• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.1.1 Komposisi - Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.1.1 Komposisi - Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.1.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari : 4,22 a. Komposisi bubuk

1. Polimer (polimetil metaklirat)

2. Initiator : berupa 0,2% - 0,5% benzoil peroksida.

3. Pigmen : sekitar 1% merkuri sulfit atau cadmium sulfit tercampur dalam partikel polimer.

4. Plasticizer : dibuthil phthalate

5. Opacifiers : oksida seng atau oksida titanium b. Komposisi cairan

1. Monomer (metil metaklirat)

2. Stabilitator : sekitar 0,006% hidroquinon untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan.

3. Plasticizer : dibuthil phthalate 4. Cross-linking agent : 1-2% glikol dimetaklirat

2.1.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding.4

Manipulasi resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,22

(2)

a. Bila polimer terlalu banyak dibandingkan dengan monomer,polimer tidak dapat dibasahi oleh monomer. Akrilik yang telah digodok akan berpasir atau bergranul.

b. Bila polimer terlalu sedikit, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar. 2. Polimer dan monomer yang dicampur dengan perbandingan yang benar akan mendapatkan hasil dough stage.

Pengamatan setelah pencampuran polimer dan monomer. Pada saat pencampuran bahan akan melalui fase(stage) berikut ini :

a. Sandy stage adalah terbentuknya campuran menyerupai pasir basah.

b. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika polimer mulai larut dalam monomer dan berserat ditarik.

c. Dough stage adalah konsistensi liat dimana adonan sudah mudah diangkat dan tidak melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan ke dalam mold dan kebanyakan dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit.

d. Rubber hard stage adalah seperti karet dan terlalu keras untuk dibentuk, pada stadium ini bahan akan mengeras.

3. Waktu dough tergantung pada :

a. Ukuran partikel polimer, partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan lebih cepat tercapai konsistensi dough.

b. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi dough.

c. Adanya plastisizer yang akan mempercepat terbentuknya dough.

d. Suhu sangat mempengaruhi waktu dough.Waktu dough dapat diperpanjang melalui proses pendinginandalam freezer.

e. Perbandingan polimer dan monomer, bila tinggi, waktu dough lebihsingkat. 4. Liningmould

(3)

a. Mencegah merembesnya monomer ke dalam mold dan berpolimeIrisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan mold.

b. Mencegah air dari mold masuk ke dalam resin akrilik. 5. Pengisian

Sewaktu melakukan pengisian kedalam mold perlu diperhatikan agar: a. Mold terisi penuh

b. Sewaktu dipres terdapat bahan yang cukup pada mold, ini dapat dicapai dengan cara menghasilkan akrilik dough stage sedikit lebih banyak ke dalam mold. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam mold. Pengisisan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.

6. Kuring

Mold yang telah diisi kemudian dikuring dalam waterbath. Suhu dan lamanya proses kuring harus dikontrol. Selama proses kuring dalam waterbath perlu diperhatikan bila bahan mengalami polimerisasi yang tidak sempurna, kemungkinan gigitiruan mengandung monomer sisa yang tinggi.

7. Pendinginan

Kuvet harus dibiarkan dingin secara perlahan sampai mencapai suhu kamar. Pendinginan secara cepat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan karena ada perbedaan kontraksi termal dari resin dan gips keras. Kuvet yang telah dingin diangkat dari rendaman air dan dibiarkan dingin.

8. Deflasking

Mengeluarkan hasil kuring dari mold harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya gigitiruan.

9. Penyelesaian dan pemolesan

(4)

2.1.3 Sifat-Sifat 2.1.3.1 Sifat Fisis

Sifat fisis dari resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,21,23 1. Solubilitas

Meskipun pada proses kuring dari akrilik sudah dilakukan dengan benar,namun masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2% sampai dengan 0,5%. Hal tersebut akan mempengaruhi rata-rata dari berat molekul resin akrilik. Proses kuring pada suhu yang terlalu rendah dalam waktu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. Hal ini hendaknya dicegah karena :

a. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut b. Monomer sisa akan bertindak sebagai plastisizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih fleksibel.

2. Porositas

Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kekuatan dan sifat-sifat optis akrilik.

a. Shrinkage porosity

Kelihatan seperti gelembung yang tidak beraturan bentuknya di seluruh dari permukaan gigitiruan.

b. Gasteous porosity

Terlihat berupa gelembung kecil halus yang sama bentuknya, biasanya terjadi pada gigitiruan yang tebal.

3. Ketepatan dimensional

Ketepatan dimensional dipengaruhi oleh ekspansi mold pada saat pengisian (packing), ekspansi termal dari adonan akrilik, kontrak yang terjadi pada saat polimerisasi, kontraksi pada saat pendinginan dan hilangnya stress sewaktu pemolesan basis gigitiruan resin akrilik.

4. Kestabilan dimensional

(5)

Sehingga absorbsi air tersebut dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Hal ini disebabkan karena absorbsi air hampir sama dengan kontraksi selama proses kuring. Selain itu koefisien difusi juga perlu diperhatikan, koefisien difusi dari air pada gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya adalah 1,08x10-2 m2/detik pada 37°C. Karena koefisien difusi air dari resin gigitiruan akrilik polimerisasi panas relatif rendah, maka waktu yang diperlukan bagi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas untuk menjadi jenuh cukup besar. Hal ini tergantung pada ketebalan resin akrilik, serta kondisi penyimpanan. Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air.4

5. Fraktur

Gigitiruan dapat mengalami fraktur karena disebabkan oleh kekuatan impak. Misalnya gigitiruan akrilik terjatuh pada permukaan yang kasar dan fatigue yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian.

2.1.3.2 Sifat Mekanis

Faktor penting dalam pembuatan basis gigitiruan dari bahan resin akrilik adalah ketebalan resin akrilik. Resin akrilik dengan ketebalan yang tepat mempunyai sifat kekakuan dan kekuatan yang baik. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik tergantung dari faktor ketebalan basis gigitiruan. Faktor ini penting tetapi tidak dapat diterapkan seluruhnya saat mendesain gigitiruan pasien dikarenakan semakin tebal gigitiruan akan menyulitkan pasien untuk beradaptasi dan akan meningkatkan derajat isolasi thermal. Fraktur pada gigitiruan umumnya terjadi akibat kekuatan fatik. Kekuatan fatik adalah kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigitiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigitiruan yang terlalu lama.23

(6)

terlihat pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Crazing adalah garis retakan kecil yang terdapat pada permukaan basis gigitiruan. Hal ini akan mengakibatkan patahnya basis gigitiruan. Crazing dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu ketika pasien membuka gigitiruan dan membiarkannya dalam keadaan kering dan ketika terjadi kontak antara monomer dan gigitiruan yang sedang diperbaiki. Fungsi adanya cross linking agent pada resin akrilik polimerisasi panas adalah untuk mengurangi terjadinya crazing.23

2.1.3.3 Sifat Kemis dan Biologis

Sifat dari resin akrilik adalah mengabsorbsi sedikit air. Selama pemakaian proses absorbsi air masih berlanjut sampai dicapai keseimbangan sekitar 2%. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% disebabkan oleh reabsorbsi air yang menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23%. Gigitiruan hendaknya dijaga agar tetap kering meskipun gigitiruan sedang tidak dipakai. Absorbsi air merupakan kemampuan dari organisme untuk berkolonisasi pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Namun, belum jelas organisme apakah yang dimaksud. Salah satu organisme yang ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik adalah Candida albicans. Candida albicans dapat ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik dengan cara penetrasi melalui lapisan terluar dari resin akrilik.24

2.1.4 Kegunaan

Kegunaan dari resin akrilik polimerisasi panas : 4,22 1. Sebagai bahan basis gigitiruan.

2. Untuk perbaikan jika gigitiruan mengalami fraktur (repair).

3. Sebagai rebasing gigitiruan, yaitu mengganti seluruh basis gigitiruan.

4. Sebagai relining gigitiruan, yaitu melapis permukaan gigitiruan yang menghadap ke jaringan lunak rongga mulut.

5. Pembuatan sendok cetak fisiologis. 6. Elemen gigitiruan.

(7)

2. 2 Candida albicans

2.2.1 Biologi Candida albicans

Taksonomi dari Candida albicans adalah sebagai berikut :

Kingdom : Jamur

Divisi : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Famili : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37°C dalam kondisi aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat atau Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair atau Sabouraud’s Dextrose Broth (SDB) pada suhu 37°C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali (Gambar 1).25

Gambar 1. Gambaran Makroskopis Candida albicans

2.2.2 Lapisan Biofilm pada Candida albicans

(8)

Candida albicans membentuk komunitasnya yang disebut biofilm (Nabile dan Mitchell, 2005). Biofilm tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang membentuk biofilm biasanya mempunyai resistensi terhadap antimikroba biasa atau menghindar dari sistem kekebalan sel inang.25

Berkembangnya biofilm biasanya seiring dengan bertambahnya infeksi klinis pada sel inang sehingga biofilm ini dapat menjadi salah satu faktor virulensi dan resitensi. Pembentukan biofilm dapat dipacu dengan keberadaan serum dan saliva dalam lingkungannnya. Secara struktur biofilm terbentuk dari dua lapisan yaitu lapisan basal yang tipis yang merupakan lapisan khamir dan lapisan luar yaitu lapisan hifa yang lebih tebal tetapi renggang. Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan biofilm Candida albicans diantaranya adalah ketersediaan udara. Ketersediaan udara akan medukung pembentukan biofilm. Pada kondisi anaerob, Candida albicans dapat membentuk hifa tetapi tidak mampu membentuk biofilm.25

2.2.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzin ekstraseluler. Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel Candida albicans ke sel inang (Naglik dkk, 2004). Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida albicans terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida albicans untuk mempertahankan diri dari obat-obat antijamur.25

(9)

dan sel host melakukan kontak). Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasive dan perkembangan biofilm (Kumamoto, 2005).25

Tahap selanjutnya setelah perlekatan adalah invasi. Hifa Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake dkk, 2005). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktifitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infeksi tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya.25

2.2 Denture Stomatitis 2.1.5 Definisi

Denture stomatitis atau denture sore mouth atau prosthetic stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis gigitiruan.Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang mempunyai etiologi multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies Candida atau bakteri. Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture stomatitis. Candida albicans secara patogen tumbuh pada dasar gigitiruan dan mukosa oral.10

2.3.1 Gambaran Klinis

Denture stomatitis menunjukkan pola gambaran klinis yang berbeda dan kebanyakan terdapat pada rahang atas, khususnya pada bagian palatum. Tidak ditemukannya denture stomatitis pada rahang bawah disebabkan oleh saliva yang mempunyai efek sebagai pembersih.26

Berdasarkan klasifikasi Newton, denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :26

(10)

Gambar 2. Denture stomatitis tipe I Newton26

2. Tipe II : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan. Tipe II Newton ini adalah tipe yang paling sering terjadi (Gambar 3).

Gambar 3. Denture stomatitis tipe II Newton –Eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum26

(11)

Gambar 4. Denture stomatitis tipe III Newton-hiperplasia papila dengan eritema difus26

2.3.2 Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis Akibat Plak Gigitiruan Resin Akrilik

Denture stomatitis merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada mukosa oral pada daerah yang berkontak langsung dengan basis gigitiruan.10 Etiologi denture stomatitis adalah multifaktorial, etiologi tersebut terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.

Faktor-faktor utama penyebab terjadinya denture stomatitis, yaitu : 26 1. Faktor yang berasal dari gigitiruan

Denture stomatitis terjadi akibat dari gigitiruan yang tidak retentif, adanya trauma dari pemakaian gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan yang buruk.

2. Faktor infeksi

Gigitiruan mampu menghasilkan perubahan ekologi yang mempermudah akumulasi bakteri dan jamur. Bakteri yang berproliferasi adalah spesies bakteri tertentu, seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Fusobacterium sp, atau spesies bacteroides yang telah diidentifikasi pada pasien dengan denture stomatitis. Spesies dari Candida, terutama Candida albicans, telah diidentifikasi terjadi pada sebagian besar pasien denture stomatitis.

Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan denture stomatitis, yaitu:8,26

A. Faktor sistemik

(12)

3. Defisiensi vitamin B kompleks, vitamin C dan zat besi 4. Immunosupresi

B. Faktor lokal 1. Candida albicans 2. Bakteri

3. Diet tinggi karbohidrat 4. Hiposalivasi

5. Kebersihan rongga mulut yang buruk 6. Menggunakan gigitiruan pada malam hari

Candida albicans dapat melekat pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang biasa disebut dengan istilah plak gigitiruan. Pada pemakai gigitiruan dengan basis resin akrilik, plak gigitiruan sangat sering terjadi, terutama pada pengguna gigitiruan dengan kebersihan mulut yang rendah.27 Denture stomatitis tidak hanya disebabkan oleh Candida albicans, tetapi juga oleh plak dari multispesies yang melibatkan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Setelah diobservasi bahwa ko-adhesi antara Candida albicans dan beberapa jenis Streptococcus meningkatkan kolonisasi di rongga mulut oleh sel yeast. Streptococcus mutans adalah bakteri paling banyak pada permukaan gigitiruan akrilik dan bila diinkubasi secara simultan dengan Candida albicans dapat bersaing mendapatkan binding site tetapi juga dapat meningkatkan adhesi yeast.28

(13)

bersama dengan Candida albicans berperan dalam etiologi dan patogenesis denture stomatitis.28

2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan 2.4.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan adalah krim, pasta, gel dan larutan yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih

membantu membunuh kuman pada gigitiruan. Waktu perendaman gigitiruan dalam

larutan pembersih tergantung pada instruksi dari pabrik. Menempatkan gigitiruan di

dalam air atau larutan pembersih gigitiruan dapat membantu gigitiruan dalam

mempertahankan bentuk gigitiruan dan dapat melepaskan debris makanan serta stain

yang ada pada gigitiruan.29

2.4.2 Syarat Bahan Pembersih Basis Gigitiruan

Bahan pembersih basis gigitiruan umumnya mempunyai syarat-syarat seperti berikut:22

1. Tidak toksik

2. Mampu menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan,

3. Tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan,

4. Tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah,

5. Stabil pada penyimpanan

6. Bersifat bakterisidal serta jamursidal

2.4.3 Klasifikasi Cara Membersihkan Gigitiruan

(14)

2.3.4.1Mekanis

Saat gigitiruan telah terpasang, pasien diinstruksikan untuk menyikat gigitiruan dengan menggunakan bahan pembersih gigitiruan, air dan sikat dengan bulu sikat nilon yang lembut untuk menjangkau seluruh permukaan gigitiruan.

2.4.3.2 Kemis

Selain dengan menyikat gigitiruan, teknik perendaman basis gigitiruan ke larutan pembersih gigitiruan juga dapat dipakai untuk membersihkan gigitiruan. Dengan merendam gigitiriruan pada larutan pembersih gigitiruan, maka plak yang terdapat pada permukaan gigitiruan, yang sulit dijangkau dengan teknik menyikat ataupun yang tidak terlihat oleh pandangan dapat dibersihkan. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi 5 kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain:

1. Effervesen Peroksida

Saat ini lebih dikenal dengan istilah alkaline peroksida. Bahan pembersih gigitiruan ini adalah yang paling banyak digunakan. Bahan pembersih ini aman digunakan dan tidak merusak resin akrilik atau logam yang digunakan dalam gigitiruan. Akan tetapi, alkaline peroksida telah menunjukkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan kerusakan yang cepat pada lapisan bahan lining tertentu. Alkaline peroksida juga merupakan bahan pembersih gigitiruan yang relatif tidak efektif dan kemampuan bahan ini untuk menghilangkan plak sangat terbatas.8 Alkaline peroksida bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur.30

(15)

Plc, Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet ( Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris).30

2. Hipoklorit

Bahan pembersih gigitiruan ini dapat membersihkan permukaan gigitiruan dari plak, mencegah terbentuknya kalkulus pada permukaan gigitiruan, dan menghilangkan stain pada permukaan gigitiruan.8 Alkalin hipoklorit terbagi antara lain: Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford Essex, Inggris), Milton (procter And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris)30

3. Asam

Bahan pembersih gigitiruan dari asam memiliki kandungan 5% asam hidroklorik. Bahan ini dapat digunakan pada gigitiruan dengan kalkulus yang lunak, yang dapat dibersihkan dengan cara menggosok gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan dari asam yang lain memiliki kandungan asam sulfamat. Kandungan dari bahan ini juga dapat mengontrol pembentukan kalkulus pada gigitiruan.8 Bahan pembersih golongan asam antara lain : Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris).30

4. Enzim

(16)

5. Desinfektan

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh desinfektan.29 Contoh desinfektan adalah klorheksidin (Smithkline Beecham Consumer Heatlhcare, Brentoford, Inggris).30

2.4.3.1 Mekanis-Kemis

Contoh metode mekanis-kemis yang dilakukan untuk membersihkan gigitiruan adalah dengan menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman gigitiruan dalam alat ultrasonik, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam larutan hipoklorit, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam tablet pembersih gigitiruan, dan lain-lain.7 Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas.30

2.5 Klorheksidin

(17)

dalam sitoplasma, dan pada akhirnya menyebabkan kematian mikroorganisme. Penurunan populasi bakteri pada plak tersebut dapat menurunkan indeks plak.32 Klorheksidin dapat mengkoagulasi nukleoprotein dan merubah dinding sel yeast, sehingga menyebabkan keluarnya komponen sitoplasma ke plasmalemma. Mekanisme antimikroba dari klorheksidin tersebut dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans yang berlebih, tetapi tidak dapat menghentikan germinasi spora sel yeast tersebut, terdapat reduksi yang cukup besar pada sel biofilm Candida albicans.32 Bahan desinfektan klorheksidin yang tersedia di Indonesia contohnya adalah Minosep buatan Minorock yang mengandung larutan klorheksidin glukonat 0,2%. Minosep adalah obat kumur dengan aturan pemakaian selama 1 menit sebanyak 2 kali sehari, sesuai dengan petunjuk pabrik.12 Klorheksidin 0,2% efektif sebagai anti plak dan anti gingivitis. Klorheksidin tidak bersifat toksik, tetapi dapat mengakibatkan perubahan sensasi sementara dan meninggalkan stein kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah yang sulit untuk dibersihkan.32 Himani, dkk (2008) melaporkan bahwa klorheksidin glukonat 0,2% mempunyai aktifitas antijamur paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan 5% doksisiklin hidroklorit, 2.5% sodium hipoklorit, dan 17% ethylenediamine tetraacetic acid.34

2.6 Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) (Gambar 5)

(18)

2.6.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari kayu manis (Cinamomum burmanii) adalah sebagai berikut:35

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanii

Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5-15 m, kulit pohon berwarna abu-abu tua berbau khas, kayu berwarna merah coklat muda. Daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm, dengan 3 tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk daun elips memanjang, panjang 4-14 cm, lebar 1,5-6cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan. Daun muda berwarna merah pucat.35

Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna berwarna kuning. Ukurannya kecil. Kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian. Bunga ini tidak bertajuk bunga. Benang sarinya berjumlah 12 helai yang terangkai dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat. Buahnya berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang. Warna buah muda adalah hijau muda sedangkan buah tua berwarna ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dan diameter 0,35-0,75 cm. Panjang biji 0,84-1,32 cm dan diameter 0,59-0,68 cm.35

2.6.2 Jenis-Jenis Kayu Manis

(19)

Tabel 1. Karakteristik Tiga Jenis Kayu Manis (Cinnamomum spp)36

NO. KARAKTERISTIK C. burmanii C. zeylanicum C. cassia

1. Bentuk tajuk Silendris Oval Lancip

2. Bentuk daun Elips Elips Elips

5. Bentuk buah Bulat lonjong Bulat lonjong Bulat lonjong

6. Ukuran buah :

7. Hasil kering 450 gr/batang 150 gr/batang 850 gr/batang

8. Aroma kulit kering Kuat Sedang Sedang

9. Warna kulit kering Coklat muda –tua Kuning kecoklatan Coklat muda

10. Kadar minyak :

13. Bentuk produk Kulit Kulit dan minyak Cinadan

Vietnam minyak

(20)

burmanii) tersebut dapat menghambat aktifitas dan pertumbuhan jamur, diantaranya Candida albicans.14,19

2.6.3 Kandungan dan Kegunaan Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki kandungan kimia yang terdiri dari minyak atsiri, safrole, sinamaldehid, eugenol, tanin, damar, kalsium oksalat, dan zat penyamak.15 Kandungan kimia yang terdapat dalam kayu manis memiliki presentasi yang berbeda, meskipun jenis tumbuhan kayu manis yang diekstrak sama. Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah bagian kayu manis yang diekstrak, lokasi kayu manis tersebut tumbuh, perbedaan iklim dan lingkungan alam.14 Hal ini sama dengan penelitian terhadap kandungan minyak atsiri kayu manis (Cinamomum burmanii) dari 3 lokasi tumbuh yang berbeda, disimpulkan bahwa minyak atsiri kayu manis dengan jenis Cinnamomum burmanii memiliki kandungan kimia yang berbeda. Dari hasil identifikasi pada kayu manis menunjukkan bahwa trans-cinnamaldehyde merupakan kandungan utama dari minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmanii).16

Kandungan terbesar lain yang dimiliki oleh kayu manis selain sinamaldehid adalah eugenol. Kegunaan kayu manis selain digunakan sebagai bumbu masak, minyak atsirinya sudah lama digunakan sebagai antiseptik. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa minyak kayu manis dapat membunuh baksil tipus hanya dalam 12 menit, berbeda dengan minyak cengkeh yang waktunya mencapai 25 menit.37

2.6.4 Mekanisme Pengaruh Ekstrak Kayu Manis terhadap Pertumbuhan Candida albicans

(21)

sinamaldehid dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans disebabkan oleh gugus bebas 3-phenyl yang dapat mengikat enzim yang ada pada dinding sel Candida albicans dan juga mengikat oksigen yang dibutuhkan Candida albicans untuk metabolisme sel. Dengan adanya ikatan tersebut maka sinamaldehid dapat menghambat proses metabolisme Candida albicans sehingga pada akhirnya Candida albicans tersebut mati. Selain itu, sinamaldehid juga mempunyai kemampuan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan sehingga permeabilitas sel bakteri dan jamur meningkat. Mekanisme kerjanya yaitu awalnya reaksi dengan protein sel, yaitu proses penghambatan atau pembunuhan dengan cara merusak sistem koloid dengan mengadakan koagulasi dan presipitasi protein. Koagulasi protein sel mikroba akan menyebabkan gangguan metabolisme sehingga merubah permeabilitas sel membran sehingga terjadi penurunan tegangan permukaan yang mengakibatkan kematian mikroba. 19 Sinamldehid juga termasuk dalam flavanoid. Flavanoid mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur yaitu dengan cara mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhambat atau sampai jamur tersebut mati.14

Kandungan kimia lain yang terdapat pada kayu manis adalah minyak atsiri. Minyak atsiri yang terdapat dalam kayu manis mengandung trans-cinnamaldehyde. Trans-cinnamaldehyde merupakan bentuk natural dari sinamaldehid.21 Struktur penyusun utama dari dinding sel jamur adalah kitin dan β-glucan. Penelitian oleh Bang, dkk (2000) menyimpulkan bahwa, trans-cinnamaldehyde yang ada pada minyak atsiri kayu manis merupakan inhibitor chitin synthase genes isoenzym yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Selain itu, trans-cinnamaldehyde juga merupakan inhibitor non-kompetitif dari β-glucan, sehingga pembentukan biofilm terhambat dan kegagalan dalam berkolonisasi yang mengakibatkan pertumbuhan Candida albicans terhambat.17

(22)

golongan fenol juga tergantung pada besar gugusan alkil yang ditambahkan, yaitu semakin besar gugusan alkil, maka aktifitas antijamur menghambat kolonisasi Candida albicans semakin besar. Disamping itu, sistem kerja dari eugenol dalam agen antijamur adalah menghambat kolonisasi Candida albicans dalam proses pembelahan sel.14

Kandungan kimia dalam kayu manis yang lainnya adalah tanin. Tanin adalah suatu senyawapolifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.38 Tanin mempunyai kemampuan dalam menurunkan kemampuan merekat dari sel eukariot, sehingga dapat menghambat pembetukan germ tube dan menstimulasi terjadinya fagositosis. Hal ini akan mempengaruhi integritas dinding sel dari Candida albicans dan akhirnya menghambat metabolisme Candida albicans yang mengakibatkan Candida albicans mati.39

(23)

2.7 Landasan Teori

Bahan Herbal

Ekstrak Kayu Manis

Sinamaldehid Minyak

atsiri

Eugeno l

Tanin

Kehilangan Gigi

Pembuatan Gigitiruan Resin Akrilik

Pemasangan Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Instruksi dan Nasehat Reaksi Jaringan Akibat Tidak

Memelihara Kebersihan Gigitiruan

Memelihara

Kebersihan Gigitiruan

Metode Membersihkan Gigitiruan

Mekanis Kemis

Mekanis-Kemis

Effervesen Peroksida

Hipoklorit Asam Enzim Desinfekta

n

Klorheksidi n

Denture Stomatitis

Perendaman

(24)

2.8 Kerangka Konsep

(25)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10%, 30%, dan 50% terhadap jumlah Candida albicans.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Tiga Jenis Kayu Manis (Cinnamomum spp)36

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

The average synchronization implies that a given temporal rule change attracts the temporal pattern changes of cell states for any initial configuration of cell states in the

[r]

[r]

By assuming that the rate of biomass production per unit of intercepted radiation was constant throughout the whole growing season, that irradiance was also constant, and that leaf

If stomata allow E to exceed E max uncontrolled loss of hydraulic conductance will develop (‘runaway cavitation’, Tyree and Sperry, 1988)... below those in the mesic plants. A

Aplikasi ini juga sebagai panduan dengan harapan pemakai dapat dengan mudah dan cepat mengetahui