• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Penelitian Kuantitatif ····································

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

C. Analisis data dan pembahasan ··················································

1. Pembahasan Penelitian Kuantitatif ····································

a) Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini, pengujian instrumen dilakukan terhadap 83 orang responden yang bekerja di instansi pendidikan dan instansi kesehatan. Kuisioner telah disebarkan dan dikumpulkan kembali oleh peneliti yang dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2011.

b) Uji Validitas

Pengujian validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Analisis validitas kuesioner meliputi variabel kebersihan, variabel relasi, variabel pengawasan, variabel umpan balik, dan variabel motivasi. Adapun hasil uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Tabel 10 sampai dengan Tabel 14.

Tabel V.10

Uji Validitas Kuesioner Variabel Kebersihan

Item r hitung r tabel (Taraf Kepercayaan 95%) Keterangan Kebersihan 1 0,423 0,147 Valid Kebersihan 2 0,415 0,147 Valid Kebersihan 3 0,530 0,147 Valid Kebersihan 4 0,463 0,147 Valid Kebersihan 5 0,485 0,147 Valid

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai r hitung

korelasi product moment semua item pertanyaan dari variabel kebersihan lebih besar dari nilai kritis (r tabel) sebesar 0,147 pada

tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka seluruh item pertanyaan untuk variabel kebersihan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Tabel V.11

Uji Validitas Kuesioner Variabel Relasi

Item r hitung r tabel (Taraf Kepercayaan 95%) Keterangan Relasi 1 0,397 0,147 Valid Relasi 2 0,438 0,147 Valid Relasi 3 0,328 0,147 Valid Relasi 4 0,475 0,147 Valid Relasi 5 0,449 0,147 Valid Relasi 6 0,582 0,147 Valid Relasi 7 0,394 0,147 Valid

Sumber: data primer yang diolah.

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa nilai r hitung

korelasi product moment semua item pertanyaan dari variabel relasi lebih besar dari nilai kritis (r tabel) sebesar 0,147 pada tingkat

variabel relasi dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Tabel V.12

Uji Validitas Kuesioner Variabel Pengawasan

Item r hitung r tabel (Taraf Kepercayaan 95 %) Keterangan Pengawasan 1 0,551 0,147 Valid Pengawasan 2 0,592 0,147 Valid Pengawasan 3 0,539 0,147 Valid

Sumber: data primer yang diolah.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai r hitung

korelasi product moment semua item pertanyaan untuk variabel pengawasan kerja karyawan lebih besar dari nilai kritis (r tabel)

sebesar 0,147 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka seluruh item pertanyaan variabel pengawasan kerja karyawan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Tabel V.13

Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Umpan Balik

Item r hitung

r tabel

(Taraf Kepercayaan 95%)

Keterangan

Umpan balik 1 0,464 0,147 Valid

Umpan balik 2 0,591 0,147 Valid

Umpan balik 3 0,528 0,147 Valid

Umpan balik 4 0,584 0,147 Valid

Sumber: data primer yang diolah.

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai r hitung

korelasi product moment semua item pertanyaan untuk variabel umpan balik lebih besar dari nilai kritis (r tabel) sebesar 0,147 pada

tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka seluruh item pertanyaan variabel umpan balik dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Tabel V.14

Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Motivasi Item r hitung r table (Taraf Kepercayaan 95%) Keterangan Motivasi 1 0,458 0,147 Valid Motivasi2 0,593 0,147 Valid Motivasi3 0,579 0,147 Valid Motivasi4 0,570 0,147 Valid

Sumber: data primer yang diolah.

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa nilai r hitung

korelasi product moment semua item pertanyaan untuk variabel motivasi lebih besar dari nilai kritis (r tabel) sebesar 0,147 pada

tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka seluruh item pertanyaan variabel motivasi dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

c) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini variabel dinyatakan reliabel dengan melihat nilai Crobanch Alpha pada setiap variabel. Apabila nilai Crobanch Alpha masing-masing

variabel > r tabel maka butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.

Adapun hasil uji reliabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel 15 sampai tabel 19.

Tabel V.15

Uji Reliabilitas Variabel Kebersihan

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows pada tabel 15, dapat disimpulkan bahwa variabel kebersihan reliabel karena, nilai Cronbach’s Alpha ≥ r tabel sebesar 0,147.

Tabel V.16

Uji Reliabilitas Variabel Relasi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows pada tabel 16, dapat disimpulkan

Re liabil ity Statisti cs

.702 5

Cro nbac h's

Alp ha N o f Items

Re liabil ity Statisti cs

.722 7

Cro nbac h's

bahwa variabel relasi reliabel karena, nilai Cronbach’s Alpha ≥ r tabel sebesar 0,147.

Tabel V.17

Uji Reliabilitas Variabel Pengawasan

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows pada tabel 17, dapat disimpulkan bahwa variabel pengawasan reliabel karena, nilai Cronbach’s Alpha ≥ r tabel sebesar 0,147.

Tabel V.18

Uji Reliabilitas Variabel Umpan Balik

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows pada tabel 18, dapat disimpulkan bahwa variabel umpan balik reliabel karena, nilai Cronbach’s Alpha ≥ r tabel sebesar 0,147.

Re liabil ity Statisti cs

.711 3

Cro nbac h's

Alp ha N o f Items

Re liabil ity Statisti cs

.744 4

Cro nbac h's

Tabel V.19

Uji Reliabilitas Variabel Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows pada tabel 19, dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi reliabel karena, nilai Cronbach’s Alpha ≥ r tabel sebesar 0,147.

d) Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini ada 3 hipotesis yang diteliti, 2 hipotesis yang mencari perbedaan dengan menggunakan uji T test dua sample, sedangkan 1 hipotesis menggunakan korelasi, yang dimana akan mencari hubungan antara kedua variabel. ketiga Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

H1= Motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan berbeda dengan motivasi kerja

karyawan outsourcing yang bekerja di instansi

pendidikan.

Re liabil ity Statisti cs

.752 4

Cro nbac h's

H2a= Persepsi lingkungan kerja fisik (kebersihan) dari karyawan outsourcing yang bekerja di instansi

kesehatan berbeda dengan yang bekerja di instansi

pendidikan.

H2b= Persepsi lingkungan kerja non fisik (relasi, pengawasan, feedback) karyawan outsourcing yang

bekerja di instansi kesehatan berbeda dengan yang

bekerja di instansi pendidikan.

H3= Ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dan motivasi kerja karyawan outsourcing yang

bekerja di instansi pendidikan dan kesehatan.

Hipotesis 1 dan 2 akan dianalisis dengan menggunakan Uji perbedaan t test dua sampel dan hipotesis ke-3 akan dianalisis dengan menggunakan Uji korelasi Pearson Product Moment.

a. Analisis Hipotesis dengan Uji Perbedaan t test Dua Sampel

Analisis uji perbedaan akan membandingkan (membedakan) apakah kedua variabel tersebut sama atau tidak. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t (T.test) Dua Sampel

(Riduwan, 2008:214). Uji hipotesis pertama adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi kerja karyawan outsourcing di instansi kesehatan dan pendidikan. Sedangkan uji hipotesis kedua adalah

mengetahui apakah ada perbedaan persepsi lingkungan kerja karyawan outsourcing di instansi pendidikan dan kesehatan; dimana lingkungan kerja tersebut meliputi kebersihan, relasi, pengawasan, serta umpan balik.

Hasil Analisis Uji t test 2 sample

Sumber: data primer yang diolah.

Gr oup S tatis tics

35 76.06 4.820 .815

48 72.94 6.082 .878

35 17.60 1.684 .285

48 16.31 2.075 .299

Ins tansi

2 Instan si Pe ndid ikan 1 Instan si Ke seha tan 2 Instan si Pe ndid ikan 1 Instan si Ke seha tan Perseps i Kary awa n

terhadap Ling kung an Kerja Mo tivas i Kerja Ka ryawan

N Me an Std . Dev iatio n Std . Erro r Me an

Independent S amples Test

2.672 .106 2.512 81 .014 3.120 1.242 .649 5.591

2.605 80.391 .011 3.120 1.198 .736 5.503

2.979 .088 3.016 81 .003 1.288 .427 .438 2.137

3.116 80.012 .003 1.288 .413 .465 2.110

Eq ual variances as sumed Eq ual variances no t ass umed Eq ual variances as sumed Eq ual variances no t ass umed Perseps i Kary awan

terhadap Ling kung an Kerja Mo tivas i Kerja Karyawan

F Sig .

Lev ene's Tes t for Equality of Varian ces

t df Sig . (2-tailed)

Mean Differen ce

Std . Erro r

Differen ce Lo wer Up per 95% Con fiden ce In terval

of the Difference t-test fo r Equ ality o f Means

1) Berdasarkan output Uji t test 2 sample diperoleh nilai t statistik variabel motivasi kerja karyawan di instansi pendidikan dan kesehatan sebesar 3,016 lebih besar dari nilai t tabel dengan df :

α, (n - k) sebesar 1,990. Hasil output menunjukkan bahwa nilai

sig. t statistik sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05. Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut

Berdasarkan hasil pengujian dengan uji t 2 sampel diperoleh nilai t hitung variabel motivasi kerja karyawan di instansi pendidikan

dan kesehatan lebih besar dari nilai t tabel. Dengan demikian, maka

hipotesis 1 yang menyatakan bahwa variabel Motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan berbeda dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan, diterima. Peraturan pemerintah mengenai standar kebersihan lingkungan rumah sakit membuat motivasi

t tabel =

1,990

Gambar V.1. Kurva Pengujian Hipotesis Pertama dengan Uji t Penolakan Ho -t tabel = - 1,990 Penerimaan Ho 0 Penolakan Ho tY1Y2 = - 3,016

tinggi dari pada karyawan outaourcing yang bekerja di pendidikan.

2) Berdasarkan output Uji t test 2 sample diperoleh nilai t statistik variabel persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja di instansi pendidikan dan kesehatan sebesar 2,512 lebih besar dari nilai t

tabel dengan df : α, (n - k) sebesar 1,990. Output regresi juga

menunjukkan bahwa nilai sig. t statistik sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05. Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengujian dengan uji t 2 sampel diperoleh nilai t hitung variabel persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja di

instansi pendidikan dan kesehatan lebih besar dari nilai t tabel.

Dengan demikian, maka hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara persepsi lingkungan fisik / non fisik kerja

Penerimaan Ho

t tabel =

1,990

0

Gambar V.2. Kurva Pengujian Hipotesis Kedua dengan Uji t Penolakan Ho -t tabel = - 1,990 Penolakan Ho tY1Y2 = - 2,512

bekerja di instansi pendidikan, diterima. Peraturan pemerintah mengenai standar kebersihan lingkungan rumah sakit membuat persepsi lingkungan fisik / non fisik karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan lebih tinggi dari pada karyawan outaourcing yang bekerja di pendidikan.

b. Analisis Hipotesis dengan Uji Korelasi Pearson Product Moment

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk mencari hubungan antara persepsi lingkungan kerja dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan dan kesehatan. Instansi pendidikan dan instansi kesehatan merupakan populasi yang berbeda, maka dalam penyelesaian hipotesis ketiga ini peneliti akan menghitung secara terpisah sesuai dengan populasi yang ada. Uji yang digunakan adalah Uji Pearson Product Moment (PPM). Korelasi PPM dilambangkan dengan dengan ketentuan nilai tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤1). Apabila r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, sedangkan r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat kuat).

 Instansi Kesehatan. 1) Hipotesis 3a:

H3= Ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan.

Tarif signifikansi yang digunakan sebesar 5% (0,05).

3) Menentukan

Korelasi PPM dilambangkan dengan r, ketentuan nilai tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤1). Apabila r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, sedangkan r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat kuat).

Berikut hasil perhitungan dari SPSS versi 16.0: Tabel V.21

Hasil Analisis Korelasi di Instansi Kesehatan

4) Menarik kesimpulan

Berdasarkan hasil Output SPSS tersebut, diketahui besar r untuk karyawan di instansi kesehatan adalah r = 0,737 dalam ketentuan

De scriptive Statisti cs

72.94 6.082 48

16.31 2.075 48

X Persep si Karyawan terhadap Lingkungan Kerja Y M otivasi Kerja Karyawan

Mean Std. Deviation N Correlations 1 .737** .000 48 48 .737** 1 .000 48 48

Pea rson Corre lation Sig . (2-ta iled) N

Pea rson Corre lation Sig . (2-ta iled) N

X Perse psi Karyawan terh adap Ling kung an Ke rja

Y M otiv asi Kerja Karya wan

X Perse psi Karyawan terh adap Ling kung an

Ke rja

Y M otiv asi Ke rja Ka ryawa n

Co rrelation is significant at th e 0.01 level (2-ta iled). **.

bahwa antara persepsi lingkungan kerja yang melingkupi kebersihan, relasi, pengawasan, dan umpan balik, dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan mempunyai hubungan yang kuat/positif, H0 ditolak.

 Instansi Pendidikan. 1) Hipotesis 3b:

H3= Ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi Pendidikan.

2) Menentukan

Tarif signifikansi yang digunakan sebesar 5% (0,05).

3) Menentukan

6) Menarik kesimpulan

Berdasarkan hasil Output SPSS tersebut, diketahui besar r untuk karyawan di instansi pendidikan adalah r = 0,427 dalam ketentuan korelasi PPM -1 ≤ r ≤1 sehingga -1 ≤ 0,427 ≤1. Dapat disimpulkan bahwa antara persepsi lingkungan kerja yang melingkupi kebersihan, relasi, pengawasan, dan umpan balik, dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan mempunyai hubungan yang kuat/positif, H0 ditolak.

De scriptive Statisti cs

76.06 4.820 35

17.60 1.684 35

X Persep si Karyawan terhadap Lingkungan Kerja Y M otivasi Kerja Karyawan

Mean Std. Deviation N Correlations 1 .427* .011 35 35 .427* 1 .011 35 35 Pearson Correlatio n Sig . (2-t ailed) N Pearson Correlatio n Sig . (2-t ailed) N

X Persepsi Karyawan t erhad ap Lin gkun gan Kerja

Y Motiv asi Kerja Karyawan

X Persepsi Karyawan terhadap Ling kung an

Kerja

Y Motiv asi Kerja Karyawan

Co rrelat ion is sign ifican t at t he 0.05 lev el (2-tailed ). *.

1. Perbedaaan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di

instansi kesehatan dan instansi pendidikan.

Hipotesis 1 menyatakan bahwa Motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan berbeda dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan. Diperoleh dari nilai t hitung

variabel motivasi kerja karyawan di instansi pendidikan dan kesehatan lebih besar dari nilai t tabel. Karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan

lebih dituntut menghasilkan hasil kerja yang sesuai dengan peraturan tertulis dari pemerintah mengenai standar kebersihan rumah sakit. Peraturan dari pemerintah itulah yang membuat karyawan outsourcing di instansi kesehatan lebih termotivasi. Dengan kata lain motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan lebih tinggi dari karyawan outsourcing yang bekerja di Instansi pendidikan.

2. Perbedaan persepsi terhadap lingkungan kerja dari karyawan outsourcing

yang bekerja di instansi kesehatan dan instansi pendidikan.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja dari karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan dengan persepsi terhadap lingkungan kerja berbeda baik itu lingkungan kerja fisik maupun non fisik,diperoleh dari nilai t hitung variabel persepsi karyawan terhadap lingkungan

kerja di instansi pendidikan dan kesehatan lebih besar dari nilai t tabel.

outsoucing ditempatkan. Perbedaan dari segi kebersihan terletak pada peraturan dari pemerintah yang menetapkan standar kebersihan rumah sakit, sehingga karyawan diharuskan menciptakan kebersihan rumah sakit sesuai peraturan tersebut. Perbedaan dari segi relasi, konsumen dari kedua instansi mempunyai kepentingan yang berbeda dan suasana komunikasi yang berbeda pula. Peraturan pemerintah mengenai standar kebersihan lingkungan rumah sakit membuat persepsi lingkungan fisik / non fisik karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan lebih tinggi dari pada karyawan outaourcing yang bekerja di pendidikan. Dengan adanya peraturan tersebut kebersihan yang harus karyawan outsourcing ciptakan di rumah sakit membuat karyawan di instansi kesehatan lebih memperketat sistem kerja mereka dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah.

3. Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dan motivasi kerja

karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan dan juga yang

bekerja di instansi pendidikan.

Pada hipotesis ke 3a dan 3b yang ditekankan adalah hubungan antara persepsi lingkungan kerja dan motivasi karyawan outsourcing di mana dia ditempatkan. Fakta menyatakan bahwa memang ada hubungan yang kuat/positif antara persepsi terhadap lingkungan kerja dan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan maupun di instansi pendidikan. Hasil penelitian dapat disimpulkan hubungan antara persepsi

balik, dengan motivasi kerja karyawan outsourcing yang bekerja di instansi kesehatan mempunyai hubungan yang kuat/positif. Lingkungan kerja yang dihadapi oleh setiap karyawan outsourcing mempunyai peran penting dalam menumbuhkan motivasi kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan saling menguntungkan bagi karyawan maupun instansi akan meumbuhkan sinergi kerja yang baik, dan akan mendapatkan hasil kerja yang maksimal.