• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris karena penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat antara resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah Candida albicans.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Jumlah Candida albicans Setelah Dilakukan Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis 10%, 30%, dan 50%

Tabel 5 memperlihatkan jumlah koloni Candida albicans pada kelompok ekstrak kayu manis 10% lebih banyak dibandingkan ekstrak kayu manis 30%, 50% dan kontrol. Pada ekstrak kayu manis 10% jumlah Candida albicans tertinggi terdapat pada sampel pertama yaitu 205x100 CFU/ml dan jumlah Candida albicans terendah pada sampel ke lima yaitu 101x100 CFU/ml. Pada ekstrak kayu manis 30% jumlah Candida albicans tertinggi terdapat pada sampel ke tiga yaitu159x100 CFU/ml dan jumlah Candida albicans terendah pada sampel keenam yaitu 99x100 CFU/ml. Pada kelompok ekstrak kayu manis 50% jumlah Candida albicans tertinggi terdapat pada sampel ketiga yaitu 105x100 CFU/ml dan jumlah Candida albicans terendah terdapat pada sampel keempat yaitu 41x100 CFU/ml. Pada kelompok kontrol jumlah Candida albicans tertinggi terdapat pada sampel ke tiga yaitu 76x100 CFU/ml dan jumlah Candida albicans terendah terdapat pada sampel ke lima yaitu 27x100 CFU/ml.

Tabel 5 juga memperlihatkan nilai rerata dan standar deviasi dari masing- masing kelompok. Nilai rerata dan standar deviasi jumlah Candida albicans pada kelompok ekstrak kayu manis 10% adalah 163,33±37,96, Nilai rerata dan standar

deviasi jumlah Candida albicans pada kelompok ekstrak kayu manis 30% adalah 134,83±29,40, nilai rerata dan standar deviasi jumlah Candida albicans pada kelompok ekstrak kayu manis 50% adalah 72,17±23,66, dan nilai rerata dan standar deviasi jumlah Candida albicans pada kelompok kontrol adalah 47,67±19,86. Data yang didapat adalah data yang bervariasi, dimana nilai rata-rata yang didapatkan adalah dengan nilai tinggi dan rendah. Untuk menunjukkan hasil data tersebut terdistribusi normal atau tidak dilakukan tes Homogenity of Variances. Hasil yang didapatkan dari tes Homogenity of Variances menunjukkan data yang didapatkan terdistribusi normal dan nilai varian yang sama yaitu sig=0,46 (sig>0,05).

Faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah koloni Candida albicans adalah kekasaran dan porositas pada setiap sampel uji. Hal ini disebabkan teknik merapikan sampel uji yang tidak sempurna karena permukaan resin akrilik polimerisasi panas dirapikan secara manual yaitu dengan menggunakan kertas ampelas nomor 600 sehingga hal ini menyebabkan permukaan akrilik tidak menghasilkan permukaan poles yang sama dalam tingkat kehalusan untuk setiap sampel uji. Mekhanzie M (2012) menyatakan bahwa permukaan gigitiruan yang tidak dilakukan pemolesan akan mempermudah perlekatan plak dan merupakan tempat yang baik untuk menetapnya kuman.40 Namira U (2013) menyimpulkan bahwa proses merapikan permukaan resin akrilik polimerisasi panas secara manual akan mengakibatkan permukaan resin akrilik polimerisasi panas menjadi tidak mendapatkan tingkat kehalusan yang sama pada setiap sampel dan permukaan resin akrlik polimerisasi panas masih terdapat permukaan yang kasar, sehingga menjadi tempat retensi bagi Candida albicans. Selain itu bila ada permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang mengalami poreus, hal ini juga dapat menjadi tempat retensi bagi Candida albicans.12

5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis 10%, 30% dan 50% terhadap Jumlah Candida albicans

Tabel 6 memperlihatkan nilai rata-rata dan simpangan baku dari kelompok perlakuan ekstrak kayu manis konsentrasi 10% (Cinnamomum burmanii) dan klorheksidin (kontrol). Nilai rerata dan simpangan baku kayu manis konsentrasi 10% (Cinnamomum burmanii) adalah 163,33±37,96 CFU/ml. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok kontrol adalah 47,67±19,86 CFU/ml. Berdasarkan nilai rerata dan simpangan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Candida albicans yang tersisa pada kelompok kontrol lebih sedikit daripada kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 10%. Jumlah Candida albicans pada resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dari uji statistik ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh p=0,001 (p<0,05), hal tersebut berarti rata-rata kedua kelompok tersebut berbeda. Kontrol yang dipakai sebagai perbandingan merupakan kontrol positif yang berarti kontrol tersebut sudah terbukti efektif terhadap jumlah Candida albicans, setelah dibandingkan dengan ekstrak kayu manis 10% ternyata jumlah Candida albicans lebih banyak dibandingkan kontrol dan tingkat signifikansinya diperoleh perbedaan yang signifikan, hal ini berarti tidak ada pengaruh ekstrak kayu manis 10% terhadap julmlah Candida albicans secara statistik.

Tabel 7 memperlihatkan nilai rata-rata dan simpangan baku dari kelompok perlakuan ekstrak kayu manis konsentrasi 30% (Cinnamomum burmanii) dan klorheksidin (kontrol). Nilai rerata dan simpangan baku kayu manis konsentrasi 30% (Cinnamomum burmanii) adalah 134,83±29,40 CFU/ml. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok kontrol adalah 47,67±19,86 CFU/ml. Berdasarkan nilai rerata dan simpangan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Candida albicans yang tersisa pada kelompok kontrol lebih sedikit daripada kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 30%. Jumlah Candida albicans pada resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dari uji statistik ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh p=0,001 (p<0,05), hal tersebut berarti rata-rata kedua kelompok tersebut berbeda.

Kontrol yang dipakai sebagai perbandingan merupakan kontrol positif yang berarti kontrol tersebut sudah terbukti efektif terhadap jumlah Candida albicans, setelah dibandingkan dengan ekstrak kayu manis 30% ternyata jumlah Candida albicans lebih banyak dibandingkan kontrol dan tingkat signifikansinya diperoleh perbedaan yang signifikan, hal ini berarti tidak ada pengaruh ekstrak kayu manis 30% terhadap julmlah Candida albicans secara statistik.

Tabel 8 memperlihatkan nilai rata-rata dan simpangan baku dari kelompok perlakuan ekstrak kayu manis konsentrasi 50% (Cinnamomum burmanii) dan klorheksidin (kontrol). Nilai rerata dan simpangan baku kayu manis konsentrasi 50% (Cinnamomum burmanii) adalah 72,17±23,66 CFU/ml. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok kontrol adalah 47,67±19,86 CFU/ml. Berdasarkan nilai rerata dan simpangan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Candida albicans yang tersisa pada kelompok kontrol lebih sedikit daripada kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 50%. Jumlah Candida albicans pada resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dari uji statistik ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh p=0,05 (p>0,05), hal tersebut berarti rata-rata kedua kelompok tersebut berbeda. Kontrol yang dipakai sebagai perbandingan merupakan kontrol positif yang berarti kontrol tersebut sudah terbukti efektif terhadap jumlah Candida albicans, setelah dibandingkan dengan ekstrak kayu manis 50% ternyata jumlah Candida albicans lebih banyak dibandingkan kontrol, namun tingkat signifikansinya diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini berarti ada pengaruh ekstrak kayu manis 50% terhadap julmlah Candida albicans atau ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan kontrol mempunyai pengaruh yang sama terhadap jumlah Candida albicans secara statistik. Dapat dilihat terjadi penurunan jumlah Candida albicans dari ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 30% dan dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 50%. Hasil ini sama dengan penelitian Christian D (2013) bahwa kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat mempengaruhi jumlah pertumbuhan Candida albicans pada plat resin akrilik dan semakin besar konsentrasi ekstrak kayu manis maka jumlah Candida albicans semakin menurun.14 Faktor yang mengakibatkan ekstrak kayu manis dapat menurunkan jumlah Candida albicans

adalah kandungan-kandungan dalam kayu manis yang mempunyai sifat anti-jamur yaitu minyak atsiri, sinamaldehid, eugenol, dan tanin.

Kandungan terbesar pada kayu manis adalah sinamaledehid. Sinamaldehid mampu menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans disebabkan oleh gugus bebas 3-phenyl yang dapat mengikat enzim yang ada pada dinding sel Candida albicans dan juga mengikat oksigen yang dibutuhkan Candida albicans untuk metabolisme sel, ikatan tersebut menghambat proses metabolisme Candida albicans sehingga pada akhirnya Candida albicans tersebut mati.19 Pada minyak atsiri kayu manis terdapat trans-cinnamaldehyde yang merupakan bentuk natural dari sinamaldehid.12 Bang, dkk (2000) menyimpulkan bahwa, trans-cinnamaldehyde yang ada pada minyak atsiri kayu manis merupakan inhibitor chitin synthase genes isoenzym yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Selain itu, trans- cinnamaldehyde juga merupakan inhibitor non-kompetitif dari β-glucan, sehingga pembentukan biofilm terhambat dan kegagalan dalam berkolonisasi yang mengakibatkan pertumbuhan Candida albicans terhambat..17 Eugenol merupakan golongan fenol dengan rumus kimia C10H12O2. Satu gugus OH fenolik bebas pada lingkar aromatiknya dan satu gugus OH termetilasi berperan penting dalam aktifitas eugenol dalam menghambat koloni Candida albicans.14 Aktifitas antijamur oleh golongan fenol juga tergantung pada besar gugusan alkil yang ditambahkan, yaitu semakin besar gugusan alkil, maka aktifitas antijamur menghambat kolonisasi Candida albicans semakin besar. Disamping itu, sistem kerja dari eugenol dalam agen antijamur adalah menghambat kolonisasi Candida albicans dalam proses pembelahan sel.14

Kandungan kimia dalam kayu manis yang lainnya adalah tanin. Tanin mempunyai kemampuan dalam menurunkan kemampuan merekat dari sel eukariot, sehingga dapat menghambat pembetukan germ tube dan menstimulasi terjadinya fagositosis. Hal ini akan mempengaruhi integritas dinding sel dari Candida albicans dan akhirnya menghambat metabolisme Candida albicans yang mengakibatkan Candida albicans mati.39

Kelompok kontrol memperlihatkan jumlah koloni Candida albicans terendah, hal ini disebabkan karena klorheksidin dapat mengkoagulasi nukleoprotein dan merubah dinding sel yeast, sehingga menyebabkan keluarnya komponen sitoplasma ke plasmalemma. Mekanisme antimikroba dari klorheksidin tersebut dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans.32 Hal ini sesuai dengan penelitian dari Himani, dkk (2008) melaporkan bahwa klorheksidin glukonat 0,2% mempunyai aktifitas antijamur paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan 5% doksisiklin hidroklorit, 2.5% sodium hipoklorit, dan 17% ethylenediamine tetraacetic acid.34 dan penelitian dari Fernanda CM (2010) menyimpulkan bahwa klorheksidin dari 7 merek berbeda menunjukkan bahwa 6 diantaranya mengalami penurunan jumlah Candida albicans.33

5.2.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis Konsentrasi 10%, 30%, dan 50% Terhadap Jumlah Candida albicans

Tabel 9 memperlihatkan rata-rata perbedaan dan tingkat signifikansi antara ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) konsentrasi 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah Candida albicans. Berdasarkan hasil uji LSD (Least Significant Difference) didapatkan bahwa nilai rata-rata perbedaan jumlah koloni Candida albicans antara kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dengan kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 30% sebesar 28,50 dengan tingkat signifikansi p=0,10 (p>0,05), nilai rata-rata perbedaan jumlah koloni Candida albicans antara kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dengan kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 50% sebesar 91,17 dengan tingkat signifikansi p=0,001 (p<0,05). Kelompok perlakuan ekstrak kayu manis 30% dengan ekstrak kayu manis 50% nilai rata-rata perbedaan jumlah koloni Candida albicans sebesar 62,67 dengan tingkat signifikansi p=0,01 (p<0,05). Nilai rata-rata perbedaan jumlah koloni Candida albicans antara kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 10% sebesar 91,17 dengan tingkat signifikansi

p=0,001 (p<0,05) dan nilai rata-rata perbedaan jumlah koloni Candida albicans antara kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan kelompok ekstrak kayu manis konsentrasi 30% sebesar 62,67 dengan tingkat signifikansi p=0,01(p<0,05).

Berdasarkan uji LSD pada tabel 9, didapatkan hasil bahwa perendaman ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 50%, perendaman ekstrak kayu manis konsentrasi 30% dengan ekstrak kayu manis 50%, perendaman ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan 10%, dan perendaman ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 30% memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari tingkat signifikansinya (p<0,05). Namun antara kelompok perendaman dalam ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan konsentrasi 10% dengan 30% tidak berbeda secara signifikan p=0,10 (p>0,05) dan antara kelompok perendaman dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 30% dengan ekstrak kayu manis 10% tidak berbeda secara signifikan p=0,10 (p>0,05). Untuk mengetahui ekstrak kayu manis pada konsentrasi berapa yang paling efektif terhadap jumlah Candida albicans dapat dilihat dari tingkat signifikansi dari uji LSD, nilai rerata dan simpangan baku. Ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 50% adalah konsentrasi yang paling efektif karena berdasarkan uji LSD dibandingakan dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dan ekstrak kayu manis 50% didapatkan p<0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh pada kelompok tersebut serta nilai rerata dan simpangan baku pada ekstrak kayu manis 50% (72,17±23,66 CFU/ml) terhadap jumlah Candida albicans lebih rendah dibandingkan ekstrak kayu manis konsentrasi 10% (163,33±37,96 CFU/ml ) dan ekstrak kayu manis konsentrai 30% (134,83±29,40 CFU/ml).

Faktor yang membuat ekstrak kayu manis konsentrasi 50% dengan klorheksidin memiliki kemampuan dalam menghambat Candida albicans yang sama adalah karena konsentrasi ekstrak kayu manis yang digunakan lebih besar dan lebih banyak ekstrak kental murni dari kayu manis yang digunakan sehingga khasiat yang didapatkan lebih baik daripada konsentrasi ekstrak kayu manis dibawah 50%, hal ini sesuai dengan penelitian Afandi (2012) bahwa ekstrak kayu manis 50% dapat menghambat Candida albicans lebih banyak daripada ekstrak kayu manis dengan

konsentrasi dibawah 50% dan penelitian Christian D (2013) yang menyimpulkan bahwa ekstrak kayu manis 50% merupakan yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans dan dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan alternatif. Selain itu kayu manis juga memiliki kandungan-kandungan yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans seperti minyak atsiri, sinamaldehid, eugenol dan tanin.14,15,19,21,17,38,39, hal ini sesuai dengan hasil Ali Y (2009) yang menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan zona inhibisi terbesar yaitu 28,05 mm dan hasil penelitian Fakhriyana E (2010) yang menyatakan bahwa minyak kayu manis 0,03% dapat digunakan sebagai bahan perendam gigitiruan lepasan resin akrilik yang efektif karena dapat menghambat koloni Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik secara signifikan.19

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak kayu manis paling efektif terhadap jumlah Candida albicans dan apakah ekstrak kayu manis memiliki perbedaan terhadap jumlah Candida albicans yang direndam dalam klorheksidin yang kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans sudah terbukti. Pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ekstrak kayu manis 50% dapat dipergunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan alternatif karena dari hasil uji LSD menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak kayu manis 50% dibandingkan dengan ekstrak kayu manis konsentrasi 10% dan ekstrak kayu manis konsentrasi 30% serta bila dilihat dari nilai rerata dan simpangan baku dan diperoleh jumlah Candida albicans pada ekstrak kayu mansi konsentrasi 50% mempunyai jumlah Candida albicans terendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, industri yang memproduksi bahan pembersih gigitiruan dapat menambahkan ekstrak kayu manis 50% pada produknya untuk menambah keefektifitasan dari pembersih gigitiruan yang diproduksinya, atau membuat larutan pembersih gigitiruan alternatif dari ekstrak kayu manis sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat bahwa produk herbal di Indonesia memiliki khasiat yang sama dengan produk larutan pembersih gigitiruan yang telah dipasarkan di pasaran. Penggunaan bahan herbal didapatkan keuntungan yaitu produk lebih murah, lebih

mudah didapatkan dan khasiatnya hampir sama dengan produk larutan pembersih gigitiruan yang ada di masyarakat misalnya klorheksidin.

Kelemahan penelitian ini yaitu proses manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yang kurang tepat dan proses merapikan permukaan sampel uji yang kurang baik, hal ini dikarenakan sampel uji dirapikan secara manual dengan kertas ampelas no. 600 sehingga permukaan setiap sampel uji tidak memiliki tingkat kehalusan yang sama, selain pada sampel uji terdapat porositas yang memungkinkan Candida albicans melekat pada permukaan sampel uji. Maka untuk penelitian selanjutnya perlu memperhatikan proses merapikan permukaan sampel agar setiap sampel uji memiliki tingkat kehalusan yang sama.

Dokumen terkait