PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL
NANAS Queen DAN REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
IKA ASTRINA NIM : 070600096
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2012
Ika Astrina
Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans
xiii + 75 halaman
Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex
selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni
Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen
adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 16 Februari 2012
Pembimbing Tanda Tangan
1. Eddy Dahar, drg., M.Kes ... NIP : 19540910 1981121 002
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
Pada tanggal 16 Februari 2012
TIM PENGUJI
Ketua : Dwi Tjahyaning Putranti, drg.,MS
Anggota : 1. Eddy Dahar, drg.,M.Kes
2. Hubban Nasution, drg
3. Syafrinani,drg., Sp.Pros (K)
4. Ariyani, drg
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, karunia dan izin-Nyalah skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Johan Tampubolon, Ibunda Drs Tuahtaras Bangun, M.Sc yang dengan segala ketulusan hati dan pengorbanan yang tiada tara telah merawat, mendidik, memberikan cinta, kasih sayang, do’a, serta dorongan semangat. Abang penulis Rustin Tampubolon S.P, Kakak penulis Hilda Astralita beserta Adik penulis Irwanta Tampubolon. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada M. Harry Faisal atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Hubban Nasution, drg. selaku pembimbing pendamping penulis yang
telah rela meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik atas motivasi
dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
6. Syafrinani, drg, Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia dan anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku ketua tim penguji yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ariyani, drg. sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Prostodonsia atas
10. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.
11. Ahadi Kurniawan, selaku Kepala Laboratorium di BTKL-PM dan Susi S.Pd., Nunu S.Pd atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.
12. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes atas bantuannya dalam analisis statistik.
13. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia : Siti Fatimah, Ester Sembiring, Sandra Tampubolon, Evi Soviani Lubis, Ulfa Namirah atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.
14. Sahabat-sahabat terbaikku Khairiyah Ulfah, Resti Wulandari, Muchlis Fauji, Nurfadilah Agustina, Dian Hidayati, Rica Vramitha, Stefani Tanius, Trijayanti Gozali dan seluruh teman-teman angkatan 2007 dan adik kelas 2008 atas kebersamaan, dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
15. Ali Taqwim, Yanti, Frans, Hendri atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
16. Senior penulis yang telah memberikan bantuan dan masukan selama pengerjaan skripsi ini terutama Adi Praja dan teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 16 Februari 2012 Penulis,
070600096
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan………... ... 4
1.3 Rumusan Masalah……….………. ... 5
1.4 Hipotesis Penelitian……….…….. ... 6
1.5 Tujuan Penelitian………….…….. ... 6
1.6 Manfaat Penelitian……….... ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ……...… ... 8
2.1.3.1 Logam ... 10
2.1.3.2 Nonlogam... ... 10
2.1.3.2.1 Termoplastik... ... 10
2.1.3.2.2 Termoset... ... 10
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 11
2.2.1 Komposisi ... 12
2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas ... 22
2.5 Daun Sirih... ... 24
2.5.1 Gambaran Umum ... 25
2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih... ... 26
2.6 Candida albicans ... 28
2.6.1 Karakteristik Makroskopik... 28
2.6.2 Karakteristik Mikroskopik. ... 29
2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel ... 29
2.7 Denture Stomatitis ... 32
2.7.1 Pengertian ... 32
2.7.2 Gambaran Klinis ... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 34
3.2 Sampel dan Besar Sampel ... 34
3.2.1 Sampel Penelitian ... 34
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 34
3.3 Variabel Penelitian ... 35
3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 35
3.3.1.1 Variabel Bebas ... 35
3.3.1.2 Variabel Terikat ... 35
3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 35
3.3.2 Definisi Operasional ... 36
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 39
3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel ... 39
3.4.2 Waktu Penelitian ... 39
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 39
3.5.1 Alat Penelitian ... 39
3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk Menghasilkan Lempeng Uji ... 39
3.5.1.2 Alat Penelitian ... 40
3.5.2 Bahan Penelitian ... 42
3.6 Cara Penelitian ... 42
3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian ... 42
3.6.1.1 Pembuatan Mold ... 43
3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mold ... 44
3.6.1.3 Kuring ... 44
3.6.1.4 Penyelesaian ... 45
3.6.2 Cara Pembuatan Ekstrak Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas ... 45
3.6.3 Cara Pembuatan Rebusan Daun Sirih (Famili Piperaceae) ... 46
3.6.4 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans ... 46
3.7 Analisis Data ... 49
4.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 53
4.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan dalam Rebusan Daun Sirih terhadap
Pertumbuhan Candida albicans ... 55
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian ... 57
5.2 Hasil Penelitian ... 57 5.2.1 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas
Queen terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 57 5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 60 5.2.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 51
2 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas
Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 52
3 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 54
4 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Nanas Queen ... 22
2. Daun Sirih Jawa ... 26
3. Candida albicans ... 29
4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum 33
5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus ... 33
6. Sampel Lempeng Uji ... 34
7. Vortex ... 41
8. Sentrifus ... 41
9. Lempeng uji ... 43
10. Waterbath ... 45
11. A. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas, B. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Rebusan Daun Sirih, C. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Larutan NaCl 0,9%sebagai Kontrol ... 47
12. A. Lempeng Uji yang Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas
Queen, B. Lempeng Uji yang Direndam dalam Rebusan Daun Sirih 48
Bonggol Nanas Queen, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans
pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panasyang
direndam dalam Larutan NaCl 0,9% Sebagai Kontrol ... 50
14 A. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam dalam Rebusan
Daun Sirih, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan
Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kerangka Konsep Skripsi
2 Kerangka Operasional Penelitian
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2012
Ika Astrina
Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans
xiii + 75 halaman
Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex
selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni
Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen
adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada
jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir
gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1,2 Basis gigitiruan
dapat terbuat dari bahan logam atau non-logam (plastik / resin). Resin dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu resin termoplastik dan termoset. Resin
termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat
dilunakkan seperti resin termoplastik, contohnya yaitu vulkanit, fenol formaldehid,
dan resin akrilik.3 Resin akrilik polimerisasi panas telah diperkenalkan
penggunaannya di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1937 dan hingga kini masih
banyak dipakai untuk berbagai keperluan pembuatan protesa termasuk bahan basis
gigitiruan karena resin akrilik polimerisasi panas memiliki banyak sifat yang
menguntungkan antara lain memiliki warna yang stabil dan alami, proses
pembuatannya mudah, mudah dipoles, dan harganya yang relatif murah.
Salah satu kelemahan dari resin akrilik polimerisasi panas ialah memiliki
porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi sehingga permukaan basis
gigitiruan yang tidak dipoles seperti halnya bagian yang menghadap ke jaringan lebih
mudah melekat sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan dengan baik maka akan
menjadi tempat berkembangnya spesies mikroba.
4,5
1
plak pada gigitiruan dapat mengganggu kesehatan rongga mulut.6 Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Radford dan Taylor dkk. yang menemukan bahwa perlekatan
mikroba pada resin akrilik polimerisasi panas lebih banyak terdapat pada permukaan
yang kasar.
Endapan plak mikrobial, kalkulus, dan sisa makanan pada basis gigitiruan
dapat menyebabkan berbagai masalah seperti denture stomatitis, stomatits angular,
karies pada gigi yang masih ada, rasa tidak nyaman pada pemakaian gigitiruan, bau
mulut, penampilan yang kurang indah, dan cepat rusaknya bahan gigitiruan.
7
8
Denture
stomatitis merupakan suatu perubahan patologis yang terjadi pada mukosa pendukung
gigitiruan di dalam rongga mulut yang ditandai dengan adanya eritema dibawah
gigitiruan baik di rahang atas maupun di rahang bawah tetapi lebih sering terjadi di
rahang atas.9 Hasil dari sejumlah penelitian memperlihatkan pada denture stomatitis
telah ditemukan jamur jenis Candida albicans dalam bentuk plak pada permukaan
intaglio berbentuk dimorfik, timbul sebagai blastofor yang menyerupai ragi dan
pseudohifa seperti filamen.10 Infeksi Candida albicans secara signifikan dilaporkan
sebagai penyebab denture stomatitis.11
Pemeliharaan kebersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan pembersih gigitiruan.
Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya
memiliki syarat tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau
melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan,
tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak
merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil
Penggunaan pembersih gigitiruan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
mekanis, kemis atau keduanya. Saat ini terdapat berbagai jenis bahan pembersih
gigitiruan yang diperdagangkan dan diantara bahan pembersih tersebut terdapat pula
bahan pembersih yang mengandung bahan kimia seperti, Effervessen peroksida,
Alkalin hipoklorit, Asam, Enzim dan Desinfektan. 11,13-5 Bahan pembersih yang
mengandung desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme termasuk jamur
Candida albicans yang melekat pada basis gigitiruan, namun dalammemilih bahan
desinfektan hendaklah diperhatikan efek desinfektan terhadap gigitiruan karena pada
sebagian bahan pembersih desinfektan sintetis terdapat zat tertentu dari larutan yang
dapat berpenetrasi ke dalam basis dan tidak dapat dibersihkan secara tuntas dengan
cara pencucian sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna pada basis
gigitiruan.16 Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk berbagai
produk sintetis, maka saat ini banyak dilakukan penelitian untuk memanfaatkan
tanaman tradisional diantaranya adalah nanas dan daun sirih yang digunakan sebagai
bahan pembersih gigitiruan yang pemakaiannya lebih aman, murah dan sedikit
memiliki efek samping.
Sastroamidjoyo (1988) melaporkan bahwa tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai obat tradisional adalah buah nanas (Ananas cosmosus L (Merr).
17
18
Penelitian
Tokkong (1979); Heinicke dan Gortner (1987); Kloppenburg (1988); Sastroamidjojo
(1988) dan Rukmana (1995); Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000)
melaporkan bahwa buah nanas mengandung suatu enzim yaitu enzim bromelin yang
plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.18-9
Salah satu varietas nanas yang mengandung enzim bromelin adalan nanas Queen.20
Konsentrasi enzim bromelin pada nanas Queen ternyata lebih tinggi pada bagian
bonggolnya dibandingkan bagian daging buahnya.18 Penelitian awal yang dilakukan
Pujiastuti P (1999) melaporkan bahwa nanas sebagai bahan antiplak diketahui dapat
menurunkan jumlah koloni Streptococcus sanguis pada permukaan gigi secara
invitro.18 Bukti menunjukkan bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni
Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Penelitian Harmely F, Lucida H,
Mukhtar MH (2010) melaporkan bahwa terjadi pengurangan plak dengan penggunaan
pasta gigi bromelin kasar yang diduga karena kemampuannya memecah atau
mengurai protein saliva disamping juga terjadi pengurangan secara fisik dengan
adanya sifat abrasif pada pasta tersebut.
Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki nama binomial Piper betle Linn,
merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan
desinfektan.
21
22-3
Praja HA (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap
pertumbuhan Candida albicans.24 Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri
dari kabivetol, estargiol, eugenol metileugenol, karvakrol, terpen, seskuierpen,
fenilpropan, tannin, fenol dan hidroksi kavikol.25-8
1.2 Permasalahan
Keberhasilan pemakaian gigitiruan yang menggunakan bahan basis resin
pasien dan dokter gigi. Apabila kebersihan rongga mulut pasien jelek, maka pada
permukaan gigitiruan akan terbentuk plak yang terdiri dari genus Candida dan akan
menimbulkan denture stomatitis. Perawatan infeksi Candida albicans dilakukan oleh
pasien dengan menyikat permukaan gigitiruan sampai bersih dan merendam
gigitiruan dalam bahan pembersih. Tanaman tradisional yang memiliki khasiat
sebagai bahan pembersih gigitiruan adalah nanas dan daun sirih. Nanas mengandung
enzim sedangkan daun sirih mengandung desinfektan yang keduanya dapat
menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans. Dari uraian di atas maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada ekstrak bonggol nanas Queen dan
rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan
Candida albicans
2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans
3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman bahan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan dalam
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans
2. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perendaman bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan
dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan
Candida albicans.
2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida
albicans.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman
bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas
1.6 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai
pedoman dalam memberikan instruksi dan nasehat kepada pasien untuk menjaga
kebersihan gigitiruan yang dipakainya dengan bahan alami.
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Kedokteran
Gigi khususnya di bidang Prostodonsia.
3. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih
agar dapat meningkatkan dan memanfaatkan bahan-bahan tradisional untuk
memproduksi bahan pembersih gigitiruan.
4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Gigitiruan
2.1.1 Pengertian
Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan
lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan
sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1 Berbagai macam bahan telah
digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik,
logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan.
Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana
dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna
yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik,
nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif
dan estetis yang baik.2,4,5
2.1.2 Persyaratan
Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis
gigitiruan adalah:
1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi
29,30-1
2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi
a. Modulus elastisitas tinggi
b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara
permanen jika menerima tekanan
c. Kekuatan transversal tinggi
d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila
terjatuh
e. Kekuatan fatique tinggi
f. Abration resistance dan kekerasan yang baik
g. Konduktivitas termal yang baik
h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas
4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik
5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:
a. Radiopak
b. Mudah dimanipulasi dan direparasi
c. Tidak mengalami perubahan dimensi
d. Mudah dibersihkan
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi
semua persyaratan diatas.
2.1.3 Klasifikasi
Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi
2.1.3.1Logam
Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa
aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel. Walaupun bahan
logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil, resisten
terhadap abrasi, namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti
penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline, dan estetis yang kurang baik.
2.1.3.2 Non-Logam (plastik/resin)
Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik/resin.
Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu
resin termoplastik dan termoset.3,31
2.1.3.2.1 Termoplastik
Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali,
dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin
termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan
organik. Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik
akrilik, dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai
basis gigitiruan.3,32
2.1.3.2.2 Termoset
Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan
kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Setelah diproses, bahan ini tidak
sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening
polymer.32 Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan
thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.
Pada tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan resin
polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin akrilik murni tidak berwarna,
transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi,
polimer diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna dan sifat
optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga mulut yang normal, dan
sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu
keuntungan resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah dalam
pengerjaannya.
3
33
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan
saat ini.29 Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil
dalam rumus strukturnya dan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari
asam akrilik (CH2=CHCOOH) dan asam metakrilik (CH2=C(CH3)COOH) dimana
95% dari gigitiruan dibuat sampai saat ini dengan menggunakan resin akrilik. Resin
akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisis dan mekanis yang
cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang teraktivasi
dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan perendaman air
menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas.
Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses inilah akan mengawali proses
polimerisasi.
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet
dengan menggunakan teknik compression-molding. Perbandingan polimer dan
monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat.
Pada saat pencampuran, bahan akan melalui fase (stage) sebagai berikut :
37-9
a. Wet sand stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai
pasir basah.
b. Sticky stage adalah tahap lengket berserat selama polimer larut dalam
c. Dough stage / gel stage adalah tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk
diisi ke dalam mold.
d. Rubberry stage adalah tahap kaku, seperti karet.
Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough
stage dimasukkan ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke
dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin
akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan
menempatkan kuvet dalam waterbath dengan suhu konstan pada 700 C selama 90
menit dan dilanjutkan dengan perebusan pada suhu 1000
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga
mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup
sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan
kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi
gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses
akhir dan dipoles.
C selama 30 menit.
2.2.3 Sifat-sifat Fisis
Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan
atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari
ekspansi termal, massa jenis, porositas dan kekasaran permukaan.
a. Ekspansi termal
1
tidak menimbulkan masalah secara umum, namun terdapat kemungkinan bahwa
anasir gigitiruan yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar dan lepas
akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.
b. Massa Jenis
36
Resin akrilik memliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3.
Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti
karbon, oksigen, dan hidrogen.
c. Porositas
1
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,
disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan
tersebut.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan
yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan
adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan
monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu
pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.
d. Kekasaran permukaan
32
Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang
akan terjadi setelah pemakaian gigitiruan beberapa bulan.6 Gigitiruan dengan
juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang
menemukan perlekatan mikroba lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.
Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal
oleh Quiynen dkk. (1990) dan Bollen dkk. (1997) adalah ± 0,2 µm atau kurang. Pada
resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan, hal ini disebabkan
karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik
terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi perlekatan bakteri pada
permukaan resin akrilik.
7
7
2.2.4 Keuntungan
Keuntungan penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas adalah sebagai berikut :
1. Harga relatif murah
1,40
2. Proses pembuatan mudah
3. Menggunakan perlekatan sederhana
4. Warna stabil
5. Mudah dipoles
2.2.5 Kerugian
Kerugian penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
adalah sebagai berikut :
1. Mudah fraktur
1,40-1
2.3 Bahan Pembersih Gigitiruan
2.3.1 Pengertian
Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang
dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan.
Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk
menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya kembali serta
memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain.
Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik dan
toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.42
2.3.2 Persyaratan
Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan
seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan
tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak
bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian
dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan,
bersifat bakterisidal dan fungisidal.1
2.3.3 Klasifikasi
Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan
2.3.3.1Mekanis
Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan
sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih
ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan
cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan
menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta
pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk
membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk
menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur,
dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.
2.3.3.2 Kemis
Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam
bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis
dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme
kerjanya, antara lain :
1. Effervesen Peroksida
11
Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan
bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada
gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika
digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya
Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International
GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets,
Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull,
Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture
Cleansing Powder (The Boots Company PLC, Notthingham, Inggris) ; Superdrug
Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Suoerdrug Stores Plc,
Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet (Warner Lambert Healthcare,
Eastleigh, Hampshire, Inggris)
2. Alkalin Hipoklorit
Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam
menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus.
Alkalin hipoklorit terbagi antara lain : Dentural (Martindale Pharmaceutical,
Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey,
Inggris).
3. Asam
11-5
Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan berserta sikat dalam
pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain
yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis
gigitiruan logam.
Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain : Denclen (Protector And
Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And
4. Desinfektan
Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan
yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin
selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif
sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan.
Bahan pembersih golongan klorheksidin memiliki contoh seperti : Chlorhexidin
(Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Daun sirih merupakan
tanaman tradisional yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan.
5. Enzim
Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan
yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak
dan plak terlepas dari gigitiruan. Golongan enzim memiliki contoh : Polident (Glaxo
Smith Kline, Irlandia).
Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai
katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator
yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.43 Menurut
Muljohardjo (1984), dalam buah nanas terkandung suatu enzim proteolitik.43 Salah
satu enzim yang berperan penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu
2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis
Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan
ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan
gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan
berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam
bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan
alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih
pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.67
2.4 Nanas
Nanas (Ananas cosmosus L Merr) merupakan buah yang mempunyai
kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat
organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada
bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas
diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik.20,44 Dalam penelitian terdahulu,
didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antifungi.20,45-6
2.4.1 Gambaran Umum
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
47
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Genus : Ananas
Spesies : Ananas cosmosus (L) Merr
Tanaman nanas berasal dari Amerika dan berkembang meluas ke seluruh
dunia yang beriklim tropis. Tanaman nanas berbentuk semak, batangnya mirip gada,
berukuran panjang 20-25 cm, beruas pendek, berfungsi untuk melekat akar, daun,
bunga, tunas, dan buah sehingga secara visual batang tersebut tidak tampak karena
disekelilingnya tertutup oleh daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-135
cm dan lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggirnya berduri. Bunga nanas tersusun
dalam tangkai yang terdiri dari 100-200 bunga. Kumpulan kuntum bunga akan
menghasilkan kumpulan buah kecil yang berjumlah 100-200 buah. Buah kecil
tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang tengah yang disebut
hati/bonggol.24
2.4.2 Jenis-jenis Nanas
Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas di Indonesia, yaitu :
1. Nanas Cayenne
47
Nanas Cayenne berdaun halus, tidak berduri, dan berbuah besar.
2. Nanas Queen
Nanas Queen berdaun pendek, berduri tajam, dan buah lonjong mirip kerucut.
Gambar 1. Nanas Queen
3. Nanas Spanish
Nanas berdaun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, dan buah bulat
dengan mata datar.
4. Nanas Abacaxi
Nanas berdaun panjang berduri kasar, dan buah silindris atau seperti piramida.
2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas
Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik
mulut, antifungi, antibakteri dan desinfektan.20,44-6 Enzim bromelin pada nanas telah
dikenal secara kemis sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh
orang-orang dari beberapa budaya tropis asli.46 Enzim bromelin merupakan salah satu enzim
protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau
polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino.19,48 Muniarti (2006)
melaporkan bahwa buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata
mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah
matang.48 Heinicke dan Gortner (1987) melaporkan bahwa konsentrasi enzim
bromelin pada bagian bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging
Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang
mempunyai sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu
melancarkan pencernaan, mencegah bercampurnya keping-keping darah,
mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis,
mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans.49
Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa enzim bromelin
pada bonggol nanas dapat memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang
merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan
plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.45
Rakhmanda AP (2008) melaporkan bahwa jus nanas (Ananas cosmosus L.merr)
mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans baik bacteriostatic
maupun bactericidal dan diketahui bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni
Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH
(2010) juga melaporkan bahwa bromelin kasar dari batang nanas (Ananas cosmosus
L.merr) efektif sebagai antiplak dalam pasta gigi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :
21
a. Kematangan buah
24,43
Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah
tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk
ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa
b. Pengaruh suhu
Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300
c. Pengaruh pH
C, bila diatas atau dibawah
maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi
kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan
enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah.
Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga
menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim.
Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim
mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum.
d. Pengaruh konsentrasi dan waktu
Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan
waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk
tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk
mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan
bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.
2.5 Daun Sirih
Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai
antiseptik dan desinfektan.22-3 Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun
sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa
terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol
dan beberapa derivatnya.50-1
2.5.1 Gambaran Umum
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
51
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle
Nama binominal : Piper betle Linn
Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang
Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan, permukaan kulit
kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar.
Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai
15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai,
daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5
cm, panjang 1,5-6 cm, dan mengeluarkan bau aromatik.52
2.5.2 Jenis-jenis Daun Sirih
1. Daun Sirih Banda
Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa
bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung.
2. Daun Sirih Cengkeh
Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa
cengkeh.
3. Daun Sirih Hitam
Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk campuran obat.
4. Daun Sirih Jawa
Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih
ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih. (Gambar 2)
Gambar 2. Daun Sirih Jawa
2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih
Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena memiliki
kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes.19,20,53 Dalam
mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg;
besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70
mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula
non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari
: alikatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%;
kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 42,5%; eugenol metil eter
26,8-15,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%.
Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan
antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali
lebih besar dari fenol.
54-5
50,54-6
Minyak atsiri pada daun sirih mengandung senyawa fenol
yang bersifat bakterisid dan apabila terjadi interaksi dengan dinding sel
mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan peningkatan
permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antara mikroorganisme mengakibatkan
perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan
struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Perubahan struktur protein
pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan
sel akan terhambat dan kemudian sel akan menjadi rusak. Metanol memiliki
kemampuan antimikroba terhadap bakteri gram positif dan negatif. Senyawa
kariofilen bersifat antiseptik dan anastetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat
analgesik topikal dan antiseptik.
Daun sirih memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya
pembentukan plak dari awal dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan
Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara
:
1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi
untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal.
53,57
2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting
dalam proses perlekatan bakteri.
Fathilah dan Rahim (2003) melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih
untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory Concentrasion)
adalah 0,216-0,469gr/100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh
bakteri (Minimal Bactericidal Concentration) adalah 0,521- 1,042 gr/100ml. Nalina
dan Rahim (2006) melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas
glucosyltansferase (GTF) yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri
Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 57 Praja HA (2009) melaporkan
bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24
2.6 Candida albicans
2.6.1 Karakteristik Makroskopik
Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37ºC dalam kondisi aerob dan
anaerob.30,57 Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob
Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit
dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun
tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37ºC. Pertumbuhan juga lebih
cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.57
2.6.2 Karakteristik Mikroskopik
Pada media Sabouraud’s Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat
atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 µm.
Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah
dibedakan melalui bentuk pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium
terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau
intercalary.57 (Gambar 3)
Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA
2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel
Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah
albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida
albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer,
mannoprotein, β-glucan, β-glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma.
Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi
spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan
ikatan van der walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke
berbagai jenis permukaan jaringan (Cotter Dan Kavanagh, 2000).
Menurut Hosteter (1994) ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi
antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi
lectin-like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika
protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida
pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika
protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium
atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans
menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat
dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat (misalnya
sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi
adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans
(Kennedy, 1990).
58
Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya
mengaktivasi mitogen activated protein kinase (Map-kinase). Protein kinase tersebut
merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel
(tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak). Map-kinase juga
diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm (Kumamoto,
2005) pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans,
dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel
inang.
Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa
Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada
cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake, et al., 2005).
Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada
vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan
berkembang menjadi hifa (Jong et al., 2001). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi
permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase.
Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut
dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya (Nikawa et al,
1997). Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke
dalam bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans
selama proses invasi (Brown dan Gow, 1999).
58
Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam
menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang.
Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat
membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang
khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada
bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan
penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Bentuk hifa terdiri dari bagian–
bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan
untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di
sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses
infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik
dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan
pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap
dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara
isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa (Ha dan White, 1999).59
2.7 Denture Stomatitis
2.7.1 Pengertian
Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut,
terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis
gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan
biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi
berkisar antara 25-67%, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat
sesuai dengan pertambahan umur.9,60-1
2.7.2 Gambaran Klinis
Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa
timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis,
perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan
angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis
hiperplastik kronis.
Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi
Newton, yaitu :
29,59,60
1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau
60-2
tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.
2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah
mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. (Gambar 4)
Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Laboratoris
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang
dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran (10x10x1)mm.63 (Gambar 6)
Gambar 6. Sampel Lempeng Uji
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :64
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan :
t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan
Pada penelitian perlakuan diberikan pada bahan basis gigitiruan resin
bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9% sebagai
kontrol, sehingga t = 3. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah
sampel (n) tiap kelompok sebagai berikut :
(3-1) (r-1) ≥ 15
2(r-1) ≥ 15
2r ≥ 15+2
r≥17/2
r≥8,5
n= 10
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas
Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dikontaminasi
dengan Candida albicans yang direndam masing-masing dalam ekstrak bonggol
nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9 % sebagai kontrol.
3.3.1.2 Variabel Terikat
Efektivitas ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap
pertumbuhan Candida albicans.
3.3.1.3 Variabel Terkendali
3. Jenis, perbandingan adonan, waktu pengadukan gips keras
4. Jenis dan perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas
5. Suhu dan waktu proses kuring
6. Tekanan press hidrolik
7. Lama perendaman
8. NaCl 0,9%
9. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9%
10. Suhu dan waktu autoclave
11. Suhu dan waktu inkubator
12. Jenis dan waktu pengambilan ekstrak bonggol nanas Queen dan perebusan
daun sirih
13. Media pertumbuhan Candida albicans berupa Potato Dextrose Agar
(PDA) dan Sabaoraud’s Dextrose Agar (SDA)
14. Teknik pengisolasian dan pengkulturan
15. Sterilisasi alat, bahan coba dan media
16. Saliva steril
17. Peneliti yang sama
3.3.2 Defenisi Operasional
1. Ukuran lempeng uji adalah lempeng uji yang terbuat dari resin akrilik
polimerisasi panas, diperoleh dari model induk yang terbuat dari kuningan dengan
ukuran 10x10x1 mm.63
a. Kuvet atas = 200 gram gips : 120 ml air
b. Kuvet bawah = 250 gram gips : 150 ml air
3. Waktu pengadukan gips keras adalah waktu yang digunakan untuk
mengaduk gips dengan spatula selama 15 detik.
4. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik basis gigitiruan merk
QC-20 yang proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath.
5. Perbandingan adonan resin akrilik adalah perbandingan antara jumlah
polimer : monomer yang digunakan pada peneliti yaitu 2 gram polimer : 1 ml
monomer.
6. Pencampuran resin akrilik adalah pencampuran polimer dan monomer resin
akrilik sampai dough stage sehingga bisa dimasukkan ke dalam kuvet.
7. Waktu kuring adalah waktu yang diperlukan untuk polimerisasi yaitu
selama 90 menit pada suhu 70o, kemudian lanjutkan 30 menit pada suhu 1000C
dengan menggunakan waterbath.
8. Tekanan pres hidrolik adalah tekanan yang digunakan untuk mengepres
kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pres hidrolik
dengan tekanan pertama mencapai 1000 psi lalu dilanjutkan dengan pengepresan
akhir sampai 2200 psi kemudian dibiarkan selama 15 menit.
5
9. Waktu perendaman adalah waktu yang digunakan untuk merendam
lempeng uji dalam ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih, dan NaCl 0,9 %
sebagai kontrol masing-masing selama 5 menit .
10. Larutan NaCl 0,9% yang digunakan sebagai kontrol pada penelitian
sama dengan cairan tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan sel dan mencegah
kerusakan sel Candida albicans selama direndam.
11. Ekstrak bonggol nanas Queen adalah patisari bonggol nanas Queen yang
didalamnya terkandung enzim bromelin.
65-6
12. Rebusan daun sirih adalah daun sirih jawa segar yang direbus dengan
aquades 1000
13. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9%
sebagai adalah jumlah (volume dalam ml) yang digunakan untuk merendam lempeng
uji sampai keseluruhan lempeng uji terendam yaitu 2 ml. C.
14. Suhu dan waktu autoclave adalah suhu dan waktu yang dipergunakan
untuk mensterilkan alat menggunakan uap tekanan tinggi yang merupakan metode
sterilisasi yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme termasuk spora, yaitu
1210C selama 1 jam .
15. Suhu dan waktu inkubator adalah suhu dan waktu yang digunakan untuk
mengkultur Candida albicans yaitu 37
63
0
C selama 24 jam.
16. Candida albicans adalah mikroorganisme dengan karakteristik berwarna
krem lembut dengan bau jamur, tumbuh pada kondisi aerob di medium yang memiliki
pH antara 2,5-7,5 dan temperatur antara 20-38
63
0
17. Potato Dextrose Agar (PDA) dan Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)
adalah media untuk pertumbuhan Candida albicans. C.
18. Saliva steril adalah saliva yang digunakan untuk merendam lempeng uji,
autoclave 1210C selama 1 jam (diambil bangun tidur karena belum ada aktifitas
makan sehingga tidak terdapat debris pada saliva).
19. Operator yang melakukan penelitian adalah peneliti yang sama.
63
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel :
a. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
b. Laboratorium Prostodonsia FKG USU
3.4.1.2Tempat Pengujian Sampel
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular di Medan
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September 2011
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk menghasilkan Lempeng Uji
1. Kuvet besar untuk menanam model induk (Smic, Cina)
2. Mangkuk karet dan spatula
3. Pres hidrolik ( 0L 57 Manfredi, Italia)
4. Waterbath Model 1H (Filli Manfredi)