Lampiran I
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat Pagi/Siang,
Bersama ini saya, Siti Muthi’atun Naila adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status kesehatan jaringan pendukung gigi pada perokok ringan, sedang, dan berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Selain itu, tujuan jangka panjang dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan rongga mulut masyarakat khususnya bagi perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Disamping itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan edukasi bagi para perokok untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya.
Manfaat penelitian ini bagi Bapak adalah memberi pengetahuan kepada Bapak tentang status kesehatan jaringan pendukung gigi akibat merokok. Merokok dapat menyebabkan beberapa masalah dalam rongga mulut seperti terdapat banyak noda pada gigi, banyak karang gigi, gusi menjadi lebih mudah berdarah pada saat menyikat gigi, bahkan gigi akan menjadi goyang sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Diharapkan, setelah mengetahui status kesehatan jaringan pendukung gigi, Bapak mampu menjaga kebersihan rongga mulut dan mengurangi kebiasaan merokok.
Perlakuan yang diterima oleh Bapak adalah pertama kami akan memilih peserta penelitian sesuai dengan persyaratan yang ditentukan kemudian Bapak akan menandatangani surat tanda kesediaan untuk turut serta dalam penelitian ini. Selanjutnya, Bapak akan mengisi lembar pertanyaan yang saya berikan. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal untuk melihat kondisi rongga mulut dan pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut Bapak. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 10 menit per orang.
Sebanyak 80 orang akan ikut dalam penelitian ini yaitu semua peserta adalah laki-laki yang merokok di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang berusia 18 tahun keatas, dan setuju untuk menjadi peserta penelitian.
Bapak sangat saya hargai dan bukan merupakan paksaan. Sewaktu-waktu bila Bapak ingin mengundurkan diri dapat mengajukan pada saya dan saya berjanji hal ini tidak akan mengurangi pelayanan yang diberikan selama berobat di RSGM USU.
Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Bapak dalam penelitian ini, saya akan memberikan sebuah sikat dan pasta gigi sehingga Bapak dapat lebih menjaga kesehatan rongga mulut.
Bila ada hal yang kurang berkenan atau merasa kenyamanan terganggu, Bapak dapat menghubungi saya Siti Muthiatun Naila (telp. 085760770785).
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Lampiran II
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp/Hp :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan pada penelitian yang berjudul:
“Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara”
Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan,
Mahasiswa peneliti Peserta Penelitian
LAMPIRAN III Nomor :
Tanggal : ..……….
Data Subjek Penelitian
“Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang dan Berat
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ”
KUISIONER
Nama Lengkap :
A. Data Responden
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Hp/Telp :
Pilih satu jawaban yang biasa anda lakukan.
B. Pertanyaan Status Kebersihan Rongga Mulut dan Kebiasaan Merokok
1. Berapa kali anda menyikat gigi dalam satu hari? a. 1x dalam satu hari
b. 2x dalam satu hari 1
DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
c. Lebih dari 2x dalam satu hari d. Tidak tentu
2. Kapan waktu yang anda gunakan untuk menyikat gigi?
a. Pagi dan malam hari 2
b. Setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur c. Sebelum sarapan pagi dan malam sebelum tidur d. Setiap selesai mandi
e. Tidak tentu
3. Berapa lama biasanya anda menyikat gigi? a. Kurang dari 1 menit
b. 1-2 menit 3
c. Lebih dari 2 menit d. Tidak tentu
4. Apakah anda memakai pasta gigi saat menyikat gigi?
a. Ya 4
b. Tidak
5. Apakah gusi anda berdarah pada saat menyikat gigi?
a. Ya 5
b. Tidak
6. Apakah anda rutin memeriksakan gigi anda ke dokter gigi? a. Ya
Setiap 6 bulan sekali
Setiap 1 tahun sekali 6
b. Tidak c. Tidak tentu
7. Kapan terakhir kali anda berkunjung ke dokter gigi? a. 3 bulan yang lalu
b. 6 bulan yang lalu 7
c. 1 tahun yang lalu d. Tidak pernah
e. Lainnya, ______________________ (sebutkan)
8. Apakah anda memilik penyakit sistemik?
a. Ya, _____________________________ (sebutkan) 8 b. Tidak
9. Apakah anda seorang perokok?
a. Ya 9
b. Tidak
10. Jika anda seorang perokok, berapa banyak jumlah rokok yang anda konsumsi per hari?
a. < 10 batang rokok per hari 10
b. 10-20 batang rokok per hari c. > 20 batang rokok per hari
11. Apa alasan anda merokok? a. Stress atau jenuh
b. Kebiasaan 11
e. Lainnya, ____________________________ (sebutkan)
12. Berapa kali anda mengonsumsi rokok dalam sehari? a. 1 – 5 kali per hari
b. 6 – 10 kali per hari 12
c. > 10 kali per hari
13. Kapan saja anda merokok? a. Ketika stress atau jenuh b. Ketika selesai makan
c. Ketika berkumpul bersama teman 13
d. Kapan saja
e. Lainnya, ___________________________ (sebutkan)
14. Sudah berapa lama anda mengonsumsi rokok? a. < 10 tahun
b. 11 – 20 tahun 14
c. > 20 tahun
15. Apa jenis rokok yang biasa anda konsumsi?
a. Filter, ________________ (sebutkan) 15
C. Pemeriksaan Rongga Mulut
1. Pemeriksaan Gigi Geligi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
X = Missing teeth Jumlah gigi-geligi =
... K = Karies
√ = Radiks (sisa akar gigi) O = Tambalan
2. Pemeriksaan Jaringan Periodontal (Indeks Periodontal Russell)
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kriteria Penilaian :
Sko r
Jumlah gigi yang diperiksa Jumlah skor seluruh gigi_
= ………
0 Negatif Tidak ada kerusakan jaringan periodontal dan tidak ada kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung 1 Gingivitis ringan Adanya daerah yang mengalami peradangan pada daerah
gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi gigi
2 Gingivitis Adanya peradangan yang mengelilingi ggi tetapi tidak terjadi kerusakan pada perlekatan epitel
6 Gingivitis disertai dengan
pembentukan poket periodontal
Perlekatan epitel terputus, adanya poket periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih tetap berada pada soketnya dan tidak adanya tilting
8 Kerusakan periodontal yang berat dan
kehilangan fungsi pengunyahan
Kemungkinan adanya gigi goyang dan kehilangan gigi, tilting, adanya bunyi tumpul saat dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil saat berada dalam soket
Lampiran IV
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1. Peralatan Penelitian
No Peralatan Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Prob Periodontal
UNC 15 2 unit Rp 185.000,- Rp 370.000,- 2 Kaca mulut 2 unit Rp 31.000,- Rp 62.000,- 3 Sonde halfmoon 2 unit Rp 20.000,- Rp 40.000,- 4 Pinset 2 unit Rp 35.000,- Rp 70.000,- 5 Pipet tetes 5 unit Rp 1.000,- Rp 5.000,- 6 Nierbeken 2 unit Rp 25.000,- Rp 50.000,-
Sub Total Rp 597.000,-
2. Bahan Penelitian
No Peralatan Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Sarung tangan
disposable 2 kotak Rp 56.000,- Rp 112.000,- 2 Masker 1 kotak Rp 24.000,- Rp 24.000,- 3 Celemek 2 pack Rp 50.000,- Rp 100.000,- 4 Larutan disclosing
8 Sabun cuci tangan 255 mL Rp 25.000,- Rp 25.000,- 9 Tissu 5 pack Rp 10.000,- Rp 50.000,-
Sub Total Rp 437.000,-
3. Administrasi dan lain-lain
No Peralatan Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Fotokopi lembar
pemeriksaan 100 set Rp 1.000,- Rp 100.000,-
2 Administrasi Ethical
Clearance - - Rp 100.000,-
3 Pembelian souvenir (sikat
dan pasta gigi) 100 unit Rp 5.000,- Rp 500.000,- 4 Alat tulis 1 kotak Rp 12.000,- Rp 12.000,-
Sub Total Rp 712.000,-
4. Total Dana yang Dibutuhkan
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Peralatan Penelitian Rp 597.000,- 2 Bahan Penelitian Rp 437.000,- 3 Administrasi dan lain-lain Rp 712.000,- 4 Biaya Tak Terduga (10%) Rp 174.600,-
Total Rp 1.920.600,-
Total Biaya Penelitian Rp 1.920.600,-
Lampiran V
BIODATA PENELITI
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Siti Muthi’atun Naila
2. Status Mahasiswa
3. NIM 120600089
4. Tempat dan Tanggal Lahir Medan/ 17 Desember 1994
5. Alamat Rumah Jl. Kesatria Gg. Damai No. 3 Medan 20122
6. E-mail
7. No. Telepon/Hp 085760770785
B. Riwayat Pendidikan
Program SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Nama Sekolah MIN Medan Sunggal
MTs Negeri 3 Medan
MAN 1 Medan
Universitas Sumatera Utara
Tahun Masuk 2000 2006 2009 2012
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Berapa lama biasanya anda menyikat gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Apakah anda memakai pasta gigi saat menyikat gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Ya 79 98.8 98.8 98.8
Tidak 1 1.3 1.3 100.0 Total 80 100.0 100.0
Apakah gusi anda berdarah saat menyikat gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Ya 33 41.3 41.3 41.3
Tidak 47 58.8 58.8 100.0 Total 80 100.0 100.0
Apakah anda rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Ya 16 20.0 20.0 20.0
Tidak 64 80.0 80.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
Kapan terakhir kali berkunjung ke dokter gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Apakah anda memiliki penyakit sistemik?
Frequency Percent Valid Percent
Apakah anda seorang perokok?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Ya 80 100.0 100.0 100.0
Apa alasan anda merokok?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Berapa kali anda mengonsumsi rokok dalam sehari?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Perokok ringan < 10 batang
rokok per hari
25 31.3 31.3 31.3
Perokok sedang 10-20 batang rokok per hari
32 40 41.3 72.5
Perokok berat > 20 batang rokok per hari
23 28.7 27.5 100.0
Kapan saja anda merokok?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Sudah berapa lama anda merokok?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Apa jenis rokok yang biasa anda konsumsi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Skor Indeks Periodontal (PI) 80 2.2455 .98818 1.23 5.56 Skor Indeks Debris 80 1.5639 .45123 .67 3.00 Skor Indeks Kalkulus 80 2.10 .500 1 3 Skor OHIS 80 3.6525 .82371 2.16 6.00 Skor PCR 80 62.436 9.7035 42.0 91.0
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skor Indeks Periodontal Russell
N 80
Normal Parametersa,b Mean 2.2455 Std. Deviation .98818 Most Extreme Differences Absolute .249
Positive .249
Negative -.152
Kolmogorov-Smirnov Z 2.225
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Perce
nt
N Percent N Percent
Kategori Perokok * Kategori PI
80 100.0 %
0 .0% 80 100.0%
Kategori Perokok * Kategori PI Crosstabulation
Count
Kategori PI
Total Skor 2 Skor 6 Skor 8
Kategori Perokok Perokok ringan < 10 batang rokok per hari
21 3 1 25
Perokok sedang 10-20 batang rokok per hari
22 8 2 32
Perokok berat > 20 batang rokok per hari
9 11 3 23
Oneway
batang rokok per hari
25 1.7756 .62403 .12481 1.5180 2.0332 1.23 4.10
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
32 2.3945 1.08202 .18836 2.0109 2.7782 1.40 5.56
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
23 2.5559 1.02260 .21802 2.1025 3.0093 1.35 4.13
Total 80 2.2455 .98818 .11048 2.0256 2.4654 1.23 5.56
Test of Homogeneity of Variances
Post Hoc Tests batang rokok per hari
-.78031* .27626 .006 -1.3304 -.2302
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
.61895* .25058 .016 .1200 1.1179
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
-.16136 .26012 .537 -.6793 .3566
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari batang rokok per hari
-.13040 .13042 .321 -.3901 .1293
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
.23767* .11829 .048 .0021 .4732
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
.10727 .12280 .385 -.1372 .3518
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
Perokok sedang : batang rokok per hari
-.33547* .14195 .021 -.6181 -.0528
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
.29168* .12875 .026 .0353 .5481
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
-.04379 .13365 .744 -.3099 .2224
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
Skor OHIS Perokok ringan : < 10 batang batang rokok per hari
-.41831 .23403 .078 -.8843 .0477
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
.53301* .21227 .014 .1103 .9557
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
.11470 .22035 .604 -.3241 .5535
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
Skor Plak Perokok ringan : batang rokok per hari
-.41764 2.87135 .885 -6.1352 5.2999
Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
-.42327 2.60438 .871 -5.6093 4.7627
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
-.84091 2.70353 .757 -6.2243 4.5425
Perokok berat : > 20 batang rokok per hari
Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Irianto K. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular panduan klinis. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014: 468-72.
2. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah E. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 220-2.
3. World Health Organization (WHO). Global Health Observatory (GHO) data Prevalence of tobacco us 2015).
4. Jain CD et al. Comparative analysis of periodontal health status by CPI Index in cigarette somkers and non-smokers. International Journal of Advanced Health Science 2014; 1(1): 2-5.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013: 132-5.
6. Alamsyah RM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status periodontal remaja di kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009: 31-4.
7. Sitepoe M. Usaha mencegah bahaya merokok. Jakarta: Gramedia, 1997: 7-10. 8. Bustan MN. Menejemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2015:261-70.
9. Ng M, et al. Smoking prevalence and cigarette consumption in 187 countries, 1980-2012. J American Med Assoc 2014; 311(2): 183-92.
10. Jacob SP. Smoking as a risk factor for periodontitis: A literature review. Rev Odonto J 2010; 25(4): 406-11.
11. Neto JBC, Rosa EF, Pannuti CM, Romito GA. Smoking and periodontal tissues: a review. Braz Oral Res 2012; 26(1): 25-31.
Journal of Indian Society of Periodontology 2010; 14(1): 72-8.
14. Kolte AP, Kolte RA, Laddha RK. Effect of smoking on salivary composition and periodontal status. Jorunal of Indian Society of Periodontology 2012; 16(3): 350-2.
15. Arowojulu MO, Fawole OI, Dosumu EB, Opeodu OI. A comparative study of oral hygiene status of smokers and non-smokers in Ibadan, Oyo state. Nigerian Medical Journal 2013; 54(4): 240-3.
16. Gautam DK, Jindal V, Gupta SC, Tuli A, Kotwal B, Thakur R. Effect of cigarette smoking on the periodontal health status: A comparative, cross sectional study. J Indian Soc Periodontol 2011; 15(4): 383-7.
17. Rajali M, Palmer RM, Coward P, Wilson RF. A retrospective study of periodontal disease severity in smokers and non-smokers. British Dent Journal 2005; 198(8): 495-8.
18. Abu M. The effect of smoking on periodontal disease: An evidence-based comprehensive literature review. Journal of Stomatology 2014; 4: 33-41.
19. Bergstrom J, Eliasson S, Dock J. Exposure to tobacco smoking and periodontal health. Journal of Clinical Periodontology 2000; 27(1): 61-8.
20. Tomar SL, Asma S. Amoking-attributable periodontitis in the United States: finding from NHANES III. National Health Nutrition Examination Survey. J Periodontol 2000; 71(5): 743-51.
21. Erdemir EO, Sonmez IS, Oba AA, Bergstorm J, Caglayan O. Periodontal health in children exposed to passive smoking. J Clin Periodontol 2010; 37(2): 160-4. 22. Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed.,
Philadelphia: WB Saunders, 2007: 97.
23. Shetty AC. Patiens’ awareness of the relationship between smoking and periodontal disease in Kingdom of Saudi Arabia. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2015; 7(5): 60-3.
25. Novak MJ, Novak KF, Preshaw PM. Smoking and periodontal disease. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed 11., Missouri: Elsevier, 2012: 294-301.
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesian Nomor. 1022/MENKES/SK/XI/2008. Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif. 11-4.
27. The Tobacco Atlas. Our largest objective is to dramatically reduce the consumption of combustible cigarettes. September 2015).
28. Wigand JS. Additives, cigarette design and tobacco product regulation. Japan : Kobe, 2006: 2-42.
29. Geiss O, Kotzias D. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. Italy: Luxembourg, 2007: 1-10.
30. Wibowo A, dkk. Kesehatan masyarakat di Indonesia konsep, aplikasi dan tantangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014: 323-9.
31. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi Unisula 2013; 1-8.
32. Pejcic A, Obradovic R, Kesic L, Kojovic D. Smoking and periodontal disease a review. Journal of Medcine and Biology 2007; 14(2): 53-9.
33. Lawande SA. Effect of smoking on periodontal therapy. International Jorunal of Health Science and Research 2014; 4(5): 248-58.
34. Torkzaban P, Khalili Z, Ziaei N. Smoking and periodontal disease. Avicenna J Dent Res 2013; 5(2): 1-7.
35. Javed F, Ahmed HB, Romanos GE. Assotiation between environmental tobacco smoke and periodontal disease: A systematic review. Environmental Research 2014; 133: 117-22.
36. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2004: 128.
38. Eley BM, Soory M, Manson JD. The aetiology of periodontal disease. In: Periodontics. 6th ed., Missouri: Elsevier, 2010: 36-41.
39. Jenco RJ. Risk factor for periodontal disease. In: BC Decker Periodontal Medcine. London: BC Decker Inc, 2000: 12-9.
40. Taggart EJ, Perry DA. Gingival disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 102-8.
41. James E. Hinrichs and M. John Novak. Classification of disease and conditions affecting the periodontium. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical
Periodontology. Ed 11., Missouri: Elsevier, 2012: 34-42.
42. Taggart EJ, Perry DA. Periodontal disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 124-5.
43. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed ke-4., Jakarta: CV Sagung Seto, 2011: 368.
44. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Ed ke-3., Jakarta: Salemba Medika, 2010: 21.
45. Perry DA. Epidemiology of Periodontal Disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 48-9.
46. Reimondos et al,. Smoking and Young Adults in Indonesia. The 2010 Greater Jakarta Transition of Adulthood Survey 2010: 1-6.
47. World Heath Organization (WHO). The Global Adult Tobacco Survey : Indonesian Report 2011, 2011 : 14-35.
48. The Health and Social Care and Information Centre National Statistic UK. Preventive behavior and risks to oral health – a report from the adult dental health survey, 2011: 7-13.
49. Peeran et al., Periodontal status and risk factors among adults of sebha city (Libya). International Journal of Dentistry 2012; 1-5.
attitudes, and behavior of adults in China. International Dental Journal 2005; 55: 231-41.
51. Singh S, et al,. Association between tobacco smoking and periodontal status among bank employees of Meerut city. Journal of Dental Research and Review 2015; 2(2): 67-9.
52. Pereira A, Castro A, Ramos Q, Alves C. Effect of cigarette smoking on oral hygiene status. Rev Odonto Cienc 2013; 28(1): 4-7.
53. Petrovic M et al,. Comparative analysis of smoking influence on periodontal tissues in subjects with periodontal disease. Journal of the Academy of Medical Sciences of Bosnia and Herzegovina 2013; 25(3): 196-8.
54. Anil SW et al,. Oral hygiene status and periodontal treatment needs of Nigerian male smokers. TAF Prev Medicine Bulletin 2010; 9(2): 107-12.
55. Warnakulasuraiya S, et.al,. Oral heatlh risk of tobacco use and effects of cessation. International Dental Journal 2010; 60(1): 7-30.
56. Gaphor SM, Ali SH, Abdullah MJ. Evaluation of Salivary Interleukin-1beta
(IL-1β) Level in Relation to the Periodontal Status in Smoker and Non-smoker Individuals. J Interdiscpl Med Sci 2014; 2(3): 1-5.
57. Camargo et al,. Level of prostaglandin E2 (PGE2) in gingival crevicular fluid from smokers and non-smokers in gingivitis and chronic periodontitis disease. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2015; 7(5): 54-9.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan November 2015 – Januari 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua orang yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah perokok yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian dapat tercapai.
3.3.2.1 Besar Sampel
Keterangan:
n = Jumlah sampel
α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 5%, sehingga Zα = 1,96 β = power of test, penelitin ini menggunakan β = 10%, sehingga Zβ = 1,282 S = Standar deviasi, SD = 0,19
X1–X2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna, pada penelitian ini digunakan X1–X2 = 10%
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel sesuai dengan rumus diatas, diperoleh hasil sebanyak 80. Maka total sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebesar 80 orang yang merupakan perokok yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
- Subjek berusia 18-65 tahun - Keadaan umum subjek baik
- Subjek merupakan perokok aktif (minimal 1 batang rokok per hari) - Masih memiliki gigi asli minimal 15 gigi
- Tidak melakukan pembersihan karang gigi < 6 bulan - Laki-laki
- Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
3.4.2 Kriteria Eksklusi
- Subjek mengonsumsi obat-obatan sistemik - Pecandu alkohol
3.5 Variabel Penelitian
Variabel Bebas
- Perokok
Variabel Tergantung
Status periodontal yang diukur berdasarkan : - Indeks Periodontal Russell
Variebel Terkendali
- Subjek merupakan perokok aktif, minimal 1 batang rokok per hari - Jenis rokok yang dikonsumsi adalah rokok tembakau
- Jenis kelamin - Usia
Variabel Tidak Terkendali
- Diet
3.6 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Pemeriksaan dan
Alat Ukur Kategori
Skala Data
1. Perokok Seseorang yang
mengonsumsi rokok dengan jumlah minimal 1 batang per hari dan lama periodontal dan tidak ada kehilangan fungsi akibat pada daerah gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi 6 = Gingivitis disertai
dengan pembentukan poket. Perlekatan epitel terputus, adanya poket periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih tetap berada pada soketnya dan tidak adanya tilting gigi, tilting, adanya bunyi tumpul saat dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil saat berada dalam soket
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
- Kaca mulut
- Sarung tangan dan Masker - Alkohol
- Larutan desinfektan
3.8 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data
3.8.1 Pemberian Informed Concent dan Pengisian Kuisioner
Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta untuk menandatangani lembar informed concent. Setelah itu, subjek diminta mengisi beberapa pertanyaan yang ada pada kuisioner melalui wawancara.
3.8.2 Pemeriksaan Jaringan Periodontal dengan Indeks Periodontal
Russell
Setelah subjek terpilih menjawab beberapa pertanyaan yang tertera pada kuisioner, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal untuk melihat keadaan jaringan periodontal subjek penelitian untuk mendapatkan skor indeks periodontal Russell dari subjek. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut akan ditentukan apakah subjek termasuk penderita gingivitis ringan, gingivitis disertai dengan pembentukan poket, atau telah adanya destruksi tulang yang dilihat melalui kehilangan perlekatan. Pengukuran ini dilakukan pada seluruh gigi-geligi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan Prob Periodontal UNC 15. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pemeriksaan.45
3.8.3 Pencatatan Hasil Pemeriksaan
3.9 Skema Alur Penelitian
Skema alur penelitian yang akan dilakukan :
Mencari sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari populasi penelitian
Memberikan informed concent kepada sampel yang terpilih untuk meminta kesediaan sampel berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan lembar penjelasan kepada calon sampel penelitian dan lembar persetujuan
Pengisian kuisioner
Pemeriksaan kondisi jaringan periodontal subjek dengan menggunakan Indeks Periodontal Russell
Pencatatan hasil pemeriksaan
Pengumpulan dan pengolahan data
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding dan entry data, kemudian dilakukan analisis data menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji nonparametrik Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Apabila data terdistribusi normal, analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji ANOVA one way untuk melihat perbedaan status periodontal pada perokok di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.
3.11 Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup:
1. Lembar persetujuan (informed concent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 di Instalasi Periodonsia RSGM USU pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan klinis yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap subjek penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada 80 orang perokok sebagai subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian berhasil mengikuti kegiatan penelitian ini hingga selesai. Subjek penelitian hanya diperiksa satu kali saja pada saat tertentu dan data hasil penelitian akan langsung dicatat. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian
No Variabel Jumlah Persentase (%)
2 Frekuensi menyikat gigi a. 1x dalam sehari
3 Gusi berdarah saat menyikat gigi a. Ya
Tabel 3 memperlihatkan bahwa kelompok usia <30 tahun merupakan subjek terbanyak yaitu dengan jumlah 39 orang (48,8%) dibandingkan dengan subjek pada kelompok usia lainnya. Selain itu, sebagian besar dari subjek penelitian menyikat gigi 2 kali dalam satu hari yaitu sebanyak 55 orang (68,8%). Sebanyak 41,3% atau 33 orang dari subjek penelitian ini mengalami perdarahan gusi pada saat menyikat gigi, sementara 47 orang (58,8%) lainnya tidak mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi. Sementara itu dari seluruh subjek yang diteliti, sebanyak 35 orang atau 43,8% bahkan tidak pernah mengunjungi dokter gigi sebelumnya, baik untuk dilakukan perawatan gigi ataupun hanya untuk memeriksakan kondisi rongga mulutnya.
Data kebiasaan merokok pada penelitian ini terdiri dari jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dan lama merokok. Data tersebut akan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Data kebiasaan merokok subjek penelitian
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1 Jumlah rokok yang dikonsumsi per hari a. < 10 batang rokok per hari
Data yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian cenderung mengonsumsi rokok 10 – 20 batang per hari yaitu sebanyak 32 orang (40%). Sementara itu, lama merokok termasuk kedalam data kebiasaan merokok yang cukup diperhitungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 orang (43,8%) telah merokok selama ≤ 10 tahun lamanya.
jaringan periodontal tersebut dilakukan dengan menggunakan Indeks Periodontal Russell. Data hasil penelitian akan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5. Data skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat Kategori
Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir seluruh subjek memiliki indeks periodontal Russell dengan skor 2 yaitu gingivitis sebanyak 65% dan kebanyakan subjek merupakan perokok sedang. Selain itu diperoleh juga indeks periodontal Russell dengan skor 6 yaitu gingivitis dengan pembentukan poket periodontal dengan jumlah 27,5% dan skor 8 yaitu destruksi tulang disertai adanya kehilangan fungsi pengunyahan sebanyak 7,5%. Pada masing-masing skor tersebut didominasi oleh perokok berat.
Pada tabel 6, rerata skor indeks periodontal pada perokok berat menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok perokok lainnya, yaitu 2,55±1,02 dengan nilai signifikan 0,012 (p<0,05), sedangkan kelompok perokok ringan menunjukkan hasil 1,78±0,62 dan perokok sedang 2,39±1,08. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat.
Tabel 6. Perbandingan rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat
Parameter n Perokok
Ringan n Perokok Sedang N Perokok Berat p PI 25 1,78±0,62 32 2,39±1,08 23 2,55±1,02 0,012* Keterangan : *Uji One Way ANOVA signifikan pada nilai p <0,05
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain adalah berupa data demografi, data riwayat dental, data kebiasaan merokok dan skor indeks periodontal Russell dari subjek penelitian. Data tersebut meliputi usia, frekuensi dan waktu menyikat gigi, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek dengan kelompok usia <30 tahun merupakan kelompok subjek terbanyak dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu berjumlah 39 orang (48,8%). Reimondos dkk dalam penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2011 menyatakan bahwa pada umumnya laki-laki dengan kelompok usia 25-29 tahun merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi rokok yaitu sebesar 40%. Namun, kelompok usia yang mengonsumsi rokok dengan jumlah yang cukup banyak per harinya adalah kelompok usia 30-34 tahun.46 Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Gautam dkk yang menyatakan perokok dengan usia <35 tahun merupakan kelompok terbanyak yaitu sebanyak 96 dari 200 responden.16
Sementara itu, persentase frekuensi sikat gigi terbanyak adalah dua kali sehari yaitu 55 responden (68,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonbul dkk., di Saudi Arabia yang menunjukkan 91% subjek menyikat giginya dua kali sehari dan 9% menyikat gigi satu kali sehari.48 The Health and Social Care Information Centre tahun 2011 juga memiliki data bahwa sebanyak 75% orang pada kelompok usia dewasa meyikat gigi sebanyak dua kali dalam sehari dan 54% diantaranya berusia 16-24 tahun.49 Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Peeran dkk yang menyatakan hanya 21,23% dari seluruh responden menyikat gigi dua kali dalam satu hari.50
responden (40%) diantaranya menghisap sekitar 10-20 batang rokok per hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk yang menyatakan bahwa sebanyak 53 dari 117 orang mengonsumsi rokok berkisar 10-20 batang per hari.51 Selain itu, penelitian Mohamed dkk juga menunjukkan bahwa 130 dari 459 orang mengonsumsi lebih dari 10 batang rokok per hari.12
Global Adult Tobaco Survey: Indonesia Report 2011 menyebutkan bahwa 63,8% dari perokok mengunsumsi rokok secara rutin setiap hari dan 9,5% lainnya mengonsumsi rokok hanya sesekali saja.47 Selain itu, 35 responden (43,8%) telah mengonsumsi rokok selama ≤ 10 tahun. Hasil serupa juga diperoleh oleh Sreedevi dkk yang menunjukkan 50 dari 100 subjek yang diteliti telah merokok selama 1-5 tahun.24 Mohamed dkk juga menyebutkan bahwa 397 dari 459 responden telah mengonsumsi rokok selama 1-10 tahun.12 Namun, penelitian yang dilakukan Singh dkk menunjukkan bahwa perokok dengan lama merokok <10 tahun hanya 12 dari 117 responden.51
Variabel yang diamati adalah skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat. Secara umum, skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pereira dkk yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara skor indeks periodontal pada perokok berat dan ringan dimana skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan.52
pada perokok memiliki rerata skor yang lebih kecil dibandingkan dengan bukan perokok.24
Para ahli telah banyak melakukan penelitian tentang faktor risiko merokok yang berperan cukup signifikan terhadap terjadinya penyakit periodontal. Perbandingan status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat dapat dilihat berdasarkan manifestasi klinis berupa meningkatnya kedalaman poket, adanya kehilangan perlekatan gingiva dan kehilangan tulang serta perdarahan gingiva yang ditandai dengan adanya inflamasi gingiva sebagai tanda awal terjadinya penyakit periodontal. Namun, inflamasi gingiva pada perokok berat memiliki rerata skor yang lebih rendah dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang.53 Pereira dkk52 dan Anil dkk54 menjelaskan bahwa nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan mengubah serta memperburuk sirkulasi gingiva sehingga berkurangnya inflamasi gingiva. Feldman dkk cited Gautam dkk juga menjelaskan nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi lokal, mengurangi aliran darah, oedema dan bertindak sebagai penghambat tanda awal yang pada umumnya terjadi pada jaringan periodontal melalui berkurangnya inflamasi gingiva, warna kemerahan, dan perdarahan.16 Oleh karena itu, inflamasi gingiva lebih sedikit ditemukan pada perokok berat akibat paparan nikotin dengan jumlah yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya keratinisasi gingiva.55
2,4±0,58).56 Singh dkk dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kedalaman poket pada perokok berat secara signifikan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan. Perokok ringan memiliki skor periodontal yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perokok berat.51
Warnakulasuriya dkk telah merangkum beberapa hasil penelitian dari para ahli tentang risiko kesehatan rongga mulut dan efek yang ditimbulkan akibat merokok. Rangkuman tersebut menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okamoto dkk yang menunjukkan risiko penyakit periodontal dihubungkan dengan klasifikasi perokok. Hasilnya adalah perokok berat berisiko lebih tinggi terkena penyakit periodontal lalu kemudian perokok sedang, dan risiko terendah ada pada kelompok perokok ringan dengan rasio masing-masing 3,9 : 1,7 : 1,3.55
Penelitian ini memperoleh hasil mengenai status periodontal pada perokok sedang yang berjumlah 32 responden. Dua puluh dua diantaranya memiliki skor 2, 8 orang memiliki skor 6, dan 2 orang lainnya memiliki skor 8. Namun hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian para ahli lainnya karena belum banyak teori yang membahas mengenai status periodontal pada kelompok perokok sedang. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai pengklasifikasian perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok tersebut dalam satu hari. Pereira dkk,52 Camargo dkk,57 dan Ali dkk58 berpendapat bahwa perokok ringan adalah orang yang mengonsumsi rokok ≤10 batang rok ok per hari dan perokok berat >10 batang rokok per harinya. Namun disisi lain, Singh dkk51 dan Kaldahl dkk cited Lawande33 menyebutkan perokok ringan mengonsumsi <20 batang rokok per hari dan perokok berat ≥20 batang rokok per hari.
dengan bukan perokok dimana perkembangan inflamasi, peningkatan aliran cairan sulkus gingiva, perdarahan pada saat probing, dan pembuluh darah gingiva lebih sedikit pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.25
Di sisi lain, konsentrasi oksigen pada jaringan gingiva sehat terlihat lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok, meskipun demikian secara tidak langsung hal ini menunjukkan adanya inflamasi sedang. Temperatur subgingiva pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok, dan pemulihan vasokonstriksi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal akan terjadi lebih lama pada perokok. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan pada mikrovaskularisasi gingiva pada perokok yang menyebabkan menurunnya aliran darah dan mengurangi tanda-tanda inflamasi gingiva.25
Sementara itu, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang cenderung meningkat pada perokok berat dibandingkan dengan perokok ringan. Calsina dkk dan Mahuca dkk cited Gaphor dkk dalam penelitiannya menjelaskan kehilangan perlekatan pada perokok lebih besar dibandingkan bukan perokok disebabkan efek paparan dosis dari berbagai zat kimia yang terkandung dalam rokok yang dihisap dan kemungkinan hal tersebut memengaruhi penyakit periodontal. Penjelasan yang menungkinkan adalah adanya efek kumulatif merokok pada mikroorganisme pada jaringan periodontal, melemahkan sistem imun dan regulasi sitokin.56 Merokok meregulasi ekspresi pro-inflamasi sitokin, seperti interleukin-1 yang terlibat dalam meningkatkan kerusakan jaringan dan resorpsi tulang alveolar.18 Ali dkk menyebutkan bahwa kedalaman poket dan kehilangan perlekatan yang lebih tinggi pada perokok berat tidak hanya disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, tetapi ada juga efek langsung dari rokok yang dapat merusak jaringan.58
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Ada perbedaan yang bermakna pada rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (p<0,05). Perokok berat memiliki rerata skor indeks periodontal yang lebih tinggi (2,55±1,02) dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang (1,78±0,62 dan 2,39±1,08).
6.2Saran
1. Penelitian lebih lanjut mengenai status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat ditinjau berdasarkan lamanya merokok.
2. Dokter gigi turut berperan serta dalam memberikan nasihat dan motivasi pada pasien perokok agar melakukan selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya dan melakukan kontrol berkala secara rutin ke dokter gigi untuk mencegah akumulasi kalkulus dan kerusakan tulang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merokok
2.1.1 Kebiasaan Merokok dan Prevalensinya
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan telah dianggap sebagai epidemi, baik di negara maju maupun negara berkembang.8,25 Perokok sangat mudah ditemukan dimana saja, baik itu laki-laki dan perempuan, anak-anak – lansia, kaya dan miskin; tidak terkecuali. Prevalensi merokok lebih tinggi ditemukan pada kelompok usia muda (≤34 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua (≥55 tahun) , dan hal ini lebih umum ditemui pada laki-laki (30,9%) dibandingkan perempuan (25,1%).25
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam tiga bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2) Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3) Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok.6
Menurut Silvan Tomkins cited Alamsyah, ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory yaitu6 :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif, dengan merokok seseorang merasa akan penambahan rasa yang positif. Ada dua subtipe perilaku merokok : a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan
yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan. 2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Sebagian orang merokok
3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok setiap saat setelah efek dari rokok berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.
Gaya hidup merokok telah menjadi suatu masalah kesehatan karena merokok merupakan faktor risiko yang mendukung terjadinya berbagai macam penyakit dan membawa kematian berjuta penduduk dunia.8 Lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan. The Jakarta Global Youth Survey melaporkan bahwa 89% dari anak-anak sekolah yang disurvei terpajan asap rokok lingkungan di tempat-tempat umum. Anak-anak yang terpapar pada asap tembakau mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkhitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma bronkial. Kesehatan yang buruk pada usia dini mungkin akan menyebabkan kesehatan yang buruk pula pada saat dewasa.26
Namun demikian, tingkat konsumsi rokok terus meningkat. Pada tahun 2014, sekitar
5,8 triliun rokok dihisap oleh perokok dan diperkirakan ada lebih dari 1,3 miliar perokok di seluruh dunia (sekitar 1 miliar laki-laki dan 300 juta orang perempuan). Pola konsumsi rokok di setiap negara sangat bervariasi. Merokok sering dihubungkan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat, dimana lebih dari 80% dari jumlah perokok tersebut hidup di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah.25,27
China merupakan negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi di dunia,
baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut bukan hanya dilihat dari seberapa sering seseorang mengonsumsi rokok per hari, tetapi juga intensitas merokok yang tinggi
atau jumlahrokok yang dihisapolehperokokper hari.27
diantaranya mengkonsumsi rokok kretek, dan lebih dari 60% berada di daerah pedesaan. Pada tahun 2002, jumlah rokok yang dihisap penduduk Indonesia mencapai lebih 200 miliar batang.26
Namun data terbaru dari The Tobacco Atlas menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai negara dengan tingkat konsumsi rokok terbesar di dunia.27
Gambar 1. Tingkat konsumsi rokok per orang per tahun: usia ≥ 15 tahun, 201427
Data mengenai prevalensi merokok sangat bervariasi. Sumber data tersebut berupa data frekuensimerokok danjenisrokok yang dikonsumsi. Data mengenai frekuensi merokok, fokusnya tertuju pada perokok harian atau merokokminimal satu kali per hari, mengingat risiko kesehatan yang signifikan berhubungan dengan merokok setiap hari, bahkan pada tingkat konsumsi yang rendah sedangkan untuk data mengenai jenis rokok yang dihisap, fokus penelitian tertuju pada semua produk rokok yang dikonsumsi oleh masyarakat.27
2.1.2 Komponen Rokok
Rokok merupakan suatu produk komersial berbentuk silindris berdiameter 5-8 mm yang terdiri atas tembakau, kertas pembalut dan penapis dengan panjang total 70-100 mm dan panjang penapis 15-25 mm.28,29 Rokok adalah salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu dan bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tobacum atau yang biasa disebut dengan tembakau.8
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat tingkat produksi tembakau yang tinggi. Produksi tembakau di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009, total produksi tembakau di Indonesia mencapai 176,94 ton. Namun, sekitar 98% produk tembakau di Indonesia digunakan untuk rokok.30
Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditas internasional.8 Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Bahan tersebut umumnya bersifat toksik, karsinogenik di samping beberapa bahan yang bersifat radioaktif dan adiktif. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).25,31
Komponen gas adalah berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia piridin, dan karbon monoksida.31,32 Komponen partikel adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan filter cartridge dengan ukuran pori-pori 0,1μm, terdiri dari tar, nikotin, benzantrachne, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol dan kresol.31
Nikotin merupakan senyawa yang paling aktif secara farmakologi didalam asap rokok.32 Nikotin merupakan bahan alkaloid alam yang bersifat toksik, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara.13 Nikotin memberikan efek terhadap sistem kardiovaskular. Selama merokok, terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sehingga memengaruhi terjadinya vasokonstriksi.8,32 Nikotin juga berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblas ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblas, serta dapat merusak sel membran.31
Gas karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan satu batang rokok dapat mencapai 3-6%, gas ini dapat dihisap oleh siapa saja, baik oleh perokok itu sendiri, orang yang berada di dekat perokok, ataupun orang yang berada pada ruangan yang sama dengan perokok.30 Gas karbonmonoksida (CO) dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit). Gas karbonmonoksida (CO) memiliki afinitas dengan haemoglobin (Hb) sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin (Hb).31 Zat ini akan berikatan dengan oksigen dan membentuk carboxihaemoglobin. Seorang perokok memiliki kadar carboxihaemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, yaitu sekitar 2-15%.8
Asap rokok yang dihisap ke dalam paru oleh perokoknya disebut asap rokok utama (main stream smoke), sedang asap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke). Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap rokok utama yang dihembuskan lagi oleh perokok dan asap rokok sampingan disebut asap rokok lingkungan atau environmenttal tobacco smoke.26
rokok lingkungan berbahaya bagi kesehatan dan tidak ada kadar pajanan minimal asap rokok lingkungan yang aman.26
2.1.3 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok
Alamsyah membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tetapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.6
Berdasarkan kemampuannya menghisap rokok dalam sehari, perokok dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu8,32 :
1. Perokok ringan, yaitu perokok yang mengonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari.
2. Perokok sedang, yaitu perokok yang mengonsumsi 10-20 batang rokok per hari. 3. Perokok berat, yaitu perokok yang mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok per
hari.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi di bagi tiga jenis6,7:
1. Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok putih memiliki kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin. Kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya. Kadar tar dan nikotin yang tergolong rendah ini menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan.
3. Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis7 :
1. Rokok Filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. 2. Rokok Non Filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
Menurut Bustan, lamanya seseorang merokok dapat diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga memiliki dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok seseorang, akan semakin besar pengaruhnya.8
2.1.4 Dampak Merokok Terhadap Kesehatan
Merokok merupakan suatu kebiasaan adiktif yang pertama kali diperkenalkan di Eropa.32 Berdasarkan segi kesehatan, tidak ada manfaat yang terkandung di dalam rokok.8 Merokok dapat menimbulkan efek yang berbahaya pada setiap jaringan tubuh, termasuk rongga mulut dan sering dikaitkan dengan beberapa penyakit yang dapat menurunkan harapan dan kualitas hidup seseorang.25,33 Efek sistemik yang dapat ditimbulkan akibat merokok diantaranya infarksi miokardial, penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, penyakit saluran pernafasan, masalah pada sistem reproduksi, emfisema, bronkhitis, impoten, ulkus, osteoporosis, kerutan pada wajah dan kecanduan nikotin.13,25,34 Kebanyakankematian akibatmerokokadalah karenakanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronisdanpenyakit jantung koroner.25
Selain mengganggu keadaan sistemik, merokok juga menimbulkan efek pada rongga
mulut. Penyakit rongga mulut yang sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok
diantaranya kanker mulut, faring, laring, esofagus dan bibir, abrasi gigi, stein, pembentukan
kalkulus, halitosis, gangguan pengecapan, atrisi, luka menjadi lebih lama sembuh, dry
socket, hairy dan coated tongue, meningkatkan risiko terjadinya celah bibir dan palatum,
Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.31
Selain itu, asap rokok lingkungan juga dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan
individu. Individu yang terpapar asap rokok lingkungan juga berpotensi terkena penyakit
sistemik maupun rongga mulut.35 Erdemir dkk telah melakukan penelitian mengenai status
kesehatan periodontal dan level nikotin pada cairan sulkus gingiva pada anak-anak yang
terpapar asap rokok lingkungan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada peningkatan level
nikotin cairan sulkus gingiva dan berkurangnya level perlekatan jaringan periodontal pada
anak yang terpapar asap rokok lingkungan dibandingkan dengan anak yang tidak pernah
terpapar asap rokok lingkungan.21
Efek asap rokok lingkungan terhadap kesehatan memang tidak terlihat secara klinis,
namun dosis paparan asap rokok lingkungan terlalu banyak di dalam tubuh akan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh maupun rongga mulut.35
Gambar 2. Efek merokok pasif terhadap kesehatan26
2.2 Penyakit Periodontal
2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko Penyakit Periodontal
oleh anak-anak maupun dewasa. Data nasional Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan prevalensi penyakit periodontal di Indonesia sudah mencapai 96,5%.36
Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi-geligi yang terdiri atas gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveloar.16,37 Penyakit periodontal hampir selalu mengacu pada terjadinya inflamasi pada jaringan periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis.17
Penyakit periodontal merupakan infeksi yang disebabkan oleh plak gigi, namun faktor risiko juga berperan dalam meningkatkan keparahan penyakit serta respon pejamu dan perkembangan bakteri di rongga mulut.24 Plak gigi merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan terjadinya penyakit periodontal dan berperan terhadap perkembangan inflamasi penyakit periodontal.38
Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat pada permukaan gigi, terdiri atas akumulasi mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan rongga mulutnya.2 Plak gigi merupakan biofilm bakteri yang tersusun secara kompleks pada berbagai macam spesies bakteri dalam suatu substrat.38 Beberapa bakteri yang sering dihubungkan dengan penyakit periodontal diantaranya Prevotella intermedia, Eubacterium timidum, Fusobacterium nucleatum, Porphyromonas gingivalis dan lain-lain.24,39
Selain faktor etiologi utama, ada faktor lain atau yang biasa disebut faktor etiologi sekunder yang dapat memperparah penyakit periodontal yaitu faktor lokal dan sistemik. Faktor-faktor tersebut mendukung terjadinya akumulasi plak dan respon gingiva sehingga penyakit periodontal yang terjadi semakin parah. Adapun faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah kalkulus, restorasi yang kurang baik, karies yang parah, impaksi makanan, desain gigi tiruan yang kurang baik, pemakaian pesawat ortodonti, kelainan gigi-geligi, kebiasaan bernafas melalui mulut, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok.38
Merokok bukan hanya memberikan pengaruh pada jaringan periodontal saja, tetapi juga berpengaruh terhadap perawatan periodontal. Efek merokok terhadap kesehatan jaringan periodontal dipengaruhi oleh banyaknya dosis asap rokok yang terpapar pada tubuh seorang perokok. Dosis yang terpapar berkaitan dengan berapa banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dan berapa lama seseorang telah mengonsumsi rokok selama hidupnya.38
Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit periodontal yaitu faktor sistemik. Beberapa penyakit sistemik yang berkaitan dengan penyakit periodontal adalah diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, osteoporosis, gangguan sistem imun, faktor hormonal, dan lain-lain.38,39
2.2.2 Gingivitis
Gingivitis merupakan salah satu penyakit yang paling umum diderita oleh manusia.
Gingivitis secara sederhana didefinisikan sebagai inflamasi gingiva. Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva tanpa adanya kehilangan perlekatan. Inflamasi ini terjadi pada gingiva dimana epitel penyatu masih utuh melekat pada gigi sehingga perlekatan gigi belum mengalami perubahan.2,40 Gingivitis bersifat ireversibel serta mudah untuk diobati dan dikontrol. Namun, gingivitis sering kali tidak menimbulkan
Gambar 3. Gingivitis yang terjadi pada perokok, disertai adanya stein dan kalkulus40
2.2.3 Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai inflamasi pada jaringan pendukung gigi-geligi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang spesifik, sehingga menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman probing, resesi, atau keduanya. Tanda klinis yang membedakan periodontitis dan gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan klinis. Hal ini sering disertai dengan adanya pembentukan poket periodontal dan perubahan kepadatan dan ketinggian tulang alveolar. Tanda-tanda klinis dari peradangan, seperti perubahan warna, kontur, dan konsistensi jaringan periodontal, perdarahan saat probing dan kehilangan perlekatan.41
Gambar 4. Periodontitis dengan kehilangan perlekatan 3-4 mm pada pasien perokok41
2.3 Efek Merokok Terhadap Jaringan Periodontal
2.3.1 Mikrobiologi dan Pembentukan Plak Akibat Merokok
Merokok memiliki efek yang cukup penting terhadap mikroorganisme rongga
mulut.32 Peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal yang berhubungan
dengan merokok menunjukkan adanya interaksi pejamu-bakteri yang menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal yang lebih luas. Ketidakseimbangan antara bakteri dan
respon pejamu dapat disebabkan oleh perubahan komposisi plak subgingiva dengan
peningkatan jumlah dan virulensiorganisme patogen, perubahanrespon pejamu terhadap bakteriataukombinasi keduanya.25
Merokok dapat menyebabkan penurunan potensi oksidasi-reduksi yang dapat menyebabkan peningkatan plak bakteri anaerob. Secara statistik, ada peningkatan yang signifikan pada proporsi bakteri gram-positif menjadi bakteri gram-negatif dalam 3 hari pada plak seorang perokok dibandingkandenganbukan perokok.25,32
Asap rokok yang dihasilkan mengandung fenol dan sianida yang memiliki sifat
toksik. Secara signifikan, perokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi Tannerella forsythensis dibandingkan bukan perokok. Selain itu, Porphyromonas gingivalis pada subgingiva lebih dominan dalam menimbulkan infeksi pada perokok dibandingkan bukan perokok. Namun,tidak adarisiko yang relatiflebih tinggiuntuk infeksidenganbakteri ini.32 Tingkat debris dalam rongga mulutperokok lebih tinggidibandingkan dengan bukan
Beberapa hasil penelitian yang kontroversial mengenai hubungan merokok dan peningkatan plak. Bergstrom dkktidak menemukan perbedaan skor indeks plak pada 285 perokok dan bukan perokok. Selain itu, peneliti tidak menemukan adanya perbedaan
kuantitatif pada tingkat pertumbuhan plak antara perokok dan bukan perokok.34
Sebaliknya, penelitian lain telah menunjukkan perbedaan komposisi bakteri pada plak subgingiva pada perokok dibanding bukan perokok.Pada sisi lain, beberapa penelitian telah
gagal membuktikan adanya perbedaan tingkat akumulasi plak pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini menunjukkan bahwa jika terdapat perubahan respon mikroba pada perokok, hal itu merupakan perubahan plak secara kualitatif, bukan kuantitatif.25
2.3.2 Pembentukan Kalkulus pada Perokok
Merokok tembakau sering dikaitkan dengan peningkatan akumulasi kalkulus supragingiva dan subgingiva pada gigi. Perokok memiliki lebih banyak kalkulus dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh pH asap rokok yang dihirup dan terpapar dalam rongga mulut.32,34 Pembentukan kalkulus lebih banyak pada perokok juga mungkin disebabkan karena laju aliran saliva yang meningkat. Konsentrasi kalsium meningkat dalam saliva perokok. Nikotin memengaruhi kelenjar eksokrin dengan peningkatan inisial dalam saliva dan sekresi bronkus yang diikuti oleh penghambatan sekresi. Fosfat kalsium ditemukan dalam kalkulus supragingiva berasal dari saliva. Selain itu, ditemukan komponen organik berupa protein dan polipeptida. Jumlah tersebut meningkat pada kalkulus yang ditemukan pada perokok disebabkan oleh efek dari asap rokok dan perubahan pada saliva.32
2.3.3 Inflamasi dan Perdarahan Gingiva Akibat Merokok
Inflamasi gingiva berkembang melalui beberapa tahap dan akhirnya berubah menjadi periodontitis. Perubahan pada pembuluh darah muncul sebagai manifestasi awal inflamasi gingiva, adanya dilatasi kapiler dan meningkatkan aliran darah. Pada lesi awal, infiltrasi inflamasi juga meningkat secara klinis sehingga menimbulkan pembesaran gingiva. Hal ini diikuti dengan perubahan populasi sel dengan peningkatan jumlah limfosit dan makrofag. Lesi berkembang sebagai konsekuensi dari adanya akumulasi plak bakteri yang dapat menembus ke dalam jaringan. Meningkatnya jumlah sel dalam inflamasi kronis diikuti oleh hilangnya kolagen pada jaringan ikat yang terkena. Namun, dalam tahap ini, masih belum ada kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat.34
Selain itu, merokok tembakau dapat mengurangi permeabilitas pembuluh darah perifer. Efek yang dihasilkan mungkin dikaitkan dengan tingkat menghirup asap
rokok dan penyerapan nikotin. Nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer yang merusak pembuluh darah gingiva dan mengurangi jumlah oksigen, akibatnya terjadi perdarahan pada saat probing.32,34 Nikotin dari rokok merangsang ganglia simpatik untuk menghasilkan neurotransmitter termasuk katekolamin. Hal ini memengaruhi reseptor alfa pada pembuluh darah yang pada gilirannya menyebabkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi yang dihasilkan oleh nikotin bertanggung jawab terhadap penurunan aliran darah gingiva.32
Perdarahan gingiva pada perokok bukan hanya disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah gingiva saja, tetapi mungkin juga disebabkan oleh adanya keratinisasi gingiva yang terjadi pada perokok.32
saat probing banyak digunakan dalam pemeriksaan klinis sebagai tanda dalam
mengidentifikasilesiaktif dalampenyakit periodontal.32,34
Tabel 1. Efek Merokok terhadap Prevalensi dan Keparahan Penyakit Periodontal25
Penyakit Periodontal Efek yang Ditimbulkan
Gingivitis Menurunkan inflamasi gingiva dan perdarahan pada probing
Periodontitis - Meningkatkan prevalensi dan keparahan kerusakan jaringan periodontal
- Meningkatnya kedalaman poket, kehilangan perlekatan, dan kehilangan tulang alveolar
- Meningkatkan kerusakan jaringan periodontal - Meningkatkan prevalensi periodontitis
- Tingginya angka kehilangan gigi
2.4 Kerangka Teori
Rokok
Klasifikasi Perokok
Berat
Peningkatan stein
Retensi plak meningkat
Peningkatan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan Pembentukan kalkulus meningkat
Inflamasi dan perdarahan gingiva
Filter Non
Filter
Jenis Rokok Komponen Rokok
Nikotin Tar CO
Ringan Sedang
Rokok
Klasifikasi Perokok
2.5 Kerangka Konsep
Variebel Terkendali
- Subjek merupakan perokok aktif, minimal 1 batang rokok per hari
- Jenis rokok yang dikonsumsi adalah rokok tembakau
- Usia
- Jenis Kelamin
Variabel Tidak Terkendali
- Diet
- Kebiasaan dan cara menyikat gigi
Variabel Bebas :
- Perokok Ringan - Perokok Sedang - Perokok Berat
Variabel Tergantung :
Status Periodontal yang diukur berdasarkan :
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius. Merokok dapat menimbulkan risiko timbulnya berbagai gangguan kesehatan di kalangan masyarakat, bahkan rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.1,2 Hal ini bukan hanya terjadi pada perokok itu sendiri, tetapi juga pada orang lain di sekitarnya yang tidak merokok.1
Rokok menimbulkan risiko yang cukup serius bagi kesehatan tubuh. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan lebih dari 5 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya karena berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat merokok, lebih dari 6 ratus ribu orang diantaranya hanya terpapar asap rokok di lingkungan sekitar.2,3,4 Hal tersebut menunjukkan satu dari 10 orang di seluruh dunia mengalami kematian karena banyaknya penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi rokok. Namun demikian, prevalensi perokok tidak kunjung mengalami penurunan. Pada tahun 2012, tercatat 21% dari populasi dunia berusia diatas 15 tahun mengonsumsi rokok.3 Kebiasaan merokok pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang, namun saat ini wabah merokok juga telah terjadi pada negara-negara maju.1,4