• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4. Metode Penelitian

2. Pembahasan

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi dan kinerja perawat. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan peneliti tentang motivasi dan kinerja perawat Puskesmas Model Kotapinang di Kotapinang Labuhanbatu Selatan.

2.1. Motivasi perawat Puskesmas Model Kotapinang

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kategori motivasi perawat berada pada tingkat sedang 29 orang (55,77%) berdasarkan teori motivasi dua faktor sedangkan perawat yang memiliki motivasi yang tinggi 23 orang (44,23%) dan tidak ada perawat yang memiliki motivasi yang rendah. Hal ini disebabkan lebih banyak motivasi perawat berorientasi pada tingkat tidak ada kepuasan ( no dissastifaction) sedangkan pada faktor sastifaction atau motivator berada pada tingkat yang sedang tidak terlalu diharapkan perawat dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam penelitian ini mayoritas 31 perawat (59,6%) perawat bekerja lebih giat bila mereka mendapatkan insentif dari puskesmas. Pemberian insentif merupakan apa yang diterima seseorang sebagai pertukaran pekerjaannya dan hal itu dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan dapat memotivasi pekerjaannya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi (Moekijat, 1995).

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa menurut pernyataan perawat tentang pimpinan menunjukkan 33 orang (63,3%) menyatakan pimpinan kadang- kadang melakukan supervisi terhadap kinerja bawahannya dan memberikan reward terhadap hasil tersebut dan 35 orang (63,3%) menyatakan pimpinan kadang-kadang tidak perduli terhadap prestasi kerja mereka. Mutu supervisor berpengaruh terhadap kinerja perawat hal ini dapat dilihat pada penelitian ini pimpinan yang tidak sering melakukan supervisi pada bawahannya, dan perduli terhadap prestasi kerja mereka dapat membuat perawat tidak secara sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan mayoritas 38 orang (73,1%) kadang-kadang tidak secara lengkap sesuai standar asuhan keperawatan dimulai dari tahapan pengkajian sampai dengan evaluasi. Hal ini sesuai pendapat Letham (1981; Jati & Hani 2003) rendahnya kemampuan dan ketrampilan kerja, kurang motivasi, lemahnya instruksi serta kurangnya dukungan pelayanan dalam pelaksanaan organisasi dapat menurunkan kinerja seseorang.

Pimpinan dapat memotivasi bawahannya dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik dikarenakan daya dorong dari luar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan, dan dengan motivasi positif ini semangat kerja pegawai akan meningkat ( Hasibuan, 2003).

Selanjutnya hasil penelitian ini ditemukan 38 orang (73,1%) perawat kadang - kadang memiliki hubungan yang kurang harmonis diantara rekan sejawat. Menurut teori social needs dimana seseorang membutuhkan hubungan dengan orang lain,

kebutuhan akan perasaan diterima dan dihormati oleh orang lain sehingga seharusnya hubungan diantara rekan sejawat yang baik dapat meningkatkan penampilan kerja seseorang(Ichie,2009).

Motivasi merupakan keinginan hasrat, motor penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubugan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Kurangnya perhatian atasan tentang karir bawahan misalnya melanjutkan pendidikan dapat menjadi salah satu yang menyebabkan rendahnya motivasi seseorang. Seperti yang dikatakan oleh perawat puskesmas 21 orang (40,4%) bahwa institusi dan pimpinan tidak pernah memperhatikan atau memotivasi pegawainya untuk melanjutkan pendidikan.

2.3 Kinerja Perawat Puskesmas Model Kotapinang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat berada pada kinerja yang cukup (59,1%) memiliki skor 17-24, yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan dan menjalankan peran perawat puskesmas.

Berdasarkan dari hasil penelitian ditemukan bahwa perawat dalam melakukan pekerjaan berdasarkan uraian tugas dan tanggung jawab 38 orang (73,1%) tetapi dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan mayoritas 38 orang (73,1%) kadang-kadang tidak secara lengkap sesuai standar asuhan keperawatan dimulai dari tahapan pengkajian sampai dengan evaluasi. 28 orang (23,8%) menyatakan peralatan untuk melakukan pelayanan asuhan keperawatan cukup memadai. Hal ini dapat berhubungan dengan faktor motivasi diatas yang nenyatakan bahwa perawat dalam melakukan pekerjaaannya 39 responden (69,2%) menyatakan perawat melakukan pekerjaannya kadang-kadang dengan penuh tanggung jawab.Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan asuhan keperawatan merupakan suatu tugas pokok seorang perawat yang harus selalu dilakukan secara sungguh- sungguh dan dengan penuh tanggung jawab.

Dalam penelitian ini mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan 28 orang (53,8%) mengatakan bahwa mereka melakukan pendokumentasian tetapi dalm hal melaporkan hasil pendokumentasian tersebut 29 orang (55,8%) menyatakan bahwa mereka kadang-kadang melaporkan semua dokumentasi keperawatan kepada sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas. Responsibilitas dan akuntabilitas profesional merupakan salah satu alasan penting dibuatnya dokumentasi keperawatan yang akurat (Iyer,2004; Sutarjaya. Dkk,2006). Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti

pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2001).

Dokumentasi keperawatan juga bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawatan pasien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan, meningkatkan kontinuitas perawatan dan membantu mengoordinasikan pengobatan dan evaluasi pasien (Iyer, 2004 ; Sutarjaya. Dkk, 2006).

Pada hasil penelittian mengenai peran perawat puskesmas 37 orang (71,2%) menyatakan mereka memberi pelayanan kesehatan tidak hanya di puskesmas.32 orang (61,5%) menyatakan bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya dan pihak yang terkait dalam memberikan asuhan keperawatan, selain memberikan asuhan keperawatan 22 orang (42,3%) menyatakan kadang-kadang juga memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan 30 orang (57,7%) menyatakan tidak pernah memberi konseling di puskesmas. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pimpinan. Sebanyak 33 orang (63,3%) menyatakan pimpinan kadang-kadang melakukan supervisi terhadap kinerja bawahannya dan memberikan reward terhadap hasil tersebut. Menurut Doheny (1982 ; Mubarok, 2005) selain tugas pokok perawat juga harus memiliki beberapa elemen perawat professional untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan antara lain : care giver, clien

dan interpersonal proses, dan perawat puskesmas minimal mempunyai enam peran dan fungsi yaitu : 1) sebagai penemu kasus (case finder); 2) sebagai pemberi pelayanan (care giver); 3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher / education); 4) sebagai kolaborator dan coordinator; 5) sebagai pemberi nasehat (conseling); 6) sebagai panutan (role model) (Kepmenkes, 2006).

Dokumen terkait