• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 di Instalasi Periodonsia RSGM USU pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan klinis yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang perokok sebagai subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian berhasil mengikuti kegiatan penelitian ini hingga selesai. Subjek penelitian hanya diperiksa satu kali saja pada saat tertentu dan data hasil penelitian akan langsung dicatat. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Kelompok usia a. < 30 tahun b. 30 – 50 tahun c. > 50 tahun 39 29 12 48,8 36,3 15 Total 80 100

2 Frekuensi menyikat gigi a. 1x dalam sehari b. 2x dalam sehari

c. Lebih dari 2x dalam sehari d. Tidak tentu 13 55 11 1 16,3 68,8 13,8 1,3 Total 80 100

3 Gusi berdarah saat menyikat gigi a. Ya b. Tidak 33 47 41,3 58,8 Total 80 100

4 Kunjungan terakhir ke dokter gigi a. 3 bulan yang lalu

b. 6 bulan yang lalu c. 1 tahun yang lalu d. Tidak pernah e. Lainnya 0 11 11 35 23 0 13,8 13,8 43,8 28,8 Total 80 100

Tabel 3 memperlihatkan bahwa kelompok usia <30 tahun merupakan subjek terbanyak yaitu dengan jumlah 39 orang (48,8%) dibandingkan dengan subjek pada kelompok usia lainnya. Selain itu, sebagian besar dari subjek penelitian menyikat gigi 2 kali dalam satu hari yaitu sebanyak 55 orang (68,8%). Sebanyak 41,3% atau 33 orang dari subjek penelitian ini mengalami perdarahan gusi pada saat menyikat gigi, sementara 47 orang (58,8%) lainnya tidak mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi. Sementara itu dari seluruh subjek yang diteliti, sebanyak 35 orang atau 43,8% bahkan tidak pernah mengunjungi dokter gigi sebelumnya, baik untuk dilakukan perawatan gigi ataupun hanya untuk memeriksakan kondisi rongga mulutnya.

Data kebiasaan merokok pada penelitian ini terdiri dari jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dan lama merokok. Data tersebut akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Data kebiasaan merokok subjek penelitian

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Jumlah rokok yang dikonsumsi per hari a. < 10 batang rokok per hari

b. 10 – 20 batang rokok per hari c. > 20 batang rokok per hari

25 32 23 31,3 40 28,7 Total 80 100 2 Lama merokok a. ≤ 10 tahun b. 11 – 20 tahun c. > 20 tahun 35 28 17 43,8 35 21,3 Total 80 100

Data yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian cenderung mengonsumsi rokok 10 – 20 batang per hari yaitu sebanyak 32 orang (40%). Sementara itu, lama merokok termasuk kedalam data kebiasaan merokok yang cukup diperhitungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 orang (43,8%) telah merokok selama ≤ 10 tahun lamanya.

Data mengenai keadaan jaringan periodontal subjek pada penelitian ini merupakan hasil dari pemeriksaan klinis yang telah dilakukan. Penilaian klinis

jaringan periodontal tersebut dilakukan dengan menggunakan Indeks Periodontal Russell. Data hasil penelitian akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5. Data skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat Kategori

Perokok

Indeks Periodontal Russell

Total Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 6 Skor 8

n % N % n % n % n %

Perokok ringan 0 0 0 0 21 26,3 3 3,7 1 1,25 25 Perokok sedang 0 0 0 0 22 27,5 8 10 2 2,5 32 Perokok berat 0 0 0 0 9 11,2 11 13,8 3 3,75 23

Total 0 0 52 65 22 27,5 6 7,5 80

Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir seluruh subjek memiliki indeks periodontal Russell dengan skor 2 yaitu gingivitis sebanyak 65% dan kebanyakan subjek merupakan perokok sedang. Selain itu diperoleh juga indeks periodontal Russell dengan skor 6 yaitu gingivitis dengan pembentukan poket periodontal dengan jumlah 27,5% dan skor 8 yaitu destruksi tulang disertai adanya kehilangan fungsi pengunyahan sebanyak 7,5%. Pada masing-masing skor tersebut didominasi oleh perokok berat.

Pada tabel 6, rerata skor indeks periodontal pada perokok berat menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok perokok lainnya, yaitu 2,55±1,02 dengan nilai signifikan 0,012 (p<0,05), sedangkan kelompok perokok ringan menunjukkan hasil 1,78±0,62 dan perokok sedang 2,39±1,08. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat.

Tabel 6. Perbandingan rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat

Parameter n Perokok

Ringan n Perokok Sedang N Perokok Berat p PI 25 1,78±0,62 32 2,39±1,08 23 2,55±1,02 0,012* Keterangan : *Uji One Way ANOVA signifikan pada nilai p <0,05

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain adalah berupa data demografi, data riwayat dental, data kebiasaan merokok dan skor indeks periodontal Russell dari subjek penelitian. Data tersebut meliputi usia, frekuensi dan waktu menyikat gigi, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek dengan kelompok usia <30 tahun merupakan kelompok subjek terbanyak dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu berjumlah 39 orang (48,8%). Reimondos dkk dalam penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2011 menyatakan bahwa pada umumnya laki-laki dengan kelompok usia 25-29 tahun merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi rokok yaitu sebesar 40%. Namun, kelompok usia yang mengonsumsi rokok dengan jumlah yang cukup banyak per harinya adalah kelompok usia 30-34 tahun.46 Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Gautam dkk yang menyatakan perokok dengan usia <35 tahun merupakan kelompok terbanyak yaitu sebanyak 96 dari 200 responden.16

Sementara itu, persentase frekuensi sikat gigi terbanyak adalah dua kali sehari yaitu 55 responden (68,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonbul dkk., di Saudi Arabia yang menunjukkan 91% subjek menyikat giginya dua kali sehari dan 9% menyikat gigi satu kali sehari.48 The Health and Social Care Information Centre tahun 2011 juga memiliki data bahwa sebanyak 75% orang pada kelompok usia dewasa meyikat gigi sebanyak dua kali dalam sehari dan 54% diantaranya berusia 16-24 tahun.49 Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Peeran dkk yang menyatakan hanya 21,23% dari seluruh responden menyikat gigi dua kali dalam satu hari.50

Hasil penelitian mengenai kebiasaan merokok subjek penelitian terdiri atas jumlah rokok yang dikonsumai per hari dan lama merokok. Berdasarkan banyaknya rokok yang dikonsumsi per hari, diperoleh hasil sebanyak 32

responden (40%) diantaranya menghisap sekitar 10-20 batang rokok per hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk yang menyatakan bahwa sebanyak 53 dari 117 orang mengonsumsi rokok berkisar 10-20 batang per hari.51 Selain itu, penelitian Mohamed dkk juga menunjukkan bahwa 130 dari 459 orang mengonsumsi lebih dari 10 batang rokok per hari.12

Global Adult Tobaco Survey: Indonesia Report 2011 menyebutkan bahwa 63,8% dari perokok mengunsumsi rokok secara rutin setiap hari dan 9,5% lainnya mengonsumsi rokok hanya sesekali saja.47 Selain itu, 35 responden (43,8%) telah mengonsumsi rokok selama ≤ 10 tahun. Hasil serupa juga diperoleh oleh Sreedevi dkk yang menunjukkan 50 dari 100 subjek yang diteliti telah merokok selama 1-5 tahun.24 Mohamed dkk juga menyebutkan bahwa 397 dari 459 responden telah mengonsumsi rokok selama 1-10 tahun.12 Namun, penelitian yang dilakukan Singh dkk menunjukkan bahwa perokok dengan lama merokok <10 tahun hanya 12 dari 117 responden.51

Variabel yang diamati adalah skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat. Secara umum, skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pereira dkk yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara skor indeks periodontal pada perokok berat dan ringan dimana skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan.52

Pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak 52 responden memiliki skor 2 (gingivitis), 21 orang diantaranya merupakan perokok ringan, 22 orang perokok sedang, dan 9 orang lainnya adalah perokok berat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pereira dkk yang menyatakan bahwa perokok berat cenderung lebih sedikit mengalami inflamasi gingiva dibandingkan dengan perokok ringan.52 Sreedevi dkk juga menyatakan inflamasi gingiva yang terjadi

pada perokok memiliki rerata skor yang lebih kecil dibandingkan dengan bukan perokok.24

Para ahli telah banyak melakukan penelitian tentang faktor risiko merokok yang berperan cukup signifikan terhadap terjadinya penyakit periodontal. Perbandingan status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat dapat dilihat berdasarkan manifestasi klinis berupa meningkatnya kedalaman poket, adanya kehilangan perlekatan gingiva dan kehilangan tulang serta perdarahan gingiva yang ditandai dengan adanya inflamasi gingiva sebagai tanda awal terjadinya penyakit periodontal. Namun, inflamasi gingiva pada perokok berat memiliki rerata skor yang lebih rendah dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang.53 Pereira dkk52 dan Anil dkk54 menjelaskan bahwa nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan mengubah serta memperburuk sirkulasi gingiva sehingga berkurangnya inflamasi gingiva. Feldman dkk cited Gautam dkk juga menjelaskan nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi lokal, mengurangi aliran darah, oedema dan bertindak sebagai penghambat tanda awal yang pada umumnya terjadi pada jaringan periodontal melalui berkurangnya inflamasi gingiva, warna kemerahan, dan perdarahan.16 Oleh karena itu, inflamasi gingiva lebih sedikit ditemukan pada perokok berat akibat paparan nikotin dengan jumlah yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya keratinisasi gingiva.55

Selain itu, 22 orang dari total seluruh responden memiliki skor 6 (gingivitis disertai dengan pembentukan poket periodontal) dimana 3 orang merupakan perokok ringan, 8 orang perokok sedang, dan 11 orang perokok berat. Enam orang responden lainnya memiliki skor 8 (destruksi tulang disertai kehilangan fungsi pengunyahan), satu diantaranya adalah perokok ringan, 2 orang perokok sedang, dan 3 orang perokok berat. Hal ini sejalan dengan penelitian Gaphor dkk yang menyatakan bahwa perokok berat memiliki rerata skor kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang lebih besar (3,02±0,84 dan 2,8±0,87) jika dibandingkan dengan perokok ringan (2,7±0,56 dan

2,4±0,58).56 Singh dkk dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kedalaman poket pada perokok berat secara signifikan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan. Perokok ringan memiliki skor periodontal yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perokok berat.51

Warnakulasuriya dkk telah merangkum beberapa hasil penelitian dari para ahli tentang risiko kesehatan rongga mulut dan efek yang ditimbulkan akibat merokok. Rangkuman tersebut menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okamoto dkk yang menunjukkan risiko penyakit periodontal dihubungkan dengan klasifikasi perokok. Hasilnya adalah perokok berat berisiko lebih tinggi terkena penyakit periodontal lalu kemudian perokok sedang, dan risiko terendah ada pada kelompok perokok ringan dengan rasio masing-masing 3,9 : 1,7 : 1,3.55

Penelitian ini memperoleh hasil mengenai status periodontal pada perokok sedang yang berjumlah 32 responden. Dua puluh dua diantaranya memiliki skor 2, 8 orang memiliki skor 6, dan 2 orang lainnya memiliki skor 8. Namun hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian para ahli lainnya karena belum banyak teori yang membahas mengenai status periodontal pada kelompok perokok sedang. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai pengklasifikasian perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok tersebut dalam satu hari. Pereira dkk,52 Camargo dkk,57 dan Ali dkk58 berpendapat bahwa perokok ringan adalah orang yang mengonsumsi rokok ≤10 batang rok ok per hari dan perokok berat >10 batang rokok per harinya. Namun disisi lain, Singh dkk51 dan Kaldahl dkk cited Lawande33 menyebutkan perokok ringan mengonsumsi <20 batang rokok per hari dan perokok berat ≥20 batang rokok per hari.

Tanda klinis terjadinya inflamasi terlihat lebih sedikit pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perubahan respon inflamasi atau perubahan respon vaskularisasi gingiva. Walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan pada densitas vaskular gingiva sehat yang telah diteliti pada perokok dan bukan perokok, respon mikrosirkulasi dari akumulasi plak menunjukkan adanya perubahan pada perokok dibandingkan

dengan bukan perokok dimana perkembangan inflamasi, peningkatan aliran cairan sulkus gingiva, perdarahan pada saat probing, dan pembuluh darah gingiva lebih sedikit pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.25

Di sisi lain, konsentrasi oksigen pada jaringan gingiva sehat terlihat lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok, meskipun demikian secara tidak langsung hal ini menunjukkan adanya inflamasi sedang. Temperatur subgingiva pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok, dan pemulihan vasokonstriksi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal akan terjadi lebih lama pada perokok. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan pada mikrovaskularisasi gingiva pada perokok yang menyebabkan menurunnya aliran darah dan mengurangi tanda-tanda inflamasi gingiva.25

Sementara itu, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang cenderung meningkat pada perokok berat dibandingkan dengan perokok ringan. Calsina dkk dan Mahuca dkk cited Gaphor dkk dalam penelitiannya menjelaskan kehilangan perlekatan pada perokok lebih besar dibandingkan bukan perokok disebabkan efek paparan dosis dari berbagai zat kimia yang terkandung dalam rokok yang dihisap dan kemungkinan hal tersebut memengaruhi penyakit periodontal. Penjelasan yang menungkinkan adalah adanya efek kumulatif merokok pada mikroorganisme pada jaringan periodontal, melemahkan sistem imun dan regulasi sitokin.56 Merokok meregulasi ekspresi pro-inflamasi sitokin, seperti interleukin-1 yang terlibat dalam meningkatkan kerusakan jaringan dan resorpsi tulang alveolar.18 Ali dkk menyebutkan bahwa kedalaman poket dan kehilangan perlekatan yang lebih tinggi pada perokok berat tidak hanya disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, tetapi ada juga efek langsung dari rokok yang dapat merusak jaringan.58

Hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada perbedaan status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat di Fakults Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perokok berat memiliki rerata skor indeks periodontal Russell yang lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang.

BAB 6

Dokumen terkait