• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Pembahasan

Upaya untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian tindakan yang terdiri dari 3 siklus perbaikan menghasilkan beragam data mengenai perilaku nyata anak di kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Data tersebut dijadikan sebagai tolak ukur mengenai keberhasilan dalam penelitian tindakan ini. Data yang dihasilkan melalui melalui berbagai macam teknik pengumpulan data menghasilkan data yang variatif namun terlihat sejalan.

Mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak usia dini bukan suatu hal yang mudah. Metode bercerita yang hanya menggunakan buku cerita dan tanpa media membuat anak tidak tertarik. Hal tersebut bisa jadi

Pra tindakan Siklus I Siklus II Siklus III 0 20 40 60 80 100 45 70 90 97 Pra tindakan Siklus I Siklus II Siklus III

karena berbagai macam faktor diantaranya guru kelas yang bersangkutan kurang kreatif dalam menerapkan metode, belum menggunakan media bimbingan, anak seringkali kurang dilibatkan sehingga anak tidak bisa berekspresi. Semua faktor tersebut menjadikan bimbingan klasikal membuat siswa kurang bisa bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut tampak pada pelaksanaan pra tindakan.

Dari hasil penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan pada keterampilan bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Berdasarkan pengamatan terkait keterampilan bekerjasama anak, terlihat peningkatan pada anak mulai terampil mendengarkan, berkomunikasi, berinteraksi, menghormati. Hal-hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan wawancara.

Hasil penelitian sebelum tindakan pada siklus I, yaitu kegiatan pra tindakan anak menunjukan bahwa pada pra tindakan anak-anak belum antusias, kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan cerita. Anak-anak harus dipaksa duduk oleh guru agar mau mendengarkan. Anak- anak kurang merespon saat peneliti memberi pertanyaan. Saat bermain games

“menuntun orang buta jalan” anak-anak belum mampu bekerjasama dengan anak-anak yang lain. Hal ini terlihat pada anak yang hanya mau berjalan sendiri tanpa peduli dengan temannya. Hanya mau bermain dengan teman- teman yang disukai. Ketika ada teman yang terjatuh pun anak-anak hanya diam saja dan tidak membantu. Kemudian untuk siklus selanjutnya penenliti

menggunakan metode bercerita melalui media boneka yang dianggap dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak.

Keadaan yang berbanding terbalik justru terlihat pada pelaksanaan perbaikan siklus I, II dan III dimana metode bercerita dengan media boneka digunakan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan keduanya menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan pra penelitian. Anak menjadi lebih terampil dalam hal mendengarkan, berkomunikasi, menghormati, dan berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu peneliti juga merasakan kepuasan pribadi melihat kondisi anak yang terlihat saling bekerjasama memecahkan masalah secara bersama-sama saat bermain menggunakan boneka. Anak yang sebelumnya hanya diam saja mulai berani berbicara mengeluarkan pendapat. Kegiatan ini memotivasi anak untuk menumbuhkan keterampilan bekerjasama dalam suatu kegiatan atau bermain. Anak akan terbiasa dalam bekerjasama dengan teman dan lebih baik dalam berinteraksi.

Keterampilan bekerjasama anak bisa dilatih dengan bermain misalnya salah satunya bermain boneka, karena bermain adalah dunia kerja anak dan menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam pasal 33 konvensi hak-hak anak (dalam Mayke, 2010) disebutkan hak anak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia yang bersangkutan untuk turut serta bebas dalam kehidupan budaya seni.

Kegiatan bermain yang bisa meningkatkan sebuah interaksi dan mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak di TK Mangunan

Yogyakarta adalah dengan menggunakan media boneka. Bermain boneka ini tidak hanya akan membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama, tetapi juga mengembangkan aspek lainnya.

Seperti yang dikemukakan Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi penggunaan boneka yaitu, Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri. Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan anak- anak. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah terpisah dari mereka. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima. Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi. Melatih anak belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan bermain bersama/ bekerjasama. Aspek sosial yang terlihat dari bermain boneka adalah anak melakukan kegiatan bersama dengan teman kelompoknya. Mempertahankan hubungan yang sudah terbina.

Aspek lain yang bisa diambil dari bermain boneka untuk mengasah ketajaman penginderaan. Penginderaan meliputi penglihatan dan pendengaran. Dengan bermain boneka dapat mengasah penglihatan karena membantu anak melihat bentuk, warna, dan model melalui media boneka. Mengasah pendengaran, saat anak-anak mendengarkan cerita melalui boneka anak terlatih untuk mendengarkan orang lain. Untuk itu, kegiatan bermain boneka ini akan melatih anak dalam bekerjasama.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III ini membuktikan bahwa dengan bermain dan bercerita dengan media boneka sangat baik digunakan pada anak terutama anak usia dini yang dimana masih dalam proses penyerapan berbagai informasi. Hal ini terlihat pada perilaku anak di sekolah yang kurang dalam berbagi dengan teman, tidak mau mengalah dan kerjasama anak dengan kelompok atau teman sebaya masuk dalam kategori kurang, dalam hal ini stimulasi tidak hanya pada kegiatan bermain tetapi dapat dilakukan saat guru mendekati dan berinteraksi dengan murid.

D. Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti juga memiliki kendala- kendala yang tidak bisa dipecahkan oleh peneliti sehingga penelitian tidak maksimal. Adapun kendala-kendala yang tidak bisa dipecahkan dalam penelitian ini yaitu dari faktor siswa, ada satu anak yang masih ditunggui oleh orangtuanya di saat kegiatan bimbingan berlangsung. membuat anak tidak mandiri dan percaya diri, harus dibujuk dulu, dijelaskan berulang-ulang untuk melakukan permainan boneka. Ada anak yang diam dan kemudian tiba-tiba menangis lalu meminta pulang.

Menurut informasi yang didapat peneliti ketika melakukan tanya jawab dengan orangtua anak, didapat informasi bahwa sebagian orangtua memberikan permainan yang lebih memfokuskan pada perkembangan kognisi anak, sehingga tidak membutuhkan interaksi dengan teman lain. Permainan tersebut misalnya video game, play station, game online, dan jenis-jenis permainan lainnya.

Keterbatasan waktu dalam kegiatan bermain boneka membuat peneliti harus membagi waktu agar permainan selesai tepat waktu dan semua anak bisa melakukan permainan. Selain itu keterbatasan kemampuan dalam peneliti melakukan penelitian.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta dapat dikembangkan melalui penggunaan media boneka sesuai dengan analisis data, terlihat dari hasil pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III.

Dari 20 anak, dapat dilihat jumlah anak yang memiliki keterampilan bekerjasama yang baik. Pada siklus 1 atau sebesar 70% yang termasuk pada kategori cukup dan pada siklus II sebesar 90% yang berarti termasuk kategori sangat baik, dan siklus III sebesar 97%. Penggunaan media boneka dengan keterampilan bekerjasama meningkat dari siklus I sampai siklus III.

Keterampilan bekerjasama melalui penggunaan boneka mengalami perubahan yang baik. Perubahan tersebut terlihat sekali ketika anak berinteraksi dengan teman dalam bermain boneka. Anak dapat aktif serta anak menjadi tertarik dan antusias dalam proses kegiatan bimbingan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini, salah satunya menggunakan boneka sehingga penyampaian materi bimbingan lebih menyenangkan. Guru juga hendaknya sedini mungkin

membiasakan anak untuk saling berbagi, dan bekerjasama dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan bekal yang baik bagi anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa maupun dengan seusianya. Selain itu, Guru diharapkan mampu untuk terus meningkatkan kreatifitasnya menghasilkan metode baru yang bisa diterapkan dalam bimbingan agar anak tidak bosan dan semakin bersemangat dalam bersekolah.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengaplikasikan metode bercerita dengan media boneka untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dalam mengikuti suatu kegiatan. Bagi peneliti juga diharapkan semakin variatif, inovatif, dan kreatif dalam menggunakan boneka.

DAFTAR PUSTAKA

Adistyasari, Ria. 2013. “Meningkatkan Keterampilam Sosial dan Kerjasama Anak

Dalam Bermain Angin Puyuh”. Program sarjana. Universitas Nergeri

Semarang. Semarang.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan

Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.

Geldard, Kathryn. 2008. Konseling Anak-anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat, Dede Rahmat & Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam

Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Indeks.

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta : Erlangga. Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Holubec,E. 1993. Circles of learning. Edina:

Interaction Book Company.

Majid, Abdul Aziz. 2008. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong L.J.1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Musfiroh, T. 2008. Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana. Patmonodewo, S. 2003. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Depdikbud.

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo

Saputra, Yudha M & Rudyanto. 2005.Pembelajaran kooperatif Untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Seefeldt, Carol & Barbara.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang.

Sobarna, Ayi. 2010. Efektivitas Metode “Storytelling”Bermedia Boneka untuk Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi. Jurnal Mimbar, Vol. XXVI, NO. 1 (Januari-Juni 2010), halaman 71-80.

Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar BaruAlgensindo.

Suwangsih, Dede . 2011. Membentuk Moralitas Anak Usia Dini Melalui

Penerapan Metode Storytelling Dengan Media Wayang (Kelompok B

Tk Hati Mekar Kabupaten Sumedang).

http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2011_iecs_dede_metode _storytelling_dengan_media_wayangx(1).pdf . Diunduh pada 26 September 2012 pukul 21:00 WIB

Tedjasaputra, Mayke S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

WJS, Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dokumen terkait