• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara Studi Kasus Di Pt Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara Studi Kasus Di Pt Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

HASRIANI MUIS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara: Studi Kasus di PT Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)

RINGKASAN

HASRIANI MUIS Model Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara: Studi Kasus di PT Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan Dibimbing oleh I NENGAH SURATI JAYA, MUHAMMAD BUCE SALEH dan KUKUH MURTILAKSONO.

Pertambangan batubara merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi pembangunan di Indonesia. Meskipun demikian, sektor ini turut pula menyumbang dampak negatif terhadap lingkungan berupa deforestasi, penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, penurunan biodiversitas flora dan fauna hingga perubahan iklim mikro.

Kegiatan reklamasi hutan ditujukan untuk memulihkan dan memperbaiki lahan dan vegetasi yang rusak agar hutan dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Idealnya, pencapaian keberhasilan dari kegiatan reklamasi hutan adalah terciptanya struktur dan fungsi hutan yang stabil, sehingga dibutuhkan kegiatan monitoring terhadap pencapaian keberhasilan reklamasi hutan, yang didukung oleh dua hal: (1) penentuan kriteria dan indikator yang cepat, murah, konsisten dan akurat; (2) penetapan standar skor keberhasilan reklamasi hutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator yang dapat menduga keberhasilan reklamsi hutan, memprediksi waktu pencapaian kondisi stabil, membangun standar skor keberhasilan reklamsi hutan, dan membangun model keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara secara cepat, murah, konsisten, dan akurat. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan parameter penduga keberhasilan reklamasi hutan dan analisis diskriminan menentukan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara. Analisis regresi dengan membuat hubungan antara LBDS (Y) dengan umur tanam (X) digunakan untuk memprediksi waktu pencapaian kondisi stabil. Analisi regresi juga digunakan untuk membangun standar skor dengan membuat hubungan antara LBDS (Y) dengan setiap peubah terpilih untuk menbangun standar skor keberhasilan reklamasi hutan. Skor yang diperoleh kemudian distandarisasi. Untuk membangun model monitoring keberhasilan reklamasi hutan digunakan metode skor dan bobot. Penentuan bobot dilakukan dengan analisis komponen utama (PCA). Total nilai bobot yang dihasilkan adalah sama dengan 1.

Penelitian ini dilakukan di areal reklamasi bekas tambang batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Luasan areal revegetasi hingga tahun 2014 seluas 1.456,2 ha (Gambar 1). Secara administratif lokasi penelitian berada di wilayah Kecamatan Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, lokasi penelitian berada pada koordinat 103º40’–103º45’BT dan 3º35’–

3º45’LS. Penelitian dilakukan di areal revegetasi yang memiliki umur tanaman

1tahun sampai 20 tahun. Penelitian ini juga dilakukan pada hutan alam (HA) untuk mendapatkan informasi tenang kondisi hutan yang telah mencapai kondisi stabil.

(5)

merupakan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan dengan 10 variabel terpilih. Variabel tersebut terdiri atas fraksi pasir, unsur hara N, unsur hara P, ketebalan serasah, berat kering serasah, erosi, indeks keanekaragaman jenis, kerapatan pohon, persentase tutupan tajuk, dan rekolonisasi.

Prediksi waktu pencapaian merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi stabil mulai dilakukan penanaman hingga mencapai struktur dan fungsi hutan alam yang stabil. Penelitian ini menghasilkan model persaman regresi yang memberikan hasil verifikasi terbaik dalam memprediksi capaian waktu stabil adalah persamaan power yaitu y = 0.7017x1.0852, dengan y adalah Umur tanaman dan x adalah nilai LBDS. Waktu prediksi pencapaian kondisi stabil menggunakan persamaan tersebut adalah 43 tahun.

Pada penelitian ini dirumuskan 10 model monitoring keberhasilan reklamasi hutan. Hasil uji akurasi model terbaik adalah Model 10 (SKr) dengan akurasi sebesar 76.5% untuk overall accuracy dan 63.6% untuk kappa accuracy. Berdasarkan model terpilih ditemukan peubah kunci yang dapat digunakan untuk memantau keberhasilan reklamasi hutan adalah kerapatan pohon.

(6)

SUMMARY

HASRIANI MUIS Monitoring Model of Forest Reclamation Success on Coal Post-mining: Study Case at PT. Bukit Asam Province of South Sumatra. Supervised by I NENGAH SURATI JAYA, MUHAMMAD BUCE SALEH and KUKUH MURTILAKSONO.

Coal mining is one of the driving sectors of economic development in Indonesia. This sector also helped contribute to negative impacts on the environment such as deforestation, declining soil productivity, soil compaction, erosion and sedimentation, loss of biodiversity of flora and fauna to changes in microclimate.

The forest reclamation is aimed to restore and repair the damaged lands and its vegetation so the forest has been put back to its initial functions. Ideally, to achieve the success of forest reclamation is the creation of structures and functions of forests are stable, so that required monitoring activities to achieve the success of forest reclamation, which is supported by two things: (1) the determination of criteria dan indicator that is fast, cheap, consistent and accurate; (2) setting standards of forest reclamation success.

This study aims to identify indicators that can be guessed success reclamation forest, predicts time to stable condition, establish a standard score forest reclamation success, and build a model of success in the area of forest reclamation of a former coal mine in a fast, cheap, consistent, and accurate. Descriptive analysis is used to describe the success of forest reclamation parameter estimators and estimators discriminant analysis determine indicator of success of forest reclamation in the area of coal mine. Regression analysis by making the relationship between LBDs (Y) with the growing age (X) is used to predict the timing of the achievement of a stable condition. Regression analysis was also used to establish a standard score by making the relationship between LBDs (Y) with variable setipa elected to the standard score success reklamsi menbangun forest. Scores were then standardized. To build a model of monitoring the success of forest reclamation used method scores and weights. Weighting performed by principal component analysis (PCA). The total weight of the resulting value is equal to 1.

This research was conducted at the reclamation of coal miner PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Revegetation areal extents of up to 2014 covering an area of 1456.2 ha (Figure 1). Administratively research site located in the subdistrict of Muara Enim Regency Tanjung Enim in South Sumatra Province. Geographically, the study site is at coordinates 103º40'-103º45'BT and 3º35'-3º45'LS. The study was conducted at the revegetation has 1qq plant age to 20 years. This study was also conducted on natural forests (HA) to obtain information quiet forest conditions have reached steady.

(7)

dry weight, erosion, species diversity index, tree density, the percentage of canopy cover, and recolonisation.

Prediction attainment time is the time required to reach steady state start planting until it reaches the structure and function of natural forests are stable. This research resulted in the regression equation models that provide the best in predicting the results of the verification time performance stable is the power equation is y = 0.7017x1.0852, with y is the Age of plants and x is the value LBDs. Attainment prediction time stable condition using the equation is 26 years old.

In this study, formulated 10 monitoring the success of the model forest reclamation. The the Model 10 (SKr) in the best monitoring with an accuracy of 76.5% to 63.6% overall accuracy and kappa for accuracy. Based on the chosen model found the key variables that can be used to monitor the success of forest reclamation is the trees density.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)
(10)

MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI

HUTAN DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA:

Studi Kasus PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Sumatera Selatan

HASRIANI MUIS

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)
(12)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Irdika Mansur, M ForSc 2. Dr Ir Omo Rusdiana, MSc FTrop

(13)
(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga disertasi dengan judul ―Model Pemantauan Keberhasilan

Reklamasi Hutan Pascatambang Batubara : Studi Kasus di PT Bukit Asam Provinsi Sumatera Selatan‖ dapat diselesaikan. Disertasi ini diajukan sebagai salah syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Doktor Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dan disertasi ini dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan melalui beasiswa BPPS dan program Hibah Disertasi tahun 2016 dari Kemenristekdikti RI serta bantuan penelitian Rektor Universitas Tadulako. Bagian dari disertasi ini telah dipublikasikan pada Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science dengan judul Information Required For Estimating The Indicator Of Forest Reclamation Success In Ex Coal-Mining

Area dan Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Balai Penelitian dan

Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Makassar dengan judul Model Monitoring Keberhasilan Reklamsi Hutan Di Areal Bekas Tambang Batubara.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan, motivasi dan pembelajaran yang diberikan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung selama menempuh pendidikan

2. Dr. Ir. Muhammad Buce Saleh, MSyang dengan kerelaan dan kesabarannya menjadi tempat konsultasi untuk membuka cakrawala berpikir lebih komprehensif dalam ilmu pengelolaan hutan.

3. Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS yang memberikan jalan mudah bagi penulis memahami ilmu tanah dan pengelolaan sumberdaya lahan.

4. Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc, atas bantuannya yang telah memberikan rekomendasi sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan atas koreksi, komentar dan sarannya untuk perbaikan disertasi ini.

5. Dr. Ir. Omo Rusdiana, M. Sc, selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup, atas koreksi, komentar dan sarannya untuk perbaikan disertasi menjadi lebih baik.

6. Prof. Dr. Ir. Muh. Basir selaku Rektor Universitas Tadulako yang telah bersedia dan meluangkan waktu di tengah kesibukannya yang luar biasa untuk memberikan saran, masukan, dan koreksian dalam rangka penyempurnaan tulisan ini.

7. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku ketua PS Ilmu Pengelolaan Hutan atas kesabaran, dan pengertiannya yang telah banyak meluangkan waktu untuk memonitoring, memotivasi, mendengar dan memberikan solusi penyelesaian studi.

8. Seluruh penyelenggara dan pelaksana Sekolah Pascasarjana IPB , terutama pengelola Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan yang memberikan pelayanan terbaiknya selama penyelesaian studi

(16)

10. Keluarga Besar laboratorium laboratorium Remote Sensing dan GIS atas setiap kebersamaan, kekeluargaan dan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian dan studi ini.

11. Teman-teman IPH khususnya angkatakn 2011 atas persahabatan, persaudaraan, bantuan dan kerjasamanya selama masa studi.

12. Ayahanda H. Abdul Muis dan Ibunda Hj. Rahmawati, Ayahanda mertua dan Ibunda mertua Andi Baso AP dan Hj. Reti Baso atas doa dan kasih sayang dalam menjalani hidup dan penyelesaian studi di IPB.

13. Suami Dr. Golar, S.Hut. M.Si dan anak-anak tercinta, Misykah Aulia Golar, Ahmad Fadlan Aufa Golar dan Putri Malika Hairin Golar, atas pengertiannya, semangat, doa dan kesabarannya sehingga penulis mampu untuk menjalani pendidikan ini dengan sabar.

14. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini tidak luput dari kekurangan. Namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis maupun yang membaca tulisan ini.

Bogor, Agustus 2016

(17)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DANSUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA i

RINGKASAN ii

SUMMARY iv

PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

LatarBelakang 1

Novelty Penelitian 4

Tujuan 6

Manfaat Penelitian 6

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 10

Tempat dan Waktu Penelitian 10

Kondisi Iklim 11

Kondisi Biofisik 13

Fisiografi 13

Tanah 13

Kondisi Vegetasi 15

INDIKATOR PENDUGA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI

AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA 17

Pendahuluan 17

Metodologi 18

Bahan dan Alat 18

Pengumpulan data lapangan 19

Analisis Data 23

Hasil dan Pembahasan 26

Pemilihan variabel untuk menduga keberhasilan reklamasi hutan 31 Klasifikasi indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan 31 Penentuan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan 34

Simpulan 35

MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI

AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA 37

Pendahuluan 37

Metode 38

Bahan dan Alat 38

(18)

Hasil dan Pembahasan 43 Pendugaan waktu pencapaian kondisi stabil 43 Pembangunan skor setiap peubah keberhasilan reklamasi hutan 45 Model monitoring keberhasilan reklamasi hutan 62 Pembangunan indeks skor keberhasilan reklamasi hutan 65

Simpulan 67

PEMBAHASAN UMUM 68

Simpulan 69

S a r a n 70

DAFTAR PUSTAKA 71

RIWAYAT HIDUP 110

DAFTAR TABEL

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 5 2. Kerangka pendekatan penelitian ... 9 3. Peta Lokasi Penelitian ... 10 4. Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam

(Sumber: PT. Bukit Asam 2013) ... 15 5. Bentuk dan ukuran plot contoh lapangan, bentuk persegi di hutan

alam ... 19 6. Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi ... 20 7. Diagram alir tahapan penentuan indikator penduga keberhasilan

reklamasi hutan ... 26 8. Proporsi jenis vegetasi tingkat pohon dan tiang yang dominan di

hutan alam dan areal revegetasi PT. Bukit Asam Tahun 2016 ... 28 9. Hubungan antara biomassa dengan proporsi jumlah pohon PT Bukit

Asam 2016 ... 29 10.Nilai akurasi setiap indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

(LBDS, Bio, MAI) pada 5 kelas dan 3 kelas ... 35 11.Model terpilih dugaan umur pencapaian kondisi stabil ... 44 12.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan ketebalan

serasah (cm) ... 50 13.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan berat kering

serasah (ton ha-1) ... 51 14.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan indeks

biodiversitas ... 55 15.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan kerapatan pohon

(individu/ ha) ... 57 16.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Persentase

(19)

18.Kelas keberhasilan reklamasi hutan (KRH) menurut umur menggunakan model 10 di areal bekas tambang PT Bukit Asam (berhasil = IKRH >80%, cukup berhasil = IKRH 60% 80%, kurang berhasil = IKRH < 60%) ... 66

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 5 2. Kerangka pendekatan penelitian ... 9 3. Peta Lokasi Penelitian ... 10 4. Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam

(Sumber: PT. Bukit Asam 2013) ... 15 5. Bentuk dan ukuran plot contoh lapangan, bentuk persegi di hutan

alam ... 19 6. Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi ... 20 7. Diagram alir tahapan penentuan indikator penduga keberhasilan

reklamasi hutan ... 26 8. Proporsi jenis vegetasi tingkat pohon dan tiang yang dominan di

hutan alam dan areal revegetasi PT. Bukit Asam Tahun 2016 ... 28 9. Hubungan antara biomassa dengan proporsi jumlah pohon PT Bukit

Asam 2016 ... 29 10.Nilai akurasi setiap indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

(LBDS, Bio, MAI) pada 5 kelas dan 3 kelas... 35 11.Model terpilih dugaan umur pencapaian kondisi stabil ... 44 12.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan ketebalan

serasah (cm) ... 50 13.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan berat kering

serasah (ton ha-1) ... 51 14.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan indeks

biodiversitas ... 55 15.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan kerapatan pohon

(individu/ ha) ... 57 16.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Persentase

tutupan tajuk (%) ... 59 17.Hasil analisis regresi antara LBDS (m2 ha-1) dengan Rekolonisasi ... 61 18.Kelas keberhasilan reklamasi hutan (KRH) menurut umur

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji multikolonieritas variabel penentu keberhasilan reklamasi hutan (Variabel X) ... 81 2. Regresi antara LBDS (m2 ha-1)dan umur tanaman (tahun)

menggunakan persamaan eksponensial: y = 1.8879e0.1239x ... 82 3. Verifikasi model persamaan regresi antara umur tanaman dan nilai

LBDS ... 84 4. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara Ketebalan

serasah (KS) dan LBDS ... 87 5. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara Berat kering

serasah dan LBDS ... 90 6. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara indeks

biodiversitas dan LBDS ... 93 7. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara kerapatan dan

LBDS ... 96 8. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara tutupan tajuk

dan LBDS ... 99 9. Verifikasi model persamaan regresi hubungan antara kolonisasi dan

LBDS ... 102 10.Perhitungan bobot pada setiap model keberhasilan reklamasi hutan

(21)

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Sumberdaya hutan terus mengalami tekanan antropogenik (Ross et al. 2016) sebagai dampak pertambahan jumlah penduduk dan tuntutan kualitas hidup yang terus meningkat (Armenteras et al. 2006; Brink et al. 2014). Akibatnya, hutan mengalami percepatan eksploitasi yang berdampak terhadap pengurangan luas tutupan hutan (deforestasi). Deforestasi menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Ahirwal dan Maiti 2016; Bax et al. 2016; Marinho et al. 2016) dan menjadi penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati (Kujala et al. 2015; Runyan et al. 2015), erosi tanah, sedimentasi, banjir, (Roy et al. 2002; Juliantari 2013) jasa ekosistem(Munro et al. 2012), manfaat tangible maupun intangible hutan(Ladio dan Lozada 2009; Kelso dan Jacobson 2011) dan berkontribusi pula terhadap perubahan iklim (Kettle 2012; RECOFTC 2012; Milad et al. 2013; Mehdi et al. 2015; Hamilton et al. 2016). Fungsi-fungsi tersebut akan efektif jika hutan berada pada kondisi keseimbangan, artinya hutan tidak mengalami tekanan yang melampaui daya dukung lahannya (Darusman 2012).

Deforestasi terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Pulau Sumatera. Tercatat bahwa tutupan hutan di Sumatera pada tahun 2009 seluas ±12.69 juta ha dan pada tahun 2013 tersisa ±11.34 juta ha. Artinya, pada periode 2009-2013 telah terjadi pengurangan luas hutan ±1.53 juta ha, dengan laju kehilangan tutupan hutan ±0.38 juta ha/tahun (FWI 2014). Faktor ekonomi, terutama yang berskala perusahaan menjadi salah satu penyebabnya. Pertambangan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi sebagai penyebab terjadinya deforestasi. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar bahan tambang secara alami seringkali berada dalam kawasan hutan.

Usaha pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Sampai dengan tahun 2013 sebanyak 454 unit Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) diberikan kepada perusahaan untuk kegiatan operasi produksi tambang di Indonesia (DITJENPLAN 2013). Pertambangan merupakan sumberdaya alam potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa untuk pembangunan nasional. Pertambangan, khususnya batubara telah memberikan kontribusi nyata dalam sektor pembangunan. Cadangan batubara diperkirakan sebesar 22.25 miliar terdiri atas cadangan yang diperkirakan (probable) sebesar 15.13 miliar dan 7.12 miliar cadangan siap tambang. Jumlah produksi batubara Indonesia pada tahun 2013 mencapai 272.05 juta ton, 76.1% atau sebesar 207.06 juta ton diantaranya dijual ke luar negeri, sisanya 66.99 juta ton (24.9%) untuk kebutuhan dalam negeri(ESDM 2015). Kebutuhan batubara di dalam negeri terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2025 jumlahnya diperkirakan mencapai 192.33 juta ton, sedangkan ekspornya bisa mencapai 260.92 juta ton (Zahroh 2015).

(22)

terhadap degradasi lahan yang ditandai oleh penurunan produktivitas hutan, penurunan kualitas tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, dan terganggunya stabilitas lahan. Kondisi ini harus segera diatasi dengan perbaikan dan pemulihan terhadap kerusakan lahan dan vegetasi. Dibutuhkan sebuah mekanisme pengendalian yang efektif(Mansur 2011; Schiappacasse et al. 2012), salah satunya melalui optimalisasi kegiatan reklamasi hutan (Smith et al. 2016).

Reklamasi hutan bertujuan untuk perbaikan dan pemulihan ekosistem hutan yang terganggu sehingga kawasan hutan berfungsi kembali secara optimal sesuai peruntukannya (Camorani et al. 2005). Kegiatan reklamasi lahan hutan memberikan banyak manfaat bagi keberlanjutan fungsi hutan melalui rekonstruksi tanah (Mukhopadhyay et al. 2014), revegetasi (Meng et al. 2012; Bauman et al. 2015; Zhang et al. 2015; Clark dan Zipper 2016), pengaturan drainase, dan tataguna lahan (Lindner 2009; Traoré et al. 2015). Secara keseluruhan, revegetasi merupakan komponen terpenting dari serangkaian komponen reklamasi lainnya (Wei et al. 2011).

Sesungguhnya, dari sisi kebijakan pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.4/Menhut-II/2011 tentang pedoman reklamasi hutan, dan P.18/Menhut-II/2011 tentang pedoman pinjam pakai kawasan hutan. Hal penting yang tercantum dalam peraturan tersebut adalah: setiap perusahaan pertambangan dan energi memiliki kewajiban untuk mereklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam pakai, dalam rangka menata dan memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak, agar berfungsi kembali secara optimal sesuai peruntukannya.

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) merupakan salah satu perusahaan tambang yang areal konsesinya berada di dalam kawasan hutan dengan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 3453 ha.Berdasarkan SK Kemenhut 76/KPTS_II/ 2001tentang penunjukkan kawasan hutan dan perariran propinsi Sumatera Selatan dan SK Kemenhut 866/Menhut-II/2014 tentang kawasan hutan dan konservasi perairan Propinsi Sumatera Selatandiperoleh data bahwa Areal IPPKH PTBA termasuk dalam status kawasan hutan produksi. Berdasarkan ketentuan yang ada, PTBA mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kawasan tersebut menjadi hutan kembali. PTBA merupakan salah satu produsen batubara di Indonesia yang aktif melakukan kegiatan reklamasi. Hingga tahun 2014, total luasan yang telah direklamasi PTBA di areal bekas tambangnya mencapai luasan 1456.2 ha. Agar dapat terealisasi sesuai ketentuan, maka penilaian keberhasilan reklamasi hutan harus dilakukan.

(23)

Perumusan Masalah

Pedoman penilaiankeberhasilan reklamasi hutan sesungguhnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P60/Menhut-II/2009.Maksud dari pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaian keberhasilan rekalamasi hutan pada areal bekas tambang. Tujuannya agar pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bekas tambang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peruntukkannya.Kriteria dan indikator yang digunakan pada pedoman ini telah tersusun secara terstruktur dan komprehensif yang terdiri atas beberapa kriteria dan indikator yaitu (1) penataan lahan; (2) pengendalian erosi dan sedimentasi; (3) revegetasi.Namun, pedoman ini belum mengacu pada kembalinya struktur dan fungsi hutan yang stabil sesuai dengan peruntukan lahannya.

Setiap perusahaan tambang termasuk PT Bukit Asam mempunyai tujuan atau target reklamasi yang disesuaikan dengan peruntukan lahannya.Sehingga tentu saja tidak tepat jika penilaian yang dilakukan terhadap semua perusahaan tambang dengan status kawasan yang berbeda dinilai dengankriteriadan indikator yang sama. Agar kriteria dan indikator yang digunakan lebih spesifik mencerminkan kondisi hutannya, maka akan lebih baik jika pedoman penilaian keberhasilan reklamasi ini disesuikan dengan peruntukan lahannya. Kriteria dan indikator yang tepat harus dibangun berdasarkan tujuan akhir yang akan dicapai.

Kelemahan lain dari metode monitoringyaitupenerapan kriteria dan indikator penilaian keberhasilan reklamasi hutanbelum mempertimbangkan perbedaan jenis tambang. Selama ini, penggunaan kriteria dan indikator diterapkan secara umum pada semua jenis tambang. Kegiatan pertambangan yang dilakukan di kawasan hutan terdiri atas beberapa jenis, seperti oli dan gas, batubara, mineral-mineral, dan lain-lain.Masing-masing jenis tambang tersebut memiliki kandungan mineral yang berbeda sehingga setiap aktivitas pertambangan membutuhkan teknik berbeda dalam proses eksploitasi bahan tambangnya. Kondisi ini menyebabkan tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akan berbeda.

Beberapa penelitian penilaian keberhasilan reklamasi hutan di kawasan pertambangan telah dilakukan, diantaranya: Puspaningsih (2011) melakukan penelitian tentang keberhasilan reforestasi di kawasan pertambangan nikel PT INCO Soroako menemukan bahwa kriteria indikator keberhasilan reklamasi hutan ditunjukkan oleh sifat-sifat tanah secara kompleks, struktur tegakan, status biodiversitas, rekolonisasi, kehidupan satwa dan kondisi lingkungan hutan. Selain itu Rohyani (2012) yang melakukan penelitian di kawasan tambang emas PT Newmont Nusa Tenggara menemukan bahwa indikator fauna tanah yaitu kelimpahan collembola tanah mempengaruhi keberhasilan reklamasi hutan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penilaian keberhasilan reklamasi hutan pada setiap jenis tambang yang berbeda menghasilkan kriteria dan indikator yang berbeda pula.

(24)

kelemahan pada pedoman penilaian keberhasilan reklamasi hutan berdasarkan Permenhut No. P60/Menhut-II/2009. Dimana,kriteria penilaian terhadap keberhasilan reklamasi hutan dinilai dengan skor yang sama tanpa mempertimbangkan periode tahun tanam.

Ketepatan kegiatan pemantauan ditentukan oleh metode dan kriteria yang akan digunakan(King et al. 2005; Shalaby dan Tateishi 2007; Langner 2009; Lee dan Yeh 2009; del Barrio et al. 2010; Peijun et al. 2010; Schulz et al. 2010; Haq et al. 2012; Tovar et al. 2013) karena akan berpengaruh terhadap akurasi, efektifitas, dan objektifitas terhadap kesesuaian reklamasi hutan yang dilakukan. Penyederhanaan terhadap penggunaan kriteria dan indikator menjadi penting untuk dilakukanagar monitoring dapat dilakukan secara mudah, murah, konsisten dengan akurasi yang memadai. Hal ini dimasukkan agar monitoring keberhasilan reklamasi hutan mudah dilakukan. Idealnya, pencapaian keberhasilan dari kegiatan reklamasi hutan adalah terciptanya struktur dan fungsi hutan yang stabil (Gambar 1).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penting dalam penelitian ini:

1. Indikator apa sajakah yang dapat digunakan untuk menduga keberhasilan reklamasi hutan?

2. Bagaimana model monitoring keberhasilan reklamasi hutan yang dibangun dan peubah apa yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara?

3. Bagaimana kriteria keberhasilan reklamasi hutan berdasarkan umur pada areal bekas tambang batubara?

Novelty Penelitian

Setiap tambang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan berada pada status kawasan hutan yang berbeda pula. Penilaian keberhasilan reklamasi hutan yang dilakukan membutuhkan pendekatan berupa penggunaan kriteria dan indikator spesifik yang harus disesuaikan dengan karakteristik jenis tambang dan peruntukan lahannya. Penelitian ini, fokus pada penilaian terhadap keberhasilan reklamasi hutan di kawasan hutan produksi yang merupakan areal bekas tambang batubara.

(25)

Gambar 1Kerangka pemikiran penelitian Pertambangan

Deforestasi Degradasi

Lahan

Penurunan produktivitas hutan

Penurunan kualitas tanah

Hilangnya keanekaragaman

hayati

Terganggunya stabilitas lahan

Pemulihan

Reklamasi Hutan

Pencapaian keberhasilan reklamasi hutan

Monitoring & Evaluasi

Penentuan Kriteria & Indikator

Model monitoring keberhasilan reklamasi hutan

Kriteria keberhasilan reklamasi hutan Struktur &

(26)

.

Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model monitoring keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara. Tujuan utama penelitian dapat dicapai melalui tujuan-tujuan khusus, meliputi:

1. Mendapatkan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara PT. Bukit Asam.

2. Membangun model monitoring keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.

3. Membangun kriteria tingkat keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan:

1. Sebagai alat dalam monitoring keberhasilan reklamasi hutan khususnya di areal bekas tambang batubara yang murah, mudah, cepat dan akurat.

2. Sebagai dasar pengambil kebijakan dalam penyempurnaan metode kriteria dan indikator dalam monitoring dan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan

Kerangka Pendekatan Penelitian dan Sistematika Disertasi

Kerangka pendekatan menggambarkan permasalahan yang terkait dengan monitoring keberhasilan reklamasi hutan dan metode yang memuat tentang variabel-variabel dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian (Gambar 2). Secara garis besar sistematika penyusunan disertasi dibagi kedalam 6 bagian dengan susunan sebagai berikut:

1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah novelty penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta kerangka pendekatan peneitian dan sistematika penyusunan disertasi. Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 1.

2 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

(27)

3 INDIKATOR PENDUGA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA

Bagian ini menguraikan tentang penentuan indikator yang dapat digunakan untuk menduga keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara. Indikator yang digunakan dalam pendugaan keberhasilan reklamasi hutan adalah indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang lazim dan konsisten dengan kondisi tempat tumbuh berupa sifat fisik tanah, kimia tanah, serasah dan kondisi permukaan lahan dan beberapa indikator terkait dengan proses biologi pertumbuhan hutan seperti status biodiversitas, struktur tegakan dan kolonisasi (vegetasi awal). Indikator pertumbuhan dan produktivitas hutan yang dimaksudkan adalah nilai rata luas bidang dasar per satuan luas (LBDS), rata-rata volume biomassa atas permukaan per satuan luas (BIO), dan rata-rata-rata-rata laju pertumbuhan dimensi tegakan/riap volume (MAI). Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 3.

4 MODEL MONITORING KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA

Indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan yang terpilih (LBDS) dengan variabel penentunya (10 variabel), selanjutnya digunakan untuk membangun model monitoring dan standar skor penilaian keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara. Pembangunan model keberhasilan reklamasi hutan diawali dengan penentuan skor terhadap 10 variabel yang terpilih. Penentuan skor dilakukan dengan membuat model hubungan antara LBDS sebagai variabel terikat (variabel Y) dengan setiap variabel terpilih (variabel X). Standar skor yang diperoleh pada bervariasi pada setiap peubah mengikuti model yang terpilih. Setelah standar skor setiap variabel telah terbangun maka dilakukan penentuan bobot. Bobot ditentukan berdasarkan nilai eigen value dan eigen vector yang diperoleh dari analisis komponen utama. Tahapan selanjutnya adalah melakukan penyusunan model monitoring keberhasilan reklamasi hutan menghasilkan 10 model alternative, mulai dari model dengan kombinasi 10 variabel hingga model dengan 1 variabel. Alternatif susunan model dipilih berdasarkan nilai akurasi tertinggi di setiap variabel.Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 4.

5 PEMBAHASAN UMUM

(28)

Penelitian ini juga menemukan bahwa model monitoring keberhasilan reklamasi hutan dengan satu peubah yaitu skor kerapatan merupakan model terbaik. Model ini digunakan untuk membangun skor keberhasilan reklamasi hutan pada setiap umur dengan menggunakan skala grafis yang menyatakan hubungan antara umur tanaman dan skor keberhasilan reklamasi hutan. Penjelasan secara detail dapat dilihat pada BAB 5.

6 SIMPULAN DAN SARAN

(29)
(30)
(31)

Tabel 1Distribusi umur tanam revegetasi dan jenis vegetasi di areal reklamasi bekas tambang batubaraPT Bukit Asam Tahun 2015

No (tahun) Umur Tahun tanam Lokasi Jenis tanaman

(32)

udara. Data sekunder iklim diperoleh dari hasil rata-rata pengamatan curah hujan tiap bulan selama 11 tahun (Tabel 2).

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun tersebut, diketahui bahwa wilayah ini memiliki tipe iklim jenis A (klasifikasi Schmidt dan Ferguson). Tipe iklim A tersebut menjelaskan kondisi wilayah sekitar lokasi stasiun beriklim basah dengan dominasi hutan hujan tropis. Dilaporkan pula bahwa sebaran curah hujan bulanan pada wilayah ini, dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm) dan rata-rata bulan basah (bulan dengan curah hujan antara 100 – 200 mm) adalah 5.5%.

Tabel 2Data curah hujan bulanan periode 2002 - 2012

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah

Sumber: PT. Bukit Asam Tahun (2013)

Berdasarkan data curah hujan di stasiun pengamatan Air Laya menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan terendah berkisar 144 mm pada bulan Juli dan tertinggi 448 mm pada bulan Maret. Pada bulan Oktober sampai Mei, monsun yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan tinggi dan tekanan rendah di benua Asia dan Australia secara bergantian, sehingga mempengaruhi pergerakan monsun. Periode Desember – Januari - Februari angin bertiup dari Asia yang bertekanan tinggi ke arah Australia yang bertekanan rendah disebut monsun barat atau barat laut, demikian sebaliknya pada periode Juni-Juli-Agustus angin bergerak ke arah benua Asia disebut juga monsun Timur atau Tenggara. Monsun Barat biasanya lebih lembab daripada monsun Timur.

Kelembaban mempengaruhi evapotranspirasi dan jumlah air. Kelembaban banyak hubungannya dengan suhu, curah hujan dan angin. Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum untuk setiap tingkat pertumbuhannya (Trepekli et al. 2016).

(33)

Kelembaban nisbi udara maksimum berkisar 95-98%, sedangkan kelembaban nisbi udara minimum berkisar 35-46%. Evaporasi rata-rata bulanan terendah adalah 141 mm pada bulan Januari, sedangkan tertinggi mencapai 179 mm pada bulan September dan Oktober.

Kondisi Biofisik

Fisiografi

Kondisi topografi di lokasi penelitian bervariasi dari permukaan tanah yang datar sampai miring, dengan ketinggian antara 25 sampai 400 mdi atas permukaan laut. Secara fisiografis wilayah penelitian terletak di daerah dataran rendah Sumatera bagian Timur, dan secara morfologis terbentuk akibat pengikisan yang intensif terhadap batuan sedimen. Di samping pengaruh struktur geologi dan kekerasan batuan, secara geomorfologis terbagi dalam 3 satuan, yaitu satuan morfologis pegunungan, satuan morfologis perbukitan bergelombang dan satuan morfologis dataran aluvial.

Kawasan penambangan batubara di lokasi penelitian termasuk ke dalam perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 100 sampai 282 m di atas permukaan laut. Susunan batuan pada umumnya terdiri dari batu lempung (liat), batubara, batu pasir lanauan (Formasi Muara Enim, Formasi Air Benakat serta Formasi Talang Akar).

Tanah

Jenis tanah di lokasi penelitian cukup beragam yaitu Grumusol, Podsolik Merah Kuning, Mediteran, Regosol dan Organosol (Gambar 3). Jenis-jenis tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Grumusol

Beberapa literatur dan hasil kajian melaporkan bahwa di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada wilayah yang tingginya tak lebih dari 300 mdpl, dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rerata 25oC, dengan Curah Hujan < 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata. Bahan induk tersusun dari batu kapur, napal, tuff, endapan alluvial dan abu vulkanik. Pada tanah yang kaya kapur berwarna hitam sedangkan yang kelabu bersifat asam. Jenis tanah Grumosol mengandung unsur Ca dan Mg yang tinggi, bahkan terdapat konkresi kapur dan akumlasi kapur lunak, terutama di bagian bawah.

Tanah Grumosol berjenis lempung montmorilonit (tipe 2:1), sehingga tanah mempunyai daya adsorbsi tinggi (50 ‒ 100 me/100 gr lempung). Tanah ini adalah jenuh basa, memiliki kadar utama Ca dan Mg, memiliki pH 6.0 ‒ 8.2, makin dalam makin alkalis, dan dapat gerakan air dan keadaan aerasi buruk (Dorteliff 1989).

(34)

2. Podsolik Merah Kuning

Jenis tanah Podsolik Merah Kuning atau yang disebut juga Ultisol memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90 ‒180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerahmerahan hingga kuning atau kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat.

Jenis tanah ini gembur dibagian atas (top soil) dan teguh dibagian lapisan bawah tanah (sub soil). Adapun penyebarannya terutama di sepanjang sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan di pelembahan-pelembahan serta daratan tinggi. Bentuk wilayahnya adalah datar sampai agak melandai, oleh sebab itu sifat kimia dan fisik dari tanah ultisol sangat bervariasi, banyak tergantung kepada bahan induk dan letak topografinya.

Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top soil) umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah dan pH sangat rendah yaitu antara 4 ‒ 5.5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin ke bawah makin lambat. Dengan demikian maka produktivitas tanah adalah rendah sampai sedang.

3. Mediteran

Tanah Mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan bersifat tidak subur. Jenis tanah ini berasal dari batuan kapur keras (limestone) yang pada umumnya tersebar pada daerah beriklim subhumid, topografi karst, dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 mdpl. Tanah ini berwarna coklat, merah atau kuning dengan pH yang tinggi dari tanah lain yang berbahan induk batu pasir. PH yang seringkali mencapai di atas 7 dan ketersediaan air yang sulit.

Kandungan bahan organik tanah mediteran umumnya rendah sampai sangat rendah. Pada horizon A atau lapisan tanah atas mengandung paling tinggi 3 persen. Tanah Mediteran mengandung banyak unsur kalsium dan magnesium yang kandungannya akan semakin kecil bila semakin tua usianya.

4. Regosol

(35)

Gambar 4 Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam (Sumber: PT. Bukit Asam 2013)

Kondisi Vegetasi

Tipe vegetasi di areal tambang PT Bukit Asam didominasi oleh vegetasi lahan kering. Komponen vegetasi yang ditemui sebagian besar merupakan jenis-jenis tanaman budidaya dan vegetasi hutan semak belukar dan anakan. Komposisi vegetasi sebagian besar tersusun dari berbagai jenis tanaman budidaya terutama tanaman tahunan. Pada areal tambang batubara, revegetasi yang ada terbatas dengan tanaman yang kurang beragam, karena sebagian besar merupakan tanaman introduksi (luar lokasi), sehingga fungsi vegetasi terbatas hanya untuk menahan erosi, meningkatkan penghijauan dan kesuburan tanah.

(36)

Tabel 3Jenis Vegetasi Menurut Tingkat Anakan di Areal Tambang PT Bukit Asam

No Nama Jenis Nama Latin

1 Mengkubang Macaranga gigantea

2 Laos hutan Alpinia mutica

3 Belidang Scleria sumatrana

4 Medang sepat Nyssa javanica

5 Simpur Dillenia obovata

6 Puspa Schima walichii

Sumber: PT Bukit Asam(2013)

Tabel 4Jenis Vegetasi Menurut Tingkat Pancang di Areal Tambang PT Bukit Asam

No Nama Jenis Nama Latin

1 Bamboo Bambusa vulgaris

2 Simpur Dillenia obovata

3 Durian Durio zibethinus

4 balik angina Mallotus paniculatus

5 Jering Pithecelobium jiringa

6 kayu sirih Piper aduncum

7 Petai Parkia speciosa

8 medang sepat Nyssa javanica

9 mahang bulat Macaranga tanarius

10 Mengkubang Macaranga gigantea

11 Terap Artocarpus elastica

12 Seru Schima wallichii

Sumber: PT Bukit Asam (2013)

Tabel 5Jenis Vegetasi Menurut Tingkat Tiang di Areal Tambang PT Bukit Asam

No Nama Jenis Nama Latin

1 Petai Parkia speciosa

2 Mengkubang Macaranga gigantea

3 Seru Schima walichii

4 Simpur Dillenia obovata

5 Mahang bulat Macaranga tanarius

Sumber: PT Bukit Asam (2013)

Tabel 6Jenis Vegetasi Menurut Tingkat Pohon di Areal Tambang PT Bukit Asam

No Nama Jenis Nama Latin

1 Simpur Dillenia obovata

2 Petai Parkia speciosa

3 Seru Schima walichii

4 balik angina Mallotus paniculatus

(37)

INDIKATOR PENDUGA KEBERHASILAN REKLAMASI

HUTAN DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA

Pendahuluan

Kegiatan pertambangan di kawasan hutan telah menjadi salah satu penyebab langsung dari degradasi hutan dan deforestasi. Selama dekade terakhir, jumlah aktivitas pertambangan di dalam kawasan hutan terus meningkat. Di Pulau Sumatera, telah dilaporkan bahwa ijin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk kegiatan pertambangan meningkat tajam sekitar 67% selama periode 2012‒ 2013 atau meningkat sekitar 5142.5 ha dari luas 4947.53 ha menjadi 10089.81 ha. Sekitar 28.8% dari total luasan IPPKH (2909.91 ha) terletak di Provinsi Sumatera Selatan (FWI 2014).

Secara umum, pertambangan dengan sistem penambangan terbuka telah menyebabkan degradasi hutan dan kerusakan lingkungan(Dontala et al. 2015)Degradasi hutan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif pada tegakan atau tapak (Lund 2009), penurunan komposisi spesies, produktivitas hutan dan keanekaragaman hayati (Virah-Sawmy et al. 2014;

Pengurangan dampak negatif kerusakan hutan dari aktivitas pertambangan membutuhkan suatu tindakan perbaikan melalui kegiatan reklamasi hutan. Reklamasi hutan bertujuan untuk memulihkan dan memperbaiki lahan dan vegetasi yang rusak agar hutan dapat berfungsi kembali sesuai peruntukan awalnya (Juwarkar dan Singh 2010; Sahu dan Dash 2011). Namun, melakukan memulihkan ekosistem hutan, terutama di daerah bekas pertambangan yang telah mengalami kerusakan masih sulit untuk dilakukan (Evans et al. 2013), dan merupakan tantangan berat yang memerlukan integrasi teknik reklamasi yang sesuai dengan kondisi lokasi(Parrotta dan Knowles 2001).Proses reklamasi hutan harus ditujukan untuk percepatan pemulihan hutan, dengan mempercepat terjadinya proses suksesi agar terbentuk hutan yang lestari(Setiadi 2005). Hal ini harus didukung pula oleh efektifitas kegiatan monitoring dan evaluasi keberhasilan reklamasi. Efektivitas yang dimaksud adalah pemilihan metode dan ketepatan dalam pemilihan kriteria dan indikator yang digunakan dalam penilaian (Mukhopadhyay et al. 2014).

(38)

2015).Sifat-sifat tanah seperti tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan kapasitas tukar kation merupakan faktor penting yang dipertimbangkan dalam menilai restorasi bekas tambang (Oktavia et al. 2015) serta indikator kestabilan tanah dan infiltrasi air(Munro et al. 2012). Pemantauan keberhasilan menggunakan indicator fauna tanah(Ruiz-Jaén dan Aide 2006; Cristescu et al. 2012) dan indeks kelimpahan collembola (kelompok invertebrata) sebagai indikator kesuburan tanah di areal bekas tambang emas(Rohyani 2012). Siklus hara dan dekomposisi serasah merupakan indikator untuk menilai pemulihan fungsi ekosistem(Grant et al. 2007). Pengukuran biodiversitas dalam mengevaluasi lokasi pertambangan yang berdasarkan database tentang tutupan lahan, kawasan lindung, aktivitas pertambangan, dan pengukuran nilai habitat (Kobayashi et al. 2014; Virah-Sawmy et al. 2014), sedangkan penilaian kesehatan hutan menggunakan vegetasi sebagai indikator untuk memantau perubahan yang terjadi secara berkesinambungan(Erener 2011; Kujala et al. 2015).

Meskipun sejumlah penelitian mengenai penilaian keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas pertambangan dengan berbagai indikator sudah dilakukan, namun penilaian keberhasilan reklamasi hutan dan kaitannya dengan fungsi pertumbuhan dan produktivitas hutan, yang menggunakan faktor-faktor tempat tumbuh sebagai peubah masih sangat terbatas. Padahal, fungsi pertumbuhan tegakan merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu dari tegakan, seperti: diameter, bidang dasar, tinggi, volume, biomassa dengan umur tegakan(Suhendang 1990; Husch et al. 2003; Vanclay 2003; Simon 2007). Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian secara spasial tentang faktor-faktor kunci yang dapat digunakan guna melakukan penilaian secara cepat, konsisten dan akurat terhadap reklamasi hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan di daerah bekas pertambangan batubara. Indikator yang memberikan hasil estimasi yang tertinggi selanjutnya akan digunakan sebagai indikator penentu dlam membangun indeks keberhasilan reklamasi hutan.

Metodologi

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan berupa data vegetasi dan data tanah. Data vegetasi terdiri atas diameter (dbh), jumlah dan jenis vegetasi dan tutupan tajuk. Sedangkan data tanah meliputi sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, serasah, dan kondisi permukaan tanah. Selanjutnya data yang diperoleh diolah untuk mendapatkan sejumlah peubah yang digunakan dalam mengidentifikasi indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan.

(39)

untuk mengukur ketebalan serasah, kamera Fish eye mengukur persentase tutupantajuk,tambang untuk membatasi plot pengamatan, timbangan menimbang sersah dan sampel tanah, plastik untuk menyimpan tanah dan serasah, dan tally sheet untuk mencatat data hasil pengukuran lapangan. Sedangkan alat analisis data yang digunakan adalahMicrosoftExcel, Minitabversi 16 dan Excel Statversi 2014.5.03.

Pengumpulan data lapangan

Data yang diukur di lapangan pada masing-masing plot meliputi inventarisasi vegetasi, sampel tanah dan pengamatan terhadap kondisi permukaan lahan.

1. Inventarisasi Vegetasi

Inventarisasi vegetasi dilakukan untuk memeperolah beberapa data vegetasi, yaitu: diameter (dbh), tinggi tanaman, serasah, persentase tutupan tajuk, jumlah dan jenis vegetasi. Pengukuran dan pengamatan terhadap terhadap vegetasi. Data vegetasi diperoleh dari pengukuran di plot pengamatan lapangan. Plot pengamatan ditentukan menggunakan metode stratifikasi sampling dengan mempertimbangkan umur tanam revegetasi dan pesentasi tutupan tajuk. Plot pengamatan lapangan diletakkan di hutan alam dan di areal revegetasi. Bentuk dan ukuran plot pengamatan pada kedua tutupan tersebut berbeda. Plot pengamatan dan pengukuran vegetasi pada tutupan hutan alam berbentuk persegi dengan 40 x 40 m dibagi menjadi 4 kuadran yaitu kuadran I, II, III dan IV.

Vegetasi tingkat pohon yang berdiameter ≥ 20 cm diukur pada semua kuadran,

(40)

Gambar 6Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi

Jumlah keseluruhan plot pengamatan pada penelitian ini adalah sebanyak 54 plot yang diperoleh dari 4 plot hutan alam dan 50 plot di areal revegetasi.

2. Pengambilan sampel tanah dan pengamatan terhadap kondisi

permukaan tanah

Plot pengambilan sampel tanah dan pengamatan kondisi permukaan tanah mengikuti plot vegetasi. Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukan pada kedalaman 030 cm, terdiri atas sampel tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh yang selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah dilakukan untuk memperoleh data sifat tanah. Data sifat tanah terdiri atas sifat fisik (bobot isi, fraksi pasir, fraksi klei dan fraksi debu) dan kimia tanah yaitu unsur hara makro (Ca, Mg, K, Na, KTK, C organic, N dan P). Sedangkan untuk data kondisi permukaan lahan meliputi bentuk dan kedalaman erosi.

3. Indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

Indikator digunakan sebagai penduga keberhasilan reklamasi hutan merupakan indikator yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan dan produktivitas hutannya. Beberapa indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan yang lazim dan konsisten dengan kondisi tempat tumbuh dan proses biologi pertumbuhan hutan adalah nilai rata-rata luas bidang dasar per satuan luas (LBDS), rata-rata volume biomassa atas permukaan per satuan luas (BIO),dan rata-rata laju pertumbuhan dimensi tegakan/riap (MAI)(Suhendang 1990) dengan rincian sebagai berikut:

1) Luas bidang dasar (LBDS) yaitu luas penampang diameter setinggi dada (dbh) per satuan luas. LBDS dinyatakan dalam satuan m2 ha-1.Rumus matematis yang digunakan untuk menghitung nilai LBDS adalah :

17,85 m

Plot Lingkaran 0,1 Ha

11,28 m

Plot Lingkaran 0,04 Ha

7,98 m

(41)

LBDS ∑ ( ⁄ )

……..……….………….(1)

Keterangan :

LBDS = Luas Bidang dasar Tegakan (m2 ha-1)

Π =3.14

di = Diameter pohon setinggi dada dari pohon ke i (m) Lp =Luas plot (Ha)

2) Riap volume rata-rata tahunan (MAI) yaitu rasio antara volume pohon pada umur ke t dengan umur pohon per satuan luas (Simon 2007). MAI dinyatakan dalam satuan m2 ha-1 t-1.Rumus matematis MAI adalah :

⁄ ………(2)

Keterangan :

MAI = riap rata-rata tahunan (m2 ha-1 t-1) Vt = Volume pada umur ke t

t =Umur

Lp =Luas plot (Ha)

3) Biomassa (BIO) adalah totalbiomassa di atas permukaan (Above Ground Biomass/AGB) dan biomassa serasahsertabiomassa tumbuhan bawah (BKT) yang dinyatakan dalam satuan ton ha-1. Biomassa di atas permukaan (AGB) dihitung menggunakan alometrik jenis dan alometrik Ketterings (Ketterings et. al 2001) sebagaiman yang disajikan pada Tabel 1. Sedangkan perhitungan biomassa serasah dan tumbuhan bawah menggunakan rumus umum, yaitu:

……...……….(3)

Keterangan :

= Berat kering tanur (kg)

= Berat basah contoh (kg)

= Berat basah contoh (kg)

= Berat basah total (kg)

Sehingga, biomassa (BIO) dihitung dengan persamaan:

BIO =

…….………..(4)

Keterangan :

= Biomassa total (kg ha-1), kg dibagi dengan 1000 (dikonversi menjadi ton

ha-1)

= Biomassa diatas permukaan (kg)

= Biomassa serasah dan tumbuhan (kg)

(42)

Tabel 7 Alometrik beberapa jenis pohon di areal revegetasi dan hutan alam PT Bukit Asam Tahun 2015

Nama lokal Nama latin Alometrik Sumber

Akasia daun kecil Acacia auriculiformis W= 0.027 D2.891 Balitbang 2012 Akasia daun lebar Acacia mangium W= 0.070 D2.58 Balitbang 2012 Puspa Schima wallichii W= 0.459 D 1.364 Balitbang 2012 Sengon Paraserianthes falcataria W= 0.148 D 2.299 Balitbang 2012

Jenis lain - W= 0.11Bj D 2.62 Ketterings et. al 2001

Ketiganyadijadikan sebagai variabel terikat (Y) dan diklasifikasikan ke dalam 5 kelas (sangat kecil, kecil, sedang, besar dan sangat besar) dan 3 kelas (kecil, sedang dan besar). Pengklasifikasian dilakukan untuk mendapatkan nilai akurasi yang tinggi pada berbagai indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan. Pengklasifikasian untuk 5 kelas pada penelitian ini menggunakan metode equal interval dengan persamaan:

EI = …..……….(5)

Keterangan :

EI = Equal interval

Nmax = Nilai maksimum setiap indikator Nmin = Nilai minimum setiap indikator k = Jumlah kelas

Untuk klasifikasi 3 kelas mengikuti nilai selang kelas (kecil, sedang, besar) pada klasifikasi 5 kelas. Selang nilai dan sebaran jumlah data setiap kelas LBDS, biomassa dan MAI untuk pengklasifikasian 5 kelas disajikan pada Tabel 8 dan untuk pengklasifikasian 3 kelas disajikan pada Tabel 9

Tabel 8Pengklasifikasian 5 kelas indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan (LBDS, Biomassa, MAI) di areal bekas tambang batubara PT Bukit

Tabel 9Pengklasifikasian 3 kelasindikator penduga keberhasilan reklamasi hutan (LBDS, Biomassa, MAI) di areal bekas tambang batubara PT Bukit Asam Tahun 2015

Notasi Deskripsi Selang LBDS (m2 haJumlah -1) Selang Biomassa(ton haJumlah -1) Selang MAI(m2 ha-1Jumlah t-1)

I Kecil ≤9.15 17 ≤49.61 21 ≤1.91 19

II Sedang 9.16–13.60 15 49.61–60.78 10 1.92–2.76 13

III Besar ≥13.61 15 ≥60.79 18 ≥2.77 17

(43)

mencerminkan keadaan tempat tumbuh dan proses biologi pertumbuhan hutan yang diukur menggunakan beberapa variabel. Variabel-variabel tersebut dijadikan sebagai variabel bebas pada penelitian ini (Tabel 10).

Tabel 10 Indikator penentu keberhasilan reklamasi hutan di areal bekas tambang batubara PT Bukit Asam

Kapasitas Tukar Kation (KTK) X9

C organik (BO) X10

Nitrogen (N) X11

Fosfor (P) X12

Serasah:

Ketebalan serasah (KS) X13

Berat kering serasah (BKS) X14

Kondisi permukaan lahan Tingkat erosi (E) X15

Status biodiversitas Indeks keanekaragaman Shannon (H’) X16 Indeks kekayaan Margalef (DMg) X17

Struktur tegakan Kerapatan tegakan (Kr) X18

Stratifikasi tajuk (St) X19

Persentase tutupan tajuk (C %) X20

Rekolonisasi Kolonisasi/vegetasi awal (KL) X21

Analisis Data

1. Analisis Multivariat

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memperhatikan hasil pengukuran di lapangan. Analisis statistik dilakukan untuk melihat rataan, standar deviasi dan coefficient of variance (CV) serta klasifikasi setiap indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan.

2. Uji Normalitas

(44)

= ( ( ) ...………(6) Keterangan :

= Jarak mahalanobis X j = Pengamatan yang ke–j

S-1 = Kebalikan (inverse) matriks ragam-peragam S

Kemudian diurutkan dari yang paling kecil ke yang paling besar. Selanjutnya, dibuat plot dengan nilai Chi–kuadrat menggunakan persamaan:

= [ ] ………...…………(7)

Keterangan :

= Nilai chi–kuadrat

= Frekuensi yang diharapkan

= Frekuensi yang diperoleh atau diamati

Data cenderung menyebar normal ganda jika plot kuantil khi-kuadrat cenderung membentuk garis lurus atau banyaknya nilai lebih besar dari 50%.Hasil uji normalitas ganda menunjukkan sebaran data mengikuti garis linier. Demikian juga banyaknya nilai untuk variabel bebas yaitu sebesar 55.1 % (>50.0%). Hal ini menunjukkan bahwa data mengikuti distribusi normal ganda (Johnson dan Wichern 2002).

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk memenuhi kaidah statistik pada analisis diskriminan. Uji multikolonieritas dimaksudkan untuk melihat hubungan diantara variabel bebas (variabel predictor). Analisis diskriminan dilakukan untuk menghindari masalah multikolinieritas. Tingkat keeratan hubungan antar variabel prediktor dihitung menggunakan koefisien korelasi Pearson.

r =

√ …...………(

8)

Keterangan :

= Banyaknya Pasangan data X dan Y Σx = Total Jumlah dari Variabel X Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X Σy2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Nilai koefisien korelasi Pearson berkisar antara -1 hingga 1. Besarnya nilai koefisien korelasi (baik positif maupun negatif) menunjukkan tingkat hubungan antar variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0.65. Nilai tersebut dijadikan sebagai batasan dalam memilih variabel(Aguayo et al. 2007).

(45)

4. Analisis Fungsi Diskriminan

Analisis diskriminan metode stepwise digunakan untuk menguji kelompok variabel bebas (predictor) yang dapat memisahkan klasifikasi variabel terikat (criterion). Variabel bebas berupa data kuantitatif berskala interval atau rasio sedangkan variabel terikat berupa data kualitatif berskala ordinal. Secara umum persamaan analisis diskriminan dapat dirumuskan sebagai berikut (Supranto 2010):

= + + + … + …..…………..….. (9)

Keterangan :

= nilai skor diskriminan kelas indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan ke–i

= peubah ke–k dari faktor kualitas tempat tumbuh ke–i

= koefisien diskriminan kelas ke–i dari peubah ke–0 sampai ke–k Model matematik untuk analisis diskriminan adalah sebagai berikut:

D[ ]

[

]

= + + + +… +

Suatu vektor X ( merupakan nilai dari variabel bebas yang akan dimasukkan dan dievaluasi oleh masing–masing fungsi diskriminan. Nilai yang paling besar (maksimum) merupakan fungsi diskriminan yang terpilih dari masing-masing kelasindikator penduga keberhasilan reklamasi hutan (Johnson dan Wichern 2002; Supranto 2010).

5. Uji akurasi klasifikasi

Menurut Jaya dan Kobayashi (1995), uji akurasi dilakukan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi parameter penduga keberhasilan reklamasi hutan yang dinyatakan dalam persen. Uji akurasi dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion matrix) atau disebut juga matriks kontingensi. Akurasi yang dihitung pada penelitian ini yaitu akurasi umum (overall accuracy).

………(10)

Keterangan :

OA = Nilai akurasi rata-rata umum (Overall Accuracy)

(46)

Tahapan pelaksanaan penelitian terangkum dalam bagan penelitian pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram alir tahapan penentuan indikator penduga keberhasilan reklamasi hutan

Hasil dan Pembahasan

1. LBDS

Nilai parameter LBDS diperoleh berdasarkan pengukuran diameter pohon setinggi dada (dbh) per satuan luas.Pengukuran LBDS dilakukan di hutan alam dan di areal revegetasi. Rataan LBDS masing-masing plot per tahun tanam tersaji padaTabel 11.

(47)

paniculatus), Mahang bulat(Macaranga tanarius) dan Medang sepat (Nyssa javanica ).

Di areal revegetasi, hasil perhitungan nilai coefficient of variance (CV) terhadap data LBDS berkisar antara 6.92% sampai 85.12%. Hal ini berarti bahwa data LBDS pada beberapa tahun tanam menunjukkan variabilitas yang relatif tinggi. Selain itu, rataan LBDS yang dihasilkan juga menunjukkan pola yang tidak teratur. Namun, secara keseluruhan besar kecilnya LBDS cenderung mengikuti umur tanaman. Pertambahan umur tanaman umumnya diikuti oleh pertambahan diameter pohon, yang secara langsung meningkatkan LBDS (Puspaningsih 2011). Rataan LBDS tertinggi dijumpai pada umur 20 tahun yang berkisar antara 19.31 ± 3.05 m2ha-1. Rataan LBDS terendah dijumpai pada tahun tanam termuda yaitu umur 1 tahun sebesar 0.41 ± 0.16 m2ha-1 dan umur 2 tahun sebesar 0.93 ± 0.40 m2ha-1. Tingginya LBDS di areal revegetasi berhubungan erat dengan kerapatan pohon (r= 0.64) dan persentase tutupan tajuk (r=0.65). Tingginya LBDS sangat erat hubungannya dengan kerapatan, jenis vegetasi, dan kelimpahan serasah di lantai hutan. Kerapatan pohon, persentase penutupan tajuk dan jenis vegetasi yang tinggi menghasilkan serasah yang terus-menerus. Serasah yang terdekomposisi berperan penting terhadap produktivitas dan siklus hara di dalam ekosistem hutan, terutama hutan tropis. Penguraian serasah akan membentuk humus dan memperkaya bahan organik dan jumlah mikroorganisme dalam tanah. Bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan stabilitas agregat, memperbesar peresapan air dalam tanah, serta meningkatkan kandungan nutrisi dalam tanah (Puspaningsih 2011). Serasah berperan untuk menyimpan cadangan hara, mengurangi bulk density, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, membentuk lapisan pelindung pada permukaan tanah serta mengatur kondisi iklim mikro (Sayer et al. 2007; Wood et al. 2009; Bhalawe et al. 2013). Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa besarnya nilai LBDS juga sangat dipengaruhi oleh faktor ketebalan topsoil. Berdasarkan hasil pengukuran lapang, penaburan top soil pada areal revegetasi rata-rata mencapai ketebalan 30‒ 80 cm di atas tanah timbunan. Pengelolaan top soil yang benar sangat berguna bagi siklus hara dan perkembangan biodiversitas (Parrotta dan Knowles 2001).

Tabel 11Rataan LBDS (m2 ha-1) di hutan alam dan di areal revegetasi kawasan tambang batubara PT Bukit Asam Tahun 2015

(48)

Faktor lain yang mempengaruhi LBDS adalah jenis vegetasi. Jenis yang banyak ditemukan baik di hutan alam dan di areal adalah jenis-jenis cepat tumbuh (fast growing species). Hutan alam di lokasi penelitian adalah hutan alam sekunder, dicirikan oleh dominasi vegetasi pionir seperti puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), keliat (Microcos tomentosa), laban (Vitex pinnata), kelangas (Aporosa aurita) dan jenis lain. Sedangkan pada areal revegetasi, jenis yang dominan adalah akasia daun kecil (Acacia auriculiformis), akasia daun lebar (Acacia mangium), angsana (Pterocarpus indicus), gamal (Gliricidia sepium), laban (Vitex pinnata), keliat (Microcos tomentosa), dan jenis lain (Gambar 8).

Umumnya penanaman langsung dengan jenis pohon lokal di areal revegetasi tidak berhasil dengan baik jika dibanding dengan introduksi jenis pionir. Jenis-jenis pohon lokal, khususnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi membutuhkan naungan di tahun awal penanaman, sehingga ketika ditanam di areal terbuka maka pertumbuhannya terhambat, bahkan mati (Mansur 2011). Dibutuhkan jenis-jenis vegetasi cepat tumbuh yang potensial untuk reklamasi lahan bekas tambang batubara. Pemilihan Jenis vegetasi cepat tumbuh didasarkan pada kemampuannya beradaptasi dengan kondisi tanah di areal reklamasi (Yassir dan Omon 2009).

Gambar 8 Proporsi jenis vegetasi tingkat pohon dan tiang yang dominan di hutan alam dan areal revegetasi PT. Bukit Asam Tahun 2016

2. Biomassa (BIO)

Parameter biomassa yang terukur bervariasi, baik di hutan alam maupun areal revegetasi pada setiap tahun tanam. Hasil perhitungan standar deviasi berkisar antara 0.03 sampai 57.59 dan coefficient of variance berkisar antar 0.55% sampai 82.50%, menunjukkan nilai yang besar pada beberapa tahun tanam. Hal ini berarti bahwa rataan biomassa yang terukur di plot hutan alam dan di areal revegetasi mempunyai variabilitas yang tinggi. Fluktuasi nilai biomassa yang terukur di hutan alam dan areal revegetasi pada setiap tahun tanam disajikan pada Tabel 12.

Rataan nilai biomassa diperoleh di hutan alam sebesar 98.70 ± 57.59 ton ha-1. Sedangkan di areal revegetasi, nilai biomassa tertinggi sebesar 93.13 ± 17.89

(49)

ton ha-1(umur tanaman 20 tahun dan yang terendah sebesar 1,97 ± 0,71 ton ha-1 (umur 1 tahun). Pada penelitian ini, Semakin tinggi umur tegakan maka nilai biomassa cenderung semakin tinggi. Namun, nilai biomassa yang diperoleh pada penelitian ini tidak sepenuhnya bergantung pada umur tegakan hutan.

Produksi biomassa memiliki korelasi positif yang erat dengan persentase proporsi jumlah pohon yang berdiameter ≥ 20 cm (r = 0.81), sebaliknya biomassa memiliki korelasi negatif dengan persentase proporsi jumlah tanaman yang berdiameter < 20 cm (r= -0.81). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi biomassa cenderung ditentukan oleh pohon yang berdiameter lebih dari ≥

20 cm (Gambar 9). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Basuki et al.(2009), bahwa kandungan biomassa pada hutan dipterocarpaceae campuran memiliki korelasi yang kuat (r = 0.89) dengan diameter. Selain itu,

faktor kerapatan pohon yang direpresentasikan oleh jumlah pohon (≥ 20 cm) per

satuan plot juga memiliki hubungan yang erat dengan biomassa (r = 0.73). Beberapa peneliti menemukan bahwa terdapat hubungan proporsional antara biomassa atas permukaan dengan kerapatan dan diameter pohon (Tersnawan dan Rosalina 2002; Chave et al. 2005; Chave et al. 2008; Chave et al. 2014).

Tabel 12 Rataan Biomassa (ton ha-1) di hutan alam dan di areal revegetasi kawasan tambang batubaraPT Bukit Asam Tahun 2015

No Tahun

tanam Umur Rataan Std Biomassa CV No Tahun tanam Umur Rataan Std Biomassa CV

1 2014 1 1.97 0.71 36.08 10 2002 13 65.17 53.77 82.50

2 2013 2 5.52 0.03 0.55 11 2001 14 57.46 10.30 17.93

3 2010 5 68.85 14.64 21.26 12 2000 15 34.79 19.70 56.61

4 2009 6 47.08 11.07 23.51 13 1999 16 51.75 31.91 61.67

5 2007 8 26.13 8.43 32.25 14 1998 17 53.27 13.17 24.73

6 2006 9 46.17 15.49 33.55 15 1997 18 63.15 17.67 27.98

7 2005 10 43.85 21.41 48.83 16 1996 19 84.56 37.43 44.26

8 2004 11 77.55 14.23 18.34 17 1995 20 93.13 17.89 19.20

9 2003 12 71.22 16.71 23.47 18 HA HA 98.70 57.59 58.35

Gambar

Tabel 1Distribusi umur tanam revegetasi dan jenis vegetasi di areal reklamasi bekas tambang batubaraPT Bukit Asam Tahun 2015
Gambar 4  Sebaran Jenis Tanah Di Areal Konsesi Pada PT Bukit Asam
Tabel 6Jenis Vegetasi Menurut Tingkat Pohon di Areal Tambang PT Bukit Asam
Gambar 6Bentuk dan ukuranplot lingkaran untuk areal revegetasi
+7

Referensi

Dokumen terkait