BAB IV HASIL PENELITIAN
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan september sampai Oktober 2020 dengan total 213 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 didapati hasil yaitu 112 orang (53%) penderita rinitis alergi dan 101 orang (47%) bukan penderita rinitis alergi. Didapati penderita rinitis alergi didominasi oleh perempuan yang terdiri dari 74 orang (55,2%) dan 38 orang (48,1 %) laki-laki.
Hasil ini menunjukkan angka yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafi (2015) terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2013-2014 terhadap 221 kasus rinitis alergi yang menunjukan lebih banyak pada perempuan yaitu 128 orang (57,92%).
Penelitian yang dilakukan Wardhani (2020) yang menunjukan lebih banyak pada perempuan penderita rinitis alergi sebesar 33,8%. Hal yang sama ditunjukan
Mental Health (MH) 56 (8-100) 68 (4-100) 0,540
Subtotal 56 (8-100) 68 (4-100) 0,054
Total Kualitas Hidup
74(26-94) 78 (9-95) 0,044
pada penelitian Kasim & Buchori (2020) yang menyimpulkan bahwa pasien rinitis alergi lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Didapatkan bukti adanya peranan hormon estrogen dan progesteron pada perempuan terhadap rinitis alergi.
Hormon estrogen dan progesteron pada perempuan mempunyai efek pro inflamasi, sebaliknya hormon testosteron pada laki laki mempunyai efek anti inflamasi.
Berdasarkan distribusi umur, rinitis alergi terbanyak pada usia 21 tahun sebanyak 111 (52%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa penderita rinitis alergi pada usia dewasa muda. Hasil penelitian lain yang mendukung, melaporkan 80% rinitis alergi berkembang dengan usia 20 tahun (Nurjannah, 2011).
Distribusi penyakit atopi lain terbanyak adalah asma dengan sejumlah 18 responden (8,4%) hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang melaporkan bahwa 30% hingga 90% pasien dengan asma memiliki rinitis bersamaan. Hal yang sama juga dipaparkan bahwa hubungan antara asma dan rinitis pada orang dewasa telah diakui selama beberapa dekade, yang menunjukkan bahwa mayoritas dari 1000 penderita asma juga menderita rinitis (Cingi et al, 2017). Penelitian lain yang dilakukan di lakukan di perguruan tinggi kedokteran di Karnataka Utara, India, dengan studi kasus-kontrol yang dilakukan antara Januari 2019 dan Maret 2019 menyatakan bahwa prevalensi orang dengan rinitis alergi di antara penderita asma adalah 57,5% (Kulkarni, 2020).
Sensitifitas alergi terhadap alergen menjadi penyebab utama faktor risiko penting dalam hubungan antara rinitis dan asma. Sebuah korelasi positif ditemukan antara durasi dan keparahan asma terhadap rinitis alergi. Tingkat keparahan rinitis cenderung sama dengan asma dan pada kebanyakan kasus, kasus rinitis mendahului atau dimulai dengan asma terlebih dahulu (Singh, 2019).
Distribusi riwayat penyakit atopi keluarga terbanyak adalah asma sebanyak 37 responden (17,4%) dan rinitis alergi dengan jumlah 32 responden (15%). Hal ini sesuai dengan penelitian tahun 2019 yang menyatakan bahwa riwayat rinitis dalam keluarga merupakan faktor risiko yang signifikan (OR 11,9; 95% CI, 6,9 - 20,3) (Singh, 2019).
Diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa seorang anak yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit alergi akan berisiko mengalami penyakit alergi dua sampai tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak punya riwayat penyakit alergi di keluarganya (Husni et al, 2020).
Sebuah penelitian yang dilakukan dengan lebih dari 3000 mahasiswa di universitas Jepang juga mengungkapkan hubungan positif antara riwayat keluarga dan rinitis alergi (Nishijima et al, 2018).
Hal tersebut didukung oleh Hampir 90% pasien atopi memiliki riwayat atopi pada salah satu orang tuanya. Bayi yang lahir dari kedua orang tua menderita atopi akan memiliki risiko lebih dari 80% menderita atopi, dan jika hanya salah satu orang tua maka bayi tersebut berisiko lebih dari 60%. Pola ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan menghasilkan antibodi IgE terhadap antigen spesifik baik secara inhalan atau ingestan yang diwariskan secara autosom dominan (Rudolph, 2007).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh perbedaan yang antara skor kualitas hidup mahasiswa penderita rinitis alergi dan kualitas hidup mahasiswa bukan penderita rinitis alergi dengan nilai p value <0,05 (p =0,044). Dalam kedokteran rumusan definisi tentang kualitas hidup adalah kondisi kesehatan dengan mempertimbangkan keadaan fisik, keadaan mental, situasi sosial dan sensasi tubuh (Jarosz et al, 2020).
Penelitian terkait SF-36, secara statistik terdapat perbedaan kualitas hidup antara kelompok rinitis alergi dan kontrol kelompok. Baik status kesehatan fisik dan mental, yang berpengaruh merugikan kepada penderitanya (Cingi et al, 2015).
Sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan pada mahasiswa dengan prevalensi rinitis alergi sebesar 58,5% juga melaporkan kualitas hidup yang lebih rendah.
(Kef & Güven, 2020).
Hal yang sama didukung dengan studi yang dilakukan di Korea pada orang dewasa yang melaporkan dampak rinitis alergi pada kesehatan fisik penderitanya, yang menyatakan gejala rinitis alergi miliki efek buruk pada tidur, aktivitas sehari-hari, status fisik, mental dan fungsi sosial. Penderita rinitis alergi juga mengalami kelelahan, sakit kepala, gangguan mood dan tidur, gangguan fisik,
masalah mental, dan disfungsi kognitif. Penelitian tersebut melaporkan lebih banyak stres yang dirasakan kelompok rinitis alergi dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR, 1,56, p = 0,003) dan depresi (OR, 1,72, p = 0,024) (Shin et al, 2018).
Penelitian lain yang mengunakan sampel 985 mahasiswa dari universitas di AS barat daya, menumjukan bahwa proses inflamasi pada rinitis alergi dilaporkan menyebabkan kelelahan, anhedonia, kehilangan nafsu makan, dan penarikan sosial atau hilangnya minat dalam kegiatan sosial (Vargas et al, 2018).
Dalam aspek kesehatan mental, hal ini selaras dengan penelitian yang mempelajari hubungan dalam aspek biologi molekuler, psikoneuroimunologi, dan farmakogenetik melaporkan bahwa respon kekebalan intranasal dapat secara langsung mempengaruhi respons biokimia dari sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis pada pasien alergi akibatnya meningkatkan dan memperpanjang gejala rinitis alergi (Tonelli et al, 2009). Hipotesis bahwa alergen dapat memicu gangguan mood, dan sensitisasi alergi melalui adanya peran sitokin. Dalam aspek fisiologis, peran obstruksi hidung dan efeknya merusak kualitas tidur yang mengakibatkan efek negatif pada gangguan kejiwaan. Gangguan fungsi kognitif dan efek kesejahteraan psikologis juga terjadi. Penjelasan lain yang mendukung adalah bahwa risiko genetik bersama dari alergi dan depresi dapat berkontribusi pada fenomena komorbid rinitis alergi dan depresi.
Berdasarkan teori, gejala yang menimbulkan penurunan kualitas hidup pada penderita rinitis alergi disebabkan patofisiologi rinitis alergi setelah mengalami sensitisasi, yaitu IgE disintesis kemudian melekat ke target sel. Adapun Sitokin atau kemokin yang berperan adalah IL-3, IL-4, IL-5, IL-13, granulocyte-machrophage colony stimulating factor (GM-CSF), eotaksin dan regulation on activation normal T cell expressed and secreted (RANTES). Yang kemudian Inhalasi antigen mengaktifkan sel mast dan sel Th2 di saluran napas. Keadaan tersebut akan merangsang produksi mediator inflamasi seperti histamin dan leukotrien dan sitokin seperti IL-4 dan IL-5 (Surjanto & Purnomo., 2018).
Histamin dan leukotrien dilepas dari basofil maupun sel mast dan akan menyebabkan timbulnya gejala secara cepat dalam beberapa menit. Gejala pada saluran napas atas meliputi rasa gatal pada hidung, bersin dan rinorea. Respons berikutnya akibat degranulasi sel mast karena terinduksi antigen disebut reaksi tipe lambat. Respons tipe lambat ini menimbulkan gejala obstruksi yang diawali dengan pajanan alergen oleh antigen presenting cell (APC) ke sel Th2CD4, yang selanjutnya terjadi pengeluaran sitokin yaitu IL-3, IL-5 dan GM-CSF. Hal inilah yang sangat berperan dalam timbulnya gejala yang menganggu penderita rinitis alergi (Surjanto & Purnomo., 2018).
Berdasarkan hasil analisis, nilai p <0,05 (p =0,044) menyatakan bahwa ada perbedaan antara kualitas hidup penderita rinitis alergi dan bukan penderita rinitis alergi. Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan antara kualitas hidup antara mahasiswa penderita rinitis alergi dengan mahasiswa yang bukan menderita rinitis alergi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Karakteristik penderita rinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 adalah 112 orang (52,6%) dan bukan penderita rinitis alergi sebanyak 101 orang (47,4 %).
2. Karakteristik responden penderita rinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 lebih tinggi pada perempuan yaitu 74 orang (55,2%).
3. Karakteristik penderita rinitis alergi terbanyak pada pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 adalah rentang umur 21 tahun yaitu sebanyak 111 rang (52%).
4. Karakteristik riwayat atopi lain pada mahasiswa fakultas Kedokteran Sumatera Utara angkatan 2017 sejumlah 19 orang (8,9%).
5. Karakteristik riwayat penyakit atopi keluarga pada mahasiswa fakultas Kedokteran Sumatera Utara angkatan 2017 sejumlah 74 orang (34,7%).
6. Median skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2020 yang menderita rinitis alergi sebesar 74 dengan nilai minimum 26 dan nilai maksimum 94.
7. Median total skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2020 yang bukan penderita rinitis alergi sebesar 78 dengan nilai minimum 9 dan nilai maksimum 95.
8. Terdapat perbedaan antara kualitas hidup mahasiswa penderita rinitis alergi dan kualitas hidup mahasiswa bukan penderita rinitis alergi, dengan nilai p = 0,044.
Sehingga hipotesa nol (Ho) ditolak.
5.2 SARAN
Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut berupa:
1. Bagi instansi kesehatan
Meningkatkan promosi kesehatan tentang rinitis alergi dilingkungan masyarakat.
2. Bagi masyarakat dan mahasiswa FK USU
Diharapkan bagi penderita rinitis alergi dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis penyakit dan menghindari paparan alergen untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mengunakan sampel yang lebih besar dan populasi yang berbeda untuk mengetahui prevalensi rinitis alergi dan kualitas hidup penderitanya.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya, cara melakukan penelitian tidak hanya dengan menggunakan kuesioner, namun dengan menggunakan metode diagnosis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
An, S. Y., Choi, H. G., Kim, S. W., Park, B., Lee, J. S., Jang, J. H., & Sung, M.
W. (2015). Analysis of various risk factors predisposing subjects to allergic rhinitis. Asian Pacific Journal of Allergy and Immunology, 33(2), 143–151.
https://doi.org/10.12932/ap0554.33.2.2015
Annesi-Maesano, I., Didier, A., Klossek, M., Chanal, I., Moreau, D., & Bousquet, J. (2002). The score for allergic rhinitis (SFAR): A simple and valid assessment method in population studies. Allergy: European Journal of Allergy and Clinical Immunology, 57(2), 107–114.
https://doi.org/10.1034/j.1398-9995.2002.1o3170.x
Bernstein, D. I., Schwartz, G., & Bernstein, J. A. (2016). Allergic Rhinitis:
Mechanisms and Treatment. Immunology and Allergy Clinics of North America, 36(2), 261–278. https://doi.org/10.1016/j.iac.2015.12.004
Blaiss, M. S., Hammerby, E., Robinson, S., Kennedy-Martin, T., & Buchs, S.
(2018). The burden of allergic rhinitis and allergic rhinoconjunctivitis on adolescents: A literature review. Annals of Allergy, Asthma and Immunology, 121(1), 43-52.e3. https://doi.org/10.1016/j.anai.2018.03.028
Brożek, J. L., Bousquet, J., Agache, I., Agarwal, A., Bachert, C., Bosnic-Anticevich, S., Brignardello-Petersen, R., Canonica, G. W., Casale, T., Chavannes, N. H., Correia de Sousa, J., Cruz, A. A., Cuello-Garcia, C. A., Demoly, P., Dykewicz, M., Etxeandia-Ikobaltzeta, I., Florez, I. D., Fokkens, W., Fonseca, J., … Schünemann, H. J. (2017). Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) guidelines—2016 revision. Journal of Allergy
and Clinical Immunology, 140(4), 950–958.
https://doi.org/10.1016/j.jaci.2017.03.050
Cao, Y., Wu, S., Zhang, L., Yang, Y., Cao, S., & Li, Q. (2018). Association of allergic rhinitis with obstructive sleep apnea: A meta-analysis. Medicine (United States), 97(51). https://doi.org/10.1097/MD.0000000000013783 CDC. 2000, Measuring healthy days: Population assessment of health-related
quality of life (pp. 4-6). Atlanta: CDC
Cheng, L., Chen, J., Fu, Q., He, S., Li, H., Liu, Z., Tan, G., Tao, Z., Wang, D., Wen, W., Xu, R., Xu, Y., Yang, Q., Zhang, C., Zhang, G., Zhang, R., Zhang, Y., Zhou, B., Zhu, D., … Zhang, L. (2018). Chinese society of allergy guidelines for diagnosis and treatment of allergic rhinitis. Allergy, Asthma
and Immunology Research, 10(4), 300–353.
https://doi.org/10.4168/aair.2018.10.4.300
Cingi, C. C., Muluk, N. B., Hancı, D., & Şahin, E. (2015). Impacts of allergic rhinitis in social communication, quality of life and behaviours of the patients. J Allergy Disord Ther, 2(002).
Cingi, C., Gevaert, P., Mösges, R., Rondon, C., Hox, V., Rudenko, M., ... &
Fokkens, W. J. (2017). Multi-morbidities of allergic rhinitis in adults:
European academy of allergy and clinical immunology task force report. Clinical and Translational Allergy, 7(1), 17.
Cordier, R., Brown, T., Clemson, L., & Byles, J. (2018). Evaluating the longitudinal item and category stability of the SF-36 full and summary scales
using rasch analysis. BioMed Research International, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/1013453
Devi, S., Munir, D., & Sofyan, F. (2019). The Sensitivity and Specificity of Score for Allergic Rhinitis (SFAR) Questionnaire as a Diagnostic Tool for Allergic Rhinitis in H. Adam Malik General Hospital, Medan. International Journal
of ChemTech Research, 12(02), 174–180.
https://doi.org/10.20902/ijctr.2019.120222
Dykewicz, M. S., Wallace, D. V., Baroody, F., Bernstein, J., Craig, T., Finegold, I., Huang, F., Larenas-Linnemann, D., Meltzer, E., Steven, G., Bernstein, D.
I., Blessing-Moore, J., Dinakar, C., Greenhawt, M., Horner, C. C., Khan, D.
A., Lang, D., Oppenheimer, J., Portnoy, J. M., … Wallace, D. V. (2017).
Treatment of seasonal allergic rhinitis: An evidence-based focused 2017 guideline update. Annals of Allergy, Asthma and Immunology, 119(6),
(2019). A systematic review of quality of life research in medicine and health sciences. Quality of Life Research, 28(10), 2641–2650.
https://doi.org/10.1007/s11136-019-02214-9 Harsono,A & Endaryanto, A. (2009). Rinitis Alergika.
Hays, R. D., Sherbourne, C. D., & Mazel, R. M. (1993). The rand 36‐ item health
survey 1.0. Health Economics, 2(3), 217–227.
https://doi.org/10.1002/hec.4730020305
Heale, R., & Twycross, A. (2015). Validity and reliability in quantitative studies.
Evidence-Based Nursing, 18(3), 66–67. https://doi.org/10.1136/eb-2015-102129
Hoehle, L. P., Speth, M. M., Phillips, K. M., Gaudin, R. A., Caradonna, D. S., Gray, S. T., & Sedaghat, A. R. (2017). Association between symptoms of allergic rhinitis with decreased general health-related quality of life.
American Journal of Rhinology and Allergy, 31(4), 235–239.
https://doi.org/10.2500/ajra.2017.31.4444
Husni TR, T. H. (2020). Perbandingan Kadar Immunoglobulin E Serum Pada Pasien Rinitis Alergi Dengan Faktor Risiko Genetik. Journal of Medical Science, 1(1), 49-53.
Ibekwe, P. U., & Ibekwe, T. S. (2016). Skin Prick Test Analysis in Allergic Rhinitis Patients: A Preliminary Study in Abuja, Nigeria. Journal of Allergy, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/3219104
Jarosz, M., Syed, S., Błachut, M., & Brzoza, K. B. (2020). Emotional distress and quality of life in allergic diseases. Wiad Lek, 73(2), 370-373.
Junaedi, I. (2015). Prevalensi rinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2014/2015.
Kakli, H. A., & Riley, T. D. (2016). Allergic Rhinitis. Primary Care - Clinics in Office Practice, 43(3), 465–475. https://doi.org/10.1016/j.pop.2016.04.009 Kamel TM, Abdelhai RA, Mowafy MA, Reda AM, Hassan MD. 2015, The effect
of patient education on health related quality of life among allergic rhinitis patients in cairo university outpateint clinics. International Journal Of Scientific & Techonlogy Research.4(02):96-100
Karimi, M., & Brazier, J. (2016). Health, Health-Related Quality of Life, and Quality of Life: What is the Difference? PharmacoEconomics, 34(7), 645–
649. https://doi.org/10.1007/s40273-016-0389-9
Kasim, M., & Buchori, R. M. (2020). Hubungan Rinosinusitis Kronik Dengan Rinitis Alergi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 271-277.
Kef, K., & Güven, S. (2020). The Prevalence of Allergic Rhinitis and Associated Risk Factors Among University Students in Anatolia. Journal of Asthma and Allergy, 13, 589.
Kim, D. H., Park, Y. S., Ji Jang, H., Kim, J. H., & Lim, D. H. (2016). Prevalence and allergen of allergic rhinitis in Korean children. American journal of rhinology & allergy, 30(3), e72-e78.
Klimek, L., Mullol, J., Hellings, P., Gevaert, P., Mösges, R., & Fokkens, W.
(2016). Recent pharmacological developments in the treatment of perennial and persistent allergic rhinitis. Expert Opinion on Pharmacotherapy, 17(5), 657–669. https://doi.org/10.1517/14656566.2016.1145661
Kulkarni, K. D., & Pattankar, T. P. (2020). Prevalence of allergic rhinitis among adult bronchial asthmatic patients of North Karnataka, India. Indian Journal of Respiratory Care, 9(2), 183.
Laccourreye, O., Werner, A., Giroud, J. P., Couloigner, V., Bonfils, P., &
Bondon-Guitton, E. (2015). Benefits, limits and danger of ephedrine and pseudoephedrine as nasal decongestants. European Annals of Otorhinolaryngology, Head and Neck Diseases, 132(1), 31–34.
https://doi.org/10.1016/j.anorl.2014.11.001
Linneberg, A., Dam Petersen, K., Hahn-Pedersen, J., Hammerby, E., Serup-Hansen, N., & Boxall, N. (2016). Burden of allergic respiratory disease: A systematic review. Clinical and Molecular Allergy, 14(1), 1–14.
https://doi.org/10.1186/s12948-016-0049-9
Lins, L., & Carvalho, F. M. (2016). SF-36 total score as a single measure of health-related quality of life: Scoping review. SAGE Open Medicine, 4, 205031211667172. https://doi.org/10.1177/2050312116671725
Mafee, M. F., Tran, B. H., & Chapa, A. R. (2006). Imaging of rhinosinusitis and its complications: Plain film, CT, and MRI. Clinical Reviews in Allergy and Immunology, 30(3), 165–185. https://doi.org/10.1385/CRIAI:30:3:165
Meltzer, E. O. (2016). Allergic Rhinitis. Burden of Illness, Quality of Life, Comorbidities, and Control. Immunology and Allergy Clinics of North America, 36(2), 235–248. https://doi.org/10.1016/j.iac.2015.12.002
Nishijima, H., Suzuki, S., Kondo, K., Yamasoba, T., & Yanagimoto, S. (2018).
Environmental factors associated with allergic rhinitis symptoms in Japanese university students: A cross-sectional study. Auris Nasus Larynx, 45(5), 1006-1013.
Nisa, R. (2017). Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun Incidence of Allergic Rhinitis with Acute Ot. J
Medula Unila, 7(1), 55.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:O5t2ukYS_LkJ:jurn al.fk.unila.ac.id/index.php/Medula/article/download/392/142+&cd=3&hl=id
&ct=clnk&client=firefox-b-ab
Nowicka, A., & Samoliński, B. (2015). Czy stosowanie glikokortykosteroidów donosowych u dzieci jest bezpieczne? Otolaryngologia Polska, 69(1), 1–10.
https://doi.org/10.5604/00306657.1136130
Nurjannah, N. (2011). Faktor Risiko Rinitis Alergi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2011. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 11(2), 60-65.
Nurhutami, A. D. Suprihati, S., Marliyawati, D., & Dewi, A. M. K. (2020).
Diponegoro medical journal. 9, 127–134.
Okubo, K., Kurono, Y., Ichimura, K., Enomoto, T., Okamoto, Y., Kawauchi, H., Suzaki, H., Fujieda, S., & Masuyama, K. (2017). Japanese guidelines for allergic rhinitis 2017. Allergology International, 66(2), 205–219.
https://doi.org/10.1016/j.alit.2016.11.001
Pitarini, A. P., Irawati, N., Poerbonegoro, N. L., Wulandari, D., & Badarsono, S.
(2015). Perubahan kualitas hidup, eosinofil mukosa hidung, dan interleukin-5 serum pasien rinitis alergi pasca terapi. Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 45(2), 121. https://doi.org/10.32637/orli.v45i2.116
Price, D., Scadding, G., Ryan, D., Bachert, C., Canonica, G. W., Mullol, J., Klimek, L., Pitman, R., Acaster, S., Murray, R., & Bousquet, J. (2015). The hidden burden of adult allergic rhinitis: UK healthcare resource utilisation survey. Clinical and Translational Allergy, 5(1), 1–12.
https://doi.org/10.1186/s13601-015-0083-6
Rafi, M., Adnan, A., & Masdar, H. (2015). Gambaran Rinitis Alergi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2013-2014. Jom FK Universitas Riau, 2(2), 1–11.
Royal, C. (2019). Back to basics: Allergic rhinitis. Current Allergy and Clinical Immunology, 32(4), 206–210.
Rudolph AM (ed) (2007). Buku ajar pediatric Rudolph. Jakarta: EGC
Sakano, E., Sarinho, E. S. C., Cruz, A. A., Pastorino, A. C., Tamashiro, E., Kuschnir, F., Castro, F. F. M., Romano, F. R., Wandalsen, G. F., Chong-Neto, H. J., Mello, J. F. d., Silva, L. R., Rizzo, M. C., Miyake, M. A. M., Rosário Filho, N. A., Rubini, N. de P. M., Mion, O., Camargos, P. A., Roithmann, R., … Solé, D. (2018). IV Brazilian Consensus on Rhinitis – an update on allergic rhinitis. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology, 84(1), 3–14. https://doi.org/10.1016/j.bjorl.2017.10.006
Surjanto, E., & Purnomo, J. (2018). Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan Rinitis.
Scadding, G. K., & Scadding, G. W. (2016). Diagnosing Allergic Rhinitis.
Immunology and Allergy Clinics of North America, 36(2), 249–260.
https://doi.org/10.1016/j.iac.2015.12.003
Schuler IV, C. F., & Montejo, J. M. (2019). Allergic Rhinitis in Children and Adolescents. Pediatric Clinics of North America, 66(5), 981–993.
https://doi.org/10.1016/j.pcl.2019.06.004
Seidman, M. D., Gurgel, R. K., Lin, S. Y., Schwartz, S. R., Baroody, F. M.,
Bonner, J. R., Dawson, D. E., Dykewicz, M. S., Hackell, J. M., Han, J. K., Ishman, S. L., Krouse, H. J., Malekzadeh, S., Mims, J. W., Omole, F. S., Reddy, W. D., Wallace, D. V., Walsh, S. A., Warren, B. E., … Nnacheta, L.
C. (2015). Clinical Practice Guideline: Allergic Rhinitis.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 152, S1–S43.
https://doi.org/10.1177/0194599814561600
Shin, J. H., Roh, D., Lee, D. H., Kim, S. W., Kim, S. W., Cho, J. H., ... & Kim, B.
Y. (2018). Allergic rhinitis and rhinosinusitis synergistically compromise the mental health and health-related quality of life of Korean adults: A nationwide population-based survey. Plos one, 13(1), e0191115.
Singh, R. K., & Simalti, A. K. (2019). Coexistence of Allergic Rhinitis in Children Attending Paediatric Asthma Clinic. Journal of Nepal Paediatric Society, 39(3), 142-146.
Small, P., Keith, P. K., & Kim, H. (2018). Allergic rhinitis. Allergy, Asthma and Clinical Immunology, 14(s2), 1–11. https://doi.org/10.1186/s13223-018-0280-7
Supit, V., Wungouw, H. I. S., & Engka, J. N. (2019). Hubungan Lama Kerja Dengan Kejadian Rinitis Alergi Pada Pekerja. Jurnal Medik Dan Rehabilitasi (JMR), 1(3), 1–4.
Suzuki, M., Nakayama, M., Ando, K. B., Arima, S., Nakamura, Y., Yokota, M., &
Murakami, S. (2018). Sleep disturbance and hyperactivity detected by actigraphy in rats with allergic rhinitis or attention-deficit hyperactivity disorder. Tohoku Journal of Experimental Medicine, 246(2), 65–71.
https://doi.org/10.1620/tjem.246.65
Taherdoost, H. (2018). Validity and Reliability of the Research Instrument; How to Test the Validation of a Questionnaire/Survey in a Research. SSRN Electronic Journal, 5(3), 28–36. https://doi.org/10.2139/ssrn.3205040
Tinartayu, S., & Riyanto, B. U. D. (2015). SF-36 sebagai instrumen penilai kualitas hidup penderita tuberkulosis (TB) paru. Mutiara Medika: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 15(1), 7–14.
https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/2488/2552
Tonelli, L. H., Katz, M., Kovacsics, C. E., Gould, T. D., Joppy, B., Hoshino, A., ... & Postolache, T. T. (2009). Allergic rhinitis induces anxiety-like behavior and altered social interaction in rodents. Brain, behavior, and immunity, 23(6), 784-793.
Vargas, P. A., Bucko, A., & Robles, E. (2018). The link between allergic disease and depression in young adults: A structural equation modelling analysis. Arch Depress Anxiety, 4(2), 040-055.
Venkateswarlu, V., Reddy, R., Ch, H., & Kumari, V. (2017). Prevalence of Psychological Stress in Allergic Rhinitis Patients Attending a Tertiary Care Hospital-A Cross Sectional Study.
Wallace, D. V., & Dykewicz, M. S. (2017). Seasonal Allergic Rhinitis: A focused systematic review and practice parameter update. Current Opinion in Allergy
and Clinical Immunology, 17(4), 286–294.
https://doi.org/10.1097/ACI.0000000000000375
Wardhani, M., Juwita, R. I., & Purwoko, M. (2020). Hubungan Antara Jenis
Kelamin dan Riwayat Asma dengan Rinitis Alergi pada Pelajar SMP Muhammadiyah 3 Palembang. MED-ART, 2(1).
World Health Organization. Quality of Life Assessment: An Annotated Bibliography. WHO/MNH/PSF/94.1, WHO, Geneva, 1994.
Wise, S. K., Lin, S. Y., Toskala, E., Orlandi, R. R., Akdis, C. A., Alt, J. A., Azar, A., Baroody, F. M., Bachert, C., Canonica, G. W., Chacko, T., Cingi, C., Ciprandi, G., Corey, J., Cox, L. S., Creticos, P. S., Custovic, A., Damask, C., DeConde, A., … Zacharek, M. (2018). International Consensus Statement on Allergy and Rhinology: Allergic Rhinitis. International Forum of Allergy and Rhinology, 8(2), 108–352. https://doi.org/10.1002/alr.22073
Wuryanti, T., Sumadiono, S., & Wibowo, T. (2016). ASI Eksklusif sebagai Faktor Protektif Rinitis Alergi pada Anak. Sari Pediatri, 17(1), 59.
https://doi.org/10.14238/sp17.1.2015.59-63
Yudhistira,Ninik Sukartini, Suzanna Immanuel, Iris Rengganis. (2019). Evaluasi Pemeriksaan Imunoglobulin E Spesi k Menggunakan Immunoblot Assay dengan Baku Emas Skin Prick Test Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia
Yusuf, M. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Sekolah Dasar. Paedagoria | FKIP UMMat, 9(1), 37.
https://doi.org/10.31764/paedagoria.v9i1.269
Zhang, L., & Zhang, Y. (2019). Increasing prevalence of allergic rhinitis in China.
Allergy, Asthma and Immunology Research, 11(2), 156–169.
https://doi.org/10.4168/aair.2019.11.2.156
Lampiran A. Biodata Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ayu Betty Hutagaol
NIM : 170100069
Tempat / Tanggal Lahir : Percut, 6 Oktober 1998
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Charles Hutagaol
Nama Ibu : Sinta Fatmawati S.Pd
Alamat : Jl. Gereja No. 458 Percut Sei Tuan Riwayat Pendidikan : 1. SDN 105295 Percut (2005-2006)
2. SD HKBP Percut (2006-2008)
3. SDN 101779 Percut (2008 – 2011)
4. SMP Negeri 3 Percut (2011 – 2014) 5. SMA Negeri 1 Percut (2014 – 2017)
6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera