• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian tindakan yang terdiri dari 2 siklus perbaikan menghasilkan beragam data mengenai kondisi nyata siswa di kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013. Beragam data tersebut telah terangkum pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Data tersebut dijadikan sebagai tolak ukur mengenai keberhasilan dalam penelitia tindakan ini. Data yang dihasilkan melalui berbagai macam teknik pengumpulan data menghasilkan data yang variatif pula namun terlihat sejalan.

Sejatinya meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal bukan suatu hal yang mudah. Bimbingan klasikal melalui metode konvensional membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik. Hal tersebut terjadi karena berbagai macam faktor diantaranya guru bimbingan dan konseling kurang kreatif dalam menerapkan variasi metode, media bimbingan yang kurang menarik, kondisi fisik dan psikis siswa yang lelah, serta persepsi yang menganggap bimbingan dan konseling tidak penting. Semua faktor tersebut menjadikan bimbingan klasikal membuat siswa bosan dan merasa terpaksa untuk

mengikuti. Kebosanan dan kepasifan siswa tersebut muncul pula pada pelaksanaan pra penelitian.

Kegiatan pra penelitian yang menggunakan metode ceramah membuat siswa tidak ada antusiasme dalam mengikuti penjelasan peneliti. Siswa banyak berbincang-bincang dengan teman lain mengenai hal lain yang tidak ada kaitannya dengan materi bimbingan, siswa terlambat, siswa keluar kelas, berjalan-jalan pada saat bimbingan, dan tidak aktif dalam bimbingan. Peneliti mengamati bahwa penyebab utama adalah karena metode ceramah yang digunakan. Kemudian penyebab lainnya adalah adanya figur peneliti yang kurang menarik dalam penyampaian materi, terlalu teoritisnya materi yang diberikan, dan faktor dari dalam siswa sendiri. Sejalan dengan peneliti, pengamat pun melihat masalah yang sama pada kelas XF.

Keadaan yang berbanding terbalik justru terlihat pada pelaksanaan perbaikan siklus I dan II dimana metode dinamika kelompok diaplikasikan. Data kuantitatif dan data kualitatif keduanya menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan pra penelitian. Siswa menjadi lebih aktif, lebih menyenangkan, lebih tertarik dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Disamping itu peneliti juga merasakan kepuasan pribadi melihat kondisi siswa yang terlihat banyak bergerak dan berkomunikasi dalam kelompok. Siswa merasakan adanya manfaat dari bimbingan klasikal sehingga kompetensi yang ingin dicapai melalui bimbingan klasikal dapat terlaksana. Nilai-nilai yang diharapkan tertanam dalam diri siswa semakin mengkristal melalui metode dinamika kelompok.

Motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling hendaknya diawali dengan adanya rasa tertarik atau rasa suka terhadap bimbingan klasikal. Kegiatan bimbingan klasikal yang menarik menjadi modal awal siswa untuk lebih termotivasi dalam mengikuti bimbingan klasikal. Jika minat siswa untuk mengikuti layanan bimbingan klasikal tinggi maka akan lebih mudah untuk siswa dalam mencapai kompetensi yang dituntut dalam bimbingan klasikal. Selain itu, bimbingan klasikal akan lebih terlihat hidup dengan adanya suasana yang berbeda. Antusiasme siswa dalam bimbingan klasikal akan menentukan ketercapaian dari indikator pelayanan bimbingan dan konseling.

Jika minat atau rasa tertarik siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal tinggi maka dengan sendirinya siswa akan terdorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam bimbingan klasikal yang mendukung. Aktivitas-aktivitas tersebut seperti memperhatikan, terlibat aktif, bertanya, antusias dan lain sebagainya. Hal tersebut yang mendukung tumbuh kembang siswa melalui bimbingan klasikal. Siswa tidak melakukan kegiatan yang sifatnya menghalangi dirinya dan menghalangi rasa tertariknya. Sehingga manfaat dan tujuan dari adanya bimbingan klasikal akan tercapai dan dirasakan oleh siswa tersebut.

Selain kedua hal diatas, motivasi siswa yang tinggi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal akan mengarahkan perilaku siswa tersebut untuk terus mencari tahu. Perilakunya akan menunjukkan ketidakpuasan dalam mendapatkan materi bimbingan. Sehingga siswa tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. Arah perilakunya menuju hal yang positif dan menjauhi hal yang negatif. Ketiga hal diatas sejalan dengan Djamarah (2008) yang mengatakan

bahwa motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai penggerak perbuatan, dan motivasi sebagai pengarah perbuatan. Oleh karena itu, merancang sebuah kegiatan bimbingan klasikal yang mencakup ketiga hal diatas bukan pekerjaan yang mudah khususnya jika berkaitan dengan metode bimbingan klasikal.

Penggunaan metode dinamika kelompok yang diintegrasikan melalui permainan dirancang untuk membuat siswa agar tidak bosan dalam mengikuti bimbingan klasikal. Dinamika kelompok dapat membuat siswa memiliki sikap positif yang lebih banyak dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Johnson & Johnson (2012) yang menyatakan pada kelompok yang efektif para anggotanya memutuskan untuk bekerjasama dan mereka dengan senang hati akan menjalankannya. Pendapat Johnson dan Johnson tersebut didukung pula oleh uji hipotesis dalam penelitian ini. Uji hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara bimbingan klasikal dengan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok (permainan) diharapkan membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan kondusif. Sejalan dengan hal tersebut Nurihsan (2006:24) menyatakan bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah. Bimbingan klasikal menggunakan dinamika kelompok membuat siswa lebih antusias. Suasana kelas saat bimbingan klasikal menjadi lebih variatif, kondusif, dan atraktif.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menyumbangkan gagasan pada kemajuan bimbingan dan konseling khususnya pada bimbingan klasikal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang membosankan oleh siswa. Sehingga secara tidak langsung akan membuat prestasi siswa meningkat karena semakin kuatnya motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Dinamika kelompok yang digunakan berkembang dengan semakin baik pula dengan tujuan utama yaitu membentuk karakter pribadi siswa yang kuat dan kokoh serta berprestasi tinggi.

Dokumen terkait