• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL

NANAS Queen DAN REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

IKA ASTRINA NIM : 070600096

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2012

Ika Astrina

Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

xiii + 75 halaman

(3)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex

selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni

Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen

adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).

(4)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Februari 2012

Pembimbing Tanda Tangan

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes ... NIP : 19540910 1981121 002

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

Pada tanggal 16 Februari 2012

TIM PENGUJI

Ketua : Dwi Tjahyaning Putranti, drg.,MS

Anggota : 1. Eddy Dahar, drg.,M.Kes

2. Hubban Nasution, drg

3. Syafrinani,drg., Sp.Pros (K)

4. Ariyani, drg

(7)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, karunia dan izin-Nyalah skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Johan Tampubolon, Ibunda Drs Tuahtaras Bangun, M.Sc yang dengan segala ketulusan hati dan pengorbanan yang tiada tara telah merawat, mendidik, memberikan cinta, kasih sayang, do’a, serta dorongan semangat. Abang penulis Rustin Tampubolon S.P, Kakak penulis Hilda Astralita beserta Adik penulis Irwanta Tampubolon. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada M. Harry Faisal atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(8)

2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Hubban Nasution, drg. selaku pembimbing pendamping penulis yang

telah rela meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan dan

semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

5. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik atas motivasi

dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara.

6. Syafrinani, drg, Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia dan anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku ketua tim penguji yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ariyani, drg. sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Prostodonsia atas

(9)

10. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

11. Ahadi Kurniawan, selaku Kepala Laboratorium di BTKL-PM dan Susi S.Pd., Nunu S.Pd atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

12. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes atas bantuannya dalam analisis statistik.

13. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia : Siti Fatimah, Ester Sembiring, Sandra Tampubolon, Evi Soviani Lubis, Ulfa Namirah atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

14. Sahabat-sahabat terbaikku Khairiyah Ulfah, Resti Wulandari, Muchlis Fauji, Nurfadilah Agustina, Dian Hidayati, Rica Vramitha, Stefani Tanius, Trijayanti Gozali dan seluruh teman-teman angkatan 2007 dan adik kelas 2008 atas kebersamaan, dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

15. Ali Taqwim, Yanti, Frans, Hendri atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

16. Senior penulis yang telah memberikan bantuan dan masukan selama pengerjaan skripsi ini terutama Adi Praja dan teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

(10)

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 16 Februari 2012 Penulis,

070600096

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan………... ... 4

1.3 Rumusan Masalah……….………. ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian……….…….. ... 6

1.5 Tujuan Penelitian………….…….. ... 6

1.6 Manfaat Penelitian……….... ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ……...… ... 8

(12)

2.1.3.1 Logam ... 10

2.1.3.2 Nonlogam... ... 10

2.1.3.2.1 Termoplastik... ... 10

2.1.3.2.2 Termoset... ... 10

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 11

2.2.1 Komposisi ... 12

2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas ... 22

2.5 Daun Sirih... ... 24

2.5.1 Gambaran Umum ... 25

(13)

2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih... ... 26

2.6 Candida albicans ... 28

2.6.1 Karakteristik Makroskopik... 28

2.6.2 Karakteristik Mikroskopik. ... 29

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel ... 29

2.7 Denture Stomatitis ... 32

2.7.1 Pengertian ... 32

2.7.2 Gambaran Klinis ... 32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Sampel dan Besar Sampel ... 34

3.2.1 Sampel Penelitian ... 34

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 35

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 35

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 35

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 35

3.3.2 Definisi Operasional ... 36

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 39

(14)

3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel ... 39

3.4.2 Waktu Penelitian ... 39

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 39

3.5.1 Alat Penelitian ... 39

3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk Menghasilkan Lempeng Uji ... 39

3.5.1.2 Alat Penelitian ... 40

3.5.2 Bahan Penelitian ... 42

3.6 Cara Penelitian ... 42

3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian ... 42

3.6.1.1 Pembuatan Mold ... 43

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mold ... 44

3.6.1.3 Kuring ... 44

3.6.1.4 Penyelesaian ... 45

3.6.2 Cara Pembuatan Ekstrak Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas ... 45

3.6.3 Cara Pembuatan Rebusan Daun Sirih (Famili Piperaceae) ... 46

3.6.4 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans ... 46

3.7 Analisis Data ... 49

(15)

4.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 53

4.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan dalam Rebusan Daun Sirih terhadap

Pertumbuhan Candida albicans ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian ... 57

5.2 Hasil Penelitian ... 57 5.2.1 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin

Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas

Queen terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 57 5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 60 5.2.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 51

2 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas

Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 52

3 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 54

4 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 55

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nanas Queen ... 22

2. Daun Sirih Jawa ... 26

3. Candida albicans ... 29

4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum 33

5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus ... 33

6. Sampel Lempeng Uji ... 34

7. Vortex ... 41

8. Sentrifus ... 41

9. Lempeng uji ... 43

10. Waterbath ... 45

11. A. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas, B. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Rebusan Daun Sirih, C. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Larutan NaCl 0,9%sebagai Kontrol ... 47

12. A. Lempeng Uji yang Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas

Queen, B. Lempeng Uji yang Direndam dalam Rebusan Daun Sirih 48

(18)

Bonggol Nanas Queen, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans

pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panasyang

direndam dalam Larutan NaCl 0,9% Sebagai Kontrol ... 50

14 A. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam dalam Rebusan

Daun Sirih, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan

Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian

(20)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2012

Ika Astrina

Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

xiii + 75 halaman

(21)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex

selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni

Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen

adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).

(22)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).

(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada

jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir

gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1,2 Basis gigitiruan

dapat terbuat dari bahan logam atau non-logam (plastik / resin). Resin dapat

diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu resin termoplastik dan termoset. Resin

termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat

dilunakkan seperti resin termoplastik, contohnya yaitu vulkanit, fenol formaldehid,

dan resin akrilik.3 Resin akrilik polimerisasi panas telah diperkenalkan

penggunaannya di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1937 dan hingga kini masih

banyak dipakai untuk berbagai keperluan pembuatan protesa termasuk bahan basis

gigitiruan karena resin akrilik polimerisasi panas memiliki banyak sifat yang

menguntungkan antara lain memiliki warna yang stabil dan alami, proses

pembuatannya mudah, mudah dipoles, dan harganya yang relatif murah.

Salah satu kelemahan dari resin akrilik polimerisasi panas ialah memiliki

porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi sehingga permukaan basis

gigitiruan yang tidak dipoles seperti halnya bagian yang menghadap ke jaringan lebih

mudah melekat sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan dengan baik maka akan

menjadi tempat berkembangnya spesies mikroba.

4,5

1

(24)

plak pada gigitiruan dapat mengganggu kesehatan rongga mulut.6 Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Radford dan Taylor dkk. yang menemukan bahwa perlekatan

mikroba pada resin akrilik polimerisasi panas lebih banyak terdapat pada permukaan

yang kasar.

Endapan plak mikrobial, kalkulus, dan sisa makanan pada basis gigitiruan

dapat menyebabkan berbagai masalah seperti denture stomatitis, stomatits angular,

karies pada gigi yang masih ada, rasa tidak nyaman pada pemakaian gigitiruan, bau

mulut, penampilan yang kurang indah, dan cepat rusaknya bahan gigitiruan.

7

8

Denture

stomatitis merupakan suatu perubahan patologis yang terjadi pada mukosa pendukung

gigitiruan di dalam rongga mulut yang ditandai dengan adanya eritema dibawah

gigitiruan baik di rahang atas maupun di rahang bawah tetapi lebih sering terjadi di

rahang atas.9 Hasil dari sejumlah penelitian memperlihatkan pada denture stomatitis

telah ditemukan jamur jenis Candida albicans dalam bentuk plak pada permukaan

intaglio berbentuk dimorfik, timbul sebagai blastofor yang menyerupai ragi dan

pseudohifa seperti filamen.10 Infeksi Candida albicans secara signifikan dilaporkan

sebagai penyebab denture stomatitis.11

Pemeliharaan kebersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan menggunakan

bahan pembersih gigitiruan.

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya

memiliki syarat tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau

melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan,

tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak

merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil

(25)

Penggunaan pembersih gigitiruan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu

mekanis, kemis atau keduanya. Saat ini terdapat berbagai jenis bahan pembersih

gigitiruan yang diperdagangkan dan diantara bahan pembersih tersebut terdapat pula

bahan pembersih yang mengandung bahan kimia seperti, Effervessen peroksida,

Alkalin hipoklorit, Asam, Enzim dan Desinfektan. 11,13-5 Bahan pembersih yang

mengandung desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme termasuk jamur

Candida albicans yang melekat pada basis gigitiruan, namun dalammemilih bahan

desinfektan hendaklah diperhatikan efek desinfektan terhadap gigitiruan karena pada

sebagian bahan pembersih desinfektan sintetis terdapat zat tertentu dari larutan yang

dapat berpenetrasi ke dalam basis dan tidak dapat dibersihkan secara tuntas dengan

cara pencucian sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna pada basis

gigitiruan.16 Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk berbagai

produk sintetis, maka saat ini banyak dilakukan penelitian untuk memanfaatkan

tanaman tradisional diantaranya adalah nanas dan daun sirih yang digunakan sebagai

bahan pembersih gigitiruan yang pemakaiannya lebih aman, murah dan sedikit

memiliki efek samping.

Sastroamidjoyo (1988) melaporkan bahwa tanaman yang dapat dipergunakan

sebagai obat tradisional adalah buah nanas (Ananas cosmosus L (Merr).

17

18

Penelitian

Tokkong (1979); Heinicke dan Gortner (1987); Kloppenburg (1988); Sastroamidjojo

(1988) dan Rukmana (1995); Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000)

melaporkan bahwa buah nanas mengandung suatu enzim yaitu enzim bromelin yang

(26)

plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.18-9

Salah satu varietas nanas yang mengandung enzim bromelin adalan nanas Queen.20

Konsentrasi enzim bromelin pada nanas Queen ternyata lebih tinggi pada bagian

bonggolnya dibandingkan bagian daging buahnya.18 Penelitian awal yang dilakukan

Pujiastuti P (1999) melaporkan bahwa nanas sebagai bahan antiplak diketahui dapat

menurunkan jumlah koloni Streptococcus sanguis pada permukaan gigi secara

invitro.18 Bukti menunjukkan bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni

Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Penelitian Harmely F, Lucida H,

Mukhtar MH (2010) melaporkan bahwa terjadi pengurangan plak dengan penggunaan

pasta gigi bromelin kasar yang diduga karena kemampuannya memecah atau

mengurai protein saliva disamping juga terjadi pengurangan secara fisik dengan

adanya sifat abrasif pada pasta tersebut.

Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki nama binomial Piper betle Linn,

merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan

desinfektan.

21

22-3

Praja HA (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan

basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap

pertumbuhan Candida albicans.24 Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri

dari kabivetol, estargiol, eugenol metileugenol, karvakrol, terpen, seskuierpen,

fenilpropan, tannin, fenol dan hidroksi kavikol.25-8

1.2 Permasalahan

Keberhasilan pemakaian gigitiruan yang menggunakan bahan basis resin

(27)

pasien dan dokter gigi. Apabila kebersihan rongga mulut pasien jelek, maka pada

permukaan gigitiruan akan terbentuk plak yang terdiri dari genus Candida dan akan

menimbulkan denture stomatitis. Perawatan infeksi Candida albicans dilakukan oleh

pasien dengan menyikat permukaan gigitiruan sampai bersih dan merendam

gigitiruan dalam bahan pembersih. Tanaman tradisional yang memiliki khasiat

sebagai bahan pembersih gigitiruan adalah nanas dan daun sirih. Nanas mengandung

enzim sedangkan daun sirih mengandung desinfektan yang keduanya dapat

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans. Dari uraian di atas maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman bahan basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada ekstrak bonggol nanas Queen dan

rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan

Candida albicans

2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan dalam

(28)

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai

berikut :

1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans

2. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perendaman bahan basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan

dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan

Candida albicans.

2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida

albicans.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman

bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas

(29)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai

pedoman dalam memberikan instruksi dan nasehat kepada pasien untuk menjaga

kebersihan gigitiruan yang dipakainya dengan bahan alami.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Kedokteran

Gigi khususnya di bidang Prostodonsia.

3. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih

agar dapat meningkatkan dan memanfaatkan bahan-bahan tradisional untuk

memproduksi bahan pembersih gigitiruan.

4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan

lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan

sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1 Berbagai macam bahan telah

digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik,

logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan.

Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana

dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna

yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik,

nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini

bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif

dan estetis yang baik.2,4,5

2.1.2 Persyaratan

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis

gigitiruan adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

29,30-1

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi

(31)

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara

permanen jika menerima tekanan

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila

terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik

g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas

4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:

a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi

c. Tidak mengalami perubahan dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi

semua persyaratan diatas.

2.1.3 Klasifikasi

Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi

(32)

2.1.3.1Logam

Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa

aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel. Walaupun bahan

logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil, resisten

terhadap abrasi, namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti

penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline, dan estetis yang kurang baik.

2.1.3.2 Non-Logam (plastik/resin)

Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik/resin.

Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu

resin termoplastik dan termoset.3,31

2.1.3.2.1 Termoplastik

Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali,

dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin

termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan

organik. Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik

akrilik, dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai

basis gigitiruan.3,32

2.1.3.2.2 Termoset

Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan

kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Setelah diproses, bahan ini tidak

(33)

sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening

polymer.32 Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan

thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.

Pada tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan resin

polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin akrilik murni tidak berwarna,

transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi,

polimer diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna dan sifat

optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga mulut yang normal, dan

sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu

keuntungan resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah dalam

pengerjaannya.

3

33

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan

saat ini.29 Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil

dalam rumus strukturnya dan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari

asam akrilik (CH2=CHCOOH) dan asam metakrilik (CH2=C(CH3)COOH) dimana

95% dari gigitiruan dibuat sampai saat ini dengan menggunakan resin akrilik. Resin

akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisis dan mekanis yang

cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang teraktivasi

dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan perendaman air

(34)

menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas.

Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses inilah akan mengawali proses

polimerisasi.

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-molding. Perbandingan polimer dan

monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat.

Pada saat pencampuran, bahan akan melalui fase (stage) sebagai berikut :

37-9

a. Wet sand stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai

pasir basah.

b. Sticky stage adalah tahap lengket berserat selama polimer larut dalam

(35)

c. Dough stage / gel stage adalah tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk

diisi ke dalam mold.

d. Rubberry stage adalah tahap kaku, seperti karet.

Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough

stage dimasukkan ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke

dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin

akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan

menempatkan kuvet dalam waterbath dengan suhu konstan pada 700 C selama 90

menit dan dilanjutkan dengan perebusan pada suhu 1000

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga

mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup

sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan

kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi

gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses

akhir dan dipoles.

C selama 30 menit.

2.2.3 Sifat-sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan

atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari

ekspansi termal, massa jenis, porositas dan kekasaran permukaan.

a. Ekspansi termal

1

(36)

tidak menimbulkan masalah secara umum, namun terdapat kemungkinan bahwa

anasir gigitiruan yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar dan lepas

akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.

b. Massa Jenis

36

Resin akrilik memliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3.

Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti

karbon, oksigen, dan hidrogen.

c. Porositas

1

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung

terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh

penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,

disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan

tersebut.

Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan

yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan

adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan

monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu

pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.

d. Kekasaran permukaan

32

Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang

akan terjadi setelah pemakaian gigitiruan beberapa bulan.6 Gigitiruan dengan

(37)

juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang

menemukan perlekatan mikroba lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.

Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal

oleh Quiynen dkk. (1990) dan Bollen dkk. (1997) adalah ± 0,2 µm atau kurang. Pada

resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan, hal ini disebabkan

karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik

terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi perlekatan bakteri pada

permukaan resin akrilik.

7

7

2.2.4 Keuntungan

Keuntungan penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas adalah sebagai berikut :

1. Harga relatif murah

1,40

2. Proses pembuatan mudah

3. Menggunakan perlekatan sederhana

4. Warna stabil

5. Mudah dipoles

2.2.5 Kerugian

Kerugian penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

adalah sebagai berikut :

1. Mudah fraktur

1,40-1

(38)

2.3 Bahan Pembersih Gigitiruan

2.3.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang

dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan.

Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk

menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya kembali serta

memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain.

Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik dan

toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.42

2.3.2 Persyaratan

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan

seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan

tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak

bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian

dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan,

bersifat bakterisidal dan fungisidal.1

2.3.3 Klasifikasi

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan

(39)

2.3.3.1Mekanis

Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan

sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih

ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan

cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan

menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta

pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk

membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk

menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur,

dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.

2.3.3.2 Kemis

Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam

bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis

dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme

kerjanya, antara lain :

1. Effervesen Peroksida

11

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan

bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada

gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika

digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya

(40)

Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International

GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets,

Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull,

Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture

Cleansing Powder (The Boots Company PLC, Notthingham, Inggris) ; Superdrug

Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Suoerdrug Stores Plc,

Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet (Warner Lambert Healthcare,

Eastleigh, Hampshire, Inggris)

2. Alkalin Hipoklorit

Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam

menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus.

Alkalin hipoklorit terbagi antara lain : Dentural (Martindale Pharmaceutical,

Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey,

Inggris).

3. Asam

11-5

Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan berserta sikat dalam

pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain

yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis

gigitiruan logam.

Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain : Denclen (Protector And

Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And

(41)

4. Desinfektan

Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan

yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin

selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif

sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan.

Bahan pembersih golongan klorheksidin memiliki contoh seperti : Chlorhexidin

(Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk

membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Daun sirih merupakan

tanaman tradisional yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan.

5. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan

yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak

dan plak terlepas dari gigitiruan. Golongan enzim memiliki contoh : Polident (Glaxo

Smith Kline, Irlandia).

Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai

katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator

yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.43 Menurut

Muljohardjo (1984), dalam buah nanas terkandung suatu enzim proteolitik.43 Salah

satu enzim yang berperan penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu

(42)

2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan

ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan

gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan

berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam

bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan

alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih

pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.67

2.4 Nanas

Nanas (Ananas cosmosus L Merr) merupakan buah yang mempunyai

kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat

organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada

bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas

diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik.20,44 Dalam penelitian terdahulu,

didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antifungi.20,45-6

2.4.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

47

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

(43)

Genus : Ananas

Spesies : Ananas cosmosus (L) Merr

Tanaman nanas berasal dari Amerika dan berkembang meluas ke seluruh

dunia yang beriklim tropis. Tanaman nanas berbentuk semak, batangnya mirip gada,

berukuran panjang 20-25 cm, beruas pendek, berfungsi untuk melekat akar, daun,

bunga, tunas, dan buah sehingga secara visual batang tersebut tidak tampak karena

disekelilingnya tertutup oleh daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-135

cm dan lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggirnya berduri. Bunga nanas tersusun

dalam tangkai yang terdiri dari 100-200 bunga. Kumpulan kuntum bunga akan

menghasilkan kumpulan buah kecil yang berjumlah 100-200 buah. Buah kecil

tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang tengah yang disebut

hati/bonggol.24

2.4.2 Jenis-jenis Nanas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis

golongan nanas di Indonesia, yaitu :

1. Nanas Cayenne

47

Nanas Cayenne berdaun halus, tidak berduri, dan berbuah besar.

2. Nanas Queen

Nanas Queen berdaun pendek, berduri tajam, dan buah lonjong mirip kerucut.

(44)

Gambar 1. Nanas Queen

3. Nanas Spanish

Nanas berdaun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, dan buah bulat

dengan mata datar.

4. Nanas Abacaxi

Nanas berdaun panjang berduri kasar, dan buah silindris atau seperti piramida.

2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas

Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik

mulut, antifungi, antibakteri dan desinfektan.20,44-6 Enzim bromelin pada nanas telah

dikenal secara kemis sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh

orang-orang dari beberapa budaya tropis asli.46 Enzim bromelin merupakan salah satu enzim

protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau

polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino.19,48 Muniarti (2006)

melaporkan bahwa buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata

mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah

matang.48 Heinicke dan Gortner (1987) melaporkan bahwa konsentrasi enzim

bromelin pada bagian bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging

(45)

Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang

mempunyai sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu

melancarkan pencernaan, mencegah bercampurnya keping-keping darah,

mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis,

mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans.49

Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa enzim bromelin

pada bonggol nanas dapat memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang

merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan

plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.45

Rakhmanda AP (2008) melaporkan bahwa jus nanas (Ananas cosmosus L.merr)

mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans baik bacteriostatic

maupun bactericidal dan diketahui bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni

Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH

(2010) juga melaporkan bahwa bromelin kasar dari batang nanas (Ananas cosmosus

L.merr) efektif sebagai antiplak dalam pasta gigi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :

21

a. Kematangan buah

24,43

Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah

tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk

ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa

(46)

b. Pengaruh suhu

Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300

c. Pengaruh pH

C, bila diatas atau dibawah

maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi

kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan

enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah.

Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga

menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim.

Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim

mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum.

d. Pengaruh konsentrasi dan waktu

Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan

waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk

tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk

mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan

bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.

2.5 Daun Sirih

Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai

antiseptik dan desinfektan.22-3 Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun

sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa

(47)

terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol

dan beberapa derivatnya.50-1

2.5.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

51

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

Nama binominal : Piper betle Linn

Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang

Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan, permukaan kulit

kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar.

Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai

15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai,

daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5

cm, panjang 1,5-6 cm, dan mengeluarkan bau aromatik.52

2.5.2 Jenis-jenis Daun Sirih

(48)

1. Daun Sirih Banda

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa

bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung.

2. Daun Sirih Cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa

cengkeh.

3. Daun Sirih Hitam

Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk campuran obat.

4. Daun Sirih Jawa

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih

ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih. (Gambar 2)

Gambar 2. Daun Sirih Jawa

2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih

Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena memiliki

kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes.19,20,53 Dalam

(49)

mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg;

besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70

mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula

non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari

: alikatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%;

kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 42,5%; eugenol metil eter

26,8-15,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%.

Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan

antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali

lebih besar dari fenol.

54-5

50,54-6

Minyak atsiri pada daun sirih mengandung senyawa fenol

yang bersifat bakterisid dan apabila terjadi interaksi dengan dinding sel

mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan peningkatan

permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antara mikroorganisme mengakibatkan

perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan

struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Perubahan struktur protein

pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan

sel akan terhambat dan kemudian sel akan menjadi rusak. Metanol memiliki

kemampuan antimikroba terhadap bakteri gram positif dan negatif. Senyawa

kariofilen bersifat antiseptik dan anastetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat

analgesik topikal dan antiseptik.

Daun sirih memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya

pembentukan plak dari awal dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan

(50)

Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara

:

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi

untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal.

53,57

2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting

dalam proses perlekatan bakteri.

Fathilah dan Rahim (2003) melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih

untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory Concentrasion)

adalah 0,216-0,469gr/100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh

bakteri (Minimal Bactericidal Concentration) adalah 0,521- 1,042 gr/100ml. Nalina

dan Rahim (2006) melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas

glucosyltansferase (GTF) yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri

Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 57 Praja HA (2009) melaporkan

bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24

2.6 Candida albicans

2.6.1 Karakteristik Makroskopik

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37ºC dalam kondisi aerob dan

anaerob.30,57 Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob

Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit

dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun

(51)

tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37ºC. Pertumbuhan juga lebih

cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.57

2.6.2 Karakteristik Mikroskopik

Pada media Sabouraud’s Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat

atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 µm.

Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah

dibedakan melalui bentuk pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium

terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau

intercalary.57 (Gambar 3)

Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah

(52)

albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida

albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer,

mannoprotein, β-glucan, β-glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma.

Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi

spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan

ikatan van der walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke

berbagai jenis permukaan jaringan (Cotter Dan Kavanagh, 2000).

Menurut Hosteter (1994) ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi

antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi

lectin-like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika

protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida

pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika

protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium

atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans

menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan

mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat

dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat (misalnya

sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi

adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans

(Kennedy, 1990).

58

Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya

mengaktivasi mitogen activated protein kinase (Map-kinase). Protein kinase tersebut

merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel

(53)

(tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak). Map-kinase juga

diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm (Kumamoto,

2005) pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans,

dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel

inang.

Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa

Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada

cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake, et al., 2005).

Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada

vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan

berkembang menjadi hifa (Jong et al., 2001). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi

permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase.

Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut

dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya (Nikawa et al,

1997). Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke

dalam bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat

dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans

selama proses invasi (Brown dan Gow, 1999).

58

Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam

menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang.

Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat

membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang

(54)

khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada

bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan

penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Bentuk hifa terdiri dari bagian–

bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan

untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di

sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses

infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik

dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan

pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap

dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara

isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa (Ha dan White, 1999).59

2.7 Denture Stomatitis

2.7.1 Pengertian

Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut,

terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis

gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan

biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi

berkisar antara 25-67%, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat

sesuai dengan pertambahan umur.9,60-1

2.7.2 Gambaran Klinis

Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa

(55)

timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis,

perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan

angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis

hiperplastik kronis.

Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi

Newton, yaitu :

29,59,60

1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau

60-2

tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.

2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah

mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. (Gambar 4)

Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan

(56)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Laboratoris

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang

dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran (10x10x1)mm.63 (Gambar 6)

Gambar 6. Sampel Lempeng Uji

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :64

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan

r : jumlah ulangan

Pada penelitian perlakuan diberikan pada bahan basis gigitiruan resin

(57)

bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9% sebagai

kontrol, sehingga t = 3. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah

sampel (n) tiap kelompok sebagai berikut :

(3-1) (r-1) ≥ 15

2(r-1) ≥ 15

2r ≥ 15+2

r≥17/2

r≥8,5

n= 10

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dikontaminasi

dengan Candida albicans yang direndam masing-masing dalam ekstrak bonggol

nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9 % sebagai kontrol.

3.3.1.2 Variabel Terikat

Efektivitas ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap

pertumbuhan Candida albicans.

3.3.1.3 Variabel Terkendali

(58)

3. Jenis, perbandingan adonan, waktu pengadukan gips keras

4. Jenis dan perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas

5. Suhu dan waktu proses kuring

6. Tekanan press hidrolik

7. Lama perendaman

8. NaCl 0,9%

9. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9%

10. Suhu dan waktu autoclave

11. Suhu dan waktu inkubator

12. Jenis dan waktu pengambilan ekstrak bonggol nanas Queen dan perebusan

daun sirih

13. Media pertumbuhan Candida albicans berupa Potato Dextrose Agar

(PDA) dan Sabaoraud’s Dextrose Agar (SDA)

14. Teknik pengisolasian dan pengkulturan

15. Sterilisasi alat, bahan coba dan media

16. Saliva steril

17. Peneliti yang sama

3.3.2 Defenisi Operasional

1. Ukuran lempeng uji adalah lempeng uji yang terbuat dari resin akrilik

polimerisasi panas, diperoleh dari model induk yang terbuat dari kuningan dengan

ukuran 10x10x1 mm.63

(59)

a. Kuvet atas = 200 gram gips : 120 ml air

b. Kuvet bawah = 250 gram gips : 150 ml air

3. Waktu pengadukan gips keras adalah waktu yang digunakan untuk

mengaduk gips dengan spatula selama 15 detik.

4. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik basis gigitiruan merk

QC-20 yang proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath.

5. Perbandingan adonan resin akrilik adalah perbandingan antara jumlah

polimer : monomer yang digunakan pada peneliti yaitu 2 gram polimer : 1 ml

monomer.

6. Pencampuran resin akrilik adalah pencampuran polimer dan monomer resin

akrilik sampai dough stage sehingga bisa dimasukkan ke dalam kuvet.

7. Waktu kuring adalah waktu yang diperlukan untuk polimerisasi yaitu

selama 90 menit pada suhu 70o, kemudian lanjutkan 30 menit pada suhu 1000C

dengan menggunakan waterbath.

8. Tekanan pres hidrolik adalah tekanan yang digunakan untuk mengepres

kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pres hidrolik

dengan tekanan pertama mencapai 1000 psi lalu dilanjutkan dengan pengepresan

akhir sampai 2200 psi kemudian dibiarkan selama 15 menit.

5

9. Waktu perendaman adalah waktu yang digunakan untuk merendam

lempeng uji dalam ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih, dan NaCl 0,9 %

sebagai kontrol masing-masing selama 5 menit .

10. Larutan NaCl 0,9% yang digunakan sebagai kontrol pada penelitian

(60)

sama dengan cairan tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan sel dan mencegah

kerusakan sel Candida albicans selama direndam.

11. Ekstrak bonggol nanas Queen adalah patisari bonggol nanas Queen yang

didalamnya terkandung enzim bromelin.

65-6

12. Rebusan daun sirih adalah daun sirih jawa segar yang direbus dengan

aquades 1000

13. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9%

sebagai adalah jumlah (volume dalam ml) yang digunakan untuk merendam lempeng

uji sampai keseluruhan lempeng uji terendam yaitu 2 ml. C.

14. Suhu dan waktu autoclave adalah suhu dan waktu yang dipergunakan

untuk mensterilkan alat menggunakan uap tekanan tinggi yang merupakan metode

sterilisasi yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme termasuk spora, yaitu

1210C selama 1 jam .

15. Suhu dan waktu inkubator adalah suhu dan waktu yang digunakan untuk

mengkultur Candida albicans yaitu 37

63

0

C selama 24 jam.

16. Candida albicans adalah mikroorganisme dengan karakteristik berwarna

krem lembut dengan bau jamur, tumbuh pada kondisi aerob di medium yang memiliki

pH antara 2,5-7,5 dan temperatur antara 20-38

63

0

17. Potato Dextrose Agar (PDA) dan Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)

adalah media untuk pertumbuhan Candida albicans. C.

18. Saliva steril adalah saliva yang digunakan untuk merendam lempeng uji,

(61)

autoclave 1210C selama 1 jam (diambil bangun tidur karena belum ada aktifitas

makan sehingga tidak terdapat debris pada saliva).

19. Operator yang melakukan penelitian adalah peneliti yang sama.

63

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel :

a. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

b. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.1.2Tempat Pengujian Sampel

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular di Medan

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2011

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk menghasilkan Lempeng Uji

1. Kuvet besar untuk menanam model induk (Smic, Cina)

2. Mangkuk karet dan spatula

3. Pres hidrolik ( 0L 57 Manfredi, Italia)

4. Waterbath Model 1H (Filli Manfredi)

Gambar

Gambar 1. Nanas Queen
Gambar 2. Daun Sirih Jawa
Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA
Gambar  5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan kopi dan teh terhadap kekuatan

5.2.3 Hasil Analisis Perbedaan Perendaman Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun Sirih (Familia Piperaceae) 25% dan Klorheksidin terhadap Pertumbuhan Candida

Selanjutnya dilakukan uji t-independen untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida

gigitiruan yang efektif dengan energi microwave dan larutan klorheksidin 0,2% pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas serta pemeliharaan kebersihan rongga mulut

Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan pada Basis Resin.. Akrilik

Uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak sampel resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih

Jika seseorang memiliki basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan secara rutin mengkonsumsi minuman kopi, maka basis gigitiruan tersebut akan secara langsung

4.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam,