• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Pergeseran Kata Sapaan

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1 Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Pergeseran Kata Sapaan

Berikut ini ditampilkan paparan data beserta pembahasannya yang terkait dengan permasalahan pergeseran kata sapaan yang merupakan jawaban pada rumusan masalah pertama dalam tesis ini.

1. Pergeseran Kata Sapaan Umum

Tabel 5.1 Pergeseran Kata Sapaan Umum

No Informan Jumlah Kata Sapaan Umum = 19

Frek. Pergeseran Kata Sapaan Umum

Persentase Pergeseran Kata Sapaan Umum

1 Anak keluarga I 12 (12/19) x 100 % = 63,16 %

2 Anak keluarga II 10 (10/19) x 100 % = 54,63 %

3 Anak keluarga III 12 (12/19) x 100 % = 63,16 %

4 Anak keluarga IV 17 (17/19) x 100 % = 90 %

5 Anak keluarga V 6 (6/19) x 100 % = 31,58 %

6 Anak keluarga VI 4 (4/19) x 100 % = 21 %

7 Anak keluarga VII 15 (15/19) x 100 % = 79 %

8 Anak keluarga VIII 14 (14/19) x 100 % = 73,68 %

9 Anak keluarga IX 12 (12/19) x 100 % = 63,16 %

Jumlah 102 539,37 %

Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum

102/9 = 11,33 (11,33/19) x 100 % = 59,65 % atau 539,37 % / 9 = 59,93 %

Dari tampilan data tersebut untuk pergeseran kata sapaan umum diketahui bahwa anak Keluarga VI yang terendah melakukan pergeseran, yaitu 4 pergeseran kata sapaan dari 19 jumlah kata sapaan umum (21%), dan yang tertinggi adalah anak Keluarga IV sebanyak 17 pergeseran kata sapaan dari 19 jumlah kata sapaan umum (90%). Dari hasil wawancara yang mendalam ternyata anak dalam Keluarga VI ini tinggal di kampung halamannya selama lebih kurang 20 tahun. Bila dianalisis lebih lanjut adalah wajar jika yang bersangkutan paling rendah melakukan pergeseran kata sapaan umum ini, karena kata sapaan ini digunakan oleh yang bersangkutan setiap hari dalam kehidupannya. Sementara pada anak Keluarga IV dari hasil wawancara mendalam ternyata anak ini tidak mempunyai saudara perempuan baik kakak mau pun adik; juga tak memiliki adik laki-laki. Dan dari pihak ibunya - ibu anak ini tidak memiliki kakak perempuan dan juga kakak dan adik laki-laki. Dan bila ditelusuri lebih lanjut dari data isian kuesioner diketahui keluarga ini sering berpindah tempat (melakukan urbanisasi). Dan kata sapaan yang digunakan ternyata bukan kata sapaan dari daerah asalnya. Jadi sesuai dengan teori Fishman pergeseran kata sapaan ini terjadi karena faktor urbanisasi.

2. Pergeseran Kata Sapaan Adat

Tabel 5.2 Pergeseran Kata Sapaan Adat

No Informan Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi

Pergeseran Kata Sapaan Adat

Persentase Pergeseran Kata Sapaan Adat

1 Anak keluarga I 8 (8/8) x 100 % = 100 %

2 Anak keluarga II 8 (8/8) x 100 % = 100 %

3 Anak keluarga III 8 (8/8) x 100 % = 100 %

4 Anak keluarga IV 8 (8/8) x 100 % = 100 %

5 Anak keluarga V 4 (4/8) x 100 % = 50 %

6 Anak keluarga VI 8 (8/8) x 100 % = 100 %

7 Anak keluarga VII 8 (8/8) x 100 % = 100 %

8 Anak keluarga VIII 8 (8/8) x 100 % = 100 % 9 Anak keluarga IX 7 (7/8) x 100 % = 87,50 % Jumlah 67 837,50 %

Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum

67/9 = 7,444 (7,444/8) x 100 % = 93,05 % atau 837,50 % / 9 = 93,05 %

Untuk kata sapaan adat menurut kaum anak Keluarga V terendah membuat pergeseran, yaitu sebanyak 4 pergeseran kata sapaan dari 8 jumlah kata sapaan adat (50%), anak Keluarga IX membuat pergeseran sebanyak 7 pergeseran kata sapaan dari 8 jumlah kata sapaan adat (87,50%) dan 7 keluarga lain anak-anaknya tidak mengetahui kata sapaan kelompok ini, yaitu Keluarga I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa keluarga ini aktif mengikuti perkumpulan asal kampungnya dan secara rutin pulang kampung tidak hanya pada

masa liburan, tetapi juga bila ada pesta perkawinan. Hal inilah yang menyebabkan anak dalam keluarga ini terendah melakukan pergeseran untuk kata sapaan tersebut. Sementara untuk anak Keluarga IX kata sapaan adat yang diketahuinya adalah kata panggilan terhadap penghulu karena ayah dari ibunya adalah seorang penghulu. Jadi yang bersangkutan sudah terbiasa mendengar kata sapaan ini. Dan anak dari tujuh (7) keluarga lainnya penyebab ketidaktahuan mereka terhadap kata sapaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Anak Keluarga I diketahui dari hasil wawancara mendalam jarang sekali pulang kampung dan Keluarga ini juga tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Anak Keluarga II, dan III dari hasil wawancara mendalam tidak pernah pulang kampung dan juga kedua keluarga ini tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Dan anak Keluarga IV, VII, dan VIII dari hasil wawancara mendalam sebenarnya sering pulang kampung juga ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya tetapi anak dalam keluarga ini jarang menghadiri pertemuan tersebut dan pulang kampung tujuannya mengunjungi keluarga atau berlibur, bukan menghadiri pesta perkawinan. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak tersebut tidak mengetahui kata sapaan adat ini.

3. Pergeseran Kata Sapaan Agama

Tabel 5.3 Pergeseran Kata Sapaan Agama

No Informan Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frekuensi

Pergeseran Kata Sapaan Agama

Persentase Pergeseran Kata Sapaan Agama

1 Anak keluarga I 5 (5/11) x 100 % = 45,45 %

2 Anak keluarga II 2 (2/11) x 100 % = 18,18 %

3 Anak keluarga III 10 (10/11) x 100 % = 90,91%

4 Anak keluarga IV 5 (5/11) x 100 % = 45,45 %

5 Anak keluarga V 6 (6/11) x 100 % = 54,55 % 6 Anak keluarga VI 11 (11/11) x 100 % = 100 % 7 Anak keluarga VII 3 (3/11) x 100 % = 27,27 % 8 Anak keluarga VIII 6 (6/11) x 100 % = 54,55 % 9 Anak keluarga IX 0 (0/11) x 100 % = 0,00 % Jumlah 48 436,36 %

Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum

48/9 = 5,333 (5,333/11) x 100 % = 48,48 % atau 436,36 % /9 = 48,48 %

Kata sapaan dalam agama anak Keluarga IX melakukan pergeseran terendah, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga VI sebanyak 11 pergeseran kata sapaan dari 11 jumlah kata sapaan agama (100 %). Dari data diperoleh bahwa anak Keluarga IX ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam

perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam agama ini. Sementara untuk anak Keluarga VI dari data diketahui yang bersangkutan berjenis kelamin wanita, berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan berprofesi sebagai wiraswasta. Jadi walaupun informan ini baru bermukim 20 tahun di Medan, karena mobilitasnya yang tinggi sebagai wiraswasta, dan adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungannya (diketahui informan ini aktif dalam perkumpulan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya) adalah wajar jika yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan agama ini – disesuaikan dengan dimana yang bersangkutan bermukim sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi menjadi penyebab kata sapaan agama ini bergeser.

4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan

Tabel 5.4 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan

No Informan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi

Pergeseran Kata Sapaan Jabatan

Persentase Pergeseran Kata Sapaan Jabatan

1 Anak keluarga I 6 (6/6) x 100 % = 100 %

2 Anak keluarga II 6 (6/6) x 100 % = 100 % 3 Anak keluarga III 6 (6/6) x 100 % = 100 % 4 Anak keluarga IV 2 (2/6) x 100 % = 33,33 % 5 Anak keluarga V 5 (5/6) x 100 % = 83,33 % 6 Anak keluarga VI 6 (6/6) x 100 % = 100 % 7 Anak keluarga VII 3 (3/6) x 100 % = 50 % 8 Anak keluarga VIII 6 (6/6) x 100 % = 100 % 9 Anak keluarga IX 0 (0/6) x 100 % = 0,00 % Jumlah 40 666,66 %

Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum

40/9 = 4,444 (4,44/6) x 100 % = 74,07 % atau 666,66 % / 9 = 74,07 %

Untuk kata sapaan dalam jabatan ini yang terendah melakukan pergeseran adalah anak Keluarga IX, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga I, II, III, VI, dan VIII sebanyak 6 pergeseran kata sapaan dari 6 jumlah kata sapaan jabatan (100 %). Dari data diperoleh bahwa anak Keluarga IX ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah

menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam jabatan ini, karena selama bermukim di Bukit Tinggi selama 3 tahun tentu yang bersangkutan menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk anak dalam Keluarga I, II, III, VI, dan VIII mengikuti pola menyapa seperti yang ada di lingkungannya. Ini artinya terjadi pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100 persen. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi. Sementara pada anak Keluarga IV terjadi pergeseran ada 2 (dua) kata sapaan dari 6 (enam) atau 33,33 persen. Jadi untuk kata sapaan jabatan ini terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor lingkungan. Dan dari data kuesioner yang lainnya didapatkan bahwa Keluarga IV ini sering urbanisasi ke berbagai tempat. Jadi sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. Dan pada anak Keluarga V ini membuat pergeseran kata sapaan sebanyak 5 dari 6 (enam) kata sapaan yang ditanyakan atau 83,33 persen. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadinya pergeseran kata sapaan jabatan ini disesuaikan karena anak ini menggunakan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor urbanisasi.

Dari 4 (empat) tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata kata sapaan yang terendah mengalami pergeseran adalah kata sapaan dalam agama sebesar 48,48 persen, ini disebabkan karena kata sapaan agama dalam hal ini agama Islam boleh dikatakan secara umum tiap-tiap daerah sama seperti (1) panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi, angku kali; (2) panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, angku labai, ustad; (3) panggilan kepada orang yang memimpin shalat di mesjid atau surau imam, angku imam; (4) panggilan kepada orang yang memberi khotbah Jum’at katik angku, khatib; (5) panggilan untuk ulama wanita umi, ibu, ustazah; dan (6) panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah. Kata sapaan kedua terendah adalah kata sapaan umum sebesar 59,93 persen. Hal ini disebabkan karena beberapa kata sapaan ini sama dengan yang ada di tempat tinggalnya sekarang seperti (1) panggilan terhadap adik laki-laki kandung adiak, panggil nama; (2) panggilan terhadap kakak perempuan kandung (ka)kak, uni, panggil nama; (3) panggilan terhadap adik perempuan kandung adiak, panggil nama; dan (4) panggilan terhadap istri panggil nama, amaknyo, uwai, iya. Pada urutan ketiga terendah adalah kata sapaan dalam jabatan sebesar 74,07 persen. Hal ini disebabkan karena untuk kata sapaan ini dapat menggunakan cara penyapaan yang sopan, yaitu dengan menyapa orang yang lebih tua dengan Bapak dan Ibu. Dan cara menyapa seperti ini berlaku tidak hanya di tempat tinggal informan sekarang tetapi juga di tempat asal yang bersangkutan. Dan yang tertinggi mengalami pergeseran

adalah kata sapaan adat menurut kaum yaitu sebesar 93,05 persen. Hal ini disebabkan karena kata sapaan dalam adat berlaku tetap dan tidak dapat digantikan dengan kata-kata yang lain. Untuk keempat kata-kata sapaan tersebut data besarnya pergeseran tercantum pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan

Pergeseran Kata Sapaan Rata-rata Persentase Pergeseran dari Jumlah Kata Sapaan

Kata Sapaan Umum 59,93 % dari 19 Kata sapaan

Kata Sapaan Adat 93,05 % dari 8 Kata Sapaan

Kata Sapaan Agama 48,48 % dari 11 Kata Sapaan Kata Sapaan Jabatan 74,07 % dari 6 Kata Sapaan

5.2 Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Faktor-faktor Penyebab