasi akademik pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah

Berdasarkan hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan yang negatif dan signifikan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik siswa, untuk meningkatkan

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis pengaruh pola asuh belajar, lingkungan pembelajaran, motivasi belajar, dan potensi akademik terhadap prestasi akademik siswa