• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembersihan Dengan Energi Microwave Terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pembersihan Dengan Energi Microwave Terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Chapter III VI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan bentuk lingkaran dengan ukuran garis tengah 20 mm dan tebal 2 mm sesuai dengan standar dari International Standard Organization (ISO).21 (Gambar 4)

2 mm

(2)

Gambar 4 : Model induk untuk pembuatan sampel

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus sebagai berikut : 41

Keterangan :

t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit, dan kontrol, maka t = 5. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

(5-1) (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r ≥ 15 + 4

r ≥ 19/4 r ≥ 4,75 , r = 5

Maka N = 25 (jumlah sampel kelima kelompok)

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel 3.3.1.1 Variabel Bebas

(3)

Lama pembersihan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan energi microwave, yaitu :

a) 2 menit b) 4 menit c) 6 menit d) 8 menit

3.3.1.2 Variabel Terikat

Kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas 3.3.1.3 Variabel Terkendali

a) Bentuk dan ukuran sampel b) Perbandingan adonan gips keras c) Perbandingan polimer : monomer d) Tekanan pengepresan

e) Suhu dan waktu kuring f) Teknik penyelesaian akhir g) Teknik pemolesan

h) Daya microwave (650 Watt) i) Resin akrilik polimerisasi panas

3.3.2 Definisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik bahan basis gigitiruan merk

(4)

2. Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan setelah penyelesaian akhir dan pemolesan, diukur dalam satuan mikrometer (µm).19

3. Bentuk dan ukuran sampel adalah lingkaran, ukuran sampel garis tengah 20 mm dan tebal 2 mm sesuai dengan standar dari International Standard Organization (ISO).21

4. Sampel dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu : a) Kelompok A = sampel dibersihkan selama 2 menit b) Kelompok B = sampel dibersihkan selama 4 menit c) Kelompok C = sampel dibersihkan selama 6 menit d) Kelompok D = sampel dibersihkan selama 8 menit e) Kelompok E = kontrol (sampel yang tidak dibersihkan)

5. Perbandingan adonan gips keras adalah perbandingan antara jumlah gips keras : air yang digunakan untuk menanam sampel ke dalam kuvet, yaitu 300 gram gips keras : 90 ml air.21,42

6. Perbandingan polimer : monomer adalah perbandingan antara jumlah polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan pada penelitian, yaitu 2 gram polimer : 1 ml monomer (sesuai petunjuk pabrik).

7. Tekanan pengepresan adalah tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas yaitu 1000 psi untuk pengepresan pertama dan 2200 psi untuk pengepresan yang kedua.

(5)

9. Teknik penyelesaian akhir adalah cara yang dilakukan untuk merapikan sampel dengan menggunakan fraser bur hingga permukaan sampel rata kemudian dihaluskan dengan kertas pasir waterproof ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200 grit.8,20,34,38

10. Teknik pemolesan adalah tindakan penghalusan lanjutan dan pengkilatan sampel. Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis dan hanya dilakukan pada salah satu permukaan sampel. Pemolesan dilakukan dengan brush wheel hitam pada permukaan sampel yang telah dioleskan bubuk pumis dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit hingga mengkilat, dikilatkan lagi dengan brush wheel putih yang telah dipasangkan pada mesin poles dan diolesi bubuk pumis dengan kecepatan putaran 500 rpm selama 5 menit.9,18,34,38

11. Daya microwave adalah jumlah energi yang ada pada microwave. Daya

microwave yang digunakan dalam penelitian ini adalah 650 Watt.44

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

a) Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

b) Laboratorium Departemen Prostodonsia FKG USU c) Laboratorium Mesin Politeknik Medan

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Mesin Politeknik Medan

3.4.3 Waktu Penelitian

(6)

3.5Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel a) Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China)

b) Mangkuk karet dan spatula

c) Model induk terbuat dari logam berbentuk lingkaran dengan ukuran garis tengah 20 mm dan tebal 2 mm

d) Lekron (Smic, China)

e) Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk dari porselen f) Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany)

g) Vibrator (Pulsar-2 Filli Manfredi, Italy) h) Pres Hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) i) Unit kuring (Filli Manfredi, Italy)

j) Portable Dental Engine (Olympia, Japan) k) Straight Handpiece (Olympia, Japan) l) Fraser bur

m) Mesin poles (M2V Filli Manfredi, Italy) n) Brush wheel hitam

(7)

s) Microwave (Samsung MW 71C)

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Kekasaran Permukaan Sampel

Profile meter (Mitutoyo-Surf Test 301, Japan)

3.5.2 Bahan Penelitian

a) Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC 20, England) b) Gips keras (Moldano, Germany)

c) Air

d) Vaselin untuk bahan separasi

e) Cold Mould Seal sebagai bahan separasi (QC-20, England) f) Plastik Selopan

g) Kertas pasir waterproof (Atlas) ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200 h) Bubuk pumis

3.6Cara Penelitian

3.6.1Pembuatan Sampel Penelitian

3.6.1.1Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah • Siapkan kuvet bawah untuk menanam model induk

• Kuvet bawah dan model induk diolesi dengan bahan separasi vaselin

• Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air

• Adonan diaduk dalam mangkuk karet dengan spatula hingga homogen

(8)

• Gips keras dibiarkan beberapa menit dan model induk ditanamkan pada gips keras

tersebut, satu kuvet berisi 8 model induk (Gambar 5)

• Gips keras dirapikan dan didiamkan selama 20 menit hingga gips keras mengeras

Gambar 5 : Penanaman model induk (20 x 2) mm pada kuvet bawah 3.6.1.2Pengisian pada Kuvet Atas

• Setelah gips mengeras, olesi permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas

dengan vaselin

• Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah

• Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air

• Adonan diaduk dalam mangkuk karet dengan spatula hingga homogen • Kuvet diletakkan di atas vibrator dan vibrator diaktifkan

• Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet

• Diamkan selama 60 menit hingga gips keras mengeras

3.6.1.3 Pengangkatan Model Induk

(9)

lekron

• Mold yang didapat dituangi air panas sampai bersih untuk membuang vaselin

yang tersisa

• Setelah kering, mold diolesi dengan cold mould seal dan tunggu selama 20 menit

hingga cold mould seal kering

3.6.1.4 Pengisian Resin Akrilik pada Mold

• Monomer dituang ke dalam pot porselen dan masukkan polimer dengan

perbandingan 2 g polimer : 1 ml monomer (sesuai petunjuk pabrik)

• Adonan diaduk dengan spatula semen sampai monomer dan polimer

menjadi homogen

• Adonan didiamkan kira-kira 10 menit hingga adonan melunak, tidak lengket, dan

tidak menempel pada dinding pot porselen (dough stage), maka adonan siap dimasukkan ke dalam mold

• Moldyang permukaannya telah diolesi cold mould seal diisi penuh dengan

adonan resin akrilik

• Letakkan plastik selopan di antara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet

dipasangkan dan dipres dengan tekanan 1000 psi menggunakan pres hidrolik

• Kuvet dibuka kembali dan akrilik yang berlebih dibuang dengan lekron,

kemudian kuvet dipasangkan kembali, dilakukan pengepresan kedua dengan tekanan 2200 psi

• Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar tetap

(10)

3.6.1.5 Proses Kuring

Kuvet dimasukkkan ke dalam unit kuring, mula-mula suhu dan waktu kuring diatur yakni 70 ˚C selama 90 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikkan menjadi 100 ˚C selama 30 menit, setelah itu dibiarkan sampai dingin pada suhu kamar.

3.6.1.6 Penyelesaian Akhir

Sampel dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan fraser bur. Sampel kemudian dihaluskan salah satu permukaannya dengan kertas pasir ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200 grit yang dipasangkan pada rotary ginder dengan air mengalir masing-masing selama 5 menit dengan kecepatan 500 rpm.

3.6.1.7 Pemolesan

• Pemolesan dilakukan dengan brush wheel hitam pada permukaan sampel yang

telah dioleskan bubuk pumis dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit hingga mengkilat • Sampel dikilatkan lagi dengan brush wheel putih yang telah dipasangkan pada

mesin poles dan diolesi bubuk pumis dengan kecepatan putaran 500 rpm selama 5 menit

3.6.2Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum Pembersihan dengan Energi Microwave

a. Setelah pemolesan selesai, sampel dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu: kelompok A, B, C, D, dan E kemudian sampel diukur kekasaran permukaannya dengan alat

(11)

b. Sampel yang telah dipoles diletakkan di atas meja sejajar alat profile meter dan alat

profile meter diaktifkan.

c. Pengukuran pada permukaan sampel yang dipoles dilakukan sebanyak dua kali. Pengukuran pertama dimulai dari salah satu tepi permukaan sampel yang telah ditandai dengan spidol. Kemudian, alat profile meter dijalankan dan membentuk suatu garis lurus melewati titik tengah sampel. Hasil pengukuran pertama dicatat, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kedua. Sampel diputar 90˚dan alat profile meter dijalankan sehingga garis pengukuran kedua tegak lurus dengan garis pengukuran pertama. Hasil pengukuran kedua dicatat dan rata-rata dari kedua hasil pengukuran dihitung dan dicatat dalam satuan µm. (Gambar 6)

Gambar 6 : Pengukuran kekasaran permukaan sampel resin akrilik

polimerisasi panas

3.6.3 Pembersihan Sampel dengan Energi Microwave

a. Sampel direndam dalam air selama 24 jam sebelum dilakukan penelitian untuk mengurangi monomer sisa yang terjadi selama proses polimerisasi.45

(12)

1. kelompok A sampel yang dibersihkan selama 2 menit dalam microwave(Gambar 7) 2. kelompok B sampel yang dibersihkan selama 4 menit dalam microwave

3. kelompok C sampel yang dibersihkan selama 6 menit dalam microwave

4. kelompok D sampel yang dibersihkan selama 8 menit dalam microwave

5. kelompok E kontrol (sampel yang tidak dibersihkan)

Gambar 7. Sampel kelompok A- yang dibersihkan selama 2 menit

dalam microwave

c. Sampel dari kelompok A direndam dalam gelas beker berisi 200 ml air dan dimasukkan ke dalam microwave selama 2 menit dengan daya microwave 650 Watt. Setelah itu, gelas beker dikeluarkan dari microwave dan dibiarkan dingin sampai mencapai suhu kamar. Suhu air di dalam gelas beker diukur dengan menggunakan termometer. Sampel dikeluarkan dengan menggunakan pinset dan dikeringkan. Kemudian sampel diukur kekasaran permukaannya dengan alat profile meter

d. Hal yang sama dilakukan pada kelompok lain dengan lama 4 menit, 6 menit, 8 menit

(13)

3.6.4 Pengukuran Kekasaran Permukaan Setelah Pembersihan dengan Energi Microwave

Prosedur pengukuran kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi

microwave dilakukan sama dengan pengukuran sebelum pembersihan dengan energi

microwave.

3.6.5 Penentuan Perbedaan Kekasaran Permukaan

Penentuan perbedaan kekasaran permukaan (ΔRa) diperoleh dari selisih antara nilai

kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi microwave dan nilai kekasaran permukaan sebelum pembersihan dengan energi microwave.

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

• Uji t-paired (uji t berpasangan) untuk mengetahui perbedaan nilai kekasaran

permukaan sebelum dan setelah menggunakan metode pembersihan dengan energi

microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol.

• Analisis Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh lama pembersihan dengan

energi microwave terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol.

(14)

signifikan antara lama pembersihan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

Nilai kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran pertama dan kedua dari setiap sampel kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok D, dan kelompok E yang diukur dengan menggunakan alat profile meter. Nilai kekasaran permukaan sebelum pembersihan dengan energi microwave terbesar bagi kelompok A adalah 0,240 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm, sedangkan nilai terbesar bagi kelompok B adalah 0,290 µm dan nilai terkecil adalah 0,150 µm, nilai terbesar bagi kelompok C adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,120 µm, nilai terbesar bagi kelompok D adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,180 µm. Nilai terbesar bagi kelompok E adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm.

(15)

nilai terbesar bagi kelompok B (4 menit) adalah 0,330 µm dan nilai terkecil adalah 0,200 µm, nilai terbesar bagi kelompok C (6 menit) adalah 0,340 µm dan nilai terkecil adalah 0,220 µm, nilai terbesar bagi kelompok D (8 menit) adalah 0,380 µm dan nilai terkecil adalah 0,300 µm. Nilai terbesar bagi kelompok E (kontrol) adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,140 µm. (Tabel 1)

Tabel 1. NILAI KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SEBELUM DAN SETELAH PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE KELOMPOK A, B, C, D, DAN E

Sampel

Kekasaran Permukaan Sebelum dan Setelah Pembersihan (µm) Kelompok E (Kontrol) Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah I II

4.2 Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

(16)

Dari (Tabel 2) dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik pada kelompok B (4 menit) menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave. Hasil dari uji statistik pada kelompok C (6 menit) menunjukkan bahwa p = 0,009 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave.

Dari (Tabel 2) dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik pada kelompok D (8 menit) menunjukkan bahwa p = 0,010 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave. Hasil dari uji statistik pada kelompok E (kontrol) menunjukkan bahwa p = 0,178 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok E (kontrol).

(17)

* = Beda signifikan

4.3 Pengaruh Lama Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

Dari (Tabel 3) dapat terlihat bahwa rerata dan simpangan baku untuk resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave dalam 2 menit (kelompok A) adalah 0,012 ± 0,011 µm, untuk resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave selama 4 menit (kelompok B) adalah 0,042 ± 0,004 µm, untuk resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave selama 6 menit (kelompok C) adalah 0,078 ± 0,036 µm, untuk resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave selama 8 menit (kelompok D) adalah 0,082 ± 0,040 µm, dan nilai rerata dan simpangan baku pada kelompok kontrol (kelompok E) adalah 0,004 ± 0,005 µm.

Perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan analisis statistik Anova satu arah. Dari hasil uji statistik Anova satu arah terlihat bahwa p = 0,000 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama pembersihan dengan energi terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 3. PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE

(18)

Kelompok

Kekasaran permukaan

P

N X± SD

A 5 0,012 ± 0,011

0,000*

B 5 0,042 ± 0,004

C 5 0,078 ± 0,036

D 5 0,082 ± 0,040

E 5 0,004 ± 0,005

* = Pengaruh signifikan

4.4 Perbedaan antara Lama Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Menggunakan Uji Least Significance Difference (LSD)

Untuk memastikan perbedaan antara lama pembersihan dengan energi microwave

dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat pada (Tabel 4).

(19)

Tabel 4. PERBEDAAN ANTARA LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI

MICROWAVE DALAM 2, 4, 6, 8 MENIT, DAN KONTROL TERHADAP

KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN UJI LEAST SIGNIFICANCE

DIFFERENCE (LSD)

(20)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Dalam penelitian eksperimental laboratoris, peneliti melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh atau suatu gejala yang timbul akibat manipulasi tertentu.46 Penelitian ini menyelidiki pengaruh dari suatu perlakuan terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.47

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

(21)

permukaan resin akrilik polimerisasi panas dari tiap kelompok lebih besar dari 0,2µm sehingga kurang ideal, hal ini mungkin disebabkan adanya porositas pada permukaan sampel resin akrilik akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi dan temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Adanya porositas pada basis gigitiruan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan, estetis, dan kebersihan basis gigitiruan.28

Nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave dalam 8 menit (0,328 µm) lebih besar daripada nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave

dalam 2 menit (0,202 µm), nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave dalam 4 menit (0,254 µm), nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave

dalam 6 menit (0,292 µm), dan nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang tidak dibersihkan dengan energi microwave kontrol (0,202 µm). Hal ini menunjukkan kekasaran permukaan yang terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave meningkat bila waktu pembersihan lebih lama dalam 8 menit lebih besar daripada kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6 menit, dan kontrol.

(22)

0,152 µm.8 Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan merek resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan dalam penelitian, perbedaan alat yang digunakan untuk penyelesaian akhir, dan daya energi microwave pada penelitian tersebut.

5.2.2 Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

Nilai kekasaran permukaan terbesar terdapat pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas sebelum dibersihkan dengan energi microwave adalah 0,300 µm dan yang terkecil adalah 0,120 µm sedangkan nilai kekasaran permukaan terbesar terdapat pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas setelah dibersihkan dengan energi microwave adalah 0,380 µm dan yang terkecil adalah 0,130 µm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok resin akrilik polimerisasi panas setelah dibersihkan dengan energi microwave memiliki permukaan yang lebih kasar daripada kelompok resin akrilik polimerisasi panas sebelum dibersihkan dengan energi microwave. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti bahwa kekasaran permukaan basis gigitiruan yang dibersihkan dengan energi microwave meningkat merupakan salah satu kekurangan dari penggunaan energi microwave sebagai alternatif pembersihan gigitiruan.8,15

(23)

Dari tabel 3 dapat dilihat nilai rerata dan simpangan baku kelompok D (0,082 ± 0,040) lebih tinggi daripada nilai rerata dan simpangan baku kelompok C (0,078 ± 0,036), nilai rerata dan simpangan baku kelompok B (0,042 ± 0,004), dan nilai rerata dan simpangan baku kelompok A (0,012 ± 0,011). Hal ini disebabkan oleh faktor lama pembersihan dengan energi microwave. Dari uji Anova satu arah terlihat bahwa p = 0,000 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Campos, dkk (2009) yang menemukan bahwa kekasaran permukaan meningkat setelah pembersihan dengan energi microwave 690 Watt dalam 6 menit. Metode pemolesan pada penelitian ini adalah menggunakan silicon carbide paper yang dilakukan di dalam polishing machine dalam 10 menit dengan sampel resin akrilik berbentuk batang ukuran 10x10x2 mm.

Permukaan yang kasar dari implan, gigitiruan cekat, dan gigitiruan akan memudahkan terjadinya akumulasi dan retensi plak daripada permukaan yang halus.18 Walaupun demikian, beberapa penulis menyatakan bahwa untuk resin akrilik dengan kekasaran permukaan sekitar 0,2 µm dapat diabaikan, karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang dapat bertindak sebagai antibakterial pada mikroorganisme yang berada pada permukaan resin akrilik.30

(24)

yang menimbulkan panas. Suhu air yang tinggi dan pergerakan molekul-molekul yang lebih cepat dan kuat mendorong proses difusi air ke dalam resin akrilik bertambah banyak mengakibatkan terganggunya struktur permukaan akrilik dan terjadi modifikasi sifat-sifat permukaan resin akrilik.10,16

5.2.4 Perbedaan antara Lama Pembersihan dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol terhadap Kekasaran

Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Menggunakan Uji Least Significance Difference (LSD)

Pada tabel 4 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok A dengan kelompok C dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok A dengan kelompok D dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok C dengan p = 0,034 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok D dengan p = 0,020 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok E dengan p = 0,026 (p < 0,05), kelompok C dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok D dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05), kecuali kelompok A dengan kelompok B, kelompok A dengan kelompok E, dan kelompok C dengan kelompok D. Hasil penelitian sama dengan penelitian Sartori, dkk (2006) yang pembersihan resin akrilik dengan energi

microwave 690 Watt dalam 6 menit. Pada penelitian tersebut disimpulkan ada

(25)

struktur rantai-rantai dari polimer yang menyebabkan distorsi pada basis gigitiruan resin akrilik.8

Novais, dkk (2009) menyatakan bahwa terjadi porositas pada permukaan empat resin akrilik swapolimerisasi dan satu resin akrilik polimerisasi panas, setelah dua sampai tujuh kali siklus pembersihan dengan energi microwave 650 Watt dalam 6 menit.15 Menurut Silvia, dkk (2006) bahwa pembersihan dengan energi microwave

daya 650 Watt dalam 6 menit dapat mensterilkan gigitiruan penuh secara menyeluruh dari yang terkontaminasi Staphilococcus aureus, Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Bacillus subtilis.13 Lama pembersihan gigitiruan yang ideal tanpa menyebabkan perubahan kekasaran permukaan adalah dalam 2 menit. Namun pada tabel 4 ditemukan bahwa kelompok pembersihan gigitiruan dalam 2 menit terhadap 4 menit tidak memiliki perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan sehingga lama pembersihan gigitiruan dalam 4 menit masih dapat ditolerir. Pembersihan gigitiruan dalam 6 dan 8 menit tidak disarankan karena dapat menyebabkan perubahan kekasaran permukaan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Pada penelitian ini banyak variabel yang dikendalikan untuk mendapatkan sampel yang homogen tetapi terdapat hal-hal yang di luar kemampuan peneliti antara lain terdapat kesulitan untuk mempertahankan sampel pada permukaan alat rotary

grinder mengakibatkan setiap sampel dalam satu kelompok yang sama memiliki

(26)

yang digunakan adalah profile meter yang memiliki beberapa keterbatasan. Hal-hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap hasil penelitian yang didapatkan.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, disimpulkan bahwa : a. Nilai kekasaran permukaan sebelum pembersihan dengan energi

microwave terbesar bagi kelompok A adalah 0,240 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm, nilai terbesar bagi kelompok B adalah 0,290 µm dan nilai terkecil adalah 0,150 µm, nilai terbesar bagi kelompok C adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,120 µm, nilai terbesar bagi kelompok D adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,180 µm, nilai terbesar bagi kelompok E adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm dan nilai kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi microwave

(27)

b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah menggunakan metode pembersihan dengan energi microwave (p = 0,000), oleh karena itu penggunaan energi microwave perlu diperhatikan untuk menjaga ketahanan basis gigitiruan dan penting dalam memberikan instruksi pembersihan gigitiruan dengan energi

microwave kepada pasien.

c. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada p = 0,000 (p < 0,05) :

- Kelompok A dengan kelompok C dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok A dengan kelompok D dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok B dengan kelompok C dengan p = 0,034 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok B dengan kelompok D dengan p = 0,020 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok B dengan kelompok E dengan p = 0,026 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok C dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

(28)

adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok A dengan kelompok B dengan p = 0,072 (p < 0,05) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok A dengan kelompok E dengan p = 0,618 (p < 0,05) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.

- Kelompok C dengan kelompok D dengan p = 0,802 (p < 0,05) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.

6.2 Saran

a. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh kekasaran permukaan terhadap kekuatan dan ketahanan basis gigitiruan.

b. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui nilai kekasaran permukaan yang didapatkan dengan waktu dan daya microwave yang berbeda.

Gambar

Gambar 5 : Penanaman model induk
Gambar 7. Sampel kelompok A-
Tabel 2.  PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN
Tabel 4. PERBEDAAN     ANTARA    LAMA    PEMBERSIHAN    DENGAN   ENERGI     MICROWAVE DALAM 2, 4, 6, 8 MENIT, DAN KONTROL TERHADAP   KEKASARAN  PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN UJI LEAST SIGNIFICANCE DIFFERENCE (LSD)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dapat diperoleh kesimpulan bahwa penambahan bekatul pada setiap perlakuan terhadap berat medium berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan bekatul

Instrumen penelitian merupakan alat pengukur data yang disusun dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai, baik data yang kualitatif maupun data kuntitatif

Dari penerapan metode FAHP diperoleh bahwa bobot variabel aliran bahan memiliki nilai tertinggi yaitu 0,4051, variabel peralatan sebesar 0,3173, dan variabel operator

Selain hal itu UPPK juga membutuhkan suatu sistem yang mampu menganalisa kebutuhan peralatan/barang berdasar permintaan customer serta analisa kinerja yang telah dilakukan..

Penambahan jadwal kegiatan dilakukan dengan mengklik button tambah pada Gambar 13. Setelah button diklik akan tampil form tabel pegawai seperti yang ditunjukkan

Adapun peranan yang dilakukan oleh Aparatur untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan Jati Mekar kecamatan Kendari Kota Kendari untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan,

Pada Penelitian di Piket Nol Pronojiwo Lumajang ditemukan banyak variasi paku yaitu 3 kelas yang memiliki 31 jenis, hal ini karena Piket Nol Pronojiwo Lumajang

[r]