• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJADIAN BURIK PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana)

VI. PEMBAHASAN UMUM

Burik pada kulit buah manggis merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas manggis di Indonesia. Kerusakan akibat burik hanya terbatas pada lapisan terluar kulit manggis tetapi sangat mempengaruhi kualitas dan daya tarik konsumen sehingga berdampak terhadap rendahnya pendapatan yang diperoleh petani manggis. Informasi tentang burik pada buah manggis sangat terbatas sekali. Penelitian tentang burik pada buah manggis belum banyak dilakukan di Indonesia, sehingga teknologi atau informasi yang dapat disampaikan kepada petani sangat terbatas. Pada kenyataannya pengetahuan petani tentang burik dan penyebabnya sangat minim. Petani manggis sangat berperan dalam mata rantai produksi manggis, mengingat buah manggis yang beredar saat ini baik untuk ekspor maupun untuk pasar dalam negeri berasal dari pertanaman manggis rakyat. Oleh karena itu informasi tentang burik perlu disampaikan kepada petani.

Usahatani manggis di Indonesia berskala kecil yang dicirikan dengan luas lahan kurang dari 1 ha dan jumlah pohon yang dikelola antara 50 hingga 250 pohon. Kondisi pertanaman manggis berpencar, berada dalam hutan dan ditanam bersama dengan tanaman tahunan lainnya. Umumnya tanaman manggis yang ada sekarang adalah tanaman yang dikelola secara turun temurun dan sudah berumur lebih dari 50 tahun. Perhatian petani dalam hal pemeliharaan tanaman manggis sangat minim, bila dibandingkan dengan cara mengelola tanaman palawija atau hortikultura lainnya. Dengan musim panen hanya satu tahun sekali dan sangat dipengaruhi oleh iklim, pendapatan dari usaha tani manggis belum bisa diandalkan untuk menopang kehidupan petani. Karena itu tidak mengherankan bila perhatian petani terhadap pemeliharaan manggis sangat minim. Peran ekonomi usahatani manggis terhadap pendapatan petani perlu ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas maupun kualitas buah manggis, dan nilai tambah karena peningkatan ini hendaknya jatuh ke tangan petani.

Petani manggis mengakui bahwa buah yang bergejala burik sangat mempengaruhi harga jual manggis. Belum ada data tentang berapa kerugian petani akibat gejala burik. Dari survei yang dilakukan, rata-rata petani mengalami kehilangan pendapatan sebesar 38.93% untuk setiap kg buah manggis

akibat burik. Belum ada solusi yang dapat ditawarkan kepada petani terkait pengelolaan burik pada buah manggis. Tindakan petani terhadap buah burik ini hampir tidak ada. Petani juga tidak menggunakan pestisida. Hal ini berdampak positif bagi produk manggis Indonesia di tengah gencarnya isu residu pestisida pada produk pertanian dalam perdagangan global. Kerugian secara ekonomi akibat burik cukup besar, namun petani belum melakukan pengendalian. Hal ini mungkin karena ketidakberdayaan atau minimnya informasi cara mengatasi burik pada buah manggis. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahkan telah diidentifikasi spesies trips yang berasosiasi dengan tanaman manggis yaitu

Scirtothrips dorsalis dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera: Thripidae). Kedua spesies trips ini merupakan serangga fitofag yang memiliki kisaran tanaman inang yang luas (Chen dan Lo 1987; Ananthakrishnan 1993). Serangga trips dapat berasosiasi dengan daun terutama daun muda (flush), bunga dan buah manggis. Diduga penyebab burik pada buah manggis adalah serangga trips seperti yang dilaporkan oleh Pableo dan Velasco (1994), Affandi et al. (2008) dan Pankeaw et al. (2011).

Tahapan perkembangan buah dimulai dari munculnya calon bunga berupa bengkakan (kuncup) pada ujung ranting dan berkembang mencapai anthesis,

selanjutnya masuk pada tahap perkembangan buah. Waktu mulainya inisiasi pucuk, dari kuncup hingga mencapai anthesis antara 39 sampai 40 hari (Ropiah 2009) merupakan periode kritis, karena akan merubah penampilan tanaman baik segi fisik seperti warna maupun senyawa volatil yang dilepaskan tanaman, diduga berdampak pada kelimpahan populasi trips. Menurut Kogan (1982), penemuan habitat inang pada umumnya dipandu oleh rangsangan fisik seperti cahaya, angin dan daya tarik bumi. Penemuan inang didorong oleh indera penglihatan terhadap warna dan bentuk tanaman, dan indera penciuman terhadap senyawa kimia tanaman.

Buah bergejala burik merupakan hal yang biasa ditemukan ketika panen dilakukan. Gejala burik yang terlihat pada buah manggis yang sudah dipanen merupakan akumulasi dari gejala burik yang sudah terjadi sejak buah masih muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala burik sudah terlihat ketika buah manggis berumur 1 minggu setelah anthesis (msa). Buah manggis berumur 2 msa

merupakan masa yang paling rentan terhadap munculnya gejala burik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala burik pertama kali muncul paling banyak adalah pada buah berumur 2 msa. Hal ini terkait dengan tingginya populasi imago trips pada periode perkembangan buah sebelumnya.

Menurut Ananthakrishnan (1993) dan Mound dan Kibby (1998), siklus hidup trips terdiri dari telur, larva yang aktif makan dan pupa yang tidak makan. Perkembangan trips dari telur, nimfa, pupa sampai imago umumnya berlangsung selama 2-3 minggu. Diduga trips sudah melakukan oviposisi pada kuncup, bunga mekar sempurna dan buah berumur 1 msa. Telur trips sangat rentan terhadap kekeringan maupun terhadap predator atau parasitoid. Sehingga pemilihan lokasi oviposisi menjadi sangat penting oleh imago betina untuk kelangsungan hidup keturunannya. Trips fitofag sangat menyukai bagian celah seperti lipatan daun atau bagian dalam bunga. Lokasi tersebut menyediakan iklim mikro yang relatif lembab sehingga trips tidak kekeringan dan terhindar dari predator dan parasitoid. Selain itu lokasi tersebut juga memudahkan akses untuk makan serta terhindar dari cahaya matahari langsung dan hujan (Kirk 1997b).

Struktur kuncup dan bunga manggis yang telah mekar sempurna serta buah manggis terutama pada lokasi di bawah kelopak memungkinkan trips untuk melakukan oviposisi. Lokasi-lokasi tersebut lebih terlindungi dan menyediakan iklim mikro yang sesuai bagi trips. Hal ini terlihat dengan banyaknya larva trips ditemui pada buah di bagian bawah kelopak saat pengamatan populasi trips. Menurut Mound (2006), larva trips terlihat sama dengan imago tetapi tidak bersayap, pergerakan larva terbatas dan tidak selincah imago. Sehingga kuat dugaan bahwa larva trips yang ada di bawah kelopak buah manggis berasal dari telur yang diletakkan oleh imago betina pada periode perkembangan buah tersebut sebelumnya. Menurut Terry (1997), larva trips lebih mengelompok sebagai akibat dari terkonsentrasinya peletakan telur pada bunga. Pada semua bagian tanaman yang diamati, proporsi larva lebih tinggi dibandingkan dengan imago. Aktivitas makan larva lebih banyak menimbulkan kerusakan dibandingkan aktivitas makan dan oviposisi yang dilakukan oleh imago (Childers 1997; Pearsall 2000).

Lokasi munculnya gejala pertama burik terlihat lebih banyak pada bagian buah di bawah kelopak buah manggis. Hal ini berkaitan dengan perilaku trips

terutama larva yang banyak ditemukan di bawah kelopak buah. Menurut Astridge dan Fay (2004), Selenothrips rubrocinctus bersembunyi di bawah kelopak (calyx) buah manggis.

Terkait dengan terjadinya kemunculan gejala burik, buah manggis pada umur 1 hingga 5 msa merupakan periode umur buah yang rentan terhadap serangan trips. Puncak kepadatan populasi larva trips terjadi pada buah berumur 2 msa bersamaan dengan tingginya persentase buah yang muncul gejala burik pertama kalinya. Perilaku makan trips dengan cara meraut dan mengisap cairan tanaman mengakibatkan terjadinya pelukaan pada permukaan kulit manggis. Bekas luka tersebut akan tetap ada dan bertambah luas seiring pertambahan ukuran buah manggis dan adanya gejala baru yang muncul. Faktor fisik dan kimia buah juga berpengaruh terhadap aktivitas makan trips. Buah manggis umur 1 - 5 msa lebih lunak bila dibandingkan dengan buah berumur 8 - 16 msa sehingga disukai oleh imago dan larva sebagai tempat aktivitas makan.

Pelukaan yang diakibatkan oleh aktivitas makan dan mungkin oviposisi oleh trips memberi peluang bagi mikroorganisme untuk berkembang. Hasil isolasi bakteri dari kulit manggis yang bergejala burik memperlihatkan dua isolat bakteri memiliki ciri patogen tanaman. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kontribusi bakteri patogen dalam peningkatan intensitas gejala burik.

Berlimpahnya populasi larva trips pada buah berumur 2 msa mengakibatkan terjadinya peningkatan intensitas gejala burik pada buah berumur 3 hingga 7 msa yang mencapai 52.57%. Dalam skala yang lebih luas, intensitas gejala burik pada buah manggis hasil panen petani dan buah manggis yang ada pada pedagang pengumpul dapat mencapai 63.55 - 66.35%. Pada buah berumur 8 hingga 16 msa tidak terjadi lagi peningkatan intensitas gejala burik. Tidak adanya pertambahan intensitas gejala burik pada buah berumur 8 hingga 16 msa diduga berhubungan dengan penurunan populasi trips baik imago maupun larva. Penurunan populasi trips seperti terlihat pada Gambar 5.5 dan 5.6 diduga berkaitan dengan, peningkatan lapisan eksokarp buah (Dorly 2009) dan peningkatan kandungan antosianin (Palapol et al. 2009). Antosianin berperan sebagai bahan kimia

repellent (Lev Yadun dan Gould 2009) dan sebagai deterrent (Bernays dan Chapman 1994) bagi serangga fitofag.

Kerusakan akibat gejala burik hanya terjadi pada lapisan kutikula dan eksokarp. Pada kutikula terdapat lapisan lilin yang menyebabkan permukaan kulit buah manggis berkilat dan relatif licin. Hancurnya lapisan kutikula dan eksokarp mengakibatkan kulit buah manggis terlihat kusam dan kasar. Hal ini berdampak pada berkurangnya ketertarikan konsumen dan penurunan harga. Perilaku konsumen dalam memilih buah manggis yang akan dikonsumsi sangat dipengaruhi oleh penampilan fisik buah manggis itu sendiri. Burik tidak mempengaruhi bagian yang dapat dimakan. Ada kecenderungan bahwa buah manggis yang bergejala burik lebih manis dari pada buah yang bebas dari gejala burik. Perlu usaha semua pihak untuk mensosialisasikan bahwa gejala burik pada kulit buah manggis tidak mempengaruhi bagian yang dapat dimakan.

Fenologi dan habitat mikro dalam kanopi tanaman manggis mempengaruhi perkembangan populasi trips selama perkembangan bunga dan buah manggis. Larva lebih berlimpah dari pada imago trips dan aktivitas makan larva lebih tinggi dari pada imago, sehingga potensi kerusakan akibat aktivitas makan larva lebih tinggi dibandingkan imago trips. Populasi trips pada tanaman manggis mengalami peningkatan pada saat tanaman memasuki periode berbunga hingga buah berumur 2 msa. Pola yang sama juga terlihat pada trips yang terperangkap pada perangkap berperekat. Penurunan populasi terjadi ketika buah manggis berumur 4 hingga 16 msa. Penurunan populasi terkait dengan perubahan fisik dan kimia pada kulit buah seperti pertambahan lapisan eksokarp, warna dan perubahan komposisi kimia buah. Dalam penelitian ini kandungan air, gula dan nitrogen meningkat berarti ketiga nutrisi ini bukan merupakan faktor pembatas perkembangan populasi trips. Peningkatan konsentrasi antosianin pada buah manggis yang dalam tahap pematangan juga berperan dalam penurunan populasi trips.

Ketika daun muda, bunga dan buah manggis tidak ada, diduga S. dorsalis

dan T. hawaiiensis akan tetap berada pada lahan pertanaman manggis atau berpindah ke vegetasi di sekitar kebun manggis. Menurut Chen dan Lo (1987) dan Ananthakrishnan (1993), S. dorsalis dan T. hawaiiensis merupakan serangga polifag yang memiliki kisaran inang yang luas. Beberapa jenis tanaman seperti

(Convolvulaceae), Ricinus communis, Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae),

Arachis hypogea, Glycine max, Mimosa pudica (Fabaceae), Zea mays (Poaceae),

Portulaca oleraceae (Portulacaceae), Capsicum annum, Lycopersicon esculentum

(Solanaceae) merupakan inang dari S. dorsalis (Holtz 2006). T. hawaiensis juga memiliki kisaran inang yang luas seperti Nicotiana tabacum (Solanaceae),

Mangifera indica (Anacadiaceae), Citrus spp., (Rutaceae), Euphorbia hyssopifolia

(Euphorbiaceae) dan Lantana camara (Verbenaceae) (Childers dan Nakahara 2006; Chen dan Lo 1987).

Ketika tanaman manggis berbunga dan buah berumur 1 hingga 5 msa merupakan periode kritis terjadinya burik. Hasil analisis regresi antara populasi trips dengan skor gejala burik pada buah berumur 2 dan 3 msa memperlihatkan adanya hubungan yang nyata (P<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa serangga trips adalah penyebab munculnya gejala burik pada buah manggis.

VII. KESIMPULAN UMUM

Dokumen terkait