• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM

EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP

JUMLAH

Candida albicans

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Grace Asima Siahaan NIM : 1106000133

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2015

Grace Asima Siahaan

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

xii + 66 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang sering digunakan dalam proses pembuatan basis gigitiruan. Bahan ini memilik sifat kemis dan biologis yang berhubungan dengan pembentukan koloni Candida albicans .Terbentuknya koloni Candida albicans pada basis gigitiruan akan mengakibatkan terjadinya denture stomatitis pada pasien pemakai gigitiruan. Oleh karena itu, dokter gigi memiliki

(3)

albicans dihitung dalam satuan CFU/ml. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji

statistik ANOVA satu arah dan untuk mengetahui perlakuan mana yang memiliki perbedaan yang signifikan antar kelompok digunakan uji LSD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 50% setelah dibandingkan dengan kontrol terhadap jumlah Candida albicans p=0,00 (p<0,05). Hasil uji LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 10% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans p=0,00 (p>0,05), ada perbedaan yang signifikan antara perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 30% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas p=0,01 (p<0,05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak kayu manis dapat menghambat jumlah koloni Candida albicans. Dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 50% memiliki pengaruh yang hampir sama dengan kontrol dan pada diperoleh jumlah Candida albicans terendah.

(4)

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM

EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP

JUMLAH

Candida albicans

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Grace Asima Siahaan NIM : 1106000133

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, 23 Mei 2015

Pembimbing Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Mei 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Eddy Dahar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. M. Zulkarnain, drg., M.Kes

2. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros

3. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta yaitu ayahanda Ir. Tirto Pamoto Siahaan, M.Si dan ibunda dr. Mahaniari Manalu, M.Kes yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros(K) selaku Koordinator Skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

5. Eddy Dahar, drg., M.Kes, selaku ketua penguji, Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros, dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Yumi Lindawati, drg., selaku penasehat akademik atas motivasi dan nasehat selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia FKG USU atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratoriun Dental Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

9. Dra. Nunuk Priyani, M.Sc, selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA USU dan seluruh asisten laboratorium mikrobiologi FMIPA USU atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

10. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU atas bantuan, bimbingan dan semangat yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Monica Evana, Neggy Yudibrata, Eldora Teohardi, Dina Fachriza, Ulfah Yunida, Felix Hartanto Ongko, dan Muhammad Rizky dan seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2011 yang memberikan dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi. 12. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara : Dytha, Lulu, Dina, Thinagan, Daniel, Tiffany, Yulindia, Augina, Yunishara, Ribka, Maria, Michiko, Garry, Vandersun, Jasmin, Okti, Tinesh, Yoges, Citra, Rahmi, Khalilah dan Sarah atas motivasi dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

(9)

14. Kepada abang dan kakak senior Feri Fandani Siagian dan Haifa Izzatur Rahmah yang telah memberikan motivasi, arahan dan bantuan selama penulisan skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kerkurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 23 Mei 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2.3 Denture stomatitis... 17

2.3.1 Definisi ... 17

(11)

Gigitiruan Resin Akrilik. ... 19

2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan ... 20

2.4.1 Pengertian ... 20

2.6.4 Mekanisme Pengaruh Ekstrak Kayu Manis Terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 27

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 33

3.2.1 Sampel Penelitian ... 33

3.3.2 Definisi Operasional... 35

(12)

3.6.1.3 Kuring ... 42

3.6.1.4 Penyelesaian Akhir ... 42

3.6.2 Pembuatan Ekstrak Kayu Manis ... 43

3.6.3 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans... 44

3.7 Analisis Data ... 46

3.8 Kerangka Operasional Penelitian ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Karakteristik Tiga Jenis Kayu Manis... 26

2 Definisi Operasional Variabel Bebas ... 35

3 Definisi Operasional Variabel Terikat ... 36

4 Definisi Operasional Variabel Terkendali ... 36

5 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Yang Direndam Dalam Ekstrak Kayu Manis dan Klorheksidin (CFU/ml) ... 49

6 Hasil Uji ANOVA Satu Arah Jumlah Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis 10% dan Kontrol (CFU/ml) ... 50

7 Hasil Uji ANOVA Satu Arah Jumlah Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis 30% dan Kontrol (CFU/ml) ... 50

8 Hasil Uji ANOVA Satu Arah Jumlah Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Kayu Manis 30% dan Kontrol (CFU/ml) ... 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Gambaran Makroskopis Candida albicans ... 15

2 Gambaran Klinis Denture stomatitis Tipe I Newton ... 18

3 Gambaran Klinis Denture stomatitis Tipe II Newton ... 18

4 Gambaran Klinis Denture stomatitis Tipe III Newton ... 18

5 Kayu Manis ... 25

6 Ukuran Sampel Penelitian ... 33

7 Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20)... 40

8 Klorheksidin 0,2% (Minosep) ... 40

9 Model Induk dari Logam Ditanamkan pada Kuvet Berisi Gips... 41

10 Mould yang telah diolesi dengan could mould seal... 42

11 Sampel Uji yang Sudah Dirapikan... 42

12 Kayu Manis yang Akan Diekstrak ... 43

13 Pembuatan Ekstrak Kayu Manis ... 44

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Ethical Clearance

(16)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2015

Grace Asima Siahaan

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

xii + 66 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang sering digunakan dalam proses pembuatan basis gigitiruan. Bahan ini memilik sifat kemis dan biologis yang berhubungan dengan pembentukan koloni Candida albicans .Terbentuknya koloni Candida albicans pada basis gigitiruan akan mengakibatkan terjadinya denture stomatitis pada pasien pemakai gigitiruan. Oleh karena itu, dokter gigi memiliki

(17)

albicans dihitung dalam satuan CFU/ml. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji

statistik ANOVA satu arah dan untuk mengetahui perlakuan mana yang memiliki perbedaan yang signifikan antar kelompok digunakan uji LSD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 50% setelah dibandingkan dengan kontrol terhadap jumlah Candida albicans p=0,00 (p<0,05). Hasil uji LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 10% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans p=0,00 (p>0,05), ada perbedaan yang signifikan antara perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 30% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas p=0,01 (p<0,05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak kayu manis dapat menghambat jumlah koloni Candida albicans. Dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam konsentrasi ekstrak kayu manis 50% memiliki pengaruh yang hampir sama dengan kontrol dan pada diperoleh jumlah Candida albicans terendah.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi terjadi akibat beberapa faktor misalnya trauma, karies, penyakit periodontal, iatrogenik, bertambahnya usia seseorang dan lain-lain. Berdasarkan WHO 2012 untuk kasus kehilangan gigi yang disebabkan oleh penyakit periodontal yang parah ditemukan sebanyak 15-20% pada usia 35-44 tahun dan pada orang yang berusia 65-74 tahun tidak mempunyai gigi asli ditemukan sebanyak 30%.1 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok umur 25-34 tahun ditemukan 0,2% telah kehilangan seluruh gigi asli, dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas ditemukan kehilangan seluruh gigi mencapai 32,8%. Pasien yang menerima perawatan gigi tidak menunjukkan pola yang jelas menurut umur. Ada kecenderungan, semakin meningkat umur, semakin besar persentase yang melakukan pemasangan gigitiruan. Prevalensi pemasangan gigitiruan lepasan atau gigitiruan cekat relatif kecil, masing-masing 4,8% di Sulawesi Selatan dan 4,6% di Indonesia.2 Kehilangan gigi dapat berdampak pada kehilangan fungsi mastikasi, perubahan vertikal dimensi, berkurangnya estetika wajah, serta berkurangnya fungsi fonetik. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan perawatan dengan pembuatan gigitiruan.3

Ada beberapa bahan basis gigitiruan seperti nilon termoplastik, logam dan resin akrilik polimerisasi panas. Bahan yang paling umum digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki harga yang relatif murah, dapat memenuhi kebutuhan estetis karena sifatnya translusen dan stabilitas warna cukup baik, tidak toksik, menyerap air relatif sedikit, monomer yang dilepaskan tidak larut dalam rongga mulut dan mudah direparasi.4

(19)

rongga mulut setelah pemasangan gigitiruan. Dalam menjaga kebersihan gigitiruan, dokter gigi dapat menginstruksikan agar pasien mencuci dan menyikat gigitiruan dari sisa makanan, merendam gigitiruan pada wadah yang berisi larutan pembersih untuk proses desinfeksi dan melepaskan gigitiruan pada malam hari agar gingiva dan jaringan rongga mulut yang lain dapat bebas dari tekanan gigitiruan, serta untuk menjaga kebersihan rongga mulut pasien.5 Hsin (2000) melakukan survei kepada 253 dokter gigi, dan hasilnya 67,1% dokter gigi di Kaoshiung Dental Association memberikan instruksi setelah pemasangan gigitiruan. 60,1% dokter gigi memberikan instruksi dengan verbal dan 37,8% dokter gigi dengan demonstrasi.6 Idil, dkk (2006) melaporkan bahwa 305 dari 325 dokter gigi di tiga kota besar di Turki menginformasikan dan menginstruksikan pasien mereka bagaimana metode pembersihan gigitiruan setelah dilakukan pemasangan, sebanyak 89,2% dokter gigi menginstruksikan secara verbal, 3,9% dengan menulis dan 6,9% secara audiovisual.7

Pemakaian gigitiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan yaitu stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia mukosa mulut dan denture stomatitis.8 Salah satu reaksi yang terjadi pada jaringan karena disebabkan tidak mengikuti instruksi yaitu tidak menjaga kebersihan gigitiriuan adalah denture stomatitis. Amit (2011) melaporkan denture stomatitis dapat terjadi dari beberapa faktor yaitu saliva yang tidak terstimulasi, kebersihan gigitiruan yang tidak dijaga, usia dari pemakaian gigitiruan dan kontaminasi terhadap gigitiruan. Sebanyak 76% memiliki kebersihan gigitiruan yang buruk dan sebanyak 54% terdapat kontaminasi Candida albicans pada gigitiruan.9

(20)

mempunyai keuntungan yaitu dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan untuk mengurangi plak gigitiruan, obat kumur dan mudah didapatkan sebagai bahan pembersih gigitiruan, namun pemakaian klorheksidin dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pemakainya. Rasa tidak nyaman tersebut diakibatkan karena iritasi mukosa, ulserasi, perubahan indera perasa, dan perubahan warna gigitiruan.11

Namira (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh bahan pembersih klorheksidin 0,2% dan ekstrak buah lerak terhadap pertumbuhan Candida albicans pada basis gigitiruan akrilik polimerisasi panas, disimpulkan bahwa klorheksidin 0,2% tiga kali lebih efektif terhadap jumlah Candida albicans pada perendaman resin akrilik polimerisasi panas, sedangkan ekstrak buah lerak tujuh kali lebih efektif terhadap jumlah Candida albicans pada perendaman resin akrilik polimerisasi panas.12 Fandani (2013) melakukan penelitian pengaruh perendaman rebusan daun sirih dan ekstrak lidah buaya pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap jumlah koloni Candida albicans. Hasil yang didapatkan adalah kedua bahan herbal tersebut berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.13 Haluanry (2013) melakukan penelitian tentang perbandingan aktifitas antijamur ekstrak etanol jahe putih kecil (Zingiber officinale Var. amarum) 30% dengan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap Candida albicans secara in vitro, disimpulkan bahwa aktifitas antijamur klorheksidin glukonat 0,2% lebih besar daripada aktifitas antijamur ekstrak etanol jahe putih kecil 30%, namun aktifitas antijamur ektrak jahe kecil cukup tinggi menghambat pertumbuhan Candida albicans. 11

(21)

safrole, sinamaldehid, eugenol, tanin, damar, kalsium oksalat, dan zat penyamak yang dapat menghambat aktifitas dan pertumbuhan jamur seperti Candida albicans. Umumnya kayu manis diolah dengan cara destilasi untuk mengambil minyak atsirinya. Akhir-akhir ini minyak atsiri menarik perhatian dunia, karena ternyata minyak atsiri dari beberapa tumbuhan merupakan zat biologis aktif yang berperan sebagai bahan antibakteri dan antijamur. Minyak atsiri kayu manis terbukti memiliki kandungan nutrisi yang mempunyai efek farmakologi yaitu sebagai analgesik, antibakteri dan antijamur.14,15 Minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa utama yaitu trans-cinnamaldehyde (60-75%).16 Senyawa ini dapat menginhibisi dinding sel jamur yang mengakibatkan kerusakan dinding sel dan kematian sel jamur.16,17

Anupama, dkk (2005) menyimpulkan bahwa, minyak atsiri kayu manis sebagai minyak yang berasal dari tanaman yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi 0,01-0,15% minyak atsiri kayu manis memiliki Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,01%, Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap jamur sebesar 0,03% dan Zona Inhibisi (ZOI) sebesar 24,0(±3,60) mm, konsentrasi minyak atsiri kayu manis 0,01% sudah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.18 Fakhriyana E (2010) menyatakan konsentrasi 0,03% minyak kayu manis dapat digunakan sebagai bahan perendaman gigitiruan lepasan akrilik alternatif yang efektif karena dapat menghambat koloni Candida albicans secara signifikan.19

Sukandar EY (2000) penelitiannya pada 14 spesies bakteri dan 18 spesies jamur, menunjukkan hasil bahwa minyak atsiri kayu manis mempunyai aktifitas yang kuat terhadap hampir seluruh bakteri dan jamur yang diteliti. Aktifitas antibakteri minyak atsiri kayu manis paling kuat terhadap Bacillus subtilis dengan KHM 0,62% sedangkan aktifitas antijamur terkuat terhadap Candida albicans dengan KHM 1%. Aktifitas antibakteri minyak atsiri kayu manis paling kuat terhadap Salmonella typhimurium dan aktifitas antijamur terkuat terhadap Candida albicans masing-masing KHM 2%.20

(22)

melakukan penelitian tentang potensi antijamur ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans secara in vitro. Peneliti membandingkan keefektifitasan konsentrasi ekstrak kayu manis dari 10-100% dengan fulcunazole sebagai kontrol positif dalam mempengaruhi pertumbuhan Candida albicans. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa dengan konsentrasi ekstrak kayu manis 10% sudah dapat membentuk zona hambat sebesar 7,17mm dan zona hambat terus meningkat sampai percobaan pada konsentrasi ekstrak kayu manis 100% yaitu sebesar 21,5mm. Meskipun konsentrasi ekstrak kayu manis 10-100% efektif dalam menghambat Candida albicans, namun keefektifitasannya masih dibawah bila dibandingkan dengan fulcunazole yang membentuk zona hambat sebesar 27,67mm.21 Christian, dkk (2013) melakukan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 20%, 30%, 40%, dan 50% selama 8 jam. Hasilnya rerata jumlah blastopora Candida albicans pada konsentrasi 20% yaitu 385,76x102 CFU/ml, pada konsentrasi 30% yaitu 259,73x102 CFU/ml, pada konsentrasi 40% yaitu 77,4x102 CFU/ml, dan pada konsentrasi 50% yaitu 13,5x102 CFU/ml. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak kayu manis 50% dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembersih gigitiruan.14

1.2 Permasalahan

(23)

albicans. Candida albicans dapat melakukan penetrasi pada resin akrilik dan tumbuh

pada permukaan gigitiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak. Candida albicans dapat melepaskan endoktoksin yang merusak mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis.

(24)

CFU/ml, dan konsentrasi 40% yaitu 77,4x102 CFU/ml. Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan mengenai pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan konsentrasi 10%, 30% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30%, dan 50% ?

2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30% dan 50% terhadap jumlah Candida albicans?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah Candida albicans?

1.4Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30% dan 50%.

2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah pertumbuhan Candida albicans.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi untuk penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efektifitas ekstrak kayu manis dalam menghambat jumlah Candida albicans dibandingkan dengan klorheksidin.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.1.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari : 4,22 a. Komposisi bubuk

1. Polimer (polimetil metaklirat)

2. Initiator : berupa 0,2% - 0,5% benzoil peroksida.

3. Pigmen : sekitar 1% merkuri sulfit atau cadmium sulfit tercampur dalam partikel polimer.

4. Plasticizer : dibuthil phthalate

5. Opacifiers : oksida seng atau oksida titanium b. Komposisi cairan

1. Monomer (metil metaklirat)

2. Stabilitator : sekitar 0,006% hidroquinon untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan.

3. Plasticizer : dibuthil phthalate 4. Cross-linking agent : 1-2% glikol dimetaklirat

2.1.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding.4

Manipulasi resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,22

(27)

a. Bila polimer terlalu banyak dibandingkan dengan monomer,polimer tidak dapat dibasahi oleh monomer. Akrilik yang telah digodok akan berpasir atau bergranul.

b. Bila polimer terlalu sedikit, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar. 2. Polimer dan monomer yang dicampur dengan perbandingan yang benar akan mendapatkan hasil dough stage.

Pengamatan setelah pencampuran polimer dan monomer. Pada saat pencampuran bahan akan melalui fase(stage) berikut ini :

a. Sandy stage adalah terbentuknya campuran menyerupai pasir basah.

b. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika polimer mulai larut dalam monomer dan berserat ditarik.

c. Dough stage adalah konsistensi liat dimana adonan sudah mudah diangkat dan tidak melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan ke dalam mold dan kebanyakan dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit.

d. Rubber hard stage adalah seperti karet dan terlalu keras untuk dibentuk, pada stadium ini bahan akan mengeras.

3. Waktu dough tergantung pada :

a. Ukuran partikel polimer, partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan lebih cepat tercapai konsistensi dough.

b. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi dough.

c. Adanya plastisizer yang akan mempercepat terbentuknya dough.

d. Suhu sangat mempengaruhi waktu dough.Waktu dough dapat diperpanjang melalui proses pendinginan dalam freezer.

e. Perbandingan polimer dan monomer, bila tinggi, waktu dough lebih singkat. 4. Lining mould

(28)

a. Mencegah merembesnya monomer ke dalam mold dan berpolimeIrisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan mold.

b. Mencegah air dari mold masuk ke dalam resin akrilik. 5. Pengisian

Sewaktu melakukan pengisian kedalam mold perlu diperhatikan agar: a. Mold terisi penuh

b. Sewaktu dipres terdapat bahan yang cukup pada mold, ini dapat dicapai dengan cara menghasilkan akrilik dough stage sedikit lebih banyak ke dalam mold. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam mold. Pengisisan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.

6. Kuring

Mold yang telah diisi kemudian dikuring dalam waterbath. Suhu dan lamanya proses kuring harus dikontrol. Selama proses kuring dalam waterbath perlu diperhatikan bila bahan mengalami polimerisasi yang tidak sempurna, kemungkinan gigitiruan mengandung monomer sisa yang tinggi.

7. Pendinginan

Kuvet harus dibiarkan dingin secara perlahan sampai mencapai suhu kamar. Pendinginan secara cepat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan karena ada perbedaan kontraksi termal dari resin dan gips keras. Kuvet yang telah dingin diangkat dari rendaman air dan dibiarkan dingin.

8. Deflasking

Mengeluarkan hasil kuring dari mold harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya gigitiruan.

9. Penyelesaian dan pemolesan

(29)

2.1.3 Sifat-Sifat 2.1.3.1 Sifat Fisis

Sifat fisis dari resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,21,23 1. Solubilitas

Meskipun pada proses kuring dari akrilik sudah dilakukan dengan benar,namun masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2% sampai dengan 0,5%. Hal tersebut akan mempengaruhi rata-rata dari berat molekul resin akrilik. Proses kuring pada suhu yang terlalu rendah dalam waktu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. Hal ini hendaknya dicegah karena :

a. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut b. Monomer sisa akan bertindak sebagai plastisizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih fleksibel.

2. Porositas

Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kekuatan dan sifat-sifat optis akrilik.

a. Shrinkage porosity

Kelihatan seperti gelembung yang tidak beraturan bentuknya di seluruh dari permukaan gigitiruan.

b. Gasteous porosity

Terlihat berupa gelembung kecil halus yang sama bentuknya, biasanya terjadi pada gigitiruan yang tebal.

3. Ketepatan dimensional

Ketepatan dimensional dipengaruhi oleh ekspansi mold pada saat pengisian (packing), ekspansi termal dari adonan akrilik, kontrak yang terjadi pada saat polimerisasi, kontraksi pada saat pendinginan dan hilangnya stress sewaktu pemolesan basis gigitiruan resin akrilik.

4. Kestabilan dimensional

(30)

Sehingga absorbsi air tersebut dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Hal ini disebabkan karena absorbsi air hampir sama dengan kontraksi selama proses kuring. Selain itu koefisien difusi juga perlu diperhatikan, koefisien difusi dari air pada gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya adalah 1,08x10-2 m2/detik pada 37°C. Karena koefisien difusi air dari resin gigitiruan akrilik polimerisasi panas relatif rendah, maka waktu yang diperlukan bagi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas untuk menjadi jenuh cukup besar. Hal ini tergantung pada ketebalan resin akrilik, serta kondisi penyimpanan. Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air.4

5. Fraktur

Gigitiruan dapat mengalami fraktur karena disebabkan oleh kekuatan impak. Misalnya gigitiruan akrilik terjatuh pada permukaan yang kasar dan fatigue yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian.

2.1.3.2 Sifat Mekanis

Faktor penting dalam pembuatan basis gigitiruan dari bahan resin akrilik adalah ketebalan resin akrilik. Resin akrilik dengan ketebalan yang tepat mempunyai sifat kekakuan dan kekuatan yang baik. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik tergantung dari faktor ketebalan basis gigitiruan. Faktor ini penting tetapi tidak dapat diterapkan seluruhnya saat mendesain gigitiruan pasien dikarenakan semakin tebal gigitiruan akan menyulitkan pasien untuk beradaptasi dan akan meningkatkan derajat isolasi thermal. Fraktur pada gigitiruan umumnya terjadi akibat kekuatan fatik. Kekuatan fatik adalah kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigitiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigitiruan yang terlalu lama.23

(31)

terlihat pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Crazing adalah garis retakan kecil yang terdapat pada permukaan basis gigitiruan. Hal ini akan mengakibatkan patahnya basis gigitiruan. Crazing dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu ketika pasien membuka gigitiruan dan membiarkannya dalam keadaan kering dan ketika terjadi kontak antara monomer dan gigitiruan yang sedang diperbaiki. Fungsi adanya cross linking agent pada resin akrilik polimerisasi panas adalah untuk mengurangi terjadinya crazing.23

2.1.3.3 Sifat Kemis dan Biologis

Sifat dari resin akrilik adalah mengabsorbsi sedikit air. Selama pemakaian proses absorbsi air masih berlanjut sampai dicapai keseimbangan sekitar 2%. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% disebabkan oleh reabsorbsi air yang menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23%. Gigitiruan hendaknya dijaga agar tetap kering meskipun gigitiruan sedang tidak dipakai. Absorbsi air merupakan kemampuan dari organisme untuk berkolonisasi pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Namun, belum jelas organisme apakah yang dimaksud. Salah satu organisme yang ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik adalah Candida albicans. Candida albicans dapat ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik dengan cara penetrasi melalui lapisan terluar dari resin akrilik.24

2.1.4 Kegunaan

Kegunaan dari resin akrilik polimerisasi panas : 4,22 1. Sebagai bahan basis gigitiruan.

2. Untuk perbaikan jika gigitiruan mengalami fraktur (repair).

3. Sebagai rebasing gigitiruan, yaitu mengganti seluruh basis gigitiruan.

4. Sebagai relining gigitiruan, yaitu melapis permukaan gigitiruan yang menghadap ke jaringan lunak rongga mulut.

5. Pembuatan sendok cetak fisiologis. 6. Elemen gigitiruan.

(32)

2. 2 Candida albicans

2.2.1 Biologi Candida albicans

Taksonomi dari Candida albicans adalah sebagai berikut :

Kingdom : Jamur

Divisi : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37°C dalam kondisi aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat atau Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair atau Sabouraud’s Dextrose Broth (SDB) pada suhu 37°C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali (Gambar 1).25

Gambar 1. Gambaran Makroskopis Candida albicans

2.2.2 Lapisan Biofilm pada Candida albicans

(33)

Candida albicans membentuk komunitasnya yang disebut biofilm (Nabile dan Mitchell, 2005). Biofilm tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang membentuk biofilm biasanya mempunyai resistensi terhadap antimikroba biasa atau menghindar dari sistem kekebalan sel inang.25

Berkembangnya biofilm biasanya seiring dengan bertambahnya infeksi klinis pada sel inang sehingga biofilm ini dapat menjadi salah satu faktor virulensi dan resitensi. Pembentukan biofilm dapat dipacu dengan keberadaan serum dan saliva dalam lingkungannnya. Secara struktur biofilm terbentuk dari dua lapisan yaitu lapisan basal yang tipis yang merupakan lapisan khamir dan lapisan luar yaitu lapisan hifa yang lebih tebal tetapi renggang. Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan biofilm Candida albicans diantaranya adalah ketersediaan udara. Ketersediaan udara akan medukung pembentukan biofilm. Pada kondisi anaerob, Candida albicans dapat membentuk hifa tetapi tidak mampu membentuk biofilm.25

2.2.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzin ekstraseluler. Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel Candida albicans ke sel inang (Naglik dkk, 2004). Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida albicans terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida albicans untuk mempertahankan diri dari obat-obat antijamur.25

(34)

dan sel host melakukan kontak). Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasive dan perkembangan biofilm (Kumamoto, 2005).25

Tahap selanjutnya setelah perlekatan adalah invasi. Hifa Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake dkk, 2005). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktifitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infeksi tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya.25

2.2 Denture Stomatitis

2.1.5 Definisi

Denture stomatitis atau denture sore mouth atau prosthetic stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis gigitiruan.Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang mempunyai etiologi multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies Candida atau bakteri. Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture stomatitis. Candida albicans secara patogen tumbuh pada dasar gigitiruan dan mukosa oral.10

2.3.1 Gambaran Klinis

Denture stomatitis menunjukkan pola gambaran klinis yang berbeda dan kebanyakan terdapat pada rahang atas, khususnya pada bagian palatum. Tidak ditemukannya denture stomatitis pada rahang bawah disebabkan oleh saliva yang mempunyai efek sebagai pembersih.26

Berdasarkan klasifikasi Newton, denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :26

(35)

Gambar 2. Denture stomatitis tipe I Newton26

2. Tipe II : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan. Tipe II Newton ini adalah tipe yang paling sering terjadi (Gambar 3).

Gambar 3. Denture stomatitis tipe II Newton –Eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum26

(36)

Gambar 4. Denture stomatitis tipe III Newton-hiperplasia papila dengan eritema difus26

2.3.2 Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis Akibat Plak Gigitiruan Resin Akrilik

Denture stomatitis merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada mukosa oral pada daerah yang berkontak langsung dengan basis gigitiruan.10 Etiologi denture stomatitis adalah multifaktorial, etiologi tersebut terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.

Faktor-faktor utama penyebab terjadinya denture stomatitis, yaitu : 26 1. Faktor yang berasal dari gigitiruan

Denture stomatitis terjadi akibat dari gigitiruan yang tidak retentif, adanya trauma dari pemakaian gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan yang buruk.

2. Faktor infeksi

Gigitiruan mampu menghasilkan perubahan ekologi yang mempermudah akumulasi bakteri dan jamur. Bakteri yang berproliferasi adalah spesies bakteri tertentu, seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Fusobacterium sp, atau spesies bacteroides yang telah diidentifikasi pada pasien dengan denture stomatitis. Spesies dari Candida, terutama Candida albicans, telah diidentifikasi terjadi pada sebagian besar pasien denture stomatitis.

Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan denture stomatitis, yaitu:8,26

A. Faktor sistemik

(37)

3. Defisiensi vitamin B kompleks, vitamin C dan zat besi 4. Immunosupresi

B. Faktor lokal 1. Candida albicans 2. Bakteri

3. Diet tinggi karbohidrat 4. Hiposalivasi

5. Kebersihan rongga mulut yang buruk 6. Menggunakan gigitiruan pada malam hari

Candida albicans dapat melekat pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang biasa disebut dengan istilah plak gigitiruan. Pada pemakai gigitiruan dengan basis resin akrilik, plak gigitiruan sangat sering terjadi, terutama pada pengguna gigitiruan dengan kebersihan mulut yang rendah.27 Denture stomatitis tidak hanya disebabkan oleh Candida albicans, tetapi juga oleh plak dari multispesies yang melibatkan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Setelah diobservasi bahwa ko-adhesi antara Candida albicans dan beberapa jenis Streptococcus meningkatkan kolonisasi di rongga mulut oleh sel yeast. Streptococcus mutans adalah bakteri paling banyak pada permukaan gigitiruan akrilik dan bila diinkubasi secara simultan dengan Candida albicans dapat bersaing mendapatkan binding site tetapi juga dapat meningkatkan adhesi yeast.28

(38)

bersama dengan Candida albicans berperan dalam etiologi dan patogenesis denture stomatitis.28

2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan 2.4.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan adalah krim, pasta, gel dan larutan yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih

membantu membunuh kuman pada gigitiruan. Waktu perendaman gigitiruan dalam

larutan pembersih tergantung pada instruksi dari pabrik. Menempatkan gigitiruan di

dalam air atau larutan pembersih gigitiruan dapat membantu gigitiruan dalam

mempertahankan bentuk gigitiruan dan dapat melepaskan debris makanan serta stain

yang ada pada gigitiruan.29

2.4.2 Syarat Bahan Pembersih Basis Gigitiruan

Bahan pembersih basis gigitiruan umumnya mempunyai syarat-syarat seperti berikut:22

1. Tidak toksik

2. Mampu menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan,

3. Tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan,

4. Tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah,

5. Stabil pada penyimpanan

6. Bersifat bakterisidal serta jamursidal

2.4.3 Klasifikasi Cara Membersihkan Gigitiruan

(39)

2.3.4.1Mekanis

Saat gigitiruan telah terpasang, pasien diinstruksikan untuk menyikat gigitiruan dengan menggunakan bahan pembersih gigitiruan, air dan sikat dengan bulu sikat nilon yang lembut untuk menjangkau seluruh permukaan gigitiruan.

2.4.3.2 Kemis

Selain dengan menyikat gigitiruan, teknik perendaman basis gigitiruan ke larutan pembersih gigitiruan juga dapat dipakai untuk membersihkan gigitiruan. Dengan merendam gigitiriruan pada larutan pembersih gigitiruan, maka plak yang terdapat pada permukaan gigitiruan, yang sulit dijangkau dengan teknik menyikat ataupun yang tidak terlihat oleh pandangan dapat dibersihkan. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi 5 kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain:

1. Effervesen Peroksida

Saat ini lebih dikenal dengan istilah alkaline peroksida. Bahan pembersih gigitiruan ini adalah yang paling banyak digunakan. Bahan pembersih ini aman digunakan dan tidak merusak resin akrilik atau logam yang digunakan dalam gigitiruan. Akan tetapi, alkaline peroksida telah menunjukkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan kerusakan yang cepat pada lapisan bahan lining tertentu. Alkaline peroksida juga merupakan bahan pembersih gigitiruan yang relatif tidak efektif dan kemampuan bahan ini untuk menghilangkan plak sangat terbatas.8 Alkaline peroksida bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur.30

(40)

Plc, Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet ( Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris).30

2. Hipoklorit

Bahan pembersih gigitiruan ini dapat membersihkan permukaan gigitiruan dari plak, mencegah terbentuknya kalkulus pada permukaan gigitiruan, dan menghilangkan stain pada permukaan gigitiruan.8 Alkalin hipoklorit terbagi antara lain: Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford Essex, Inggris), Milton (procter And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris)30

3. Asam

Bahan pembersih gigitiruan dari asam memiliki kandungan 5% asam hidroklorik. Bahan ini dapat digunakan pada gigitiruan dengan kalkulus yang lunak, yang dapat dibersihkan dengan cara menggosok gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan dari asam yang lain memiliki kandungan asam sulfamat. Kandungan dari bahan ini juga dapat mengontrol pembentukan kalkulus pada gigitiruan.8 Bahan pembersih golongan asam antara lain : Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris).30

4. Enzim

(41)

5. Desinfektan

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh desinfektan.29 Contoh desinfektan adalah klorheksidin (Smithkline Beecham Consumer Heatlhcare, Brentoford, Inggris).30

2.4.3.1 Mekanis-Kemis

Contoh metode mekanis-kemis yang dilakukan untuk membersihkan gigitiruan adalah dengan menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman gigitiruan dalam alat ultrasonik, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam larutan hipoklorit, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam tablet pembersih gigitiruan, dan lain-lain.7 Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas.30

2.5 Klorheksidin

(42)

dalam sitoplasma, dan pada akhirnya menyebabkan kematian mikroorganisme. Penurunan populasi bakteri pada plak tersebut dapat menurunkan indeks plak.32 Klorheksidin dapat mengkoagulasi nukleoprotein dan merubah dinding sel yeast, sehingga menyebabkan keluarnya komponen sitoplasma ke plasmalemma. Mekanisme antimikroba dari klorheksidin tersebut dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans yang berlebih, tetapi tidak dapat menghentikan germinasi spora sel yeast tersebut, terdapat reduksi yang cukup besar pada sel biofilm Candida albicans.32 Bahan desinfektan klorheksidin yang tersedia di Indonesia contohnya adalah Minosep buatan Minorock yang mengandung larutan klorheksidin glukonat 0,2%. Minosep adalah obat kumur dengan aturan pemakaian selama 1 menit sebanyak 2 kali sehari, sesuai dengan petunjuk pabrik.12 Klorheksidin 0,2% efektif sebagai anti plak dan anti gingivitis. Klorheksidin tidak bersifat toksik, tetapi dapat mengakibatkan perubahan sensasi sementara dan meninggalkan stein kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah yang sulit untuk dibersihkan.32 Himani, dkk (2008) melaporkan bahwa klorheksidin glukonat 0,2% mempunyai aktifitas antijamur paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan 5% doksisiklin hidroklorit, 2.5% sodium hipoklorit, dan 17% ethylenediamine tetraacetic acid.34

2.6 Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) (Gambar 5)

(43)

2.6.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari kayu manis (Cinamomum burmanii) adalah sebagai berikut:35

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanii

Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5-15 m, kulit pohon berwarna abu-abu tua berbau khas, kayu berwarna merah coklat muda. Daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm, dengan 3 tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk daun elips memanjang, panjang 4-14 cm, lebar 1,5-6cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan. Daun muda berwarna merah pucat.35

Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna berwarna kuning. Ukurannya kecil. Kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian. Bunga ini tidak bertajuk bunga. Benang sarinya berjumlah 12 helai yang terangkai dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat. Buahnya berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang. Warna buah muda adalah hijau muda sedangkan buah tua berwarna ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dan diameter 0,35-0,75 cm. Panjang biji 0,84-1,32 cm dan diameter 0,59-0,68 cm.35

2.6.2 Jenis-Jenis Kayu Manis

(44)

Tabel 1. Karakteristik Tiga Jenis Kayu Manis (Cinnamomum spp)36

NO. KARAKTERISTIK C. burmanii C. zeylanicum C. cassia

1. Bentuk tajuk Silendris Oval Lancip

2. Bentuk daun Elips Elips Elips

5. Bentuk buah Bulat lonjong Bulat lonjong Bulat lonjong

6. Ukuran buah : 7. Hasil kering 450 gr/batang 150 gr/batang 850 gr/batang

8. Aroma kulit kering Kuat Sedang Sedang

9. Warna kulit kering Coklat muda –tua Kuning kecoklatan Coklat muda

10. Kadar minyak :

13. Bentuk produk Kulit Kulit dan minyak Cinadan

Vietnam minyak

(45)

burmanii) tersebut dapat menghambat aktifitas dan pertumbuhan jamur, diantaranya

Candida albicans.14,19

2.6.3 Kandungan dan Kegunaan Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki kandungan kimia yang terdiri dari minyak atsiri, safrole, sinamaldehid, eugenol, tanin, damar, kalsium oksalat, dan zat penyamak.15 Kandungan kimia yang terdapat dalam kayu manis memiliki presentasi yang berbeda, meskipun jenis tumbuhan kayu manis yang diekstrak sama. Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah bagian kayu manis yang diekstrak, lokasi kayu manis tersebut tumbuh, perbedaan iklim dan lingkungan alam.14 Hal ini sama dengan penelitian terhadap kandungan minyak atsiri kayu manis (Cinamomum burmanii) dari 3 lokasi tumbuh yang berbeda, disimpulkan bahwa minyak atsiri kayu manis dengan jenis Cinnamomum burmanii memiliki kandungan kimia yang berbeda. Dari hasil identifikasi pada kayu manis menunjukkan bahwa trans-cinnamaldehyde merupakan kandungan utama dari minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmanii).16

Kandungan terbesar lain yang dimiliki oleh kayu manis selain sinamaldehid adalah eugenol. Kegunaan kayu manis selain digunakan sebagai bumbu masak, minyak atsirinya sudah lama digunakan sebagai antiseptik. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa minyak kayu manis dapat membunuh baksil tipus hanya dalam 12 menit, berbeda dengan minyak cengkeh yang waktunya mencapai 25 menit.37

2.6.4 Mekanisme Pengaruh Ekstrak Kayu Manis terhadap Pertumbuhan Candida albicans

(46)

sinamaldehid dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans disebabkan oleh gugus bebas 3-phenyl yang dapat mengikat enzim yang ada pada dinding sel Candida albicans dan juga mengikat oksigen yang dibutuhkan Candida albicans

untuk metabolisme sel. Dengan adanya ikatan tersebut maka sinamaldehid dapat menghambat proses metabolisme Candida albicans sehingga pada akhirnya Candida albicans tersebut mati. Selain itu, sinamaldehid juga mempunyai kemampuan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan sehingga permeabilitas sel bakteri dan jamur meningkat. Mekanisme kerjanya yaitu awalnya reaksi dengan protein sel, yaitu proses penghambatan atau pembunuhan dengan cara merusak sistem koloid dengan mengadakan koagulasi dan presipitasi protein. Koagulasi protein sel mikroba akan menyebabkan gangguan metabolisme sehingga merubah permeabilitas sel membran sehingga terjadi penurunan tegangan permukaan yang mengakibatkan kematian mikroba. 19 Sinamldehid juga termasuk dalam flavanoid. Flavanoid mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur yaitu dengan cara mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhambat atau sampai jamur tersebut mati.14

Kandungan kimia lain yang terdapat pada kayu manis adalah minyak atsiri. Minyak atsiri yang terdapat dalam kayu manis mengandung trans-cinnamaldehyde. Trans-cinnamaldehyde merupakan bentuk natural dari sinamaldehid.21 Struktur penyusun utama dari dinding sel jamur adalah kitin dan β-glucan. Penelitian oleh Bang, dkk (2000) menyimpulkan bahwa, trans-cinnamaldehyde yang ada pada minyak atsiri kayu manis merupakan inhibitor chitin synthase genes isoenzym yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Selain itu, trans-cinnamaldehyde juga merupakan inhibitor non-kompetitif dari β-glucan, sehingga pembentukan biofilm terhambat dan kegagalan dalam berkolonisasi yang mengakibatkan pertumbuhan Candida albicans terhambat.17

(47)

golongan fenol juga tergantung pada besar gugusan alkil yang ditambahkan, yaitu semakin besar gugusan alkil, maka aktifitas antijamur menghambat kolonisasi Candida albicans semakin besar. Disamping itu, sistem kerja dari eugenol dalam

agen antijamur adalah menghambat kolonisasi Candida albicans dalam proses pembelahan sel.14

Kandungan kimia dalam kayu manis yang lainnya adalah tanin. Tanin adalah suatu senyawapolifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.38 Tanin mempunyai kemampuan dalam menurunkan kemampuan merekat dari sel eukariot, sehingga dapat menghambat pembetukan germ tube dan menstimulasi terjadinya fagositosis. Hal ini akan mempengaruhi integritas dinding sel dari Candida albicans dan akhirnya menghambat metabolisme Candida albicans yang mengakibatkan Candida albicans mati.39

(48)

2.7 Landasan Teori

Bahan Herbal

Ekstrak Kayu Manis

Sinamaldehid Minyak

atsiri

Eugeno l

Tanin

Kehilangan Gigi

Pembuatan Gigitiruan Resin Akrilik

Pemasangan Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Instruksi dan Nasehat Reaksi Jaringan Akibat Tidak Memelihara Kebersihan

Gigitiruan Memelihara

Kebersihan Gigitiruan

Metode Membersihkan Gigitiruan

Mekanis Kemis Mekanis-Kemis

Effervesen Peroksida

Hipoklorit Asam Enzim Desinfekta n Klorheksidi

n

Denture Stomatitis

Perendaman

(49)

2.8 Kerangka Konsep

(50)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah Candida albicans.

(51)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian : Posttest only control group design Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratoris

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran (20x20x1)mm.14

Gambar 6. Ukuran sampel penelitian

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

20 mm

20 mm

1mm

(52)

Dalam penelitian ini, terdapat 4 kelompok perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10%, 30%, 50% dan klorheksidin. Maka t = 4 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

( t – 1 ) ( r –1 ) ≥ 15 (4 – 1) ( r –1 ) ≥ 15 ( 3 ) ( r –1 ) ≥ 15 3r – 3 ≥ 15

3r ≥ 15+3 3r ≥ 18

r ≥ 6 n=6

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 6 buah. Maka total sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 24 buah (untuk 4 kelompok), yang terdiri dari 6 sampel untuk perendaman bahan basis gigitriruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10% , 6 sampel untuk perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 30%, 6 sampel untuk perendaman bahan basisi gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 50% dan 6 sampel perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam klorheksidin (kontrol).

3. 3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

(53)

3.3.1.2 Variabel Terikat

Jumlah Candida albicans (CFU/ml)

3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran lempeng uji 2. Model induk

3. Resin akrilik polimerisasi panas

4. Perbandingan powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas 5. Perbandingan powder gips keras dan air

6. Waktu pegadukan gips 7. Suhu dan waktu kuring 8. Tekanan pres hidrolik 9. Lama peredaman sampel 10.Klorheksidin (kontrol)

11.Jumlah ekstrak kayu manis 10%, 30%, 50% dan klorheksidin 12.Suhu dan waktu autoclave

13.Suhu dan waktu incubator

14.Media pertumbuhan berupa Sabourand’s Dextrose Agar (SDA) 15.Teknik pengisolasian dan pengkulturan

(54)

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi operasional variabel bebas No

.

(55)

Tabel 3. Definisi operasional variabel terikat

No. Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur 1. Jumlah Candida

albicans

Jumlah Candida albicans dalam satuan (CFU/ml)

Tabel 4. Definisi operasional variabel terkendali NO Variabel

Lempeng uji terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas, diperoleh dari model induk yang terbuat dari

Perbandingan antara jumlah polimer : monomer yang digunakan pada satu sampel resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,3 gr : 1 ml.

Perbandingan adonan gips adalah perbandingan antara jumlah polimer : monomer yang digunakan pada penelitian, yaitu: 12,13 detik kemudian dilanjutan dengan vacuum mixer selama 30 detik.12

(56)

7. 7. Suhu dan waktu yaitu 37°C selama 48 jam.12

- -

10. Klorheksidin Pembersih gigitiruan dengan kandungan klorheksidin glukonat

13. Lama Waktu yang digunakan untuk merendam

(57)

perendaman sampel uji

manis dan klorheksidin adalah 8 jam dilakukan satu kali perendaman.

Perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas selama 8 jam diibaratkan waktu saat pasien membuka dan merendam gigitiruannya dalam larutan pembersih gigitiruan pada malam hari. 14

14. Sabourand’s

3.4.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Kayu Manis Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU

3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU

3.4.3 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Penelitian Mikrobiologi FMIPA USU

3.4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Maret 2015

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan dan Merendam Sampel 1. Kuvet logam (Smic, China)

(58)

4. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Jerman) 5. Timbangan biasa (Lion Star, Indonesia)

6. Vacuum mixer (Whip,USA)

7. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) 8. Hydraulic press (OL 57 Manfredi, Italia) 9. Waterbath model 1H (Fili Manfredi, Italia) 10. Straight handpiece (Strong, Korea)

11. Lecron mass (Smic, China)

12. Alat pengaduk resin akrilik dan pot dari porselen 13. Bur fraser

14. Kertas ampelas nomor 600 (Atlas Brand, Inggris) 15. Spuit 10 ml (Terumo, Filipina)

3.5.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel 1. Gelas beker 200 ml (Pyrex, Jepang)

2. Pipet ukur 1 ml dan pipet filler (Pyrex, Jepang) 3. Tabung reaksi (Iwaki Pyrex, Indonesia)

4. Rak tabung 5. Kertas saring

6. Cawan petri (Pyrex, Jepang)

7. Sterilitator / hot oven (Gallenkamp, Inggris) 8. Pinset (Smic, Cina)

9. Inkubator (Memmert, Jerman) 10.Stirrer

11.Blender

12.Vortex ( Fisons, Inggris) 13.Autoclave ( Yamato, Jepang)

14.Magnetic Stirrer Hotplate ( Fisons, Inggris) 15.Freezer dryer (Edward, USA) 1 set

(59)

17.Timbangan analitik (Watsons) 18.Rotavapor

19.Colony counter

3.5.1.3 Bahan Penelitian

1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, Inggris) (Gambar 7) 2. Could Mould Seal (QC-20, Inggris)

3. Gips Keras (Moldano, China) 4. Vaselin untuk bahan separasi 5. Plastik Selopan

6. Kayu manis jenis Cinnamomum burmanii 7. Klorheksidin 0,2% (Minosep) (Gambar 8) 8. Etanol 1 liter

9. Larutan dimethyl sulfoksida (DMSO) 10. Phosphate Buffer Saline

11. Suspensi jamur Candida albicans 12. Sabround’s broth

13. Potato dextrose agar (PDA)

Gambar 7. Resin Akrilik

Polimerisasi Panas (QC-20)

Gambar 8. Klorheksidin 0,2%

(60)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel

Lempeng uji dibuat dari resin akrilik polimerisasi panas yang diperoleh dari model induk yang terbuat dari kuningan dengan ukuran 20x20x1mm.

3.6.1.1 Pembuatan Mold

a) Membuat adonan gips keras, perbandingan gips dengan air untuk kuvet atas adalah 200 gram gips : 100 ml air dan untuk kuvet bawah adalah 250 gram gips : 150 ml air.

b) Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik sampai tercampur homogen selama 30 detik.

c) Adonan gips keras dimasukkan ke dalam kuvet yang telah disiapkan diatas vibrator

d) Letakkan 4 model induk pada adonan gips keras yang mulai mengeras di dalam satu kuvet (Gambar 9)

e) Setelah agak mengeras, gips keras dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit

f) Permukaan gips keras diolesi dengan vaselin kemudian kuvet atas dipasangkan dan diisi dengan adonan gips keras di atas vibrator

g) Setelah gips keras mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat, cetakan model (mould) yang didapat dituang air panas untuk membuang sisa vaselin sampai bersih.

(61)

Gambar 9. Model Induk dari Logam Ditanamkan pada Kuvet

Berisi Gips

3.6.1.2 Pengisian Resin akrilik pada Mold

a) Polimer dan monomer diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan 1,3 : 1 ml untuk satu sampel uji dan adonan diaduk dengan spatula stainless steel sampai monomer dan polimer tercampur dengan baik dan homogen. Adonan didiamkan kira -kira selama waktu yang dianjurkan pabrik, sampai fase dough stage (tidak lengket) dan tidak menempel pada dinding pot porselen.

b) Mold yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik. (Gambar 10)

c) Plastik selopan diletakkan di antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan press hidrolik dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm2).

(62)

Gambar 10. Mold yang telah diolesi dengan could mould seal

3.6.1.3 Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam water bath, suhu dan waktu diatur pada fase I 700C selama 90 menit dan fase II 1000C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari kuring unit dan dibiarkan dingin sampai suhu kamar.

3.6.1.4 Penyelesaian Akhir

Batang uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur frasser. Batang uji kemudian dihaluskan dengan kertas ampelas waterproof dengan nomor 600 di bawah air mengalir sampai memperoleh ukuran yang diinginkan. (Gambar 11)

(63)

3.6.2 Pembuatan Ekstrak Kayu Manis

Jenis kayu manis yang digunakan adalah Cinnamomum burmanii (Gambar 12). Bagian kayu manis yang diekstrak adalah batang kayu manis dengan berat 0,5 kg dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan menggunakan freeze dryer selama lebih kurang 2 hari lalu diblender tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar (Gambar 13 a) .Lalu kayu manis yang telah diblender ditimbang sebanyak 400 gram dan dimaserasi dengan cara direndam dengan etanol 70% sebanyak ±1 liter sambil diaduk sesekali lalu dibiarkan selama 1 hari dalam wadah penyimpanan yang tertutup (Gambar 13 b).

Setelah direndam selama 1 hari, larutan tersebut diperkolasi dengan kertas saring melalui perkolator (Gambar 13 c). Kemudian dengan rotavapor digunakan utnuk memisahkan antara pelarut dan estraknya, maka diperoleh ekstrak kental kayu manis sebanyak 12 gram. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kayu manis 10% maka digunakan 2 gram ekstrak kental kayu manis kemudian dilarutkan dalam dimethyl sulfoksida (DMSO) sampai 30 ml, untuk konsentrasi 30% digunakan 4 gram ekstrak kental kayu manis kemudian dilarutkan dalam DMSO sampai 30 ml, dan untuk konsentrasi 50% digunakan 6 gram ekstrak kental kayu manis kemudian dilarutkan dalam DMSO sampai 30 ml (Gambar 13 d).

(64)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 13. Pembuatan Ekstrak Kayu Manis

3.6.3 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans

a. Lempeng uji disterilisasi dengan autoclave 121°C selama 1 jam

b. Lempeng uji dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10%, 30%, 50% dan klorheksidin (kontrol). Tiap kelompok terdiri dari 6 buah lempeng uji.

(65)

ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, dan klorheksidin sebanyak 2ml. Waktu perendaman dalam tabung reaksi yang berisi yaitu ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, dan klorheksidin adalah 8 jam (Gambar 14 a dan b).

d. Lempeng uji dikeluarkan dari tabung reaksi dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak 2 kali.

e. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s broth 10ml, digetarkan dengan vortex selama 30 detik untuk melepaskan Candida albicans yang melekat pada lempeng uji (Gambar 14 c).

f. Selanjutnya dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s broth pada Potato dextrose agar (PDA), diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C.

g. Setelah 48 jam dilakukan penghitungan koloni Candida albicans dengan menggunakan colony counter (CFU/ml) dalam 100ml 16 (Gambar 14 d).

(a) (b)

(c) (d)

(66)

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Uji Univarian, untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi setiap kelompok

2. Uji Anova satu arah, untuk meihat pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas terhadap pertumbuhan Candida albicans pada semua kelompok perlakuan, yaitu ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) 10%, 30%, 50%, dan klorheksidin.

Gambar

Gambar
Tabel 1. Karakteristik Tiga Jenis Kayu Manis (Cinnamomum spp)36
Tabel 4.  Definisi operasional variabel terkendali
Gambar 14. Pembenihan Candida albicans pada potato dextrose agar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

The average synchronization implies that a given temporal rule change attracts the temporal pattern changes of cell states for any initial configuration of cell states in the

[r]

(when) sesuatu akan dicapai. Namun demikian langkah instansi pemerintah untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Cara mencapai tujuan dan sasaran

By assuming that the rate of biomass production per unit of intercepted radiation was constant throughout the whole growing season, that irradiance was also constant, and that leaf

[r]

If stomata allow E to exceed E max uncontrolled loss of hydraulic conductance will develop (‘runaway cavitation’, Tyree and Sperry, 1988)... below those in the mesic plants. A

Ag. Bambang Setiyadi, Faculty of Education, Lampung University, Indonesia. Some studies have also revealed that the students learning a foreign language in Asian contexts have