• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik dan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik dan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI

MICROWAVE

TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN BASIS

GIGITIRUAN NILON TERMOPLASTIK DAN

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

YUNISHARA PRATIWI

NIM : 110600064

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(2)

Fakultas kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2015

Yunishara

Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik dan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas

xiii + 65 halaman

Metode pembersihan gigitiruan dengan energi microwave efektif dalam membunuh beberapa mikroorganisme. Pembersihan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan energi microwave daya 800 Watt selama 3 menit efektif membunuh koloni Candida albicans, tetapi pembersihan dengan energi microwave dapat menyebabkan perubahan dari sifat kekerasan permukaan bahan basis gigitiruan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembersihan dengan energi

microwave terhadap kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik dan

resin akrilik polimerisasi panas serta perbedaan kekerasan permukaan basis gigitiruan

nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan

energi microwave. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, sampel terbuat dari nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang

uji berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. Jumlah seluruh sampel adalah 24 sampel

untuk 4 kelompok. Sampel tersebut dilakukan uji kekerasan permukaan

menggunakan alat Vickers Hardness Tester, kemudian dilakukan analisis statistik univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi kekerasan permukaan

setiap kelompok, dilanjutkan dengan analisis statistik uji ANOVA untuk mengetahui

pengaruh pembersihan dengan energi microwave 800 Watt dalam 3 menit terhadap kekerasan permukaan nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas serta

mengetahui perbedaan kekerasan permukaannya. Hasil penelitian menunjukkan

(3)

VHN, pengulangan 1 kali adalah 7,233 ± 0,367 VHN, pengulangan 2 kali adalah

6,567 ± 1,023 VHN, pengulangan 3 kali adalah 5,833 ± 0,774 VHN. Kekerasan

permukaan resin akrilik polimerisasi panas kelompok kontrol adalah 16,733 ± 0,408

VHN, pengulangan 1 kali adalah 16,983 ± 0,512 VHN, pengulangan 2 kali adalah

16,800 ± 0,352 VHN, pengulangan 3 kali adalah 16,450 ± 0,217. Ada pengaruh

pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit terhadap kekerasan permukaan nilon termoplastik dengan nilai p = 0,013 tetapi tidak ada

pengaruh terhadap kekerasan permukaan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai

p = 0,152 Pembersihan dengan energi microwave 800 Watt dalam 3 menit dapat dianjurkan untuk gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas, tetapi tidak dianjurkan

untuk gigitiruan nilon termoplastik.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2015

Pembimbing Tanda Tangan

Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc ………..

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

TIM PENGUJI

KETUA : Ariyani, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc

2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua

orang tua tercinta, yaitu ayahanda Junaidi dan ibunda Erlenawati yang telah

membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan

dukungan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik

penulis Ody Fahmuda, ibunda asuh penulis Desmi serta segenap keluarga yang

senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan,

bimbingan dan doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan

baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghormatan yang

tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku dosen pembimbing

penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,

dukungan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku koordinator

skripsi yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama

penulisan skripsi dan juga selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan

(7)

5. Ariyani, drg., MDSc selaku ketua tim penguji, Eddy Dahar, drg., M.Kes

selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Wandania Farahanny, drg., MDSc selaku penasehat akademik yang telah

memberikan motivasi, dukungan dan bantuan selama pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasi sehingga

penulisan skripsi ini berjalan lancar.

8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit Uji Laboratorium Dental Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam

pembuatan sampel penelitian.

9. Mas’ud Wanto, S.Pd selaku laboran Laboratorium Teknik Mesin

Universitas Negeri Medan yang telah membantu penulis dalam pengujian sampel.

10.Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku staf pengajar di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Unieversitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam

analisis statistik.

11.Teman – teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara :

Maria L Sirait, Rahmi Husni, Lulu Fanty Caroline, Dhyta Debrina MS, Vandersun

Lestari, Sarah Zulaikha R, Jasmin Khaur, Tinesh Raj, Tiffani, Yoges, Augina Era

Pangestika, Yulindia Pitri, Ribka Julia, Michiko, Khalila, Oktia Kiki Triana, Citra

Purnamasari, Dina Fachriza, Grace A. Siahaan, Thinagan, Jefferson Daniel, Garry B

Gunawan dan para senior residen Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis

(PPDGS) Prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi.

12. Sahabat – sahabat penulis : Augina Era, Ulfa Fitria, Elfiza Fetrianis,

Novita Zein, Hafizah, Monica Nindia, Oktia Kiki, Nadya Lovianda, Riyandika, Roni

Rustam Afandi serta seluruh teman – teman angkatan 2011, serta senior dan junior

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas doa, dukungan moral dan

(8)

Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan

kemudahan kepada kita semua. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih ditemukan banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penyusunan

skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(10)

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 15

(11)

3.7 Pembersihan Sampel dengan Energi Microwave ... 43

3.8 Pengukuran Kekerasan Permukaan ... 45

3.9 Kerangka Operasional Penelitian ... 46

3.10 Analisis Data ... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali, dan 3 Kali... 48

4.2 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali, dan 3 Kali... 49

4.3 Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik ... 50

4.4 Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 51

BAB 5 PEMBAHASAN ... 52

5.1 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali, dan 3 Kali ... 52

5.2 Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Dibersihkan dengan Energi Microwave Berdaya 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali, dan 3 Kali... 54

5.3 Pengaruh Pembersihan dengan Energi Microwave 800 Watt dalam 3 Menit dengan Pengulangan 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik ... 55

(12)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Defenisi operasional variabel bebas ... 33

2 Defenisi operasional variabel terikat ... 34

3 Defenisi operasional variabel terkendali ... 34

4 Kekerasan permukaan basis nilon termoplastik yang tanpa dan dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 watt

dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali,

dan 3 kali ... 49

5 Kekerasan permukaan basis resin akrilik polimerisasi panas yang tanpa dan dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali,

2 kali, dan 3 kali ... 50

6 Pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 watt dalam 3 menit terhadap kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik dengan pengulangan 1 kali,

2 kali, dan 3 kali ... 50

7 Pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 watt dalam 3 menit terhadap kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bentuk dan ukuran sampel ... 31

2 Penanaman model induk ... 38

3 Pemasangan spru ... 38

4 Cartridge berisi nilon termoplastik ... 39

5 Furnace ... 40

6 Alat injektor ... 40

7 Mold pembuatan sampel ... 41

8 Sampel kelompok nilon termoplastik ... 43

9 Sampel kelompok resin akrilik polimerisasi panas ... 43

10 Sampel diberi perlakuan ... 44

11 Sampel didinginkan ... 44

12 Sampel diuji dengan alat vickers hardness tester ... 44

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Izin Penelitian

2 Ethical Clearance

3 Surat Keterangan Selesai Penelitian

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 700 tahun sebelum masehi gigitiruan telah menjadi suatu perawatan

dalam penanggulangan kehilangan gigi.1 Perawatan gigitiruan bertujuan untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut, memperbaiki fonetik, oklusi dan estetis,

serta mengembalikan atau mempertahankan efisiensi pengunyahan. Basis gigitiruan

merupakan salah satu komponen dari gigitiruan yang digunakan sebagai tempat

anasir gigitiruan dan bagian yang bersandar di atas tulang yang tertutup oleh jaringan

lunak.2 Basis gigitiruan terbagi atas dua jenis yaitu logam dan non logam. Salah satu bahan basis non logam adalah resin. Berdasarkan sifat termal, resin diklasifikasikan

menjadi termoplastik dan termoset. Resin termoplastik adalah resin yang dapat

dilunakkan dan dibentuk berulang kali dengan suhu dan tekanan yang tinggi tanpa

terjadi perubahan kimia, contoh resin termoplastik antara lain selulosa nitrat,

polikarbonat, poliesteren dan nilon termoplastik/poliamida. Resin termoset adalah

resin yang hanya dapat dibentuk satu kali dengan adanya pemanasan, contohnya

antara lain vulkanit, silikon dan resin akrilik.3,4

Resin akrilik telah diperkenalkan sejak tahun 1937 dan digunakan pada tahun

1946 oleh bidang kedokteran gigi.5,6 Resin akrilik dipilih sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki kualitas estetik, murah dan mudah diproses.7 Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga yaitu resin akrilik

polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.1 Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan

yang dicampur dan membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat. Bahan

basis ini sering digunakan karena banyak kriteria yang memenuhi sebagai bahan basis

gigitiruan yang ideal, seperti tampilan yang natural mengikuti jaringan mulut, kuat,

(17)

yang dapat menyebabkan gejala hipersensitivitas pada pasien, dan crazing sehingga melemahkan gigitiruan.9,10

Nilon termoplastik merupakan bahan basis gigitiruan yang penggunaannya

meningkat beberapa dekade belakangan ini.11 Penggunaan nilon sebagai basis gigitiruan merupakan alternatif pengganti dari resin akrilik oleh karena sifatnya yang

resisten terhadap fraktur dan tidak terdapat monomer sisa yang dapat menimbulkan

gejala hipersensitivitas.7,12 Nilon merupakan nama umum dari suatu polimer termoplastik yang tergolong dalam kelas poliamida dan pertama sekali diperkenalkan

pada kedokteran gigi sekitar tahun 1950.4,13-4 Nilon termoplastik merupakan polimer kristalin, sedangkan resin akrilik merupakan polimer amorphous.15 Nilon termoplastik memiliki kekurangan antara lain sulit untuk diproses, mengalami perubahan warna,

timbul stain, penyerapan air yang tinggi, dan terjadi kekasaran permukaan setelah beberapa minggu pemakaian.4,9

Salah satu sifat mekanis dari bahan basis nilon termoplastik dan resin akrilik

polimerisasi panas adalah kekerasan permukaan.16-7 Kekerasan permukaan didefinisikan sebagai resistensi suatu bahan terhadap indentasi permanen atau

penetrasi.5,18-20 Kekerasan permukaan merupakan hasil interaksi dari beberapa sifat seperti keelastisan, kelenturan, dan ketahanan terhadap fraktur.21 Kekerasan permukaan berhubungan dengan seberapa besar kemampuan bahan untuk menahan

goresan, abrasi, keausan dan perubahan bentuk.5,17,22 Berdasarkan definisi sangat jelas bahwa sifat kekerasan permukaan sangat penting untuk diperhatikan karena dapat

mempengaruhi karakteristik permukaan basis gigitiruan.5,16-7 Umumnya, nilai kekerasan yang rendah menunjukkan bahan yang lembut dan begitu juga

sebaliknya.5,19 Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi sifat mekanis suatu bahan antara lain berat molekul polimer, rasio dari monomer sisa, porositas internal

dari matriks polimer, berkontak dengan bahan kimia, kehilangan komponen pelarut,

penyerapan air, ketegangan dan perubahan suhu.23 Nilai kekerasan nilon adalah 14,5 VHN, nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi

(18)

Setelah pemasangan gigitiruan kepada pasien, seorang dokter gigi harus

memberikan instruksi pemeliharaan gigitiruan. Pemeliharaan yang adekuat terhadap

gigitiruan sangat dibutuhkan pasien agar gigitiruan tetap estetis, tidak bau, dan

kesehatan jaringan mulut terjaga. Metode pembersihan gigitiruan idealnya efektif,

murah dan mudah diaplikasikan.16,25 Metode pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain metode kemis yaitu dengan natrium hipoklorit,

asam, effervescent, klorheksidin, dan energi microwave, metode mekanis yaitu penyikatan dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus, dan ultrasonik serta metode

kombinasi kemis dan mekanis.26

Rohler dan Bulard (1985) merekomendasikan penggunaan metode

pembersihan dengan energi microwave untuk meminimalisasi kekurangan dari metode pembersihan dengan larutan kimia. Microwave adalah suatu alat yang menggunakan iradiasi gelombang mikro dengan frekuensi 2450 MHz. Metode ini

mempunyai kelebihan yaitu biaya murah dan mudah untuk digunakan.27 Metode pembersihan dengan energi microwave juga tidak menyebabkan bau dan mengubah warna, tidak menimbulkan reaksi alergi, tidak membutuhkan tempat penyimpanan

khusus, dan tidak kadaluarsa.16,25,27 Metode ini dilakukan dengan cara merendam gigitiruan dalam suatu gelas berisi akuades dimasukkan ke dalam microwave selama beberapa menit dan efektif membunuh mikroorganisme seperti Stafilococcus aureus,

dan Candida albicans.20,28 Silva dkk. (2006) menyatakan bahwa pembersihan dengan

energi microwave selama 6 menit dengan daya 650 Watt efektif dalam mensterilkan gigitiruan yang dikontaminasi dengan Candida albicans dan Stafilococcus aureus.28 Ritonga (2013) menyatakan bahwa pembersihan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan energi microwave daya 800 Watt selama 3 menit efektif membunuh koloni Candida albicans dan perubahan dimensi yang terjadi masih termasuk dalam batas toleransi.29 Meskipun efektif untuk pembersihan gigitiruan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode dengan energi microwave ini memiliki efek yang tidak diinginkan karena energi microwave menyebabkan molekul air bergetar dua sampai tiga milyar kali per detik, sehingga menghasilkan gesekan

(19)

mempengaruhi sifat – sifat dari bahan basis gigitiruan.11,16,30-1 Molekul air yang diserap masuk ke dalam ruangan antara rantai polimer oleh karena ukuran molekul air

yang lebih kecil dibandingkan jarak rantai polimer pada matriks polimer dan

menyebabkan jarak rantai menjadi lebih jauh sehingga menyebabkan terjadinya

ekspansi, mempengaruhi kekuatan, stabilitas warna, stabilitas sifat fisis, dan mekanis

seperti kekerasan permukaan bahan.32 Penyerapan air pada nilon termoplastik lebih tinggi jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas. Hal ini terjadi

karena nilon termoplastik memiliki sifat higroskopik dan memiliki ikatan linier.

Ikatan linier pada nilon termoplastik yang tidak mampu menolak air dan memiliki

jarak rantai polimer yang lebih besar pada matriks polimer, sedangkan resin akrilik

polimerisasi panas memiliki ikatan silang yang sulit didegradasi oleh air dan memiliki

jarak rantai polimer yang lebih kecil pada matriks polimer menyebabkan penyerapan

air resin akrilik polimerisasi panas lebih rendah dibandingkan nilon termoplastik.8,32 Air yang terserap juga bertindak sebagai plasticizer sehingga menyebabkan perubahan kekerasan permukaan dari nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi

panas.11,16 Plasticizer merupakan bahan yang masuk kedalam polimer yang menyebabkan polimer lebih lunak.5

Rafah dkk. (2010) menyatakan bahwa pembersihan dengan energi microwave 800 Watt selama 10 menit dalam kondisi yang berbeda (perendaman dengan larutan

NaCl 40%, akuades, dan tanpa perendaman) secara signifikan meningkatkan

kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik

swapolimerisasi dan bahan soft liner, sementara kekerasan permukaan tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah pembersihan dengan energi microwave dengan tiga kondisi yang berbeda.16 Ali dkk. (2011) menyatakan bahwa pengulangan pembersihan energi microwave 680 Watt selama 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 3 kali, dan 7 kali menyebabkan penurunan tetapi tidak signifikan terhadap kekuatan

transversal, kekerasan dan kekasaran permukaan pada nilon termoplastik dan resin

akrilik polimerisasi panas.12 Ammar dkk. (2013) menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan dari kekerasan permukaan nilon berdasarkan jenis pembersihan (larutan

(20)

pembersihan dengan larutan kimia dapat meningkatkan kekerasan permukaan nilon

termoplastik dan radiasi microwave dapat menurunkan kekerasan permukaan nilon termoplastik, tetapi hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan kekerasan permukaan nilon termolpastik berdasarkan interval waktu (2

hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 2 bulan).11 Hamid dkk. (2013) menyatakan jenis bahan, metode pembersihan, dan interaksinya mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil

kekerasan permukaan. Penggunaan microwave 900 Watt selama 2 menit pada nilon termoplastik dengan merek yang berbeda (Flexiultra, Flexipast) menunjukkan bahwa

Flexiultra lebih tinggi kekerasannya dibandingkan Flexipast, dan merupakan hasil

yang tertinggi dibandingkan dengan percobaan yang lain.33 Penelitian Seo dkk. (2007), Machado dkk. (2009) menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap

kekerasan permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah dibersihkan dengan

energi microwave 650 Watt dalam 6 menit.34,35 Ahmad NS, Yusuf SN (2013) menyatakan bahwa maksimal pembersihan energi microwave 630 Watt selama 3 menit dengan pengulangan sebanyak 10 kali tidak menyebabkan perubahan dimensi

yang signifikan dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas, sehingga tidak

dianjurkan untuk melakukan pembersihan gigitiruan setiap hari atau setiap minggu

karena akan memperpendek umur dari gigitiruan.36

1.2 Permasalahan

Resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan sampai saat ini masih

sering digunakan karena banyak kriteria yang memenuhi sebagai bahan basis

gigitiruan. Resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan yaitu porositas,

mudah fraktur, menghasilkan monomer sisa yang dapat menyebabkan gejala

hipersensitivitas pada pasien, dan crazing sehingga melemahkan gigitiruan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka ditemukan alternatif pengganti bahan basis

gigitiruan yaitu nilon termoplastik. Nilon termoplastik memiliki sifat resisten

terhadap fraktur dan tidak terdapat monomer sisa yang dapat menimbulkan gejala

hipersensitivitas. Pemeliharaan yang adekuat terhadap gigitiruan merupakan hal yang

(21)

gigitiruan. Ada berbagai jenis metode pembersihan gigitiruan salah satunya adalah

metode kimia. Energi microwave merupakan salah satu jenis dari metode kimia. Keuntungan penggunaan energi microwave yaitu dapat membunuh beberapa mikroorganisme seperti Candida albicans dan Stafilococcus aureus, tidak mengubah warna dan bau basis gigitruan, tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus serta

mudah dalam penggunaannya. Pembersihan dengan energi microwave 800 Watt dalam waktu 3 menit sudah efektif dalam pembersihan gigitiruan dan tidak

menyebabkan perubahan dimensi basis gigitiruan. Selain efektif membunuh

mikroorganisme, energi microwave juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap sifat basis gigitiruan, seperti kekerasan permukaan. Pembersihan

dengan energi microwave 680 Watt selama 6 menit menyebabkan penurunan terhadap kekuatan transversal, kekasaran dan kekerasan permukaan basis gigitiruan

nilon dan resin akrilik polimerisasi. Pembersihan dengan energi microwave 900 Watt selama 2 menit menyebabkan perubahan kekerasan permukaan nilon termoplastik.

Maksimal pembersihan energi microwave 630 Watt selama 3 menit dengan pengulangan sebanyak 10 kali tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan

dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Dari uraian di atas timbul

pemikiran untuk memanfaatkan alat yang banyak dimiliki rumah tangga yaitu

microwave menjadi salah satu alternatif pembersihan gigitiruan, tetapi khususnya di

kota Medan, distribusi microwave yang paling banyak adalah microwave dengan daya tinggi (800-900 Watt) dengan waktu pembersihan lebih singkat dari 6 menit disertai

dengan pengulangan, sehingga dirasa perlu untuk melakukan penelitian apakah ada

pengaruh pembersihan dengan energi microwave 800 Watt selama 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap kekerasan permukaan nilon

(22)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapa kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik yang

dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali ?

2. Berapa kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali ?

3. Apakah ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap

kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik ?

4. Apakah ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap

kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik

yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali.

2. Untuk melihat kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali.

3. Untuk melihat pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap

kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik.

4. Untuk melihat pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang prostodonsia.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian

lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh dokter gigi

sebagai pedoman dalam memberikan penjelasan kepada pasien mengenai cara

membersihkan gigitiruan yang efektif dengan energi microwave berdaya tinggi pada basis gigitiruan nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan memberikan

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

Berbagai jenis bahan telah digunakan untuk membuat basis gigitiruan. Kayu,

tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi, dan berbagai polimer telah digunakan

dalam pembuatan basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat menyebabkan

penggunaan bahan basis gigitiruan alami beralih menjadi menggunakan bahan basis

gigitruan resin sintetis.3.6

Basis gigitiruan dapat didefinisikan sebagai bagian dari gigitiruan yang

bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan.2,19 Basis gigitiruan mendukung anasir gigitiruan, menerima dan mendistribusikan gaya

fungsional serta memberikan efek estetis khususnya bila basis terlihat alami.32 Bahan basis gigitiruan sangat berpengaruh terhadap daya tahan dan sifat – sifat dari suatu

basis gigitiruan.

2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan

Persyaratan basis gigitiruan yang ideal antara lain :5,7

a. Biokompatibel : tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi

b. Karakteristik permukaan : permukaan keras, halus dan kilat

c. Warna : translusen dan warna merata

d. Stabilitas warna : baik

e. Tidak berporus

f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60 – 65 MPa

g. Modulus elastisitas : minimal 2000 MPa

h. Tidak ada monomer sisa

i. Tidak menyerap cairan

j. Ketahanan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik

(25)

l. Tidak larut

m. Mudah dimanipulasi dan direparasi

n. Mudah dibersihkan

2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan

Klasifikasi basis gigitiruan dibagi atas dua kelompok yaitu logam dan non

logam.

2.1.2.1 Logam

Ada beberapa jenis logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan, antara lain

yaitu kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel. Keunggulan logam sebagai basis gigitiruan, antara lain : 2 1. Ketepatan dimensi

Basis yang terbuat dari emas aloi, krom, titanium aloi tidak hanya lebih tepat,

tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa mengalami perubahan selama

pemakaian dalam mulut.

2. Ketahanan terhadap abrasi

Bahan logam merupakan bahan yang tahan terhadap abrasi sehingga akan

meningkatkan toleransi jaringan, dimana permukaan basis yang licin dan mengkilap

akan menghingari terjadinya penumpukan plak dan kalkulus.

3. Konduktivitas termal

Logam memiliki konduktivitas termal yang baik daripada resin. Adanya

perubahan temperatur yang terjadi langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya,

maka hal ini akan menjaga kesehatan dari jaringan rongga mulut. Kesamaan termal

yang diterima oleh jaringan yang terutup dan tidak tertutup basis gigitiruan

memberikan perasaan nyaman kepada pemakai gigitiruan.

4. Kekuatan maksimal dan ketebalan minimal

Bahan logam bisa dibuat lebih tipis dibandingkan dengan bahan resin akrilik

dan tetap memiliki kekuatan maksimal dan kaku. Keuntungan dari basis yang tipis

(26)

2.1.2.2 Non Logam

Jenis bahan basis non logam antara lain adalah resin. Berdasakan termal, basis

resin dapat dibagi menjadi dua yaitu termoplastik dan termoset:3 a. Termoplastik

Bahan termoplastik merupakan bahan yang dapat dilunakkan dan dibentuk

pada suhu dan tekanan tanpa adanya perubahan kimia. Klasifikasi dari bahan

termoplastik antara lain asetal termoplastik, polikarbonat termoplastik, akrilik

temoplastik dan nilon termoplastik.3,4 b. Termoset

Bahan termoset merupakan bahan yang mengalami reaksi kimia pada saat

dibentuk. Produk akhir dari bahan ini secara kimia berbeda dari substansi awalnya.

Setelah diproses bahan tidak dapat dilunakkan kembali untuk dibentuk. Bahan

termoset yang banyak digunakan pada kedoketeran gigi antara lain : resin akrilik,

vulkanit, silikon.3

2.2 Nilon Termoplastik

Nilon merupakan nama umum dari suatu polimer termoplastik yang tergolong

ke dalam kelas poliamida. Nilon termoplastik pertama sekali diperkenalkan pada

kedokteran gigi sekitar tahun 1950.13-4 Nilon termoplastik merupakan polimer kristalin yang memiliki sifat tidak dapat larut dalam pelarut, ketahanan panas yang

tinggi dan memiliki kekuatan yang tinggi serta kekuatan tensil yang baik.4

Pada beberapa dekade belakangan ini, penggunaan nilon termoplastik semakin

meningkat dan sebagai bahan basis alternatif untuk menggantikan metal dan resin

akrilik polimerisasi panas.11,13 Sebagai bahan basis gigitiruan, nilon termoplastik memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

 Semitranslusen dan estetis lebih baik

 Fleksibel

(27)

2.2.1 Komposisi

Nilon dihasilkan melalui reaksi kondensasi antara monomer diamina (2 NH2 grup) dan asam dibasic atauasam karbosilik (2 COOH grup ).5,13,15 Nilon memiliki ikatan linier (ikatan polimer tunggal) yang mengandung hexamethylenadiamine di dalam nilon termoplastik yang akan membentuk ikatan poliamida yang panjang.37 Ikatan linier menyebabkan bahan nilon termoplastik menjadi fleksibel dan dapat

dibentuk kembali. Ikatan linier ini juga lebih lemah daripada ikatan silang dari resin

akrilik.32 Polimer nilon termoplastik merupakan kristalin yang memiliki rantai molekul yang teratur, rapat dan kuat.38 Derajat kristalin bergantung dengan detail dari formasi, komposisi, konfigurasi molekul, dan metode pembentukannya.32

2.2.2 Manipulasi

Manipulasi nilon termoplastik harus menggunakan kuvet yang di desain

khusus yaitu kuvet di bawah tekanan (injection moulding). Nilon termoplastik harus dilelehkan dan diinjeksikan kedalam kuvet tersebut. Nilon yang tersedia dalam

komponen berbentuk cartridge dilelehkan pada suhu 248,8-265,5oC dengan menggunakan furnace elektrik. Selanjutnya nilon termoplastik yang telah meleleh ditekan kedalam kuvet menggunakan alat injektor. Tekanan pada injection moulding dijaga agar tetap berada dalam tekanan 5 bar selama 3 menit dan segera setelah itu,

kuvet beserta cartridge dilepaskan. Kemudian kuvet dibiarkan dingin selama 20 menit sebelum dibuka.12,14,32

2.2.3 Sifat–Sifat

Sifat–sifat bahan basis gigitiruan nilon termoplastik dibagi atas sifat mekanis,

sifat kemis, sifat fisis dan sifat biologis.

2.2.3.1 Sifat Mekanis

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil nilon termoplastik jauh lebih besar daripada resin akrilik.

(28)

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah suatu ukuran kekuatan bahan diukur dari energi yang

diperlukan untuk memulai dan melanjutkan retakan sebuah spesimen dengan dimensi

tertentu. Daya tahan terhadap impak yang tinggi merupakan suatu kelebihan nilon

termoplastik. Nilai kekuatan impak nilon termoplastik adalah 120-150 kg/mm3.24

c. Fatigue

Fatigue rusak atau patah dari suatu bahan yang disebabkan beban berulang di

bawah batas tahanan bahan. Fatigue dapat mengakibatkan terjadinya fraktur gigitiruan. Pada nilon termoplastik, daya tahan terhadap fatigue merupakan salah satu kelebihan utama nilon termoplastik.4

d. Kekerasan Permukaan

Permukaan basis gigitiruan seharusnya memiliki kekerasan permukaan untuk

daya tahan terhadap kerusakan permukaan.18 Nilai kekerasan nilon termoplastik adalah 14,5 VHN.24 Penelitian Gladstone (2012) yang mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik (Lucitone FRS) memiliki rentang sekitar 7,67-8,45 VHN dan menyatakan bahwa nilon termoplastik memiliki kekerasan yang rendah dan

penelitian Shah dkk (2014) mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik

(Valplast) adalah 10,2 VHN.18,39 Nilai kekerasan tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas. Ikatan amida pada nilon

termoplastik mempengaruhi kekerasan permukaan karena adanya kecenderungan

ikatan tersebut untuk mengkristal dan diperkuat dengan pembentukan ikatan hidrogen

antara atom oksigen dan nitrogen dari dua kelompok amida.40

2.2.3.2 Sifat Kemis

a. Stabilitas Warna

Stabilitas warna adalah kemampuan dari suatu lapisan permukaan satu pigmen

untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan dari pemaparan lingkungan.

Takabayashi (2010) mempelajari stabilitas warna dari beberapa bahan polimer dan

menemukan bahwa nilon termoplastik mengalami perubahan warna setelah direndam

(29)

b. Penyerapan Air

Penyerapan air yang tinggi merupakan salah satu kekurangan utama dari nilon

termoplastik. Takabayashi (2010) yang membandingkan nilai penyerapan air antara

rantai poliamida, polikarbonat, dan polietilen terephthalat, hasilnya menunjukkan

terdapat perbedaan signifikan nilai penyerapan air dari 3 bahan tersebut. Poliamida

memiliki derajat hidrofilik yang tertinggi.41 Nilon termoplastik memiliki sifat penyerapan air yang tinggi karena struktur rantai linier tunggal pada bahan basis nilon

termoplastik yang lebih lemah dibandingkan struktur ikatan silang dari resin akrilik

polimerisasi panas.32 Frekuensi kelompok amida yang hidrofilik sepanjang rantai mempengaruhi penyerapan air dari setiap jenis nilon termoplastik. Penyerapan air

rendah dan ketahanan kemis lebih baik jika jarak antara kelompok amida semakin

besar.10,12,32 Struktur ikatan linier pada nilon termoplastik memiliki jarak rantai polimer yang lebih besar dibandingkan molekul air dengan ukuran kurang dari 0,28

nm menyebabkan nilon termoplastik tidak dapat menolak penyerapan air.8,42 Jenis nilon termoplastik yang pertama memiliki penyerapan air yang tinggi yaitu 8,5%,

kemudian dikembangkan jenis nilon termoplastik yang ditambah serat kaca sehingga

nilai penyerapan air menjadi relatif lebih rendah yaitu 1.2 %.15

2.2.3.3 Sifat Biologis

a. Biokompatibilitas

Biokompatibilitas nilon termoplastik sangat baik.43 Nilon termoplastik tahan terhadap pelarut dan bahan kimia. Nilon termoplastik tidak memiliki monomer sisa

dan hampir tidak memiliki porositas karena diproses dengan teknik injection

moulding. Nilon merupakan alternatif yang tepat untuk pasien yang alergi terhadap

logam dan monomer dari resin akrilik.12 b. Pembentukan Koloni Bakteri

Pembentukan koloni bakteri pada permukaan gigitiruan dipengaruhi oleh

penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan dan kekasaran permukaan.19 Kekasaran permukaan nilon termoplastik masih dalam batas normal dan terlihat halus

(30)

albicans terlihat sangat tinggi pada nilon termoplastik jika dibandingkan dengan dengan resin akrilik polimerisasi panas.4

2.2.3.4 Sifat Fisis

a. Ekspansi Termal

Nilon termoplastik memiliki koefisien ekspansi termal yang rendah.4 Hargaves (1971) membandingkan nilon termoplastik dengan nilon termoplastik yang

ditambahkan serat kaca dan menemukan koefisien ekspansi linier dari nilon yang

ditambah serat kaca lebih rendah daripada nilon.15 b. Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi memiliki ambang batas yaitu 0,2 μm. Kekasaran permukaan suatu bahan dipengaruhi oleh teknik poles baik secara mekanis maupun kimia. Abuzar dkk. (2010) menyatakan bahwa kekasaran

permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah

maupun belum dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk. (2010) menunjukkan bahwa

nilai kekasaran nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan

sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm.9 Rahal dkk (2004) menyatakan kekasaran permukaan berhubungan dengan penyerapan air karena air masuk melalui porositas

permukaan.8

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk

pembuatan basis gigitiruan sampai saat ini. Resin akrilik sebagai bahan pilihan karena

memiliki estetis yang baik, cukup baik dalam hal sifat fisis dan mekanis, murah, dan

mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.7 Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan yang dicampur dan

membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat.7 Energi panas yang dibutuhkan untuk proses polimerisasi dapat diperoleh dengan merendam dalam air

yang dipanaskan (waterbath). Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer

(31)

memiliki karakter umum yaitu bahwa setiap sub-unit pada fase cair sangat mudah

berbelit dan hampir tidak mungkin untuk diuraikan kembali.15 Ikatan resin akrilik polimerisasi panas adalah ikatan silang.8,44 Hal ini menyebabkan polimer lebih kaku, lebih resisten terhadap suhu, mengurangi kelarutan dan tidak dapat dibentuk kembali.

Ikatan silang juga menyebabkan bahan mudah untuk dipoles, sehingga menghasilkan

bahan restorasi yang estetis.44

2.3.1 Komposisi

Unsur pokok dari resin akrilik polimerisasi panas adalah :7,10 a. Bubuk

Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat

Inisiator : benzoyl peroxide

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik

Plasticizer : dibutyl phthalate b. Cairan

Monomer : metil metakrilat

Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate Inhibitor : hydroquinone

2.3.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-moulding. Bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan 3:1 satuan volume atau perbandingan 2:1 satuan berat. Setelah

pencampuran, bahan mengalami beberapa tahapan yaitu :3,29

1. Tahap basah : campuran seperti pasir (wet sand stage). Pada tahap ini secara bertahap polimer bercampur dengan monomer

(32)

3. Tahap lembut : campuran seperti adonan mudah diangkat dan tidak lengket

lagi. Pada tahap ini monomer sudah larut seluruhnya ke dalam polimer. Waktu yang

tepat dan sesuai untuk diisi ke dalam mold (doughstage/gel stage)

4. Tahap karet : campuran seperti karet (rubbery stage) dan tidak bisa dimasukkan lagi ke dalam mold. Pada tahap ini monomer sudah tidak dapat

bercampur dengan polimer lagi.

5. Tahap kaku : tahap dimana akrilik tidak dapat dibentuk lagi (stiff stage) Setelah pembuangan malam, adonan diisikan dalam mold gips. Kuvet

ditempatkan di bawah tekanan, dalam water bath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik

polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath dengan suhu konstan pada 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 1000C selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial Standar (JIS).3

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga

mencapai suhu kamar. Kemudian resin dikeluarkan dari mold dengan hati – hati

untuk menghindari fraktur dan distorsi gigitiruan. Basis gigitiruan akrilik yang telah

dikeluarkan dari kuvet, siap untuk diproses akhir dan dipoles.7,10

2.3.3 Sifat-Sifat

Sifat bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terbagi atas sifat

mekanis, sifat kemis dan biologis, serta sifat fisis.19

2.3.3.1 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan energi dan

kekuatan serta efeknya terhadap benda. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri

(33)

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa (8000 psi).

salah satu kekurangan utama resin akrilik adalah kekuatan tensil resin akrilik yang

rendah. 10,15

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 31,4 J/m.5 Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik

jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.

c. Fatigue

Gigitiruan menerima sejumlah besar tekanan lengkungan pada saat proses

pengunyahan. Karena alasan tersebut, fatigue menjadi sifat yang penting untuk diperhatikan. Fatigue merupakan representasi jumlah lengkungan sebelum kerusakan terjadi pada tekanan tertentu. Kekuatan fatigue basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17,2MPa.5

d. Crazing

Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan gigitiruan resin akrilik

yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan - retakan ini dapat timbul akibat

salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, ketika pasien memiliki kebiasaan

sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air

yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, ketika menggunakan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal

antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, selama proses perbaikan gigitiruan dapat

menyebabkan crazing ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki.19

e. Kekerasan permukaan

Nilai kekerasan permukaaan resin akrilik polimerisasi panas adalah 15-18

(34)

dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung

menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi

pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah

besar.

2.3.3.2 Sifat Kemis

Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan

tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna.

a. Stabilitas Warna

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. Yu-lin

Lai (2003) berpendapat, stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain pada nilon,

silikon serta dua jenis resin akrilik dan ditemukan resin akrilik menunjukkan nilai

diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.15 b. Penyerapan Air

Penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas terjadi karena polar dari

molekul resin akrilik. Koefisien difusi yang rendah menyebabkan resin akrilik

polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah. Nilai koefisien difusi resin

akrilik polimerisasi panas adalah 0,11 x 10-6 cm2/detik dan nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas adalah 0,69 mg/cm2.3,5 Resin akrilik polimerisasi panas memerlukan waktu hampir 17 hari untuk menjadi jenuh, tetapi waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai kejenuhan bervariasi, tergantung pada ketebalan basis

gigitiruan.45 Resin akrilik polimerisasi panas menyerap air dengan sangat signifikan pada 24 jam sampai 50 jam pertama saat direndam dalam air, tetapi sesudahnya

penyerapan air tidak terjadi dalam jumlah signifikan karena koefisien difusi yang

rendah.46 Penyerapan air memberikan pengaruh terhadap sifat mekanis dan menyebabkan perubahan dimensi. Perubahan dimensi dapat berupa ekspansi ataupun

(35)

2.3.3.3 Sifat Biologis

Sifat biologis adalah sifat suatu bahan dalam interaksinya dengan makhluk

hidup, seperti biokompatibilitas dan pembentukan koloni bakteri.

a. Biokompatibilitas

Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.

Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi di rongga

mulut. Monomer sisa yang dihasilkan dan benzoic acid merupakan komponen iritan. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas

menurut standar ISO adalah 2,2 %.3,7 b. Pembentukan Koloni Bakteri

Kemampuan berkembang organisme tertentu pada permukaan gigitiruan resin

akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan

permukaan, dan kekasaran permukaan.19 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan

yang halus, kekerasan permukaan yang tinggi dan sudut kontak permukaan dengan

air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan

maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.

2.3.3.4 Sifat Fisis

Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau

gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas massa

jenis, ekspansi termal, porositas, kekasaran permukaan, ketepatan dimensi dan

akurasi.19

a. Massa Jenis

Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom - atom ringan, seperti

karbon, oksigen dan hidrogen.19 b. Ekspansi Termal

Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80

(36)

umumnya tidak menimbulkan masalah, namun kemungkinan dapat terjadi

kelonggaran dan lepasnya anasir gigitiruan porselen yang tersusun pada basis

gigitiruan akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.7 c. Porositas

Salah satu masalah yang sering terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas

adalah adanya porositas atau gelembung selama selama proses manipulasi.

Gelembung atau porositas pada permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Ada dua penyebab

utama porositas yaitu polimerisasi shrinkage dikenal dengan porositas kontraksi dan penguapan dari monomer diistilahkan dengan porositas gas.7

Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan

yang tidak benar. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin

akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,

prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke

dalam mold yang tepat.29

d. Kekasaran Permukaan

Ambang batas nilai kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi adalah

mendekati 0,2 µm.9 Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang

baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Abuzar dkk (2010) menyatakan

bahwa resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles memiliki permukaan yang

lebih halus daripada nilon termoplastik.9 Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang

belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007

µm.9

e. Stabilitas Dimensi dan Akurasi

Stabilitas dimensi dan akurasi mempunyai peranan penting dalam hal

memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan rongga mulut.

Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air

(37)

Hal ini berpengaruh terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu

absorpsi air sebaiknya sekecil mungkin yaitu tidak boleh lebih dari 32 µg/mm3. 3,5,7

2.4 Kekerasan Permukaan

Kekerasan permukaan merupakan salah satu sifat mekanis yang didefinisikan

sebagai resistensi suatu bahan terhadap indentasi permanen atau penetrasi.5 Kekerasan permukaan merupakan hasil interaksi dari beberapa sifat seperti

keelastisan, kelenturan, dan ketahanan terhadap fraktur.21 Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi sifat mekanis suatu bahan antara lain berat molekul polimer,

rasio dari monomer sisa, porositas internal dari matriks polimer, berkontak dengan

bahan kimia, kehilangan komponen pelarut, penyerapan air, ketegangan dan

perubahan suhu.23 Kekerasan permukaan berhubungan dengan seberapa besar kemampuan bahan untuk menahan goresan, abrasi, keausan dan perubahan bentuk.5,17 Berdasarkan definisi sangat jelas bahwa sifat kekerasan permukaan sangat penting

untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi karakteristik permukaan basis

gigitiruan.16-7 Oleh karena itu, basis gigitiruan seharusnya memiliki kekerasan yang dapat memberikan ketahanan dari perubahan bentuk dan fraktur.18 Umumnya, nilai kekerasan yang rendah menunjukkan bahan yang lembut dan begitu juga

sebaliknya.19 Tingkat kekerasan permukaan melibatkan keadaan morfologi permukaan yang kompleks dan tekanan yang diberikan pada saat percobaan bahan.

Ada berbagai jenis alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan

permukaan seperti Brinell, Knoop, Vickers, Rockwell, Barcol, dan Shore A hardness

tester.5,20 Setiap alat memiliki perbedaan satu sama lainnya dan masing – masing alat

memiliki keuntungan dan kerugian. Ada perbedaan bahan indentasi, geometri dan

beban pada setiap percobaan kekerasan permukaan. Bahan indentasi dapat terbuat

dari logam, berlian, dan bentuk dapat berupa bola, kerucut, piramida, atau jarum.

Rentang beban yang diberikan mulai dari 0,5 N sampai 30 KN. Pemilihan alat ukur

yang akan digunakan berdasarkan bahan yang akan diukur, ekspektasi beban, dan

(38)

2.5 Metode Pembersihan Gigitiruan

Setelah pemasangan gigitiruan kepada pasien, seorang dokter gigi harus

memberikan instruksi pemeliharaan atau pembersihan gigitiruan. Pemeliharaan yang

adekuat terhadap gigitiruan sangat dibutuhkan pengguna agar gigitiruan tetap estetis,

tidak bau, dan kesehatan jaringan mulut terjaga. Terdapat 3 metode pembersihan

gigitiruan, yaitu :29

1. Metode pembersihan gigitiruan secara mekanis dapat dilakukan dalam 2

cara, yaitu dengan menggunakan sikat gigi dan menggunakan alat pembersih

ultrasonik.

2. Metode pembersihan gigitiruan secara kemis dapat dibagi menjadi

beberapa jenis, yaitu menggunakan natrium hipoklorit, asam seperti vinegar,

effervescent, klorheksidin dan energi microwave.

3. Kombinasi metode mekanis dan kemis dimana cara pembersihan secara

mekanis dan kemis digunakan bersamaan. Misalnya, kombinasi sikat gigi dengan

effervescent, kombinasi sikat gigi dengan asam, kombinasi sikat gigi dengan energi

microwave dan sebagainya.

2.6 Energi Microwave

Microwave adalah suatu alat yang memancarkan iradiasi gelombang mikro

dengan frekuensi 2450 Mhz untuk memanaskan suatu benda seperti makanan. Alat

ini menggunakan gelombang elektromagnetik mikro dengan batas frekuensi antara

1.000 MHz hingga 300.000 MHz dan batas panjang gelombang diantara infra merah

dan gelombang radio (1mm – 30cm).28 Energi microwave merupakan suatu gelombang elektromagnetik seperti gelombang cahaya, energi gelombang ini tidak

dapat dilihat mata kita karena panjang gelombangnya (walaupun sangat kecil

dibanding gelombang radio) jauh lebih besar dari panjang gelombang cahaya (di luar

spektrum sinar tampak). Keduanya terdapat dalam spektrum gelombang

(39)

Microwave bergerak dalam garis lurus dengan kecepatan cahaya (186,282 miles/sec).29

Magnetron merupakan salah satu komponen utama dari microwave yang berfungsi untuk menggerakkan molekul sehingga meningkatkan panas dari zat

tersebut. Magnetron adalah sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro. Fungsi

magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas

microwave. Gelombang mikro yang dipancarkan magnetron ke dalam ruang

microwave akan dipantulkan oleh lapisan logam dari dinding microwave, apabila

gelombang mikro mengenai cairan, maka energi gelombang mikro ini akan diserap

oleh cairan tersebut sehingga molekul - molekul air tersebut dapat bergerak.

Pergerakan ini kemudian menyebabkan molekul - molekul air saling bertubrukan.

Bergeraknya meolekul air ini disebabkan karena air adalah fluida. Tubrukan-tubrukan

inilah yang akan meningkatkan suhu molekul air, yang kemudian meningkatkan suhu

makanan secara keseluruhan.29,47

Energi microwave dapat digunakan untuk dekontaminasi makanan, alat – alat laboraturium, alat – alat kedokteran gigi, lensa kontak, sponge rumah tangga, dan alat – alat kesehatan rumah. Dalam kedokteran gigi, energi microwave banyak digunakan untuk berbagai tujuan, salah satunya untuk pembersihan gigitiruan. Energi

microwave dikategorikan sebagai metode pembersihan secara kemis karena reaksi

kimia yang terjadi pada molekul polar yang terdapat pada mikroorganisme yang

berkolonisasi pada gigitiruan, akibat iradiasi microwave. Energi microwave dijadikan sebagai salah satu metode pembersihan gigitiruan karena tidak mengubah bau, warna

gigitiruan, tidak menimbulkan reaksi alergi pada pemakai gigitiruan dan efektif dalam

membunuh beberapa mikroorganisme, seperti Candida albicans.27 Silva dkk. (2006) menyatakan bahwa pembersihan dengan energi microwave selama 6 menit dengan daya 650 Watt efektif dalam mensterilkan gigitiruan yang dikontaminasi dengan

Candida albicans dan S aureus.28 Ritonga (2013) menyatakan bahwa pembersihan

(40)

Pemanasan yang selektif oleh energi microwave tergantung pada komposisi kemis sel mikroba dan volume serta komposisi cairan medium sekitarnya. Microwave akan menimbulkan panas pada bahan yang mengandung cairan dengan menggetarkan

molekul yang ada di dalam bahan tersebut. Selain itu, penggunaan medium cairan

juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan sterilisasi dengan menggunakan

energi microwave. Molekul air yang ada di dalam sel maupun sebagai medium diploid dan berinterkasi dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh

microwave sehingga terjadi tubrukan intermolekuler dan menghasilkan panas yang

mengakibatkan denaturasi protein dan DNA.29,48 Neppelenboerk dkk. (2003) menyatakan bahwa pembersihan gigitiruan dengan energi microwave akan lebih efektif membunuh Candida albicans bila dibersihkan dalam air atau dibasahi selama pemaparan dengan energi microwave.48 Silva dkk. (2006) menyatakan bahwa iradiasi

microwave selama 6 menit dengan daya 650 Watt efektif dalam mensterilkan

gigitiruan yang dikontaminasi dengan Candida albicans dan S aureus.28

2.7 Energi Microwave sebagai Alternatif Pembersihan Gigitiruan

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode pembersihan

dengan energi microwave efektif untuk pembersihan gigitiruan, akan tetapi beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa panas yang dihasilkan selama pembersihan

mempercepat penyerapan air bahan basis gigitiruan sehingga memberikan efek yang

tidak diinginkan pada sifat bahan basis gigitiruan, seperti pada kekerasan

permukaan.28,31,48,49 Energi microwave menyebabkan molekul air bergetar dua sampai tiga milyar kali per detik, sehingga menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas.

Panas yang dihasilkan meningkatkan rasio penyerapan air.31 Molekul air yang diserap masuk ke dalam ruangan antara rantai polimer oleh karena ukuran molekul air yang

lebih kecil yaitu kurang dari 0,28 nm dibandingkan jarak rantai polimer pada matriks

polimer dan menyebabkan jarak rantai menjadi lebih jauh sehingga terjadi ekspansi,

mempengaruhi kekuatan, stabilitas warna, stabilitas sifat fisis, dan mekanis seperti

(41)

termoplastik memiliki sifat higroskopik, memiliki ikatan linier yang lebih lemah dan

terdiri dari ikatan amida yang bersifat hidrofilik.4,32 Ikatan linier pada nilon termoplastik yang tidak mampu menolak air dan memiliki jarak rantai polimer yang

lebih besar pada matriks polimer, sedangkan resin akrilik polimerisasi panas memiliki

ikatan silang yang sulit didegradasi oleh air dan memiliki jarak rantai polimer yang

lebih kecil pada matriks polimer menyebabkan penyerapan air resin akrilik

polimerisasi panas lebih rendah dibandingkan nilon termoplastik.8,32 Selain itu, nilon termoplastik juga memiliki kekasaran permukaan yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas menyebabkan penyerapan air

pada nilon termoplastik semakin tinggi. Rahal dkk (2004) menyatakan bahwa

kekasaran permukaan berhubungan dengan rasio penyerapan air karena air dapat

masuk melalui permukaan yang kasar.8 Air yang terserap juga bertindak sebagai

plasticizer sehingga menyebabkan perubahan kekerasan permukaan dari nilon

termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas.11,16,22 Plasticizer merupakan bahan yang ada dalam polimer menyebabkan polimer lebih lunak dan elastis.5 Plasticizer merupakan bahan kimia polimer yang tidak terlibat pada reaksi polimerisasi dan tidak

menjadi bagian dari polimer. Bahan ini biasanya adalah ester dengan berat molekul

yang rendah. Plasticizer bekerja secara kimia memecah jaringan polimer dan memodifikasi interaksi antara untaian polimer. Plasticizer paling sering digunakan pada polimer yang tidak memiliki struktur ikatan silang.5,44

Rafah dkk. (2010) menyatakan bahwa pembersihan dengan menggunakan

energi microwave 800 Watt selama 10 menit dalam kondisi yang berbeda (perendaman dengan larutan NaCl 40%, akuades, dan tanpa perendaman) secara

signifikan meningkatkan kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas,

resin akrilik swapolimerisasi dan bahan soft liner, sementara kekerasan permukaan tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah pembersihan dengan energi

microwave dengan tiga kondisi yang berbeda.16 Ali dkk. (2011) menyatakan bahwa

pengulangan pembersihan energi microwave 680 Watt selama 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 3 kali dan 7 kali menyebabkan penurunan tetapi tidak signifikan

(42)

termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas.12 Ammar dkk. (2013) menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan dari kekerasan nilon berdasarkan jenis

pembersihan (larutan pembersihan, microwave 650 Watt 6 menit, dan akuades). Hasil menunjukkan pembersihan dengan larutan kimia dapat meningkatkan kekerasan nilon

dan radiasi microwave dapat menurunkan kekerasan nilon, tetapi hasil peneltian juga menunjukkan tidak ada perbedaan kekerasan permukaan yang signifikan berdasarkan

interval waktu (2 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 2 bulan).11 Hamid dkk. (2013) menyatakan jenis bahan, metode pembersihan, dan interaksinya mempengaruhi

secara signifikan terhadap hasil kekerasan permukaan. Penggunaan microwave 900 Watt selama 2 menit pada nilon termoplastik dengan merek yang berbeda (Flexiultra,

Flexipast) menunjukkan bahwa Flexiultra lebih tinggi kekerasannya dibandingkan

Flexipast, dan merupakan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan percobaan yang

lain.33 Penelitian dari Seo dkk. (2007), Machado dkk. (2009) menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap kekerasan permukaan resin akrilik polimerisasi

panas setelah dibersihkan dengan energi microwave 650 Watt dalam 6 menit.34,35 Ahmad NS, Yusuf SN (2013) menyatakan bahwa maksimal pembersihan energi

microwave 630 Watt selama 3 menit dengan pengulangan sebanyak 10 kali tidak

menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan dari basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas, sehingga tidak dianjurkan untuk melakukan pembersihan

gigitiruan setiap hari atau setiap minggu karena akan memperpendek umur dari

(43)

Sifat kemis

Sifat fisis Sifat kemis Sifat mekanis

(44)

Energi Microwave

kedalam ruang antar rantai polimer jarak rantai polimer menurunkan kekerasan permukaan permukaan

 Nilon termoplastik higroskopik

Maksimal pembersihan energi microwave 630 Watt 3 menit tidak menyebabkan perubahan dimensi yang siginifikan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas 10 kali pengulangan tidak dianjurkan pembersihan gigitiruan setiap hari atau setiap minggu

(45)

2.10 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, 3 kali terhadap kekerasan permukaan basis

gigitiruan nilon termoplastik.

2. Ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, 3 kali terhadap kekerasan permukaan basis

(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris. Kegiatan

percobaan yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan suatu pengaruh yang muncul

sebagai akibat pemberian perlakuan tertentu.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian untuk kekerasan permukaan terhadap nilon termoplastik dan resin

akrilik polimerisasi panas dengan bentuk batang berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm

berdasarkan spesifikasi ISO 1567 (Gambar 1).12

65 mm

10 mm 2,5 mm

Gambar 1. Bentuk dan ukuran sampel

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

(t – 1) (r –1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan

r : jumlah ulangan

Penelitian ini terdiri dari 4 kelompok sampel untuk pengujian terhadap kekerasan

dan kekasaran permukaan, maka t = 4 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat

(47)

(4 – 1) (r –1) ≥ 15

3 (r -1) ≥ 15

3r –3 ≥ 15

3r ≥ 15 + 3

3r ≥ 18

r ≥ 18/3

r ≥ 6 ~ r = 6

Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 24, dengan perlakuan setiap kelompok

adalah 6 sampel.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

a. Basis nilon termoplastik yang dibersihkan dengan energi microwave dengan daya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali.

b. Basis resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi

microwave dengan daya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3

kali.

3.3.1.2 Variabel Terikat

a. Kekerasan permukaan basis nilon termoplastik dan basis resin akrilik

polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali

1. Nilon Termoplastik

Gambar

Gambar                                                                                                             Halaman
Gambar 8. Sampel kelompok nilon
Gambar 11. Sampel didinginkan
Gambar 13. Vicker hardness tester
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dapat diperoleh kesimpulan bahwa penambahan bekatul pada setiap perlakuan terhadap berat medium berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan bekatul

Lokasi penelitian adalah Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal, Jalan Buburanda, Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Peneliti mengambil kantor ini

Dari penerapan metode FAHP diperoleh bahwa bobot variabel aliran bahan memiliki nilai tertinggi yaitu 0,4051, variabel peralatan sebesar 0,3173, dan variabel operator

Selain hal itu UPPK juga membutuhkan suatu sistem yang mampu menganalisa kebutuhan peralatan/barang berdasar permintaan customer serta analisa kinerja yang telah dilakukan..

Penambahan jadwal kegiatan dilakukan dengan mengklik button tambah pada Gambar 13. Setelah button diklik akan tampil form tabel pegawai seperti yang ditunjukkan

Ø Proses yang dilakukan dari image yang akan dites sampai dengan menghasilkan nilai feature extraction sama seperti proses yang dilakukan pada database, akan tetapi pada

Adapun peranan yang dilakukan oleh Aparatur untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan Jati Mekar kecamatan Kendari Kota Kendari untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan,

The aims of this research was to evaluate the highest isoflavone aglicone content of various tempe especially commercial tempe such as tempe Malang,