• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian yang dilakukan pada responden di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar menunjukan responden yang memiliki pola tidur baik sebanyak 36 orang (45.6%) dan yang pola tidur buruk sebanyak 43 orang (54.4%). Hal ini mengambarkan bahwa mahasiswa program studi pendidikan dokter sebagian besar memiliki pola yang buruk, pola tidur buruk ini disebabkan karena mahasiswa yang menempuh tahap preklinik memiliki jadwal perkuliahan cukup padat disertai dengan kegiatan praktikum yang cukup banyak, kegiatan praktikum ini biasanya disertai dengan kegiatan ujian kecil (responsi) yang dilakukan menjelang atau sesudah praktikum oleh dosen pembimbing praktikum, kemudian diberikan tugas penyusunan laporan praktikum oleh setiap mahasiswa.

Di samping tugas-tugas yang berhubungan dengan praktikum tersebut, mahasiswa masih harus menghadapi berbagai tugas lain dari dosen pengajar. Mahasiswa juga diminta mencari bahan untuk diskusi yang dikenal dengan tutorial dan dibebani dengan materi yang harus dipelajari untuk dapat lulus ujian karena setiap mata kuliah yang mewajibkan kegiatan praktikum juga menyelenggarakan 2 (dua) macam ujian, yaitu ujian teoritis dan ujian praktikum.3

Banyaknya tugas-tugas dan ujian ini seringkali memaksa mahasiswa fakultas kedokteran mengurangi waktu tidur mereka, sehingga menyebabkan sebagian besar mahasiswa sulit untuk mengatur waktu tidur mereka, tuntutan akademik yang berkelanjutan dapat menyebabkan pola tidur-bangun yang tidak teratur dan menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Dalam satu penelitian dengan

31 judul hubungan antara kualitas tidur dan kestabilan emosi hgdengan prestasi akademi kemahasiswa aktif paduan suara voca erudite di fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang kuat antara keduanya.3

B. Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mahasiswa yang memiliki IPK yang memuaskan yaitu sebanyak 3 orang (3.8%), cukup memuaskan sebanyak 32 orang (40.5%) dan responden yang memiliki IPK yang kurang memuaskan yaitu sebanyak 44 orang (55.7%). Angka tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki indeks prestasi akademik yang kurang memuaskan. Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dalam proses belajar yang berwujud angka ataupun penghayatan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa. Prestasi belajar sebagai suatu pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan kurikuler.

C. Hubungan Pola Tidur Dengan Prestasi Belajar

Dari penelitian ini dapat dilihat dari hasil uji statistic didapatkan p-value = 0,000, artinya p-value <0,05, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pola tidur dengan prestasi belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiayah Makassar . Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa tingginya prevalensi pola tidur yang buruk di antara para mahasiswa yang nilainya bervariasi dari 19,17% sampai 57,5%, dan terutama tinggi pada mahasiswa kedokteran. Pola tidur ini menimbulkan pengaruh negatif yang

32 signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental, prestasi belajar, dan kualitas hidup para siswa.3 Berdasarkan hasil penelitian yang lain didapatkan masa memulai tidur dan bangun dari pada tidur lebih memberi kesan kepada prestasi belajar siswa berbanding jumlah masa tidur siswa itu sendiri. Hasil ini menunjukkan siswa yang lebih berprestasi mempunyai kemampuan untuk mengubah waktu tidur mereka menjadi lebih awal berbanding siswa yang kurang berprestasi.

Dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola tidur dengan prestasi belajar(p=0.000). Namun, prestasi belajar tidak hanya di pengaruhi pola tidur tapi masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal terdiri dari factor jasmani, faktor kelelahan dan faktor psikologi sedangkan faktor eksternal terdiri dari factor keluarga, factor tempat menimbah ilmu, dan factor masyarakat atau lingkungan.

Pola tidur termaksud dalam faktor internal yaitu faktor jasmani, keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat, tidur teratur dan tidak mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja,belajar, istirahat, tidur yang cukup, makan-makanan yang sehat, olahraga teratur, rekreasi dan ibadah.

D. Keterbatasan Penelitian

33 Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini bersifat cross sectional (potong lintang), dimana rancangan ini mempunyai kelemahan yaitu pengambilan data variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu sehingga data yang didapat bisa jadi akan berbeda jika diambil pada waktu yang lain tergantung kepada kondisi responden saat penelitian.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kelemahan kuesioner, karena sudah disediakan alternatif jawabannya (bersifat tertutup) sehingga jawaban yang diberikan responden terpaku pada jawaban yang sudah ada dan tidak bisa mengembangkan jawaban yang lebih luas dan lengkap. Jumlah responden dalam penelitian ini sangat terbatas dikarenakan kondisi tempat penelitian yang bersifat dinamis dan tidak dapat diprediksi dalam arti jumlah responden dapat berbeda setiap harinya dikarenakan kondisi mahasiswa yang kompleks.

Instrumen untuk penilaian pola tidur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisoner yang telah di uji. Namun pada kenyataannya instrumen ini hanya menilai pola tidur secara umum tanpa memperhitungkan gangguan baik pada fase tidur NREM maupun REM. Jika instrumen yang digunakan mampu menilai gangguan tidur lebih spesifik pada fase NREM dan REM dimungkinkan akan didapatkan hasil yang berbeda dalam penelitian ini.

BAB VII

Dokumen terkait