PENGARUH MINUMAN TEH TERHADAP STABILITAS WARNA
BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI
PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
SRI FAJARNI SALIYASMAN NIM: 060600139
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2010
Sri Fajarni
Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik
xii + 66 halaman
Stabilitas warna merupakan salah satu dari sifat basis gigitiruan yang sangat
dititikberatkan dalam mencapai nilai estetik yang baik. Kebiasaan meminum teh pada
pemakai gigitiruan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigitiruan maupun basis gigitiruan itu sendiri. Suatu basis gigitiruan dapat
menyerap cairan berwarna dan menimbulkan stain dan akhirnya memberi kesan pada
stabilitas warna dan nilai estetik basis gigitiruan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.
Rancangan penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris. Penelitian ini
dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik dengan
ukuran diameter 20 mm dan ketebalan 2 mm (ISO 1567). Jumlah total sampel sebanyak
24 yang terdiri dari 12 sampel resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah
direndam dalam minuman teh dan 12 sampel nilon termoplastik sebelum dan sesudah
direndam dalam minuman teh. Perendaman dilakukan selama 2 hari pada suhu 37 ºC di
dalam minuman teh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat FTIR
mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang gelombang cahaya pada
sampel resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah direndam dalam minuman
teh adalah 3439,90 ± 0,99151 cm-1 dan 3439,70 ± 0,79761 cm-1. Pada sampel nilon termoplastik sebelum dan sesudah direndam dalam minuman teh adalah 3314,60 ±
6,75688 cm-1 dan 3307,40 ± 0,66499 cm-1. Dari uji-t berpasangan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan p=0,6030 (p>0,05) yaitu tidak ada pengaruh
minuman teh secara signifikan terhadap stabilitas warna sedangkan pada sampel nilon
termoplastik menunjukkan p=0,0490 (p<0,05) yaitu ada pengaruh minuman teh secara
signifikan terhadap stabilitas warna. Dari uji-t independen diperoleh ada perbedaan
signifikan p=0,0001 (p<0,05) terhadap stabilitas warna antara bahan basis gititiruan
resin akrilik polimerisasi panas dan basis gigitiruan nilon termoplastik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
stabilitas warna bahan basis gigitiruan nilon termoplastik adalah kurang baik
dibandingkan dengan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sehingga
perlu diinformasikan terlebih dahulu kepada pemakai gigitiruan berbasis nilon
termoplastik bahwa basis gigitiruan tersebut dapat mengalami perubahan warna setelah
pemakaian dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun.
PENGARUH MINUMAN TEH TERHADAP STABILITAS WARNA
BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI
PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
SRI FAJARNI SALIYASMAN NIM: 060600139
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 27 April 2010
Pembimbing Tanda Tangan
1. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes.,Sp.Pros.(K) ... NIP : 19540504 198003 2001
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 27 April 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Eddy Dahar,drg.,M.Kes
ANGGOTA : 1. Prof. Haslinda Z. Tamin,drg., M.Kes., Sp.Pros(K)
2. Siti Wahyuni, drg
3. Dwi T. Putranti, drg., MS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH S.W.T atas karunia, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Shalawat beriring salam penulis
sampaikan keharibaan Rasulullah S.A.W yang telah membawa umat manusia dari
alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta yaitu ayah (Saliyasman Bin Harun) dan ibu (Yusnimar Binti Basri)
yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat
dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada abang penulis yaitu Yuska Ujian Syah, Mahdarnisah, adik
penulis Zulfikrisah, Siti Hajarni dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K) selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku pembimbing
utama penulis dalam penulisan skripsi ini dan sekaligus koordinator skripsi yang telah
memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga
selesai.
3. Siti Wahyuni, drg. selaku pembimbing kedua penulis yang telah rela
meluangkan waktu untuk membimbing dan turut serta selama penelitian berlangsung.
4. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku penasehat akademik dan
Ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU atas motivasi dan bantuan yang
diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Eddy Dahar, drg., M.Kes., selaku ketua tim penguji, Dwi T. Putranti, drg.,
MS., dan Ariyani, drg. sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG-USU terutama di Departemen
Prostodonsia atas masukan dan bimbingan yang bermanfaat.
7. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental
FKG-USU yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan
dukungan kepada penulis.
8. Prof. Dr. Harry Agusnar, drs., M.Sc., M.Phil selaku Kepala Bagian
Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU atas bantuannya selama penulis
melaksanakan penelitian.
9. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes., selaku Pembantu Dekan I FKM, atas
bantuannya dalam analisis statistik.
10. Gusti Rahmata CK, S.Si., atas bantuannya selama penulis melaksanakan
11. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen
Prostodonsia yaitu Trisna, Stefen, Hidayah, Rifka, Rianna, Saniah, Aiman, Faiz atas
dukungannya semoga tetap semangat dan tidak bosan mengerjakan skripsi.
12. Teman-teman terbaik penulis terutama Is, Kamarol, Shikin, Mazni,
Shazrin, Nisha, Sara, Farah, Zul, Qurot, Hidir, Rezduan, Safiah, Nurin, Nadia, Nina
atas bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka dan
teman-teman seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga segala kebaikan yang pernah mereka berikan kepada penulis
mendapat imbalan yang setimpal dari ALLAH S.W.T.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan bagi
FKG-USU.
Medan, 27 April 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………..……….
HALAMAN PERSETUJUAN………..…...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..…………..
KATA PENGANTAR………..………... iv
DAFTAR ISI………..……….……...………….. vii
DAFTAR TABEL………... x
DAFTAR GAMBAR………... xi
DAFTAR LAMPIRAN………..……….. xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1.2 Permasalahan ……….. 1.3 Rumusan Masalah …………..……….... 1.4 Hipotesis Penelitian ... 1.5 Tujuan Penelitian ... 1.6 Manfaat Penelitian ... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin... 6
2.1.1 Klasifikasi Resin Berdasarkan Sifat Termal... 7
2.1.1.1 Termoplastik... 2.1.1.2 Termoset... 7 7 2.1.2 Sifat Ideal Basis Gigitiruan Resin... 2.1.3 Kegunaan Resin... 2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan Cara Pembuatan... 8 2.2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
11 12 12 2.2.3.1 Komposisi... 2.2.3.2 Reaksi Polimerisasi...
2.2.3.3 Manipulasi......
2.2.3.4 Sifat-Sifat... 2.2.3.5 Keuntungan dan Kerugian...
13 2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna... 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 30
3.2 Sampel dan Besar Sampel... 30
3.2.1 Sampel Penelitian... 3.2.2 Besar Sampel Penelitian... 30 3.3.1.3 Variabel Terkendali... 31 31 31 3.3.2 Definisi Operasional... 32
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 34
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel………. 34
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel………...………… 35
3.4.3 Waktu Penelitian………. 35
3.5 Alat dan Bahan Penelitian……… 35
3.5.1 Alat Penelitian………..………... 35
3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan dan Merendam Sampel……….. 3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel… 35 37 3.5.2 Bahan Penelitian ………...……….. 37
3.6 Cara Penelitian………. 38
3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian……… 38
3.6.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ………... 3.6.1.2 Nilon Termoplastik………. 38 41 3.6.2 Penyelesaian Akhir dan Pemolesan……… 44
3.6.3 Perendaman Sampel pada Bahan Minuman………... 45
3.7 Analisis Data………. 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ………. 4.2 Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis
Gigitiruan Nilon Termoplastik ……….
4.3 Perbedaan Stabilitas Warna antara Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon
Termoplastik………....
47
48
50
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian ………. 52
5.2 Hasil Penelitian……… 52
5.2.1 Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas………. 52
5.2.2 Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik ……… 55 5.2.3 Perbedaan Stabilitas Warna antara Bahan Basis
Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon
Termoplastik ………. 56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan……….. 59
6.2 Saran……… 59
DAFTAR RUJUKAN……….. 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Nilai Panjang Gelombang Cahaya Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Sebelum (Kelompok A) dan Sesudah (Kelompok B) Direndam dalam
Minuman Teh ... 47
2 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Panjang Gelombang Cahaya Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum (Kelompok A) dan Sesudah (Kelompok B) Direndam dalam Minuman Teh ... 48
3 Nilai Panjang Gelombang Cahaya Nilon Termoplastik Sebelum (Kelompok
C) dan Sesudah (Kelompok D) Direndam dalam Minuman Teh... ... 49
4 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Panjang Gelombang Cahaya Nilon
Termoplastik Sebelum (Kelompok C) dan Sesudah (Kelompok D) Direndam dalam Minuman Teh ... 50
5 Perbedaan Panjang Gelombang Cahaya antara Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik Sebelum Direndam dalam Minuman Teh ... 50
6 Perbedaan Panjang Gelombang Cahaya antara Bahan Basis Gigitiruan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
7 Perbedaan antara Termoplastik dan Termoset... 8
8 Segmen 1 hingga 4 Merupakan Ilustrasi Pengulangan ’mer’ Metil Metakrilat di dalam Rantaian Polimer... 11
9 Reaksi antara 2 Asam Amino (Monomer) untuk Menghasilkan Rantai Panjang (Polimer)... 18
10 Colorimeter ... 23
11 Spectrophotometer ... 23
12 Sampel ... 30
13 Alat FTIR Spectrophotometer (Perkin Elmer, Europe) ... 37
14 Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 40
15 Unit Kuring (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) ... 40
16 Penanaman Model pada Kuvet Bawah ... 41
17 Pemasangan Spru ... 42
18 Proses Injeksi Bahan Nilon Termoplastik ke dalam Mould ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kerangka Konsep Skripsi
2 Kerangka Operasional Penelitian
3 Data Pengukuran Stabilitas Warna Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan
Nilon Termoplastik Sebelum dan Sesuda h Direndam dalam Minuman Teh pada
Kelompok A, B, C dan D
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2010
Sri Fajarni
Pengaruh Minuman Teh Terhadap Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik
xii + 66 halaman
Stabilitas warna merupakan salah satu dari sifat basis gigitiruan yang sangat
dititikberatkan dalam mencapai nilai estetik yang baik. Kebiasaan meminum teh pada
pemakai gigitiruan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigitiruan maupun basis gigitiruan itu sendiri. Suatu basis gigitiruan dapat
menyerap cairan berwarna dan menimbulkan stain dan akhirnya memberi kesan pada
stabilitas warna dan nilai estetik basis gigitiruan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.
Rancangan penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris. Penelitian ini
dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik dengan
ukuran diameter 20 mm dan ketebalan 2 mm (ISO 1567). Jumlah total sampel sebanyak
24 yang terdiri dari 12 sampel resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah
direndam dalam minuman teh dan 12 sampel nilon termoplastik sebelum dan sesudah
direndam dalam minuman teh. Perendaman dilakukan selama 2 hari pada suhu 37 ºC di
dalam minuman teh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat FTIR
mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang gelombang cahaya pada
sampel resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah direndam dalam minuman
teh adalah 3439,90 ± 0,99151 cm-1 dan 3439,70 ± 0,79761 cm-1. Pada sampel nilon termoplastik sebelum dan sesudah direndam dalam minuman teh adalah 3314,60 ±
6,75688 cm-1 dan 3307,40 ± 0,66499 cm-1. Dari uji-t berpasangan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan p=0,6030 (p>0,05) yaitu tidak ada pengaruh
minuman teh secara signifikan terhadap stabilitas warna sedangkan pada sampel nilon
termoplastik menunjukkan p=0,0490 (p<0,05) yaitu ada pengaruh minuman teh secara
signifikan terhadap stabilitas warna. Dari uji-t independen diperoleh ada perbedaan
signifikan p=0,0001 (p<0,05) terhadap stabilitas warna antara bahan basis gititiruan
resin akrilik polimerisasi panas dan basis gigitiruan nilon termoplastik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
stabilitas warna bahan basis gigitiruan nilon termoplastik adalah kurang baik
dibandingkan dengan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sehingga
perlu diinformasikan terlebih dahulu kepada pemakai gigitiruan berbasis nilon
termoplastik bahwa basis gigitiruan tersebut dapat mengalami perubahan warna setelah
pemakaian dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan
lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan.1 Bahan basis gigitiruan yang ideal harus memiliki beberapa ciri-ciri fisikal yang sesuai. Beberapa ciri-cirinya antara lain
biokompatibilitas, estetik yang baik, kekuatan ikatan yang tinggi pada anasir
gigitiruan, radiopak dan mudah diperbaiki. Basis gigitiruan harus cukup kuat agar
dapat berfungsi pada beban pengunyahan secara maksimal.2
Sulit untuk mengklasifikasikan resin, oleh karena itu resin diklasifikasikan
berdasarkan sifat termal yaitu termoplastik dan termoset. Resin termoplastik terdiri
dari selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, nilon termoplastik dan polystyrene.
Resin termoset terdiri dari vulkanit, resin akrilik dan fenol formaldehid.3-6
Resin akrilik dapat dibagi atas 3 jenis yaitu resin akrilik polimerisasi panas,
polimerisasi sinar dan swapolimerisasi.1,3 Bahan basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis polimerisasi panas. Bahan ini dipakai
karena memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik
yang baik, mudah dimanipulasi, mudah diperbaiki dan perubahan dimensinya kecil.
Kekurangan dari resin akrilik adalah mudah patah bila jatuh dan kelemahan ini
diperbaiki dengan kemunculan bahan baru yaitu nilon termoplastik yang lebih
Bahan termoplastik untuk gigitiruan pertama kali diperkenalkan pada
kedokteran gigi sekitar tahun 1950. Penggunaan bahan seperti nilon dalam pembuatan
alat-alat kedokteran gigi adalah sebagai suatu kemajuan dalam bahan kedokteran gigi.
Bahan ini umumnya menggantikan logam dan bahan gigitiruan resin akrilik warna
merah muda yang digunakan untuk membuat rangka gigitiruan sebagian lepasan
standar.9
Nilon termoplastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan sistem resin
konvensional bubuk atau cairan. Bahan ini memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang
lebih unggul, estetik yang sangat baik dan biokompatibel.9 Disamping itu bahan
termoplastik hampir tidak memiliki porositas yang mengurangi pembentukan materi
biologis, bau dan stain serta menunjukkan stabilitas dimensi dan warna yang lebih
baik.9,10 Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marina Utami yang mengatakan bahwa basis nilon termoplastik memiliki porositas yang tinggi dibanding
basis resin akrilik.11
Stabilitas warna merupakan karakteristik klinik yang sangat penting pada
bahan restorasi gigi dan bahan basis gigitiruan.12 Diskolorisasi basis gigitiruan
disebabkan oleh dua faktor yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah
perubahan kimia pada bahan itu sendiri yaitu proses polimerisasi tidak sempurna
sedangkan faktor ekstrinsik adalah stain akibat adsorpsi atau absorpsi bahan pewarna
dari sumber-sumber eksogen seperti kopi, teh, nikotin, minuman ringan dan larutan
kumur.12-14 Kedua faktor ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia-fisik pada bahan
resin. Ikatan kimia-fisik yang terjadi adalah absorbsi atau penyerapan perlekatan
bagian dalam melalui porositas. 15 Konsentrasi dan lama paparan bahan stain dalam
minuman dapat mempengaruhi pigmentasi resin.16 Selain itu nilai perubahan warna bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya adalah kebersihan mulut,
penyerapan air dan proses polimerisasi yang tidak sempurna.13
Teh merupakan salah satu minuman yang paling popular di dunia dan
posisinya berada pada urutan kedua setelah air. Bagi sebagian besar orang Indonesia,
teh bukanlah sesuatu yang asing karena telah menjadi bagian dari budayanya.17 Teh yang lebih sering dikonsumsi adalah dari jenis teh hitam. Teh hitam diproduksi oleh
lebih dari 75% negara di dunia, sedangkan teh hijau diproduksi kurang lebih 25%
negara di dunia. Proses pembuatan teh hitam adalah melalui proses fermentasi. Teh
diminum bukan saja hanya karena aromanya yang menarik tetapi khasiat yang
terdapat di dalam teh itu sendiri.18-20 Pada tahun 2003, Yu-lin Lai telah melakukan penelitian mengenai stabilitas warna pada empat bahan polimer terhadap bahan
minuman dan hasilnya menunjukkan larutan teh menghasilkan tingkat diskolorisasi
yang tinggi pada bahan nilon.12
1.2 Permasalahan
Stabilitas warna merupakan salah satu sifat yang sangat dititikberatkan dalam
mencapai nilai estetik yang baik. Para ahli Kedokteran Gigi telah memberikan
perhatian terhadap perkembangan estetik dibidang Kedokteran Gigi karena pemakai
gigitiruan tidak hanya menginginkan kenyamanan ketika menggunakan gigitiruan
tetapi juga keinginan memperoleh penampilan yang alami. Pemakaian gigitiruan
perubahan warna pada gigitiruan maupun basis gigitiruan yang akhirnya
mempengaruhi penampilan pemakai gigitiruan. Berbagai literatur menyatakan bahwa
kedua bahan ini mempunyai stabilitas warna yang baik, sedangkan Mathew dan
Smith (1955) mengatakan bahwa bahan nilon termoplastik ini menarik stain dan
menyerap air yang tinggi dibandingkan dengan resin akrilik.12 Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya perubahan warna pada nilon sangat tinggi.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Apakah ada pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
2. Apakah ada pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis
gigitiruan nilon termoplastik
3. Apakah ada perbedaan signifikan terhadap stabilitas warna antara bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Ada pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis
gigitiruan resin akrilikpolimerisasi panas
2. Ada pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan basis
3. Ada perbedaan signifikan terhadap stabilitas warna antara bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
2. Untuk mengetahui pengaruh minuman teh terhadap stabilitas warna bahan
basis gigitiruan nilon termoplastik
3. Untuk mengetahui perbedaan stabilitas warna antara bahan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi pada pemakai gigitiruan berbasis nilon
termoplastik bahwa estetik untuk stabilitas warnanya akan berkurang setelah
pemakaian dalam jangka waktu yang lama
2. Sebagai usaha untuk dapat memperbaiki kelemahan sifat bahan
kedokteran gigi
3. Sebagai usaha untuk dapat menghasilkan bahan basis gigitiruan yang
lebih baik
4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin
Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di
antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan bermacam polimer
lainnya.3,12 Sebelum tahun 1937, bahan basis gigitiruan yang digunakan adalah vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, plastik vinil dan porselen.3,12 Penggunaan vulkanit dalam kedokteran gigi mengandung karet dengan 32% sulfur dan oksida
logam untuk pigmen warna.3,4 Kelebihan bahan ini adalah tidak toksik dan tidak iritasi, akan tetapi vulkanit menyerap saliva dan menjadikannya tidak higienis.
Nitroselulosa dan fenol formaldehid mempunyai kelemahan yaitu stabilitas warna
jelek. Porselen mempunyai kelemahan sangat sulit dalam pembuatan dan mudah
pecah.3
Pada tahun 1937, resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah
diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya.12 Resin akrilik
memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan
gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan
perubahan dimensi kecil.8
Basis gigitiruan fleksibel diperkenalkan oleh Arpad dan Tibor Nagy sekitar
tahun 1950.21 Basis ini dibuat dengan bahan yang bebas monomer dan memiliki
banyak keuntungan dibanding bahan basis konvensional sehingga lebih estetik, lebih
2.1.1 Klasifikasi Resin Berdasarkan Sifat Termal
Resin sulit diklasifikasikan, oleh karena itu diklasifikasikan berdasarkan sifat
termal yaitu termoplastik dan termoset : 3,5,6,23,24
2.1.1.1Termoplastik
Termoplastik adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia sewaktu
pembentukan yang hasil akhirnya adalah sama seperti asli kecuali bentuknya. Bahan
termoplastik dapat dilunakkan dan dibentuk berulang-ulang dengan cara pemanasan.
Termoplastik mengeras setelah mould, dan larut dalam larutan organik.3 Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon, polikarbonat, polieten dan polystyrene merupakan
contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai basis gigitiruan. Basis selulosa
digunakan sekitar tahun 1870 dan mempunyai kelemahan yaitu melengkung ketika
dipakai di dalam mulut, stain dan warna yang jelek. Resin vinil mempunyai ciri-ciri
yang diperlukan sebagai basis gigitiruan tetapi mempunyai tahap resistensi yang
rendah terhadap fatik dan menyebabkan terjadinya fraktur setelah pemakaian yang
lama.6
2.1.1.2 Termoset
Termoset adalah suatu bahan yang dalam pemrosesannya mengalami
perubahan kimia. Hasil akhirnya berbeda daripada bahan awalnya. Setelah proses
pembuatannya sempurna, bahan ini tidak dapat dilunakkan kembali kepada bentuk
lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk sekali saja melalui pemanasan. Nama lain
Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik adalah contoh thermo-hardening
yang digunakan sebagai basis gigitiruan. Vulkanit merupakan bahan yang menjadi
pilihan hampir seratus tahun. Walaupun banyak materi lain diperkenalkan tetapi
vulkanit masih digunakan sampai awal tahun 1930 dan pada saat diperkenalkan bahan
polimetilmetakrilat atau resin akrilik digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.
Fenol formaldehid juga dikenal sebagai bakelit, diaplikasikan secara universal
di dalam industri dan beberapa perubahan telah dilakukan untuk membentuk bakelit
sebagai basis gigitiruan. Walau bagaimanapun, bakelit menunjukkan kesulitan dalam
pemrosesan. Kelemahannya adalah kehilangan warna setelah beberapa lama dipakai
dalam mulut.6 (Gambar 1)
Gambar 1. Perbedaan antara termoplastik dan termoset5
2.1.2 Sifat Ideal Basis Gigitiruan Resin
Ada beberapa sifat ideal basis gigitiruan resin yaitu : 3,4,9,21,24
1. Tidak ada rasa, tidak ada bau, tidak toksik dan tidak iritasi pada jaringan
lunak mulut
3. Stabilitas dimensi yaitu tidak mengembang, mengecut dan melengkung
semasa pemrosesan serta semasa pemakaiannya
4. Kekuatan yang cukup tinggi yaitu tidak mudah patah atau pecah
5. Tidak larut dalam cairan mulut
6. Tipis dan ringan
7. Mudah dibuat dan direparasi
8. Biokompatibilitas yaitu bahan basis bebas monomer dan tidak ada reaksi
alergi
Namun belum dijumpai bahan resin yang memiliki seluruh sifat ini.
2.1.3 Kegunaan Resin
Kegunaan resin adalah : 3
1. Pembuatan basis gigitiruan
2. Resin akrilik cross-linked untuk gigitiruan
3. Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)
4. Peralatan ortodonsia dan pedodonsia
5. Mahkota dan jembatan (resin akrilik atau resin komposit)
6. Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)
7. Inlay dan post-core pattern
8. Dai lepasan
9. Pelindung mulut untuk atlet
10.Sendok cetak
2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan Cara Pembuatan
Bahan basis gigitiruan dibagi menjadi 2 teknik yaitu teknik compression
moulding dan teknik injection moulding12
1. Bahan basis gigitiruan menggunakan teknik compression moulding
Kebanyakan basis gigitiruan sebagian lepasan dibuat menggunakan teknik
compression moulding. Bahan ini mempunyai sifat-sifat fisis yang baik, mudah
digunakan dan harganya murah. Polimer dan monomer dicampur sehingga
membentuk dough stage dan ditekan ke dalam mould.12 Pemberian tekanan secara perlahan-lahan memungkinkan adonan resin mengalir merata ke dalam semua rongga
dalam kuvet. Kelebihan bahan kemudian dibuang. Pemberian tekanan dilanjutkan
sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat antara satu sama lain.25 Resin akrilik
konvesional polimerisasi panasadalah bahan yang menggunakan teknik compression
moulding.12
2. Bahan basis gigitiruan menggunakan teknik injection moulding
Selain teknik compression moulding yang biasa dilakukan, basis gigitiruan
juga dapat dibuat melalui teknik injection moulding. Bahan diisi ke dalam mould
melalui metode injeksi.9 Nilon merupakan bahan yang mengaplikasikan teknik ini. Tidak ada perbedaan sifat fisis antara teknik compression moulding dengan teknik
2.2 Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
2.2.1 Pengertian
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya.21
Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah
turunan asam akrilik, CH=CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrilik
CH2=C(CH3)COOH.3,21 (Gambar 2)
Setiap molekul metil metakrilat dianggap sebagai ‘mer’. Pada keadaan yang
sesuai, molekul metil metakrilat akan menyambung membentuk suatu rantai poli
(metilmetakrilat).8
H CH3 H CH3 H CH3 H CH3 H CH3
C = C C = C C = C C = C C = C
H C = O H C = O H C = O H C = O H C = O
O O O O O
CH3 CH3 CH3 CH3 CH3
Metil metakrilat Polimetilmetakrilat
Gambar 2. Segmen 1 hingga 4 merupakan ilustrasi pengulangan ‘mer’ metil metakrilat di dalam rantaian polimer.12
2.2.2 Jenis Resin Akrilik
Resin akrilik dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu resin akrilik polimerisasi
panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah
resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut
dengan menggunakan perendaman air dan oven gelombang mikro (microwave).
Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang
terlihat oleh mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang
menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses
polimerisasi basis gigitiruan. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi
benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk
sebagai hasil proses ini akan mengawali polimerisasi. 25
2.2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
2.2.3.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas : 3,12 1. Polimer
Polimer : butiran atau granul polimetalmetakrilat
Inisiator : benzoil peroksida
Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik
2. Monomer
Monomer : metil metakrilat
Agen Cross-linked : etilenglikol dimetilakrilat(1-2%)
Agen cross-linked dapat berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang
menyatukan 2 rantai polimer. Apabila etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan ke
dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu struktur
disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan
terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.3,21
2.2.3.2 Reaksi Polimerisasi
Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara
ringkas reaksinya seperti berikut :
Bubuk (polimer) + Cairan (monomer) + Panas (eksternal) Polimer + Panas
(reaksi).3
2.2.3.3 Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet
dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan
monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang
telah dicampur akan melewati empat tahap yaitu : 3,25
1. Tahap pertama: tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)
2. Tahap kedua: tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut
dalam monomer (sticky stage)
3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mould
(dough stage / gel stage)
Setelah pembuangan malam, adonan dimasukkan ke dalam mould gips.
Kuvet ditempatkan, di bawah tekanan, dalam water bath dengan waktu dan suhu
terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya
resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam
water bath dengan suhu konstan pada 70 ºC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan
perebusan akhir pada suhu 100 ºC selama 30 menit.12
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan
hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang
cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan
pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau
membengkoknya gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik
dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir
pemolesan biasanya menggunakan pumis di bawah air.3,21
2.2.3.4 Sifat-Sifat
Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas :1,3,7,12,21,25-28 1. Pengerutan
Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli
(metilmetakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3. Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan
volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan
2. Perubahan dimensi
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang
bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh
penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang
disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang
diakibatkan oleh penyerapan air.3,21
3. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik
panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal
yang rendah yaitu 0.0006 ( .28
4. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah
kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang
terdapat dalam rongga mulut.25
5. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika
ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek
yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air
sebesar 0.69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan
ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai
jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang
berlebihan bisa menyebabkan diskolorisasi. 25-28 6. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas
cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan
oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang
rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut.
Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen
polimer dan monomer.Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin
akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,
prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke
dalam mould yang tepat.1,25-28 7. Stabilitas warna
Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik.
Yu-lin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari
nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik
menunjukkan nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan
2.2.3.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah:29 1. Harga murah dan pembuatan mudah
2. Mudah direparasi/ modifikasi
3. Tidak larut dalam cairan mulut
4. Estetik sangat baik
5. Ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik
Kerugian resin akrilik polimerisasi panas adalah:29
1. Daya tahan fatik rendah
2. Konduktivitas rendah
3. Kekuatan fleksural rendah
2.3 Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik
2.3.1 Pengertian
Nilon adalah nama generik bagi keluarga polimer yang dikenal secara generik
sebagai poliamida dan ditemukan pertama kali pada tahun 1935 oleh Wallace
Carothers di DuPont.30 Poliamida ini dihasilkan oleh reaksi kondensasi antara diamina (2—NH2 grup) dan asam dibasik atau asam karboksilik (2—COOH grup).4,12
Asam amino sebagai monomer akan bereaksi bersama identical molecule untuk
Gambar 3. Reaksi antara 2 asam amino (monomer) untuk menghasilkan rantai panjang (polimer)31
Nilon mengandung ikatan linear (ikatan polimer tunggal) yang mengandung
hexamethylenadiamine dan asam karboksilik di dalam nilon termoplastik yang akan
membentuk ikatan poliamida yang panjang. Ikatan linear dalam nilon termoplastik ini
lebih lemah dibanding dengan ikatan polimer yang bercabang atau yang mempunyai
cross-link pada resin akrilik.11
Selain itu, nilon merupakan basis gigitiruan fleksibel yang memiliki sifat fisik
dan estetik yang khas. Gigitiruan ini memiliki derajat fleksibilitas dan stabilitas yang
sangat baik dan dapat dibuat lebih tipis dengan ketebalan tertentu yang telah
direkomendasikan sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah patah.9
2.3.2 Manipulasi
Nilon tidak dapat larut pada hampir semua kondisi. Hal ini karena nilon tidak
bisa membentuk adonan (dough) melalui teknik yang biasa tetapi bahan tersebut
harus diinjeksi ke dalam kuvet dengan tekanan. Teknik injection moulding ini
memerlukan peralatan yang khusus. Ruangan pada mould diisi dengan resin (nilon
termoplastik) di bawah tekanan menggunakan injektor. Pemasangan spru dilakukan
malam pada kedua sisi model, nilon dibentuk di dalam mould gips.21 Kemudian nilon
dilunakkan menggunakan furnace pada suhu 248,8-265,5 ºC. Nilon yang lunak
ditekan masuk menggunakan alat injektor.12,32
2.3.3 Sifat-Sifat
Sifat-sifat fisik basis gigitiruan nilon termoplastik adalah :8,9,11,12,25,28,33-35 1. Pengerutan
Pengerutan linear pada nilon sebesar 0.3-0.5 %. Pengerutan linear memberi
efek nyata pada adaptasi basis gigitiruan. Berdasarkan pada pengerutan volumetrik
sebesar 7 %, basis gigitiruan harus menunjukkan pengerutan linear kurang lebih
2 %.8,25
2. Perubahan dimensi
Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik
dibanding dengan teknik compression moulding. Garfunkel dan Anderson dkk (1988)
menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan perubahan dimensi pada
injection moulding lebih rendah daripada compression moulding.12 3. Penyerapan air
Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon. Hal ini
karena nilon termoplastik mempunyai serat yang menyerap air.12 Nilon termoplastik juga memiliki sifat hidroskopi yaitu kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul
air dari lingkungannya.11 Jenis nilon yang pertama memiliki nilai penyerapan air yang tinggi yaitu 8,5 %, kemudian dikembangkan jenis nilon yang ditambah glass
penambahan glass reinforced adalah untuk mengurangi sifat penyerapan air pada
nilon. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa
menyebabkan diskolorisasi.28,33-35 Mathews dan Smith (1955) menyatakan bahwa bahan ini mempunyai penyerapan air yang tinggi setelah pemakaian beberapa
minggu. 12
4. Porositas
Nilon hampir tidak memiliki porositas.9 Porositas pada nilon disebabkan masuknya udara selama proses injection moulding. Bila udara ini tidak dikeluarkan,
gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis gigitiruan.25
5. Stabilitas warna
Stabilitas warna adalah kemampuan dari suatu lapisan permukaan atau
pigmen untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan pemaparan dari lingkungan.
Yu-lin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dari empat bahan polimer dan
menemukan bahwa diskolorisasi nilon setelah perendaman dalam larutan kopi dan teh
lebih besar daripada resin akrilik.12
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan nilon termoplastik adalah :10,21
1. Tidak menggunakan cangkolan logam maupun kawat yang dapat terlihat di
permukaan gigi sehingga dapat meningkatkan estetik.
2. Tipis dan ringan tetapi sangat kuat sehingga tidak mudah patah dan
3. Biokompatibilitas tercapai karena bahan nilon termoplastik bebas monomer
dan logam, yang menjadi dasar penyebab reaksi alergi pada beberapa pasien serta
tidak bersifat toksik.
4. Tekanan hampir seluruhnya disalurkan ke gigi penyangga dan struktur
tulang dibawahnya.
5. Pasien bebas melakukan pergerakan selama pengunyahan karena
fleksibilitas gigitiruan yang tinggi sehingga meningkatkan kenyamanan.
6. Bahan yang translusen menggambarkan warna jaringan yang berada
dibawahnya sehingga gigitiruan hampir tidak terlihat.
7. Tidak berubah posisi akibat adanya air, stabil, tekstur tidak berubah dan
tidak kehilangan retensi dari gigi.
Kerugian nilon termoplastik adalah :21
1. Kesulitan dalam memperbaiki apabila terjadi kerusakan.
2. Pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium.
2.4 Stabilitas Warna
Stabilitas warna adalah kemampuan lapisan permukaan atau zat warna untuk
menolak degradasi karena kontak lingkungan.12 Warna merupakan salah satu sifat bahan restorasi gigi yang cukup penting. Suatu basis gigitiruan yang ideal seharusnya
memiliki warna yang mendekati warna alami jaringan lunak rongga mulut.1,28
Warna suatu benda tergantung pada panjang gelombang cahaya yang
dipantulkan atau yang diserap. Suatu benda yang translusen akan meneruskan berkas
2.4.1 Alat Pengukuran Warna
Suatu perubahan warna tidak dapat dideteksi oleh mata manusia karena
kemampuan mata manusia dalam menilai perubahan warna sangat variasi dan
terbatas. Beberapa instrumen ilmiah telah dicipta untuk mengukur intensitas cahaya
dan panjang gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer,
densitometer dan photometer.12,13,25 Spectrophotometer, densitometer dan photometer
sama pentingnya dengan colorimeter. Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap
cahaya yang digunakan dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari
suatu benda atau warna sampel dalam kaitannya dengan komponen merah, biru, dan
hijau cahaya yang dipantulkan dari objek atau sampel.36(Gambar 4)
Spectrophotometer terdiri dari 2 jenis pencahayaan yaitu UV spectrophotometer
dan IR spectrophotometer yang mana UV spectrophotometer menggunakan cahaya
ultra violet dan IR spectrophotometer menggunakan cahaya infrared.37 Pada penelitian ini digunakan alat FTIR spectrophotometer untuk mengukur besarnya
intensitas cahaya dan panjang gelombang cahaya yang diteruskan oleh suatu benda
menggunakan prinsip spektrum cahaya (Gambar 5).Kelebihan alat ini adalah dapat
mendeteksi perubahan panjang gelombang yang berlaku pada gugus fungsi kimia
Gambar 4. Colorimeter36
Prinsip pengukuran perubahan warna adalah dengan menggunakan perbedaan
panjang gelombang cahaya dengan satuan cm-1. Bila intensitas cahaya yang
diteruskan lebih banyak dari intensitas cahaya yang dipantulkan, maka nilai panjang
gelombang akan meningkat berarti warna makin terang dan stabilitas warna lebih
baik. Begitu juga sebaliknya, jika intensitas cahaya yang diteruskan makin berkurang,
maka nilai panjang gelombang akan menurun berarti warna menjadi lebih gelap dan
stabilitas warna lebih buruk.25
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna
Menurut Crispin dan Caputo (cited from Muetia R) perubahan warna dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :40
a. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau
pengolahannya.
b. Kemampuan penyerapan (permeabilitas) cairan pada bahan. Proses
absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung pada keadaan lingkungannya.
c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik
pengolahan yang mengakibatkan terjadinya porositas pada permukaannya sehingga
memudahkan penumpukan kotoran.
d. Lingkungan sekitar tempat gigitiruan di dalam mulut yang kurang baik.
Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan
minuman tersebut.
Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat
bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,
mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran
sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.
Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang
poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi
melalui proses difusi juga akan semakin banyak.41 Lama kontak antara bahan resin dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama
Selain itu, stabilitas warna dan kekasaran permukaan mempunyai hubungan
yang erat antara satu sama lain. Ini karena kekasaran permukaan akan mempengaruhi
retensi plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi. Makin kasar sesuatu
permukaan maka makin mudah akumulasi stain dan akhirnya menyebabkan
perubahan warna pada bahan restorasi.42
Bahan-bahan yang menyebabkan perubahan warna pada basis gigitiruan
antara lain zat atau bahan pewarna sintetis maupun alami yang bisa didapat dari
makanan dan minuman. Umumnya makanan atau minuman dapat memiliki warna
karena lima hal yaitu :43
a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, sebagai
contoh klorofil yang memberi warna hijau, karoten yang memberi warna jingga
sampai merah, dan mioglobin yang memberi warna merah pada daging.
b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan. Reaksi ini akan
memberikan warna cokelat sampai kehitaman, contohnya pada kembang gula
karamel, atau pada roti bakar.
c. Reaksi Maillard yaitu reaksi antara gugus amino protein dengan gugus
karbonil gula pereduksi, reaksi ini memberikan warna gelap misalnya pada susu
bubuk yang disimpan lama.
d. Reaksi senyawa organik dengan udara (oksidasi) yang menghasilkan warna
hitam, misalnya warna gelap atau hitam pada permukaan buah-buahan yang telah
dipotong dan dibiarkan di udara terbuka beberapa waktu. Reaksi ini dipercepat oleh
e. Penambahan zat warna, baik alami maupun sintetik. Zat warna sintetik
termasuk ke dalam zat adiktif atau bahan tambahan makanan yang penggunaannya
tidak bisa sembarangan.
2.5 Teh
Teh merupakan functional food mengingat khasiat dan potensi yang
terkandung di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber
zat gizi. Teh merupakan minuman sehat yang telah dikenal sejak sekitar 5000 tahun
yang lalu di negeri Cina. Teh merupakan tanaman daerah tropis dan subtropis yang
secara ilmiah dikenal dengan Camellia Sinensis.17
2.5.1 Jenis Teh
Terdapat empat jenis teh yang biasa dijual di pasaran yaitu teh hitam, teh
oolong, teh hijau dan teh putih. Lebih dari tigaperempat teh dunia diolah menjadi teh
hitam yang mana teh ini lebih digemari oleh orang Indonesia. Cara pengolahannya,
daun dijemur di bawah panas matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi
sebelum dikeringkan dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Perlakuan tersebut
akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberikan citarasa teh hitam
2.5.2 Komponen Teh
Terdapat banyak komponen aktif yang terkandung dalam daun teh yang
mempunyai hubungan erat terhadap kesehatan manusia. Komponen aktif yang
terkandung dalam teh, baik yang volatil maupun yang nonvolatil antara lain sebagai
berikut :17,45
1. Polifenol (10-25%)
2. Methylxanthines
3. Asam amino
4. Peptida
5. Tannic acids (9-20%)
6. Vitamin C (150-250 mg%)
7. Vitamin E (25-70 mg%)
8. Vitamin K (300-500 IU/g)
9. ß-karoten (13-20%)
10. Kalium (1795 mg%)
11. Magnesium (192 mg%)
12. Mangan (300-600 ug/ml)
13. Fluor (0,1-4,2 mg/L)
14. Zink (5,4 mg%)
15. Selenium (1,0-1,8 ppm%)
16. Tembaga (0,01 mg%)
17. Besi (33 mg%)
19. Kafein (45-50 mg%)
Teh bersifat asam, sesuai dengan penelitian oleh Joseph yang menyatakan
teh mempunyai nilai pH 3.5.16 Definisi asam adalah suatu zat yang dapat memberi
+) kepada zat lain. Secara umum, asam merupaka
bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan46 Sebagian besar teh mengandung ikatan biokimia yang disebut polifenol,
termasuk didalamnya flavonoid. Flavonoid merupakan suatu kelompok antioksidan
yang secara alamiah ada pada sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman seperti teh
dan anggur yang mampu mencegah terjadinya kerusakan DNA oleh radikal bebas
yaitu memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya penyakit kanker.
Selain itu, teh juga mempunyai sifat germisidal dan germistatik terhadap
berbagai bakteri gram positif dan gram negatif, oleh karena itu konsumsi teh bisa
menghambat pertumbuhan dan perlekatan bakteri gram positif dan gram negatif yang
ada di dalam rongga mulut pemakai gigitiruan selain memberi perubahan warna pada
basis gigitiruan itu sendiri.17-20,44,45
2.5.3 Kegunaan dan Khasiat Teh
Kegunaan dan khasiat teh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
adalah:17,45
1. Menurunkan resiko penyakit kanker
2. Menurunkan berat badan
3. Efektif mencegah virus influenza A dan B selama masa kontak yang
4. Mencegah osteoporosis dan karies
5. Dapat memperkecilkan ukuran tumor
6. Menurunkan kadar kolesterol
7. Menghambat perkembangan leukemia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental laboratoris
3.2 Sampel dan Besar Sampel
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dan
nilon termoplastik berbentuk silinder dengan ukuran diameter 20mm dan ketebalan
2mm (ISO 1567).12 (Gambar 6)
Gambar 6 : Sampel12
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus
sebagai berikut:47
(
Keterangan :
: Jumlah perlakuan
: Jumlah ulangan
Dalam rumus ini akan digunakan = 4 karena menggunakan 4 kelompok perlakuan,
maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut : 20
mm
(
(
Maka N = 24 sampel (untuk 4 kelompok)
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas :
Bahan basis gigitiruan:
1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) sebelum dan sesudah
direndam dalam minuman teh
2. Nilon termoplastik (Bioplast, Japan) sebelum dan sesudah direndam
dalam minuman teh
3.3.1.2 Variabel Terikat :
Stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.
3.3.1.3 Variabel Terkendali :
1. Ukuran sampel
2. Lama perendaman
3. Suhu perendaman
4. Perbandingan polimer dan monomerresin akrilik polimerisasi panas
6. Perbandingan gips keras dan air
7. Jenis gips keras
8. Berat termoplastik nilon (gr)
9. Waktu pengadukan gips
10.Suhu dan waktu kuring
11.Tekanan pengepresan
12.Teknik pemolesan
13.Suhu dan waktu pemanasan nilon termoplastik
14.Pembuatan minuman teh (lipton)
3.3.2 Definisi Operasional
1. Nilon termoplastik adalah bahan termoplastik yang melunak bila
dipanaskan dan diproses menjadi basis gigitiruan dengan sistem injeksi
2. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri atas
polimer dan monomer yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu
bahan padat yang kaku
3. Stabilitas warna adalah kemampuan sesuatu bahan mempertahankan warna
atau perubahan sedikit warna daripada warna asalnya. Lebih sedikit perubahan terjadi
maka makin baik stabilitas warna bahan tersebut8
4. Ukuran lempeng uji adalah 20 mm x 2 mm sesuai dengan spesifikasi
International Standard Organization (ISO)12
5. Teh merupakan minuman sehari-hari yang berpengaruh terhadap
alami Pembuatan minuman teh, teh dilarutkan dengan satu kantong teh (Lipton) ke
dalam 200 ml air panas (100 ) selama 3 menit sesuai dengan instruksi pabrik.
Setelah itu kantong dikeluarkan. Minuman diaduk setiap 30 menit selama 10 detik
sehingga mencapai suhu 37 16,44,48
6. Waktu perendaman dalam minuman teh adalah 2 hari pada suhu 37
didalam inkubator dan bahan rendaman diganti setiap hari. Waktu yang digunakan
berdasarkan konsumsi minuman sehari-hari yang dikalkulasi sebagai berikut :49
a. 2 hari sama dengan 1 tahun penggunaan
b. Banyaknya minum teh 2 kali sehari dan 4 menit setiap kali minum
c. Setahun (365 hari) = 365 × 8 menit = 2920 menit
d. Sehari 24 jam × 60 = 1440 menit
e. 2920 : 1440 = 2 hari
7. Suhu perendaman adalah 37 sesuai dengan kondisi rongga mulut
8. Pembagian kelompok dibagi 4 yaitu :
a. Kelompok A : Sampel dari bahan resin akrilik polimerisasi panas
sebelum direndam dengan teh
b. Kelompok B : Sampel dari bahan resin akrilik polimerisasi panas
sesudah direndam dengan teh
c. Kelompok C : Sampel dari bahan nilon termoplastik sebelum direndam
dengan teh
d. Kelompok D : Sampel dari bahan nilon termoplastik sesudah direndam
9. Perbandingan adonan gips keras adalah perbandingan antara jumlah gips
keras : air yaitu 100 gr : 30 ml50
10. Perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas polimer : monomer
adalah 2gr : 1ml
11. Tekanan pengepresan adalah tekanan yang diperlukan untuk mengepres
kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas, tekanan pertama 1000 psi dan
tekanan kedua 2200 psi
12. Suhu dan waktu kuring pada resin akrilik polimerisasi panas adalah fase I
70 selama 90 menit dan fase II 100 selama 30 menit12
13. Suhu dan waktu pemanasan adalah suhu yang digunakan untuk
melunakkan bahan nilon pada alat furnace, yaitu 240oC selama 12 menit
14. Teknik pemolesan adalah cara pemolesan sampel supaya diperoleh
permukaan yang rata, halus dan mengkilat. Pada penelitian ini digunakan teknik
pemolesan mekanis. Sampel dihaluskan menggunakan kertas pasir waterproof ukuran
150, 400 dan 600 dibawah aliran air. Kemudian dilanjutkan dengan Scotch-Brite
Brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan
menggunakan pumis hingga mengkilat23
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel :
1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel :
Laboratorium Bea Cukai, Belawan.
3.4.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan dan Merendam
Sampel
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas
a. Kuvet logam (Smic, China)
b. Kunci kuvet (Smic, China)
c. Mangkuk karet dan spatula
d. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen,Jerman)
e. Unit Kuring (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia)
f. Gelas beker, pot porselen, pipet
g. Pres Hidrolik (OL 57 Manfredi, Italia)
h. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia)
i. Model induk terbuat dari logam dengan ukuran (20 x 2) mm.
j. Lekron (Smic, China)
k. Straight Handpiece (Olympia, Japan)
m.Mata bur fraser
n. Polishing Motor (M2VFilli Manfredi, Italy)
o. Scotch-brite brush
p. Inkubator
q. Stopwatch
r. Pinset
s. Tisu
2. Nilon Termoplastik
a. Kuvet khusus
b. Kunci kuvet
c. Mangkuk karet dan spatula
d. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen,Jerman)
e. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia)
f.Model induk terbuat dari logam dengan ukuran (20 x 2) mm
g. Tabung injeksi
h. Furnace
i. Injektor
j. Pisau bedah
k.Portable Dental Engine (Olympia, Japan)
l. Straight Handpiece (Olympia, Japan)
m.Mata bur fraser
o. Polishing Motor (M2VFilli Manfredi, Italy)
p.Scotch-brite brush
q. Inkubator
r. Gelas beker (pyrex, Japan)
s. Pinset
t. Stopwatch
u. Tisu
3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel
Alat FTIR Spectrophotometer (Perkin Elmer, Europe). (Gambar 7)
Gambar 7. Alat FTIR Spectrophotometer (Perkin Elmer, Europe)
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Resin akrilik polimerisasi panas(QC 20, England)
2. Nilon termoplastik (Bioplast, Japan)
4. Malam
5. Tinfoil
6. Cincin plastik
7. Minuman teh (lipton)
8. Gips keras (Moldano,Germany)
9. Vaselin
10. Plastik Selopan
11. Kertas pasir waterproof ukuran 150-600
12. Pumis
13. Cold mould seal sebagai bahan separasi (QC 20, England)
14. Air
3.6 Cara Penelitian
3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian
3.6.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
1 Pembuatan Mould
a. Membuat adonan gips keras, perbandingan gips keras dengan air untuk
kuvet bawah adalah 300 gram : 90 ml48
b. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik sampai tercampur homogen
selama 30 detik
d. Model induk diletakkan pada adonan gips keras yang akan mulai mengeras
yang ada dalam kuvet dimana masing-masing kuvet berisi 9 model induk
e. Diamkan sampai gips keras mengeras selama 30 menit
f. Permukaan gips keras diolesi vaselin dan kuvet atas diisi dengan adonan
gips keras diatas vibrator dengan adonan yang sama dengan kuvet bawah
g. Setelah gips keras mengeras, kuvet dibuka dan model induk diangkat,
cetakan model yang didapat dituangi air panas sampai bersih
h. Setelah kering olesi dengan cold mould seal, tunggu selama 20 menit
(sesuai dengan petunjuk pabrik)
2. Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas pada Mould
a. Polimer dan monomerdiaduk dalam pot porselen dengan perbandingan 2:1
sesuai petunjuk pabrik sehingga adonan mencapai fase dough
b. Mould yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adunan resin akrilik
c. Plastik selopan diletakkan antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan
ditekan perlahan dengan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm2)
d. Kuvet dibuka kembali dan kelebihan akrilik dipotong, kemudian kuvet
ditutup kembali, dilakukan pengepresan dengan tekanan 2200 psi (154 kg/cm2), pemberian tekanan dilanjutkan sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat satu
Gambar 8. Pengisian resin akrilik polimerisasi panas
3. Kuring
Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 70 selama 90
menit dan fase II 100 selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari alat kuring dan
dibiarkan dingin pada suhu kamar 12 (Gambar 9)
3.6.1.2 Nilon Termoplastik
1. Penanaman Model pada Kuvet Bawah
a. Siapkan kuvet khusus untuk injection moulding
b. Kuvet diolesi dengan bahan separasi vaselin
c. Membuat adonan gips keras, 300 gram gips : 90 ml air
d. Adonan diaduk dengan spatula hingga homogen di atas vibrator kemudian
dituang ke dalam kuvet bawah
e. Model induk ditanamkan pada adonan gips keras yang akan mulai
mengeras, dimana masing-masing kuvet berisi 6 model induk
f. Diamkan selama 20 menit hingga gips keras mengeras (Gambar 10)
Gambar 10. Penanaman model pada kuvet bawah
2 Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas
a. Setelah gips keras mengeras, spru sebagai jalan masuk bahan dilekatkan
pada tepi model induk dengan menggunakan malam
b. Setelah semua model dipasang spru, olesi permukaan gips keras, model
Gambar 11. Pemasangan spru
c. Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat
d. Membuat adonan gips keras, perbandingan gips keras dengan air adalah
300 gram : 90 ml48
e. Adonan diaduk dengan spatula hingga homogen
f. Kuvet diletakkan di atas vibrator dengan posisi vertikal dan vibrator
dinyalakan
g. Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang
pengisian pada kuvet hingga adonan keluar dari lubang lainnya
h. Diamkan selama 60 menit hingga gips keras mengeras
3. Pengangkatan Model Induk dan Pembuangan Spru
a. Kunci kuvet dibuka dan kuvet dipisahkan
b. Model induk diangkat dari gips keras
c. Kuvet dipasangkan kembali, kemudian dipanaskan dalam air mendidih
d. Kuvet dibuka dan disiram dengan air mendidih hingga tidak ada lagi
sisa-sisa spru pada gips keras
4. Pengisian Nilon Termoplastik pada Mould
a. Kuvet dipasangkan kembali dan dikunci
b. Tabung injeksi disediakan dengan meletakkan lapisan tinfoil pada ujungnya
b. Bahan nilon termoplastik kemudian dimasukkan kedalam tabung injeksi
dan diletakkan kedalam alat furnace pada suhu 240 oC selama 12 menit sampai bahan nilon termoplastik melunak
c. Penutup tabung injeksi yang telah dilapisi cincin plastik diletakkan pada
tabung bahan nilon termoplastik yang telah panas
d. Kuvet ditempatkan pada alat injektor
e. Letakkan tabung injeksi diatas kuvet
f. Alat injektor dinyalakan dan bahan nilon termoplastik disuntikkan ke dalam
kuvet (Gambar 12)
Gambar 12. Proses injeksi bahan nilon termoplastik ke dalam
mould
3.6.2 Penyelesaian Akhir dan Pemolesan
1. Sampel dikeluarkan dari kuvet, kemudian spru dipotong menggunakan
mandril lalu dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan
bur fraser
2. Permukaan sampel dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir
waterproof ukuran 150, 400 dan 600 dibawah air hingga dihasilkan permukaan yang
benar-benar rata dan halus23
3. Kemudian dilanjutkan dengan scotch-brite brush yang dipasang pada
polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan pumis hingga
mengkilat
3.6.3 Perendaman Sampel pada Bahan Minuman
Sampel dari bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon
termoplastik direndam dalam minuman teh selama 2 hari pada suhu 37 ºC49
3.6.4 Pengukuran Stabilitas Warna
Pengukuran stabilitas warna adalah :5,51
1. Pengukuran stabilitas warna dilakukan dengan menggunakan alat FTIR
spectrophotometer (Fourier Transform InfraRed Spectrophotometer)
2. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah direndam dalam minuman
teh18
3. Sampel direndam selama 2 hari pada suhu 37 ºC didalam minuman teh
4. Sampel dikeluarkan dan dibersihkan dengan air kemudian diletakkan diatas
tisu kering sambil membalik-balikkannya sehingga kering pada suhu kamar37
5. Sampel selanjutnya diletakkan pada alat pengukur untuk mengukur panjang
gelombang cahaya
6. Sumber cahaya dari infra merah akan dijatuhkan pada sampel. Cahaya
yang dipantulkan atau diserap oleh sampel akan dideteksi oleh detektor dan ditransfer
ke komputer untuk terjemahan pengukuran intensitas cahaya yang diukur dalam
satuan cm-1. Hasil yang didapat merupakan pengukuran panjang gelombang cahaya
Gambar 13. Skematik proses analisa sampel49
3.7Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Uji-t berpasangan untuk mengetahui pengaruh minuman teh pada setiap
bahan basis gigitiruan
2. Uji-t independen untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan antara
kedua bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik