• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel Pola Asuh Orang tua dengan Penghayatan Iman Anak adalah 0.863 menunjukkan bahwa ada hubungan dengan arah positif antara pola asuh dan penghayatan iman anak. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi korelasi sebesar 0.000 pada taraf signifikan 0,05. Arah korelasi yang positif dan signifikan ini menunjukan bahwa semakin baik pola asuh yang diterapkan maka semakin tinggi penghayatan iman anak. Sebaliknya, semakin buruk atau kurang baiknya pola asuh yang diterapkan orang tua, maka semakin rendah pula penghayatan iman anak kehidupan sehari – hari.

Dengan hasil penemuan ini sejalan dengan hipotesis yang dilontarkan pada awal dilaksanakannya penelitian ini. Dari hasil yang telah diketemukan bahwa pola asuh orang tua menyumbang atau memiliki kontribusi untuk iman anak sebesar 74.5 %.

Berikut ini adalah pembahasan pada setiap sub variabel pemahaman dan penghayatan iman anak dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua:

1. Pemahaman Iman Anak

Hasil penelitian terhadap variabel pemahaman iman anak dengan indikator, ekaristi, sepuluh perintah Allah, doa – doa, Yesus dan syahadat menunjukkan tingkatan pemahaman merata. Dari data yang didapat dari 63 responden yang diminta untuk mengisi kuesioner, sebanyak 2 anak memiliki kisaran nilai 1 – 5, 24 anak memiliki nilai antara 6 – 10, 24 anak memiliki nilai antara 11 – 15 dan sebanyak 13 anak memiliki nilai antara 16 – 20. maka dari hasil tersebut dapat diambil persentase sebagai berikut; sebanyak 3.17 % anak sangat kurang memahami iman mereka, sebanyak 38.31 % anak kurang memahami, sebanyak 38.31 % persen anak juga dapat memahami tentang iman dan sebanyak 20.63 % anak sangat memahaminya. Dari semua hasil yang telah di dapat kita ambil nilai rata – rata dalam sub variabel ini untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Nilai rata – rata yang kita dapat dalam sub variabel ini adalah 11.49 maka, dapat disimpulkan bahwa anak – anak di lingkungan Santo Yakubus Alfeus Tempel Kebonarum rata – rata mereka paham akan iman.

2. Penghayatan Iman Anak

Hasil yang cukup mengejutkan terjadi dalam perolehan skor keseluruhan dalam sub variabel ini. Dengan indikatornya sebagai berikut; ekaristi, sepuluh perintah Allah, doa – doa, Yesus dan syahadat tidak jauh berbeda memang dengan indikator pada sub variabel sebelumnya, namun hasil yang didapatkan jauh berbeda. Hasilnya adalah sebanyak 4 orang anak memiliki skor antara 15 – 26, sebanyak 36 anak memiliki skor antara 27 – 38, 12 anak memiliki skor antara 39 – 44 dan sebanyak 1 orang anak memiliki skor antara 45 – 60. Dan hasil prosentase dari

kesemuanya itu adalah sebesar 22.22 % anak sangat kurang menghayati imannya, sebesar 57.14 % anak kurang menghayati imannya, sebesar 19.05 % anak – anak dapat menghayati iman mereka dan sisanya sebesar 1.59 % anak yang dapat menghayati iman mereka dengan sangat. Sama dengan yang sebelumnya data diolah untuk mendapatkan hasil rata – ratanya, dan skor/ hasil yang didapat adalah sebanyak 32.44. Ini berarti anak – anak di lingkungan tempat penelitian kebanyak anak kurang menghayati iman mereka.

Dengan hasil yang telah didapatkan dari sub variabel pemahaman dan penghayatan dapat dikatakan berbanding terbalik. Karena hasil yang didapatkan dari sub variabel pertama tentang pemahaman didapati bahwa anak – anak di lingkungan sebagian besar memiliki pemahaman yang cukup tentang Gereja, Yesus, Ajaran Gereja, dan sebagainya. Namun dalam sub variabel kedua tentang penghayatan iman didapati bahwa banyak anak yang kurang menghayati iman mereka dalam kehidupan keseharian mereka. Dari kedua variabel tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, memiliki pemahaman yang baik tentang iman dan apapun di dalamnya kurang menjamin bahwa orang itu atau anak tersebut dapat menghayati iman mereka dengan baik.

3. Pola Asuh Orang Tua

Perolehan skor dalam variabel ini dapat membantu untuk mengetahui metode atau pola asuh seperti apa yang para orang tua terapkan kepada anak – anak mereka. Perolehan skor dalam variabel ini adalah sebagai berikut; sebanyak 43 anak memiliki skor antara 25 – 50, sebanyak 20 anak memiliki skor antara 51-75 dan sebanyak 0 anak memiliki skor 75 – 100. Dan persentase dalam variabel ini adalah

sebesar 68.25 % anak diasuh dengan pola Otoriter, sebanyak 31.75 % anak diasuh oleh orang tuanya dengan pola Demokratis, sedangkan untuk pola Permisivitas tidak dipakai karena tidak ada skor mencapai interval nilai yang sudah ditentukan. Hasil skor secara keseluruhan setelah dirata – rata adalah sebesar 44.1. Menurut interval nilai yang ditentukan maka nilai rata – rata ini masuk pada inteval pola asuh yang otoriter, dari itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa pola asuh yang diterapkan para orang tua di lingkungan penelitian adalah Otoriter.

Keluarga memang memiliki peranan yang sangat penting, karena keluarga sebagai tempat pertama dibentuknya kepribadian. Maka faktor keluarga memiliki peranan yang penting dan sentral dalam perkembangan kepribadian anak, (Djamaludin Ancok, Dkk: 78-80). Oleh sebab itulah berbagai macam cara orang tua dalam mendidik anaknya, baik itu dengan cara yang keras, maupun dengan cara yang lembut bahkan terlalu lembut. Dalam penelitian ini sangat terlihat bahwa dalam pola mengasuh anak ternyata berpengaruh pada iman anak itu sendiri. Pemahaman yang kurang tentang cara atau pola dalam mendidik sang buah hati, ternyata membawa dampak atau pengaruh yang cukup besar terutama bagi perkembangan anak dan salah satunya dalam hal iman. Mendidik memiliki arti yang cukup luas, terutama dalam hal mendidik anak. Mendidik anak dapat diartikan; sebagai usaha untuk membekali anak dalam hal bertutur kata, bertindak dan cara hidup yang baik menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. (Hurlock, 1989: 82). Dan banyak dari pihak orang tua yang kurang menyadari bahwa iman anak bersemi dan berkembang dari prilaku dalam keluarga. Ini dikarenakan, anak menghabiskan waktu selama 24 jam yang paling lama adalah dalam keluarga, karena mereka hidup dalam keluarga.

Dengan menilik hasil penelitian yang telah didapat dan diolah sedemikian rupa, dapat dilihat bagaimana pola asuh orang tua memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan iman anak – anak. Pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai cara dan sikap orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang kemudian akan berpengaruh kepada kemampuan dan perkembangan anak. (Syamsudin, Dkk:11). Dengan pola asuh yang mengekang, semakin membuat anak untuk berontak. Jika orang tua memaksakan anaknya untuk pergi ke gereja, maka anak kadang-kadang juga mencuri-curi waktu atau mencari – cari alasan untuk dapat tidak berangkat. Ini dikarena tidak adanya motivasi atau dorongan yang membuat sang anak untuk mau berangkat ke gereja. Maka dari itu peranan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak mereka sangat penting sekali, terutama dalam mendidik iman anak.

Anak dapat diibaratkan sebuah “tangki cinta”. Bila tangki itu terisi penuh, hidup anak itu berjalan aman dan lancar. Sebaliknya bila tangki itu kosong, ia cenderung bersikap nakal dan memberontak. Tangki itu hanya dapat diisi oleh orang lain, tidak dapat diisinya sendiri. Maka orang tualah yang pertama-tama harus mengisinya.

Untuk itulah orang tua hendaknya memberikan teladan bagi anak-anaknya. Kalau orang tua ingin membawa anaknya menjadi orang yang rajin, ramah, dan saleh, mereka harus memberikan teladan kerajinan, keramahan, dan kesalehan. Orang tua menginginkan anak-anak mereka menghargai sesama haruslah terlebih dahulu membuktikan bahwa mereka berdua saling menghargai dan juga mampu menghargai anak-anak mereka. Selain itu suasana dalam keluarga juga dapat mempengaruhi perkembangan iman anak. Karena itulah pimpinan gereja katolik

menegaslan bahwa suasana keluarga yang diresapi kasih dan hormat mempengaruhi anak seumur hidupnya. (CT Art:68). Mengingat pengaruhnya yang besar pada perkembangan iman anak, suasana dirumah sebaiknya tidak terjadi karena kebetulan saja, melainkan karena “diciptakan” atau “direkayasa” (dalam artian yang positif) sedemikian rupa sehingga anak dapat berkembang imannya dalam keluarga.

Dan tidak dapat dipungkiri pula ada banyak faktor – faktor lain yang mempengaruhi dalam perkembangan iman anak selain komunikasi, pola asuh suasana, pengajaran, dsb. Faktor lain itu misalnya; lingkungan, teman sepergaulan, perkembangan teknologi dan jaman. Dari kesemuanya itu yang memiliki kemungkinan pengaruh yang besar adalah faktor lingkungan sekitar. Namun faktor – faktor tersebut di atas tidak dijelaskan dalam karya tulis ini, karena fokus dalam karya tulis ini hanyalah dalam lingkup keluarga.

4. Pola Asuh Menyumbang Perkembangan Iman Anak

Dari hasil yang telah diperoleh baik dalam pemahaman, penghayatan dan pola asuh orang tua, dapat dengan jelas tergambarkan bahwa pola asuh memiliki peranan yang penting bagi iman anak itu sendiri. Ini dibuktikan dengan begitu besarnya persentase sumbangan atau kontribusi pola asuh terhadap iman anak itu sendiri, yaitu sekitar 74.5%.

Hasil tersebut diperoleh dengan melalui statistik koefisien korelasi, dengan bantuan program komputer SPSS. Dengan memasukkan variabel iman anak dengan pola asuh, dan kemudian dihitung dengan menggunakan prosesn regresi dalam SPSS. Maka diperolehlah hasilnya dalam tabel model summary. Hasil persentase diambil di dalam kolom R Square.

Dokumen terkait