• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemakaian Bahan Pembersih Enzim Dan Energi Microwave Terhadap Jumlah Candida Albicans Pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemakaian Bahan Pembersih Enzim Dan Energi Microwave Terhadap Jumlah Candida Albicans Pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.1 Perkiraan populasi lansia pada tahun 2025 mencapai 50% dengan umur di atas 50 tahun. Tingginya populasi lansia tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap pemeliharaan oral higiene dan penggunaan gigitiruan penuh atau sebagian lepasan untuk menggantikan gigi yang hilang sehingga meningkatkan kualitas hidup.2

Basis gigitiruan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam. Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai basis gigitiruan antara lain kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel, sedangkan basis non-logam antara lain resin. Berdasarkan sifat termal, resin diklasifikasikan menjadi termoplastik dan termoset. Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dibentuk dan dilunakkan berulang kali pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Contoh resin termoplastik adalah seluloid, nitrat selulosa, resin vinil, nilon, polikarbonat, dan polystyrene. Resin termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk satu kali dengan adanya pemanasan. Contoh resin termoset adalah vulkanit, fenol formaldehid, dan resin akrilik.1 Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik dibagi menjadi beberapa macam yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik polimerisasi panas, dan resin akrilik swapolimerisasi.1,2

(2)

2

mengiritasi, mudah dibersihkan, kekuatannya tinggi, retensi baik, mudah dimanipulasi, mudah direparasi, dan murah.2-5 Resin akrilik (polimetil metakrilat) merupakan basis gigitiruan yang dipilih karena mempunyai nilai estetis yang baik, murah dan mudah diproses, tetapi sampai saat ini belum ada suatu basis yang memenuhi seluruh persyaratan basis gigitiruan.2,5

Sifat-sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat kemis dan biologis, serta sifat mekanis.5-7 Pada sifat kemis dan biologis, resin akrilik yang berhubungan dengan interaksi suatu bahan terhadap mikroorganisme pada rongga mulut memperlihatkan bahwa pemakaian gigitiruan secara terus menerus yang tidak pernah dibuka dan tidak pernah dibersihkan dapat mengakibatkan penumpukan plak yang disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme seperti Candida albicans berkembang pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik.6,7 Gigitiruan dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme selama pembuatan atau manipulasi sehingga infeksi yang disebabkan Candida albicans dapat terjadi pada gigitiruan dan infeksi ini merupakan faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan denture stomatitis.7-9 Candida albicans merupakan jamur yang paling lazim berada dalam rongga mulut dan telah diketahui sebagai penyebab utama terjadinya denture stomatitis.9,10 Pemeliharaan yang adekuat pada gigitiruan sangat diperlukan agar gigitiruan tetap estetis, tidak bau, dan memperoleh oral higiene yang baik. Permasalahan yang terjadi pada rongga mulut berhubungan dengan rendahnya kebersihan gigitiruan, oleh karena itu metode pembersihan gigitiruan harus efektif, ekonomis, mudah didapatkan, dan mudah dalam penggunaannya.11

(3)

3

(2011) mengevaluasi beberapa metode pembersihan gigitiruan untuk menghilangkan akumulasi Candida albicans pada bahan basis gigitiruan. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode mekanis dan metode kemis. Metode mekanis yang digunakan yaitu dengan penyikatan gigitiruan dengan sikat gigi sedangkan metode kemis menggunakan bahan pembersih komersil yaitu Polident (Glaxo Smith Kline, Irlandia). Metode mekanis tidak efektif terhadap aktivitas mikroba pada biofilm gigitiruan, hanya dapat menghilangkan debris yang besar, serta dapat menyebabkan abrasi pada gigitiruan, sedangkan metode kemis terbukti menjadi prosedur yang efektif untuk mengurangi jumlah Candida albicans.16

Penggunaan energi microwave adalah salah satu metode yang disarankan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pembersihan gigitiruan.17 Penggunaan energi microwave juga lebih dipertimbangkan untuk pembersihan gigitiruan daripada pembersihan dengan bahan larutan kemis lainnya karena energi microwave dapat membunuh beberapa jenis mikoorganisme, waktu pembersihan yang lebih singkat, dapat mencegah denture stomatitis, tidak memerlukan tempat penyimpanan yang khusus, tidak menginduksi resistensi Candida albicans, tidak mempengaruhi warna atau bau gigitiruan, tidak kadaluarsa dan tidak bersifat alergenik.7,11,18 Mese dkk. (2007) menyatakan bahwa perendaman gigitiruan dalam larutan sodium hipoklorit selama 5 jam sangat efektif membunuh Candida albicans daripada penggunaan energi microwave selama 5 menit dengan daya 650 Watt, tetapi penggunaan energi microwave dapat dipertimbangkan sebagai metode pembersihan gigitiruan yang simpel dan efektif daripada perendaman dalam larutan sodium hipoklorit karena sodium hipoklorit mempunyai beberapa kerugian yaitu gigitiruan dapat berubah warna, korosi, dan bau.19

(4)

4

energi microwave dalam waktu 6 menit dengan daya 350 Watt juga direkomendasikan setelah direndam dalam larutan sodium hipoklorit merupakan metode yang lebih efektif untuk mensterilisasi gigitiruan yang diinokulasi dengan Candida albicans dan Streptococcus gordonii. Selain itu, penggunaan energi microwave dalam waktu 1 menit dengan daya 850 Watt menjadi metode desinfeksi gigitiruan yang efektif serta membantu dalam perawatan denture stomatitis.17

1.2 Permasalahan

Basis gigitiruan yang baik harus mempunyai warna yang sesuai dengan jaringan mukosa mulut, tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik, tidak menyerap saliva, stabilitas yang baik, tidak mengiritasi, mudah dibersihkan, kekuatannya tinggi, retensi baik, mudah dimanipulasi, mudah direparasi, dan murah. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan basis gigitiruan yang dipilih karena mempunyai nilai estetis yang baik, murah dan mudah diproses, tetapi mempunyai sifat kemis dan biologis yang berhubungan dengan interaksi suatu bahan terhadap mikroorganisme pada rongga mulut.

Candida albicans merupakan jamur yang paling lazim berada dalam rongga mulut dan telah diketahui sebagai penyebab utama terjadinya denture stomatitis. Pemakaian gigitiruan secara terus menerus yang tidak pernah dibuka dan tidak pernah dibersihkan dapat mengakibatkan penumpukan plak yang disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme seperti Candida albicans berkembang pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik sehingga pemeliharaan yang adekuat pada gigitiruan sangat diperlukan agar gigitiruan tetap estetis, tidak bau, dan memperoleh oral higiene yang baik.

(5)

5

plak gigitiruan dan mengurangi pembentukan plak baru, sedangkan penggunaan energi microwave dapat mematikan beberapa jenis bakteri dan jamur pada gigitiruan, waktu pembersihan yang lebih singkat, dapat mencegah denture stomatitis, tidak memerlukan tempat penyimpanan yang khusus, tidak menginduksi resistensi Candida albicans, tidak mempengaruhi warna atau bau gigitiruan, tidak kadaluarsa dan tidak bersifat alergenik. Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik permasalahan yaitu apakah ada pengaruh pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.3 Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas diperoleh rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana efektifitas pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

2. Apakah ada pengaruh pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuiefektifitas pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

(6)

6

3. Untuk mengetahui perbedaan antara pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang Prostodonsia

b. Bagi peneliti sebagai dasar penelitian untuk dapat melanjutkan kajian mengenai pengaruh pemakaian bahan pembersih gigitiruan terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi dokter gigi sebagai pedoman dan pertimbangan dalam menggunakan bahan pembersih gigitiruan

(7)

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM

DAN ENERGI

MICROWAVE

TERHADAP JUMLAH

Candida albicans

PADA BASIS GIGITIRUAN

RESIN

AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SUMARNI NIM: 090600009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(8)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2013

Sumarni

Pengaruh Pemakaian Bahan Pembersih Enzim dan Energi Microwave terhadap Jumlah Candida albicans pada Basis gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xiii + 65 halaman

(9)

akrilik polimerisasi panas dengan nilai p=0,026 (p<0,05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemakaian bahan pembersih enzim yaitu Polident lebih efektif dibandingkan dengan energi microwave dalam membunuh Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(10)

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM

DAN ENERGI

MICROWAVE

TERHADAP JUMLAH

Candida albicans

PADA BASIS GIGITIRUAN

RESIN

AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SUMARNI NIM: 090600009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(11)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Juni 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros(K)

NIP: 19540504 1980 03 2001 ……….

2. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc

(12)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 25 Juni 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS

ANGGOTA : 1. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

2. Siti Wahyuni, drg

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Usman.S Siregar dan Almarhumah Ibunda Nizmah Nasution yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara-saudara penulis yaitu Sumarna, AmKeb., Adek, Winda, Bebby Ayu dan Putra atas doa, cinta kasih dan dukungan, serta pengorbanan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Suprapto Adi Pratama atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros(K) selaku Koordinator skripsi dan selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

(14)

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku ketua tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Siti Wahyuni, drg., selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Gema Nazriyanti, drg., selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia FKG USU atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

10. Dra. Nunuk Priyani, M.Sc, selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA USU dan seluruh asisten FMIPA USU atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

11. Maya Fitria, SKM, M.Kes, staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik penelitian.

12. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan skripsi di Departemen Prostodonsia yaitu Witta, Calvin, Juliana Pardede, Rachel, Langgeng Surya Dewi, Wildan Humairah, David, Steven Tiopan, Olivia, Sri Dewi, Cindy Denhara Wijaya atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

(15)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu, masyarakat, dan bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Prostodonsia.

Medan, 25 Juni 2013 Penulis,

(16)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ... 7

2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan ... 7

2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan ... 8

2.1.2.1 Basis Logam ... 8

2.1.2.2 Basis Resin ... 9

2.2 Resin Akrilik ... 10

2.2.1 Pengertian ... 10

2.2.2 Jenis Resin Akrilik ... 11

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 12

(17)

2.3.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 12

2.3.3 Sifat-Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 14

2.3.3.1 Sifat Fisis ... 14

2.3.3.2 Sifat Mekanis ... 15

2.3.3.3 Sifat Kemis dan Biologis ... 16

2.4 Candida albicans ... 18

2.4.1 Karakteristik Makroskopik ... 18

2.4.2 Karakteristik Mikroskopik ... 18

2.4.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan sel ... 19

2.5 Denture stomatitis ... 20

2.5.1 Definisi ... 20

2.5.2 Gambaran Klinis ... 20

2.5.3 Mekanisme Terjadinya Denture stomatitis ... 21

2.6 Metode Pembersihan Gigitiruan ... 23

2.6.1 Klasifikasi Metode Pembersihan ... 23

2.6.1.1 Metode Mekanis ... 23

2.6.1.2 Metode Kemis ... 24

2.6.1.3 Metode Kombinasi ... 26

2.7 Mekanisme Desinfeksi Mikroorganisme dengan Bahan Pembersih Enzim ... 26

2.8 Mekanisme Desinfeksi Mikroorganisme dengan Energi Microwave ... 27

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 34

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 34

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 34

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 34

3.3.2 Definisi Operasional... 35

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.4.1 Tempat Pengujian Sampel... 37

3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel ... 37

3.4.3 Waktu Penelitian ... 37

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 38

(18)

ix

Lempeng Uji... 38

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Lempeng Uji... 39

3.5.2 Bahan Penelitian... 40

3.6 Cara Penelitian ... 41

3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian ... 41

3.6.1.1 Pembuatan Mold ... 42

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mold ... 43

(19)

5.2.3 Perbedaan Pemakaian Bahan Pembersih Enzim dan Energi Microwave terhadap Jumlah Candida albicans pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 61 6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(20)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1 Jumlah Candida albicans pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Kelompok Bahan Pembersih Enzim, Energi

Microwave dan Kontrol (CFU/ml dalam 100 mm3) ... 49

2 Nilai Rerata dan Standar Deviasi Jumlah Candida albicans pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Kelompok Bahan

Pembersih enzim dan Kontrol (CFU/ml dalam 100 mm3) ... 50

3 Nilai Rerata dan Standar Deviasi Jumlah Candida albicans pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Kelompok Energi

Microwave dan Kontrol (CFU/ml dalam 100 mm3) ... 50

4 Perbedaan Pemakaian Bahan Pembersih Enzimdan Energi Microwave Terhadap Jumlah Candida albicans pada Basis

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1 Gigitiruan resin akrilik ... 11

2 Candida albicans pada mediaSabouraud’s dextrose agar ... 19

3 Denture stomatitis ... 20

4 Bentuk dan ukuran sampel ... 33

5 Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) ... 38

6 Water bath (Fili Manfredi, Italy) ... 39

7 Microwave 800 Watt (Teknowell, China) ... 40

8 Powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas ... 40

9 Polident 5 menit (Glaxo Smith Kline, Irlandia)... 41

10 Lempeng uji ... 43

(22)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Analisis Statistik

(23)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Basis Gigitiruan

Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer.17 Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resin sintetis dalam pembuatan basis gigitiruan.7

Basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada mukosa rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan gigi dan bagian dimana gigitiruan dilekatkan. Basis gigitiruan memperoleh dukungan dari mukosa rongga mulut pada daerah yang tidak bergigi. Basis gigitiruan berfungsi untuk tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan.5,7

2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan

Persyaratan basis gigitiruan yang ideal antara lain: 2,3,5,7,20 a. Biokompatibel : Tidak toksik dan tidak mengiritasi

b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat c. Warna : translusen dan warna merata

d. Stabilitas warna : baik e. Bebas dari porositas

f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa

g. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi

(24)

8

j. Ketahanan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik k. Tidak mengalami perubahan dimensi

l. Tidak larut

m. Mudah dimanipulasi dan direparasi n. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan di atas.5,7

2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan

Klasifikasi basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan

resin.1

2.1.2.1Basis logam

Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai basis gigitiruan, antara lain kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel.1

Keunggulan logam sebagai basis gigitiruan, antara lain:5,7,21

1. Basis logam merupakan penghantar termis yang baik. Setiap perubahan suhu yang terjadi akan dihantarkan ke jaringan di bawahnya sehingga akan memberikan rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.

2. Basis logam memiliki stabilitas dimensi yang baik sehingga tidak terjadi perubahan bentuk selama pemakaian gigitiruan. Hal ini akan menciptakan kontak yang baik dengan jaringan mulut di bawahnya sehingga meningkatkan retensi gigitiruan, yang disebut dengan interfacial surface tension.

3. Basis logam tahan terhadap abrasi karena permukaannya licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut sehingga deposit makanan dan kalkulus sulit melekat. Kalaupun terjadi perlekatan, kalkulus dapat dibersihkan dengan mudah secara mekanis.

(25)

9

Di samping beberapa keunggulan, basis logam juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:5,7

1. Basis logam tidak mungkin dilapis atau direparasi kembali.

2. Warna logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga kurang estetis.

3. Relatif lebih berat.

4. Perluasan basis sampai ke lipatan bukal serta pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan bahan logam.

5. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal.

2.1.2.2Basis Resin

Berdasarkan sifat termalnya, basis resin dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu termoplastik dan termoset.1

a. Termoplastik

Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dibentuk dan dilunakkan berulang kali pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Contoh dari resin termoplastik adalah seluloid, nitrat selulosa, resin vinil, nilon, polikarbonat,dan polysterene.1

b. Termoset

(26)

10

Sebagai basis gigitiruan, resin memiliki beberapa keunggulan diantaranya:1,2,18

1. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya 2. Dapat dilakukan reline dan rebase

3. Relatif lebih ringan

4. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah 5. Biaya murah

Di samping keunggulan tersebut, basis resin juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:1,2,18

1. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi

2. Penghantar suhu yang buruk

3. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian

4. Resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna 5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin

2.2Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

(27)

11

Gambar 1. Gigitiruan resin akrilik

2.2.2 Jenis Resin Akrilik

Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin akrilik swapolimerisasi.1,2,22

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan perendaman air di dalam water bath.22 Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku.2

2. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata. Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks uretan dimetakrilat, microfine silica, dan camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit.1,2,4,22

(28)

12

resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.1,2,22

2.3Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.3.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas Komposisi resin akrilik polimerisasi panas, yaitu:1,2,7,22 1. Bubuk

- Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat - Inisiator : berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida

- Pigmen /pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik - Opacifier : Titanium oksida

- Plasticizer : Dibutil phthalate 2. Cairan

- Monomer : metil metakrilat - Inhibitor : Hidroquinone

- Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat

2.3.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-moulding. Selanjutnya lakukan

pengadukan polimer dan monomer dengan perbandingan volume 3:1 atau

perbandingan berat 2,5:1. Apabila jumlah polimer terlalu banyak, maka tidak semua

polimer terbasahi oleh monomer sehingga mengakibatkan resin akrilik bergranul,

sedangkan apabila jumlah polimer terlalu sedikit, maka dapat terjadi penyusutan yang

(29)

13

Adonan polimer dan monomer akan melalui empat tahapan, yaitu:,1,7,22

1) Sandy stage, konsistensi seperti cairan berpasir. Hanya sedikit atau tidak terjadi interaksi tingkat molekuler.

2) Stringy stage, dikarakteristikkan dengan adonan berserat ketika disentuh atau ditarik. Polimer mulai larut dengan monomer.

3) Dough stage, adonan lembut dan tidak lengket pada dinding pot pengaduk resin akrilik. Merupakan tahapan yang tepat untuk memasukkannya ke dalam mold.

4) Rubbery / elastic stage, terjadi apabila adonan dibiarkan terlalu lama. Adonan menjadi terlalu kaku seperti karet dan tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam mold.

Selanjutnya dilakukan mould lining untuk mencegah monomer berpenetrasi ke dalam bahan mold. Proses ini berguna untuk mencegah cairan dari mold masuk ke dalam resin akrilik. Kemudian resin akrilik dimasukkan ke dalam mold. Apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu banyak, maka dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi terlalu tebal dan mengakibatkan malposisi dari anasir gigitiruan. Sementara apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu sedikit, maka dapat menimbulkan porositas pada bagian basis gigitiruan.22

Resin akrilik yang berlebih dibuang. Lakukan pengepresan kembali sampai tidak ada lagi resin akrilik yang berlebih. Kemudian kuvet dimasukkan ke dalam water bath pada suhu 70oC selama 90 menit dan ditingkatkan menjadi 100oC selama 30 menit. Suhu tidak boleh terlalu rendah karena dapat meningkatkan jumlah monomer sisa. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat menyebabkan terjadinya internal porositas.7,21,22

(30)

14

2.3.3 Sifat-Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sifat-sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat mekanis, serta sifat kemis dan biologis.5-7

2.3.3.1Sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari massa jenis, ekspansi termal, porositas dan kekasaran permukaan.5

a. Massa Jenis

Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen.1,5,7,22

b. Ekspansi Termal

Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar

80 ppm/oC. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin.2 c. Porositas

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.1,2,5,7,22

d. Kekasaran Permukaan

(31)

15

beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri.5,7

2.3.3.2Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan.2,3,5,7

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik.2,3,7,20

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.5,20

c. Fatique

Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta

lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17 MPa.3,5,7

d. Crazing

(32)

16

anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.7,22

e. Kekerasan

Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau

15 kg/mm2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar.3,5,7

2.3.3.3Sifat Kemis dan Biologis

Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna. Sifat biologis adalah sifat suatu bahan dalam interaksinya dengan makhluk hidup, seperti pembentukan koloni bakteri dan biokompatibilitas.5-7

a. Penyerapan Air

Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan mencapai titik keseimbangan sekitar 2% setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air

menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan.2,5,7 b. Pembentukan Koloni Bakteri

(33)

17

permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.5,7

Candida albicans merupakan jamur yang paling lazim berada dalam rongga mulut dan telah diketahui sebagai penyebab utama terjadinya denture stomatitis. Pada sifat kemis dan biologis, resin akrilik yang berhubungan dengan interaksi suatu bahan terhadap mikroorganisme pada rongga mulut memperlihatkan bahwa pemakaian gigitiruan secara terus menerus dapat mengakibatkan penumpukan plak yang disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme seperti Candida albicans berkembang pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik.4,5 Pemeliharaan yang adekuat pada gigitiruan sangat diperlukan agar gigitiruan tetap estetis, tidak bau, dan memperoleh oral higiene yang baik. Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.3,5

c. Stabilitas Warna

Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.1,5

d. Biokompatibilitas

(34)

18

2.4Candida albicans

Candida albicans adalah spesies Candida yang paling umum ditemukan di dalam rongga mulut. Candida merupakan mikroorganisme pada rongga mulut normal dengan persentasi rata-rata 40%. Di dalam rongga mulut spesies Candida albicans berada pada posterior lidah dan tempat lain di rongga mulut seperti mukosa dan permukaan gigi yang ditutupi plak.15,23

Candida albicans merupakan mikroorganisme oportunistik pada tubuh manusia karena pada keadaan tertentu Candida albicans mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan. Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah, bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal dengan denture stomatitis. Hal ini ditemukan kira-kira 50% pada pasien yang menggunakan gigitiruan.15

2.4.1 Karakteristik Makroskopik

Spesies Candida berwarna krem lembut dengan bau jamur, tumbuh pada kondisi aerob yang memiliki pH 2,5-2,75, dan temperatur 20-38oC. Pertumbuhan ini biasanya dideteksi pada 48-72 jam. Kemampuan jamur tumbuh pada 37oC merupakan karakteristik yang penting untuk mengidentifiksasi Candida sebagai spesies patogen tumbuh dengan cepat pada 25oC dan 37oC.15

2.4.2 Karakteristik Mikroskopik

(35)

19

Gambar 2. Candida albicans pada media

Sabouraud’s dextrose agar

2.4.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan ikatan Van der Walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke berbagai jenis permukaan jaringan.7

(36)

20

2.5Denture Stomatitis

2.5.1 Definisi

Denture stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis gigitiruan pada permukaan intaglio. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan biasanya ditemukan pada kedua rahang, sedangkan mukosa rahang bawah jarang terlibat karena pada rahang bawah aliran saliva sangat baik.24

2.5.2 Gambaran Klinis

Denture stomatitis memiliki gambaran klinis berupa eritema difus dan pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan. Tanda dan gejala pada denture stomatitis disertai dengan perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis, perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan angular cheilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut, dan kandidiasis hiperplastik kronis.15,24

(37)

21

Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi Newton, yaitu :24

1. Tipe 1 : tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.

2. Tipe 2 : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan (tipe yang paling sering terjadi).

3. Tipe 3 : hiperplasia papila dengan eritema difus. Newton tipe 3 lima kali lipat lebih sering terjadi pada gigitiruan basis akrilik dari pada gigitiruan kerangka logam.

2.5.3 Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis

Denture stomatitis merupakan proses inflamasi yang umumnya melibatkan mukosa pada bagian palatal karena tertutup oleh gigitiruan penuh atau sebagian. Etiologi denture stomatitis adalah multifaktoral, terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.24

Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis adalah : 24

1. Faktor gigitiruan

Denture stomatitis tidak akan terjadi tanpa adanya gigitiruan. Denture stomatitis disebabkan oleh gigitiruan yang tidak retentif, tidak stabil, trauma akibat gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan yang tidak baik.

2. Faktor infeksi

Infeksi diakibatkan oleh akumulasi bakteri dan jamur yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal dalam rongga mulut. Jamur patogen oportunistik Candida albicans merupakan faktor etiologi denture stomatitis yang paling penting.

Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis adalah :24

1. Faktor sistemik

(38)

22

2. Faktor lokal

Faktor lokal penyebab denture stomatitis yaitu antimikroba dan topikal maupun kortikosteroid inhalasi, diet tinggi karbohidrat, konsumsi tembakau dan alkohol, hiposalivasi, oral higieneyang buruk, serta pemakaian gigitiruan khususnya pada malam hari.

Permukaan gigitiruan yang mempunyai porositas memungkinkan terjadinya perlekatan mikroorganisme dengan cara menembus gigitiruan dan perlekatan kimia terjadi pada permukaan yang tidak rata. Pada permukaan yang tidak dipoles yang kontak dengan mukosa merupakan tempat proliferasi bagi Candida albicans yang akan menyebabkan terbentuknya plak.15

Plak pada gigitiruan mengandung lebih dari 1011 organisme per gram berat basah. Penelitian dengan menggunakan sinar dan mikroskop elektron menunjukkan bahwa plak gigitiruan memiliki struktur yang sama dengan plak gigi. Flora mikrobial dasar pada plak gigitiruan mirip dengan plak gigi, tetapi pada plak gigitiruan memiliki jumlah Candida albicans lebih banyak.15

Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel dalam 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari ke tiga puluh. Pada awal pembentukan plak, jenis kokus gram positif, terutama Streptococcus sp paling banyak dijumpai. Kolonisasi pertama terdiri dari Steptococcus sanguis, Steptococcus mitis, Streptococcus salivarius dan beberapa strain lainnya. Setelah itu, berbagai jenis mikroorganisme lainnya memasuki plak gigi.15,23

(39)

23

jumlah saliva, umur, dan umur gigitiruan. Pada denture stomatitis proporsi Candida albicans pada plak gigitiruan akan meningkat sampai di atas 100 kali lipat, namun jumlah jamur yang dapat dikultur dari gigitiruan kurang dari 1%.15,23

2.6Metode Pembersihan Gigitiruan

Bermacam-macam bahan pembersih gigitiruan yang dapat digunakan oleh pasien untuk membersihkan gigitiruannya. Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, tablet, gel atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan. Jenis bahan pembersih gigitiruan yang paling umum digunakan adalah bahan-bahan dalam bentuk bubuk atau tablet yang digunakan dengan cara merendam.1

Beberapa kriteria ideal dari suatu bahan pembersih gigitiruan, antara lain:4 1. Tidak toksik

2. Mudah dibersihkan dan tidak berbahaya terhadap pasien apabila secara tidak sengaja tertumpah ke pakaian, kulit, atau mata pasien

3. Tidak merusak basis dan anasir gigitiruan

4. Efektif dapat melarutkan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan

5. Mempunyai efek bakterisidal dan fungisidal 6. Tahan lama dan tidak mahal

2.6.1 Klasifikasi Metode Pembersihan

Metode pembersihan gigitiruan diklasifikasikan atas metode mekanis, metode kemis dan gabungan mekanis-kemis (kombinasi).4,7,12,13

2.6.1.1 Metode Mekanis

(40)

24

menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.1,4

2.6.1.2 Metode Kemis

Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih kemis juga disarankan. Bahan pembersih kemis dapat membersihkan plak yang berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan penyikatan. Bahan pembersih kemis juga bisa digunakan sebagai alternatif pembersihan gigitiruan pada pasien geriatrik atau pasien yang cacat. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya yaitu effervesen peroksida, alkalin hipoklorit, asam, klorheksidin, dan enzim. Cara pembersihan gigitiruan secara kemis yang lain adalah dengan menggunakan energi microwave.4,12-15

1. Effervesen Peroksida

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya tersedia dalam dua bentuk utama, yaitu bubuk dan tablet, dan pengunaan bahan pembersih ini ditambah dengan air. Contoh dari kelompok ini adalah Fittydent, Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent

Denture Cleansing Powder.15 2. Alkalin hipoklorit

(41)

25

Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris). 15

3. Asam

Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan dan digunakan dengan menggunakan sikat gigi. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis gigitiruan logam. Contoh bahan pembersih golongan asam yaitu Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris.15

4. Klorheksidin

Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan. Contoh Bahan pembersih ini yaitu Chlorhexidin (Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).15

5. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Contoh golongan enzim yaitu Polident (Glaxo Smith Kline, Irlandia). Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.15

6. Energi Microwave

(42)

26

tidak menimbulkan rekasi elergi, dan tidak menyebabkan resistensi pada Candida albicans. Energi microwave hanya menyebabkan molekul-molekul bergetar, hal ini menyebabkan pergesekan antar molekul sehingga menimbulkan panas.7,25,26

2.6.1.3. Metode Kombinasi

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.7,12,14

2.7Mekanisme Desinfeksi Mikroorganisme dengan Bahan Pembersih Enzim

Penggunaan bahan pembersih kemis pada gigitiruan merupakan alternatif yang baik untuk pasien geriatrik. Bahan pembersih kemis khususnya enzim efektif menghilangkan stain dan debris serta dapat membunuh bakteri patogen pada gigitiruan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa bahan pembersih enzim efektif terhadap aktivitas mikroba pada biofilm gigitiruan, dapat menghilangkan debris, serta menjadi prosedur yang efektif untuk mengurangi jumlah Candida albicans.14,16

(43)

27

memecahkan makromolekul dari glikoprotein, mukoprotein dan mukopolisakarida yang ditemukan pada plak gigitiruan menjadi unit-unit kecil dan terlepas dari gigitiruan.14

Bahan pembersih enzim dilaporkan tidak ada efek samping dan tidak berbahaya. Bahan pembersih enzim mengandung chelating agent (ethylene diamine tetra acetic acid, EDTA) dan campuran enzim (papain, lipase, amilase, dan tripsin) yang efektif dalam menghilangkan musin, dan deposit berat kalkulus pada gigitiruan. EDTA merupakan senyawa organik untuk membentuk peracetic acid yang memberikan aksi antibakteri dan antijamur serta memiliki efek antimikroba yang lebih kuat. Khasiat enzim seperti mutanase dan proteinase pada deposit plak gigitiruan telah dipelajari. Kombinasi proteinase dan mutanase menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah plak gigitiruan dan mengurangi pembentukan plak baru. Enzim proteolitik yaitu Trypsin 5% dan Papain 80% efektif menghilangkan Candida albicans sebagai penyebab denture stomatitis tidak hanya dari permukaan luar jaringan, tetapi juga dari permukaan bagian dalam gigitiruan.14

Mundiyani (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh pemakaian Polident sebagai bahan pembersih gigitiruan terhadap pertumbuhan Candida albicans pada resin akrilik polimerisasi panas.15 Lee dkk. (2011) menyatakan bahwa pemakaian bahan pembersih enzim yaitu Polident dapat menghilangkan debris dan menjadi prosedur yang efektif untuk mengurangi jumlah Candida albicans.16 Chittarajan dkk. (2011) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa bahan pembersih gigitiruan yang mengandung chelating agent (ethylene diamine tetra acetic acid, EDTA) dan campuran enzim (papain, lipase, amilase, dan tripsin) efektif dalam menghilangkan musin, dan deposit berat kalkulus pada gigitiruan, serta bersifat antibakteri dan antijamur.14

(44)

28

untuk menghindari adanya gangguan dengan radar dan telekomunikasi. Energi microwave berbeda dengan energi radioaktif karena energi microwave tidak dapat mengionisasi dan hanya dapat membuat molekul-molekul bergetar, hal ini menyebabkan pergeseran molekul dan terjadinya panas.7,26,27

Microwave terdiri dari sebuah tabung magnetron yang menghasilkan energi microwave. Energi microwave yang dihasilkan akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak, sehingga molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas. Pemanasan selektif oleh energi microwave tergantung pada komposisi kemis sel mikroba dan volume serta komposisi cairan medium di sekitarnya. Microwave akan menimbulkan panas pada bahan yang mengandung cairan dengan cara menggetarkan molekul yang ada di dalam bahan tersebut. Sel-sel mengandung struktur molekul air, sehingga sel-sel tersebut rentan terhadap energi microwave. Selain itu, keberadaan medium cairan juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan sterilisasi dengan menggunakan energi microwave. Molekul air yang ada di dalam sel maupun sebagai medium menjadi diploid dan berinteraksi dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh microwave sehingga terjadi tubrukan intermolekuler dan getaran ini menghasilkan panas yang akan mengakibatkan denaturasi protein dan DNA.7,27

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh pada suhu termal yang lebih rendah karena disebabkan interaksi elektromagnetik dengan molekul sel dan medium cairan di sekitarnya akan menghasilkan efek yang tidak dipengaruhi oleh termal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa pemaparan suspensi bakteri oleh energi microwave dapat mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan protein sel sehingga mengganggu metabolisme sel dan terjadi kematian sel.7,27

(45)

29

(46)

30

2.9 Kerangka Teori

Pembuatan Gigitiruan

Logam Non-logam

Basis Gigitiruan Pembersihan Gigitiruan

Mekanis Kemis Kombinasi (Kemis dan

Mekanis)

Effervesen Peroksida Klorheksidin Asam Alkalin

Hipoklorit

Enzim Energi microwave

Resin

Resin Akrilik

Termoplastik

Termoset

Vulkanit Fenol Formaldehid

Polimerisasi Sinar Polimerisasi Panas Swapolimerisasi

Sifat-sifat

Pembentukan Koloni

Sifat Fisis Sifat Kemis dan

Biologis

Sifat Mekanis

Pertumbuhan Candida albicans

(47)
(48)

32

2.11 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemakaian bahan pembersih enzim dan energi microwave terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

(49)

33

1 mm

10 mm

10 mm BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan bentuk lempeng uji berukuran 10 mm x 10 mm x 1 mm.11

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:28 (t - 1) (r - 1) > 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat 3 kelompok sampel untuk setiap pengujian, maka t = 3 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(50)

34

2 (r - 1) > 15 2r - 2 > 15

2r > 15 + 2 2r > 17 r > 17/2 r > 8,5 , r = 9 Maka N = 27 (jumlah sampel ketiga kelompok)

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

Basis resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan :

a. Pembersih enzim (Polident, Glaxo Smith Kline, Irlandia) selama 5 menit b. Energi microwave dengan daya 800 Watt selama 3 menit

3.3.1.2 Variabel Terikat

Jumlah Candida albicans pada bahan basis resin akrilik polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali

a) Ukuran lempeng uji

b) Perbandingan adonan gips keras c) Perbandingan polimer : monomer d) Waktu pengadukan gips keras e) Tekanan pengepresan

(51)

35

i) Waktu pembersihan

j) Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) k) NaCl 0,9% steril

l) Suhu dan waktu inkubator m) Suhu dan waktu autoclave n) Saliva buatan

o) Sabouraud’s dextrose agar (SDA)

3.3.2 Definisi Operasional

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur

Alat Ukur

Pembersih enzim Pembersih gigitiruan (Polident 5 menit, berbentuk tablet diproduksi oleh Glaxo Smith Kline, Irlandia) yang memiliki efek antibakterial, dapat menghilangkan bau mulut serta memiliki bahan kandungan seperti aksi pembuih, enzim, oksidan, detergen yang berguna untuk melepaskan debris makanan dari permukaan gigitiruan

- -

Energi Microwave Suatu alat yang menggunakan radiasi gelombang mikro (frekuensi 2450 Mhz) untuk memanaskan suatu benda (misalnya makanan) dengan daya 800 watt selama 3 menit

- -

Variable Terikat Definisi Operasional Skala Ukur

Alat ukur

Jumlah Candida albicans

Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang diberi perlakuan dengan bahan pembersih enzim dan energi

(52)

36 pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku

- -

Waktu pembersihan Lamanya sampel dibersihkan dengan bahan pembersih enzim selama 5 menit (sesuai petunjuk pabrik) dan energi microwave

selama 3 menit

- Stopwatch

dan timmer microwave

Daya microwave Besarnya kekuatan yang digunakan untuk membersihkan sampel dalam penelitian ini yaitu 800 Watt

- -

Ukuran sampel 10 mm x 10 mm x 1 mm dengan bentuk lempeng uji

- Rol besi

Sampel penelitian Dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: - Kelompok A = sampel dibersihkan

menggunakan polident selama 5 menit

- Kelompok B = sampel dibersihkan menggunakan energi microwave

selama 3 menit

- Kelompok C = sampel kontrol yaitu dibersihkan menggunakan NaCl digunakan untuk menanam sampel dalam kuvet, yaitu :

Waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips dengan menggunakan spatula, yaitu selama 60 detik

- Stopwatch

Perbandingan polimer dengan monomer

Perbandingan jumlah polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan pada penelitian, yaitu 2 : 1

- Sendok takar dan wadah air Tekanan

pengepresan

Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik 1000C selama 30 menit, lalu kuvet dibiarkan

(53)

37 mensterilkan alat yaitu 121oC selama 1 jam

- -

Media untuk pertumbuhan Candida albicans - -

Saliva buatan Saliva yang diperoleh dengan campuran NaCl, KCN, NaHCO3, KCl, H2NCONH2,

Na2HPO4, KH2PO4 dan air akuades serta

mempunyai pH=7

- -

NaCl 0,9% steril Kontrol percobaan, merupakan larutan garam fisiologis (normal saline) yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan sel dan mencegah kerusakan sel Candida albicans selama direndam

- -

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU

3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

2. Laboratorium Departemen Prostodonsia FKG USU

3.4.3 Waktu Penelitian

(54)

38

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Lempeng Uji a) Kuvet besar (Smic, China)

b) Rubber bowl c) Spatula

d) Model induk terbuat dari logam berbentuk batang uji dengan ukuran 10 mm x10 mm x 1 mm

e) Spatula semen

f) Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) g) Mata bur fraser

h) Vacuum Mixer (Whip Mix, Amerika Serikat) i) Mikromotor (Strong, Korea)

j) Straight handpiece (Strong, Korea)

k) Ampelas nomor 600 (Atlas Brand, Inggris) l) Lekron mass (Smic, China)

m) Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy)

(55)

39

n) Unit kuring (Fili Manfredi, Italy)

Gambar 6. Water bath (Fili Manfredi, Italy)

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Lempeng Uji a) Piring petri

b) Tabung reaksi (Iwaki Pyrex, Indonesia) c) Rak tabung

d) Spuit 10 ml (Terumo, Filipina)

e) Sterilisator / hot oven (Gallenkamp, Inggris) f) Pinset (Smic, Cina)

g) Labu ukur (Pyrex, Amerika Serikat) h) Autoclave (Omega, Jerman)

i) Inkubator (Precision, Jerman)

j) Vortex (Vortex Genie 2, Amerika Serikat) k) Ose

l) BeakerGlass 200 ml (Pyrex, Jepang) m) Bunsen

(56)

40

Gambar 7. Microwave 800 Watt (Teknowell, China)

3.5.2 Bahan Penelitian

a) Gips keras (Dental Plaster, Thailand) b) Vaselin untuk bahan separasi

c) Plastik Selopan

d) Resin akrilik polimerisasi panas e) Cold mould seal (QC 20, England)

(57)

41

f) Akuades (Kimia Farma, Indonesia) g) Polident (Glaxo Smith Kline, Irlandia)

Gambar 9. Polident 5 menit (Glaxo Smith Kline, Irlandia)

h) Suspensi Candida albicans i) PhosphateBuffer Saline j) Sabouraud’sbroth

k) Sabouraud’sdextrose agar l) Saliva buatan

m) Larutan NaCl 0,9% steril n) Spiritus

o) Alkohol 96%

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian

(58)

42

3.6.1.1 Pembuatan Mold

a. Membuat adonan gips, untuk kuvet atas = 200 gram gips : 100 ml air, kuvet bawah = 250 gram gips : 150 ml air.

b. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik kemudian dilanjutkan dengan vacuum mixer 30 detik.

c. Seluruh bagian dalam kuvet diolesi dengan vaselin. Adonan dimasukkan ke dalam kuvet yang telah disiapkan di atas vibrator

d. Model induk diletakkan pada adonan dalam kuvet bawah, satu buah kuvet berisi 10 buah model induk

e. Diamkan sampai gips mengeras selama 60 menit

f. Permukaan gips diolesi vaselin dan kuvet atas diisi dengan adonan gips di atas vibrator

g. Setelah gips keras, kuvet dibuka, model induk diangkat, mold yang didapat dituangi air panas sampai bersih untuk membuang vaselin yang tersisa

h. Setelah kering diolesi dengan separator, tunggu selama 20 menit (sesuai dengan petunjuk pabrik)

3.6.1.2Pengisian Resin Akrilik pada Mold

a. Monomer dituang kedalam pot porselen dan masukkan polimer dengan perbandingan 2 gram polimer : 1 ml monomer sampai semua monomer terserap oleh polimer (sesuai petunjuk pabrik). Adonan diaduk dengan spatula stainless steel sampai monomer dan polimer tercampur dengan baik dan homogen. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan pabrik, sampai tidak lengket yaitu dough stage dan tidak menempel pada dinding pot porselen, dan siap dimasukkan ke dalam mold

b. Mold yang permukaannya telah diolesi cold mould seal diisi penuh dengan adonan resin akrilik.

(59)

43

dilakukan pres kembali secara perlahan-lahan. Buka kuvet atas, plastik selopan dilepas dan akrilik yang berlebih dipotong menggunakan lecron mass. Kuvet atas ditutup lalu dilakukan penekanan akhir sampai 2200 psi. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah rapat dan biarkan selama 15 menit.

3.6.1.3Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam water bath, mula-mula suhu dan waktu kuring diatur yakni 70oC dibiarkan selama 30 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikkan menjadi 100oC dibiarkan selama 90 menit, setelah itu kuvet dibiarkan dingin sampai mencapai suhu kamar.

3.6.1.4Penyelesaian

Lempeng uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser kemudian dilanjutkan dengan ampelas nomor 600.

(60)

44

3.6.2 Penentuan Jumlah Candida albicans

a. Lempeng uji disterilisasi dengan autoclave 121oC selama 1 jam

b. Lempeng uji direndam dalam saliva buatan selama 1 jam dan dibilas dengan Phosphate Buffer Saline sebanyak dua kali.

c. Lempeng uji dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Polident, kelompok energi microwave, dan kelompok kontrol. Tiap kelompok terdiri dari 9 buah lempeng uji.

d. Selanjutnya lempeng uji dikontaminasi dengan Candida albicans dengan cara dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi suspensi Candida albicans. Pembuatan suspensi Candida albicans dilakukan dengan mengambil 1-2 ose biakan murni Candida albicans yang telah dikultur kemudian dicampurkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan standar Mac Farland (1x108 CFU/ml). Tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

(61)

45

e. Setelah 24 jam lempeng uji dikeluarkan dari tabung reaksi kemudian untuk sampel dari kelompok bahan pembersih enzim lempeng uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Polident selama 5 menit, sampel dari kelompok energi microwave lempeng uji dimasukkan ke dalam microwave dengan perendaman dalam beaker glass berisi air akuades 200 ml selama 3 menit, dan sampel dari kelompok control lempeng uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% steril selama 5 menit sebagai kontrol.

f. Lempeng uji dikeluarkan dari tabung reaksi kemudian dibilas dengan Phophate Buffer Saline sebanyak dua kali.

g. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s broth 10 ml, digetarkan dengan vortex selama 30 detik untuk melepaskan Candida albicans yang melekat pada lempeng uji.

h. Selanjutnya dilakukan pembenihan dengan 0,1 ml Sabouraud’s broth pada Sabouraud’s dextrose agar, diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC

(62)

46

3.7Kerangka Operasional

Pembuatan Master Model

Flasking

Packing

Kuring

Deflasking

Sampel penelitian (Resin akrilik polimerisasi panas)

Sampel penelitian direndamdalam saliva buatanselama 1jam

Sampel penelitian kontaminasi Candida albicans

NaCl 0,9% ( n=9 )

Microwave

( n=9 ) Polident

( n=9 )

Penghitungan Candida albicans

(63)

47

3.8Analisa Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Uji univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

b. Uji Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh pemakaian bahan pembersih enzim, energi microwave dan kontrol terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(64)

48

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Efektivitas Pemakaian Bahan Pembersih Enzim dan Energi

Microwave terhadap Jumlah Candida albicans pada Basis

Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Penghitungan jumlah Candida albicans dilakukan setelah 0,1 ml suspensi Candida albicans dalam Sabouraud’s broth disebarkan secara merata pada

Sabouraud’s dextrose agar kemudian diinkubasi selama 48 jam dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3. Nilai rerata dan standar deviasi jumlah Candida albicans yang diperoleh dianalisis dengan uji uni varian.

(65)

49

Tabel 1. Jumlah Candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas kelompok bahan pembersih enzim, energi microwave, dan kontrol (CFU/ml dalam 100 mm3)

Sampel

Jumlah Candida albicans (CFU/ml dalam 100 mm3) Bahan Pembersih

Microwave terhadap Jumlah Candida albicans pada Basis

Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Gambar

Gambar 1          Gigitiruan resin akrilik .....................................................................
Gambar 1. Gigitiruan resin akrilik
Gambar 2. Candida albicans pada media  Sabouraud’s dextrose agar
Gambar 3. Denture stomatitis
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.2 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali,

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen

Hasil penelitian kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus pada sampel basis resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan kekuatan perlekatan yang lebih besar

Selanjutnya dilakukan uji t-independen untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida

4.4 Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

Jika seseorang memiliki basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan secara rutin mengkonsumsi minuman kopi, maka basis gigitiruan tersebut akan secara langsung

5.2 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET..