• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas pertambangan membutuhkan kriteria dan indikator untuk mengetahui capaian kegiatan reklamasi hutan yang telah dilakukan. Tujuan reklamasi hutan pada hakekatnya adalah untuk memperbaikidan memulihkan vegetasi dan lahan yang rusak sesuai dengan peruntukan lahannya. Penelitian ini menggunakan sejumlah kriteria dan indikator keberhasilan reklamasi hutan yang dibangun melalui hubungan antara fungsi pertumbuhan dan produktivitas hutan, dengan faktor-faktor tempat tumbuh dan karakteristik biologis vegetasi.

Indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan terdiri atas: (1) rata-rata luas bidang dasar per satuan luas (m2 ha-1), (2) rata-rata volume biomassa per satuan luas (ton ha-1) atau rata-rata laju pertumbuhan dimensi tegakan/riap (m3 ha- 1th-1). Sedangkan faktor-faktor tempat tumbuh dan karakteristik biologis vegetasi terdiri atas: (1) sifat fisik tanah yaitu: fraksi pasir, fraksi debu, fraksi liat dan bobot isi; (2) sifat kimia tanah yaitu Ca, Mg, K, Na, KTK, C organik, N, dan P; (3) indeks serasah terdiri atas ketebalan serasah dan berat kering serasah; (4) kondisi permukaan tanah yang diwakili oleh tingkat kejadian erosi; (5) status biodiversitas yaitu indeks keanekaragaman Shannon (H) dan indeks kekayaan; struktur tegakan berupa kerapatan tegakan, stratifikasi tajuk dan struktur tutupan tajuk; (6) rekolonisasi/tumbuhnya vegetasi awal.

Penelitian ini menemukan bahwa indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara yang paling konsisten dan akurat adalah Luas Bidang Dasar (LBDS). Konsistensi akurasi pada LBDS lebih tinggi (91.8%) dibandingkan biomassa dan MAI. Pemilihan LBDS sebagai indikator penduga tingkat keberhasilan reklamsi hutan di areal bekas tamabang batubara ditentukan oleh 10 peubah. Perbedaan tingkat keberhasilan reklamasi hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh dan beberapa karateristik biologis pertumbuhan hutan. Peubah tersebut berupa fraksi pasir, unsur hara N, P, ketebalan serasah, berat kering serasah, tingkat kejadian erosi, indeks biodiversitas, kerapatan tegakan, persentase tutupan tajuk dan rekolonisasi. Selain untuk mendapatkan indikator penduga keberhasilan reklamsi hutan, penelitian ini juga telah mampu menyederhanakan kriteria dan indikator keberhasilan reklamasi hutan yang sangat kompleks dengan nilai akurasi yang baik.

Peubah yang telah diperoleh dari hasil penentuan indikator penduga keberhasilan reklamsi hutan dijadikan sebagai peubah dalam pembangunan model monitoring keberhasilan reklamasi hutan. Pada penelitian ini,dirumuskan 10 model monitoring keberhasilan reklamasi hutan yang disusun berdasarkan kombinasi peubah terpilih dengan nilai akurasi lebih dari 75%. Model yang memberikan nilai akurasi yang tertingi adalah model 10, dengan akurasi overall sebesar 78.4% dan akurasi kappa sebesar 67.4%. Model 10 merupakan model yang disusun hanya dengan satu peubah yaitu kerapatan pohon. Kerapatan pohon merupakan indikator yang dapat menggambarkan tingkat keberhasilan reklamasi hutan.

Metode monitoring keberhasilan reklamasi hutan menggunakan peubah kunci kerapatan pohon bisa diprediksi hingga mencapai hutan stabil. Peubah kerapatan pohon sebagai peubah kunci dapat mempermudah dan mempercepat

kegiatan monitoring keberhasilan reklamasi hutan. Standar skor keberhasilan reklamasi hutan. Kerapatan pohon merupakan salah satu karakteristik yang mudah diamati, diukur dan dipetakan terutama melalui citra satelit.

Model ini dijadikan dasar dalam membangun standar skor keberhasilan reklamsi hutan. Pembangunan standar skor di awali dengan melakukan pendugaan terhadap waktu pencapaian kondisi stabil.Kondisi stabil dapat tercapai jika hutan yang dibangun melalui kegiatan reklamasi stabil dari aspek produktivitas hutannya. Dalam hal ini, hutan alam yang memilki karakteristik ekosistem yang sama dijadikan sebagai acuan dalam memprediksi waktu pencapaian keberhasilan reklamasi hutan. Perhitungan waktu pencapaian keberhasilan reklamsi hutan menggunakan pendekatan luas bidang dasar (LBDS). Waktu pencapaian keberhasilan reklamasi hutan diprediksi dengan persamaan regresi yang memberikan hasil verifikasi terbaik adalah persamaan power yaitu y = 0.7017x1.0852. Dari model tersebut diperoleh hasil prediksi waktu pencapaian menuju kondisi stabil adalah 43 tahun. Waktu pencapaian ini dapat dipercepat melalui upaya-upaya perbaikan melalui dorongan alat dan modal serta penemuan- penemuan metode baru. Jika upaya perbaikan dilakukan secara terus menerus maka percepatan proses suksesi dan pertumbuhan hutan sehingga keberhasilan reklamasi hutan akan tercapai bahkan lebih cepat.

Penilaian kriteria keberhasilan reklamasi hutan yang diperoleh pada penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan skor tingkat keberhasilan reklamasi hutan pada setiap umur tanam.Hal ini berarti bahwa aspek waktu yang dijelaskan oleh umur tanaman harus dipertimbangkan dalam monitoring kebrhasilan reklamsi hutan. Seharusnya, penilaian keberhasilan reklamasi hutan pada setiap umur tanam yang berbeda di monitoring dengan nilai skor yang yang berbeda. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam penyempurnaan metode kriteria dan indikator dalam monitoring dan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan.

Simpulan

1. Indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan pada areal bekas tambang batubara luas bidang dasar (LBDS). Penentuan LBDS sebagai indikator terpilih dalam menilai keberhasilan reklamasi hutan berdasarkan perolehan nilai akurasi paling tinggi dibandingkan dengan 2 indikator lainnya yaitu biomassa dan riap volume rata-rata.

2. Model monitoring keberhasilan reklmasi hutan yang terpilih adalah model 10 hanya dengan satu peubah yaitu skor kerapatan, dengan akurasi yang cukup memadai yaitu sebesar 76.5% untuk overall accuracy dan 63.6% untuk kappa accuracy. Persamaan model 10 adalah IKRH = SKr, dimana indeks tingkat keberhasilan reklamasi hutan sama dengan skor kerapatan. Model ini menggunakan peubah yang mudah diukur, relatif murah dan cepat, konsisten dan akurat. Namun,model ini hanya efektif digunakan pada tanaman

revegetasi yang berdiamater ≥ 10 cm.

3. Standar skor penilaian keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara PT Bukit Asam menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap umur tanaman.

S a r a n

1. Pelaksanan montoring seharusnya dilakukan secara kontinyu agar upaya- upaya perbaikan terhadap pencapaian keberhasilan reklamasi hutan dapat dipertahankan, ditingkatkan bahkan dipercepat.

2. Monitoring keberhasilan reklamasi hutan perlu dikembangkan dengan mengaplikasikan teknologi penginderaan jauh agar penilaian keberhasilan reklamasi hutan mudah diamati, diukur, dan dipetakan melalui citra satelit.

Dokumen terkait