• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Penghasilan

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

5.2.12 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Penghasilan

Dari tabel berikut ini akan tampak apakah penghasilan informan memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA.

Tabel 5.22 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Umum= 19

Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan %

1 ≤ Rp 1500.000 12 63,16 2 ≤ Rp 1500.000 10 54,63 3 ≤ Rp 1500.000 12 63,16 4 ≥Rp 4000.000 17 90 5 ≥Rp 4000.000 6 31,58 6 ≥Rp 4000.000 4 21 7 ≥ Rp 10. 000.000 15 79 8 ≥ Rp 10. 000.000 14 73,68 9 ≥ Rp 10. 000.000 12 63,16

Tabel 5.23 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frekuensi Pergeseran rata-rata Persentase Pergeseran (%) 1 ≤ Rp 1500.000 11,33 (11,33/19) x 100 % = 59,65 % 2 ≥Rp 4000.000 9 (9/19) x 100 % = 47,37 % 3 ≥ Rp 10. 000.000 13,66 (13,66/19) x 100 % = 71,93 %

Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Pada Kata Sapaan Umum yang banyak melakukan pergeseran kata sapaan tersebut adalah keluarga dengan penghasilan tertinggi, yaitu sebesar 71,93% sementara yang berpenghasilan menengah melakukan pergeseran kata sapaan terendah, yaitu 47,37%. Faktor-faktor yang menyebabkan keluarga dengan penghasilan tertinggi melakukan pergeseran Kata Sapaan Umum tertinggi karena salah satu anak dari tiga keluarga dengan penghasilan tertinggi ini telah berkeluarga dan istrinya berasal dari daerah lain sehingga yang bersangkutan untuk beberapa kata sapaan ini juga menggunakan kata sapaan yang berasal dari daerah asal istrinya. Faktor –faktor lainnya penyebab pergeseran kata sapaan ini mengalami pergeseran adalah beberapa pertanyaan dalam kata sapaan ini belum digunakan oleh para informan karena belum menikah dan belum memilikinya seperti misalnya panggilan terhadap (1) istri atau suami, (2) anak laki-laki maupun perempuan kandung, (3) cucu laki-laki maupun perempuan, dan sebagainya. Dan faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya pergeseran kata sapaan pada keluarga

dengan penghasilan menengah karena anak-anak dalam keluarga ini selama setahun memperdalam belajar mengajinya selama setahun di kampung halaman. Jadi adalah wajar jika kelompok ini melakukan pergeseran kata sapaan umum terendah, karena kata sapaan ini telah mereka gunakan dalam kehidupannya sehari-hari selama berada di kampung halamannya.

Tabel 5.24 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan adat = 8

Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan %

1 ≤ Rp 1500.000 8 100 2 ≤ Rp 1500.000 8 100 3 ≤ Rp 1500.000 8 100 4 ≥Rp 4000.000 8 100 5 ≥Rp 4000.000 4 50 6 ≥Rp 4000.000 8 100 7 ≥ Rp 10. 000.000 8 100 8 ≥ Rp 10. 000.000 8 100 9 ≥ Rp 10. 000.000 7 87,5

Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.25 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran rata-rata Persentase Pergeseran (%) 1 ≤ Rp 1500.000 8 (8/8) x 100 % = 100 % 2 ≥Rp 4000.000 6,67 (6,67/8) x 100 % = 83,33 % 3 ≥ Rp 10. 000.000 7,66 (7,66/8) x 100 % = 95,83 %

Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Untuk kata sapaan adat ternyata keluarga dengan penghasilan berkisar ≥Rp 4000.000 yang terendah melakukan pergeseran. Sementara yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah keluarga dengan penghasilan ≤ Rp 1500.000. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya pergeseran ini terendah pada keluarga dengan penghasilan menengah (1) dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa keluarga ini sering pulang kampung tidak hanya pada masa liburan tetapi juga bila ada pesta perkawinan, (2) karena anak-anak dalam keluarga ini belajar mengaji di kampung halamannya selama setahun. Tentunya dalam kurun waktu tersebut mereka mengenal beberapa kata sapaan adat ini, dan telah menggunakannya dalam kehidupannya sehari-hari, dan (3) salah seorang anak dari tiga keluarga menengah ini bermukim di kampung halamannya selama 20

tahun, dan tentunya yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang cukup untuk kata sapaan ini.

Tabel 5.26 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Penghasilan No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Agama = 11

Frek. Pergeseran Kata Sapaan %

1 ≤ Rp 1500.000 5 45,46 2 ≤ Rp 1500.000 2 19 3 ≤ Rp 1500.000 10 90,1 4 ≥Rp 4000.000 5 45,46 5 ≥Rp 4000.000 6 54,54 6 ≥Rp 4000.000 11 100 7 ≥ Rp 10. 000.000 3 27,27 8 ≥ Rp 10. 000.000 6 54,54 9 ≥ Rp 10. 000.000 0 0

Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.27 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan

Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frekuensi Pergeseran rata-rata Persentase Pergeseran (%) 1 ≤ Rp 1500.000 5,67 (5,67/11) x 100 % = 51,51 % 2 ≥Rp 4000.000 7,33 (7,33/11) x 100 % = 66,67 % 3 ≥ Rp 10. 000.000 3 (3/11) x 100 % = 27,27 %

Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 4000.000 melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama tertinggi, yaitu sebesar 66,67%. Faktor-faktor yang menyebabkan kata sapaan ini mengalami pergeseran tertinggi dalam keluarga menengah ini sebagaimana diketahui dari data-data yang diperoleh bahwa dua informan dari tiga keluarga menengah ini berjenis kelamin wanita dan satu orang berprofesi sebagai wiraswasta. Sebagaimana diketahui wanita lebih tinggi tingkat berkomunikasi dengan orang –orang yang berada di sekitarnya dan informan yang berprofesi sebagai wiraswasta ini disamping berjenis kelamin wanita juga aktif dalam kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab tingginya pergeseran kata sapaan tersebut. Dan keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama ini terendah, yaitu sebesar 27,27%. Faktor-faktor penyebabnya karena dua informan dari tiga keluarga ini berjenis kelamin pria, dan keduanya aktif dalam kegiatan keagamaan di lingkungannya, dan bila diperhatikan beberapa kata sapaan ini umumnya memiliki kemiripan sebagai contoh cara memanggil orang yang memimpin shalat di mesjid imam, orang yang pulang menunaikan ibadah haji bapak haji, ibu hajjah, dan lain-lain.

Tabel 5.28 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan

Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.29 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran rata-rata Persentase Pergeseran (%) 1 ≤ Rp 1500.000 6 (6/6) x 100 % = 100 % 2 ≥Rp 4000.000 4,33 (4,331/6) x 100 % = 72,22 % 3 ≥ Rp 10. 000.000 3 (3/6) x 100 % = 50 %

No Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6

Frek. Pergeseran Kata Sapaan %

1 ≤ Rp 1500.000 6 100 2 ≤ Rp 1500.000 6 100 3 ≤ Rp 1500.000 6 100 4 ≥Rp 4000.000 2 33,33 5 ≥Rp 4000.000 5 83,33 6 ≥Rp 4000.000 6 100 7 ≥ Rp 10. 000.000 3 50 8 ≥ Rp 10. 000.000 6 100 9 ≥ Rp 10. 000.000 0 0

Berdasarkan tampilan data- data tersebut dianalisis sebagai berikut. Keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 (ekonomi atas) menggunakan kata sapaan terendah untuk Kata Sapaan Jabatan ini, yaitu sebesar 50%. Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran kata sapaan ini terendah adalah karena salah satu anak dari tiga keluarga ekonomi atas ini melanjutkan sekolah menengahnya di Bukit Tinggi, tentu saja yang bersangkutan sudah terbiasa menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupannya sehari-hari. Dan dua informan lainnya sering pulang kampung terutama pada masa liburan. Mereka juga sudah terbiasa mendengarkan dan menggunanakan kata sapaan ini pada saat mereka berada di kampung halamannya. Sementara yang tertinggi melakukan pergeseran Kata Sapaan Jabatan adalah keluarga dengan penghasilan ≤ Rp 1500.000 (ekonomi bawah), yaitu sebesar 100% . Faktor yang menyebabkannya dari data diperoleh bahwa keluarga dalam kelompok ini satu keluarga jarang sekali pulang kampung, dan dua keluarga lainnya tidak pernah pulang kampung. Jadi faktor ekonomi menyebabkan mereka melakukan pergeseran kata sapaan ini. Hal ini bertentangan dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang maka pergeseran bahasa dalam penelitian ini kata sapaannya semakin tinggi pula.

Jadi yang melakukan pergeseran Kata Sapaan Umum yang tertinggi adalah keluarga dengan penghasilan tertinggi, sementara yang berpenghasilan menengah pergeseran kata sapaan kelompok ini yang terendah. Untuk Kata Sapaan Adat ternyata keluarga dengan penghasilan berkisar ≥Rp 4000.000 atau kelompok ekonomi

menengah yang terendah melakukan pergeseran. Sementara yang tertinggi membuat pergeseran kata sapaan lainnya adalah keluarga dengan penghasilan ≤ Rp 1500.000 (ekonomi bawah), yaitu untuk kata sapaan adat menurut kaum, agama, dan jabatan. Dan keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 (ekonomi atas) menggunakan kata sapaan terendah untuk kata sapaan agama, dan jabatan. Hal ini bertentangan dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang menyatakan bahwa seseorang dengan penghasilan tinggi juga tinggi melakukan pergeseran bahasa.