• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada pembahasan ini menghubungkan variabel-variabel yang diuji untuk membuktikan hipotesis dari penelitian tersebut. Variabel-variabel tersebut diantaranya, (1) Gaya kepemimpinan kepala desa yang dominan dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat, (2) faktor internal dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan (3) faktor eksternal dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Masing-masing dari variabel-variabel tersebut akan dikorelasikan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa variabel yang dapat membuktikan hipotesis, diantaranya, (1) terdapat hubungan yang positif dan sangat nyata antara gaya kepemimpinan partisipatif dengan tingkat partisipasi masyarakat, (2) terdapat hubungan yang negatif dan sangat nyata antara faktor internal, yaitu tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan (3) terdapat hubungan antara faktor eksternal, yaitu tingkat transparansi dan intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat, dengan masing-masing nilai

signifikansi kurang dari 5 persen atau α (0,05). Berikut adalah penjelasan

hubungan dari masing-masing variabel.

Hubungan Gaya Kepemimpinan Dominan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Pada Tabel 27 berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara gaya kepemimpinan dominan dengan tingkat partisipasi dapat diketahui bahwa secara umum gaya kepemimpinan partisipatif menunjukkan hubungan sangat nyata dengan tingkat partisipasi, sedangkan gaya kepemimpinan konsultatif tidak menunjukkan hubungan dengan tingkat partisipasi. Pada setiap tahapan partisipasi, gaya kepemimpinan partisipasi menunjukkan hubungan sangat nyata dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan evaluasi, sedangkan gaya kepemimpinan konsultatif tidak menunjukkan hubungan dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapan partisipasi. Berikut tabel hasil uji korelasi Rank Spearman antara variabel gaya kepemimpinan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 27. Koefisien korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dengan tahapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan

Gaya

Kepemimpinan

Tahapan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Infrastruktur Jalan Tingkat Partisipasi Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Menikmati Hasil Evaluasi Instruktif -0.082 0.162 -0.058 -0.093 -0.023 Konsultatif 0.182 0.070 0.105 0.247 0.151 Partisipatif 0.338** 0.228 0.232 0.444** 0.403** Delegatif -0.020 -0.073 0.113 -0.108 -0.073

Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Pada Tabel 27 berdasarkan dari hasil uji korelasi variabel gaya kepemimpinan dengan tingkat partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa terdapat hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan tingkat partisipasi dengan arah positif dengan signifikan sebesar 0.001. Adapun partisipasi setiap tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan dan evaluasi menunjukkan hubungan yang sangat nyata dengan signifikan masing-masing sebesar 0,008 dan 0,000. Hal ini diartikan bahwa penerapan gaya kepemimpinan partisipatif yang tinggi ternyata dapat meningkatkan partisipasi masyarakat terutama dalam tahap pengambilan keputusan dan evaluasi. Hal ini disebabkan Kepala Desa bapak RHM dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Waringin Jaya aktif mengajak dan memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bermusyawarah dan bersama-sama membangun desa agar terwujudnya keberhasilan pembangunan infrastruktur jalan. Hasil dari musyawarah tersebut diputuskan bersama-sama antara kepala desa dan masyarakat, setiap ada kendala dibicarakan oleh kepala desa beserta perangkat desa, pengurus, dan masyarakat pada umumnya. Selain itu, kepala desa berusaha melakukan pendekatan kepada masyarakat agar terciptanya hubungan yang dekat dengan masyarakat. Upaya yang dilakukan kepala desa untuk lebih dekat dengan masyarakat adalah mengadakan pengajian rutin setiap bulan tingkat desa dan hal ini belum pernah dilakukan di desa lainnya.

Adanya penerapan gaya kepemimpinan partisipatif oleh kepala desa membuat masyarakat akhirnya terdorong untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur jalan. Masyarakat menjadi lebih leluasa dalam menyampaikan pendapatnya kepada kepala desa mengingat masyarakat adalah penerima manfaat program pembangunan tersebut secara langsung sehingga pembangunan yang diinginkan oleh masyarakat dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagai contoh, dalam penentuan lokasi jalan yang akan dibangun atau dibetonisasi, kepala desa mengajak masyarakat untuk menentukkan jalan mana yang harus diprioritaskan. Selain itu, ada tanah warga yang akan terkena dampak betonisasi jalan, kepala desa menanyakan ke warga dan bersama memutuskan bagaimana keputusan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“kalau pak lurah mah emang selalu musyawarah de, apalagi

masalah bangun jalan kemarin pak lurah musyawarah sama masyarakat jadi gak ngambil keputusan sendiri. pokoknya pak lurah tuh aktif orangnya ngajakin warga buat sama-sama bangun desa dan masyarakat juga akhirnya terlibat dalam pengecoran jalan” (ASM, 44 tahun)

Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor internal dengan tingkat partisipasi dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan menunjukkan hubungan sangat nyata dengan tingkat partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun untuk variabel usia, tingkat penghasilan, lama tinggal, dan jenis pekerjaan tidak terdapat hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Berikut Tabel hasil uji korelasi Rank Spearman

antara variabel faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 28. Koefisien korelasi antara variabel faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan

Faktor Internal

Tahapan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Infrastruktur Jalan Tingkat Partisipasi Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Menikmati Hasil Evaluasi Usia 0.149 -0.064 0.121 -0.051 0.098 Tingkat Pendidikan -0.332** -0.296* -0.134 -0.317** -0.366** Tingkat Penghasilan 0.126 0.617 0.227 0.029 0.113 Lama Tinggal 0.138 0.160 0.120 0.144 0.175 Jenis Pekerjaan 0.709 0.697 0.639 0.731 0.866

Ket : *(p< 0.05) → Nyata ; **(p< 0.01) → Sangat Nyata Tingkat Pendidikan

Pada Tabel 28 berdasarkan dari hasil uji korelasi variabel faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa ternyata tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi dengan arah negatif dengan signifikan sebesar 0,004 dan setiap tahapan partisipasi, yakni tahap pengambilan keputusan dengan signifikan sebesar 0,010 dan tahapan pelaksanaan dan evaluasi dengan signifikan masing-masing sebesar 0,022 dan 0,014. Hal ini diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan masyarakat ternyata tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan rendah. Berdasarkan fakta di lapangan hal ini disebabkan masyarakat berpendidikan tinggi yang bekerja di sektor formal memiliki banyak kesibukan dengan pekerjaannya, serta jam kerja yang sangat padat membuat hampir sebagian waktunya berhadapan dengan pekerjaannya. Rutinitas pekerjaan yang sangat padat membuat masyarakat yang berpendidikan tinggi tersebut tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam program pembangunan infrastruktur jalan baik dari tahap pengambilan keputusan sampai tahap evaluasi.

“kalau saya sih emang gak sempet mas ikut pengecoran kemarin karena saya sibuk sama kerjaan saya, kalo berangkat pagi abis itu pulang malem jadinya gak nentu, emang sih saya diundang buat datang ke rapatnya tapi saya gak bisa dateng karena kerjaan dan udah capek juga nyampe rumah. malah kadang sabtu minggu juga kerja jadinya ya gitu gak bener-bener terlibat langsung” (ADH, 26 tahun).

Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor eksternal dengan tingkat partisipasi dapat diketahui bahwa tingkat transparansi dan intensitas komunikasi menunjukkan hubungan positif dan sangat nyata dengan

tingkat partisipasi. Adapun untuk variabel tingkat transparansi berhubungan positif dan nyata dengan tingkat partisipasi dalam tahap menikmati hasil. Berikut tabel hasil uji korelasi Rank Spearman antara variabel faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 29. Koefisien korelasi antara variabel faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan

Faktor Eksternal

Tahapan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Infrastruktur Jalan Tingkat partisipasi Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Menikmati Hasil Evaluasi Tingkat Transparansi 0.506** 0.376** 0.398** 0.632** 0.584** Intensitas Komunikasi 0.691** 0.669** 0.219 0.662** 0.737**

Ket : *(p< 0.05) → Nyata; **(p< 0.01) → Sangat Nyata

Tingkat Transparansi

Pada Tabel 29 berdasarkan dari hasil uji korelasi variabel faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat ternyata menunjukkan bahwa tingkat transparansi berhubungan positif dan sangat nyata dengan tingkat partisipasi dengan signifikan sebesar 0,000 (di bawah 0,01) dan setiap tahapan partisipasi, yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, hasil, dan evaluasi dengan signifikan masing-masing sebesar 0,000, 0.003, 0,002, dan 0,000 (dibawah 0,01). Hal ini diartikan bahwa semakin tinggi transparansi pemerintah desa ternyata dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Desa Waringin Jaya menyampaikan peruntukkan dana desa tersebut kepada masyarakat dengan sangat terbuka tanpa ada yang ditutupi. Dana desa yang didapatkan dari pemerintah pusat diberitahukan kepada masyarakat melalui forum-forum, seperti musyawarah rencana pembangunan desa (musrenbangdes). Adanya keterbukaan dari pemerintah desa ini membuat masyarakat menjadi mengetahui alokasi dana desa secara rinci dan akhirnya mendorong masyarakat berkontribusi dalam menggunakan dana desa tersebut untuk melaksanakan program pembangunan infrastruktur jalan.

“Pihak desa memberitahukan ke masyarakat terkait anggaran dana desa yang didapat untuk pembangunan jalan musyawarah desa, dan Alhamdulillah antusias masyarakat begitu tinggi dengan adanya program pembangunan jalan ini, karena masyarakat sudah sangat mengharapkan adanya pengecoran jalan tersebut dan dana yang diberitahu sama orang desa tuh buat kita jadi lebih semangat buat bantu ngecor jalan.” (SKR, 40 tahun)

Pemerintah Desa Waringin Jaya mengungkapkan bahwa dana yang diperoleh untuk program pembangunan desa bersumber tidak hanya dari Dana

Desa, tetapi juga berasal dari Dana Provinsi, dan APBN. Dana tersebut diprioritaskan untuk betonisasi jalan dan renovasi bangunan posyandu karena salah satu program Pemerintah Desa Waringin Jaya pada tahun 2015 adalah fokus untuk pembangunan infrastruktur jalan dan menghidupkan kembali posyandu dengan merenovasi bangunan dari posyandu itu sendiri. Adanya anggaran dana tersebut, masyarakat merasa senang karena selama ini masyarakat sangat mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki jalan yang sudah rusak cukup lama. Penyampaian dana yang transparan tersebut membuat masyarakat termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam menyukseskan program pembangunan infrastruktur jalan tersebut dalam pembangunan infrastruktur jalan, terutama saat pelaksanaannya membangun jalan.

Intensitas Komunikasi

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel faktor ekternal dengan tingkat partisipasi masyarakat ternyata menunjukkan bahwa intensitas komunikasi berhubungan positif dan sangat nyata dengan tingkat partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan signifikan masing- masing sebesar 0,000. Hal ini diartikan bahwa menguatnya intensitas komunikasi atau interaksi antar masyarakat nyatanya membuat masyarakat ikut berpartisipasi dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Hal ini disebabkan antar masyarakat memiliki keinginan yang tinggi untuk memajukan wilayahnya dan rasa kebersamaan antar masyarakatnya juga sangat kuat sehingga sesama masyarakat bergotong royong setiap ada kegiatan pembangunan desa atau kemasyarakatan, salah satunya adalah program pembangunan infrastruktur jalan.

Adanya komunikasi atau interaksi yang kuat antar masyarakat membuat masyarakat dalam menjalankan program pembangunan infrastruktur jalan ikut berpartisipatif dan bergotong royong untuk menyukseskan program pembangunan infrastruktur jalan tersebut. Sebagai contoh ketika masyarakat berkumpul paguyuban desa, salah satu hal yang dibicarakan adalah mengenai kondisi lingkungan di setiap wilayah RW Desa Waringin Jaya terutama saat sebuah paguyuban desa yang mengumpulkan satu masyarakat desa. Adapun tujuan dibentuknya paguyuban desa ini diantaranya adalah berbagi cerita dan pengalaman mengenai kondisi di setiap wilayah RW, membantu masyarakat yang memiliki acara hajatan baik materi maupun tenaga, dan adanya paguyuban ini antar masyarakat desa dapat saling mengenal satu sama lain sehingga tali silaturahmi antar masyarakat tetap terjaga. Saat berkumpul, masyarakat menceritakan kondisi di setiap wilayah RW, masyarakat yang merasa tertinggal menginginkan kondisi di lingkungan RW memiliki kemajuan seperti wilayah- wilayah RW yang sudah mulai ada kemajuan, terutama infrastruktur jalan. Dengan demikian, saat datang program pembangunan infrastruktur jalan dari pemerintah desa, masyarakat bahu-membahu bersama-sama berperan serta membangun lingkungannya agar dapat maju seperti wilayah lainnya.

“kalau lagi pada kumpul nih de, kadang kita tuh suka ngobrolin wilayah RW lain, suka ngiri kok wilayah RW lain bisa maju, jadinya kita juga pengen kayak wilayah lain buat maju juga dan kalo lagi kumpul paguyuban kita sampein dah di situ. Jadinya ada pengecoran jalan pas banget deh tuh, kita nih masyarakat terlibat dan gotong royong ngebangun lingkungan kita biar maju kayak wilayah RW lain.” (IWA, 44 tahun)

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.

(1) Gaya kepemimpinan yang partisipatif lebih efektif dan kondusif bagi masyarakat untuk menjalankan program pembangunan desa, salah satunya pembangunan infrastruktur jalan. Penerapan gaya kepemimpinan partisipatif efektif mengkondisikan masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam program pembangunan infrastruktur jalan karena memberikan keleluasaan kepada masyarakat ikut merencanakan, memutuskan, melaksanakan, dan menilai bersama-sama program pembangunan infratruktur jalan.

(2) Tingginya tingkat pendidikan masyarakat ternyata tidak serta merta meningkatkan partisipasi dalam program pembangunan infrastruktur jalan karena masyarakat berpendidikan tinggi yang bekerja di sektor formal memiliki keterbatasan waktu untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan infrastruktur jalan. Padahal masyarakat yang berpendidikan tinggi potensial berkontribusi untuk memberi masukan dan pendapat dalam menyukseskan program pembangunan infrastruktur jalan tersebut, serta mampu menilai dan memberikan saran yang membangun untuk program-program pembangunan desa lainnya.

(3) Pada faktor ekternal, Transparansi pemerintah desa dalam pengelolaan anggaran dana dan intensitas komunikasi antar warga ternyata meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Transparansi terkait anggaran membuat masyarakat mengetahui keberadaan dana untuk pembangunan dan memotivasi masyarakat untuk berkontribusi nyata dalam berpartisipasi. Selain itu, menguatnya intensitas komunikasi antar warga menyebabkan masyarakat berpartisipasi dan gotong royong, untuk kesuksesan pembangunan infrastruktur jalan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

(1) Kepala desa sebagai pemimpin seyogyanya mempertahankan kepemimpinan dengan pendekatan partisipatif agar program-program pembangunan desa efektif menjawab kebutuhan masyarakat.

(2) Pemerintah desa perlu menyediakan wadah aspirasi masyarakat untuk menampung masukan-masukan masyarakat terkait pembangunan desa sehingga masyarakat yang belum memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung, dapat memberikan masukan atau saran yang membangun untuk program-program pembangunan desa berikutnya. (3) Kepala desa sebaiknya lebih menguatkan kembali paguyuban yang ada

Adisasmita, R. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta [ID]. Graha Ilmu Ali, E. 2013. Merajut Jiwa Kepemimpinan. Bogor [ID]: IPB Press

Ancok D. 1989. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian. Di dalam: Singarimbun M, Effendi S, editor. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3S. hlm 124.

Arifin, Z. 2013. Hubungan Kepemimpinan Lurah dengan Penyelenggaraan Pembangunan Fisik di Kelurahan Bukuan Kecamatan Palaran Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Universitas Mulawarman Arnstein, SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP. 35 (4): 216-224. Effendi S. 1989. Unsur-Unsur Penelitian Survai. Di dalam: Singarimbun M,

Effendi S, editor. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3S. hlm 46. Hermansyah. 2015. Peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan

Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus Di Desa Tanah Merah Dan Desa Sambungan). [Internet]. [Diunduh 7 September 2015]. Samarinda [ID]. Universitas Mulawarman. 3 (2): 351-362. Dapat diunduh dari : http://ejournal.pin.or.id/site/?p=773.

Ibrahim J. 2002. Sosiologi Pedesaan. Malang: [ID]: Universitas Muhammadiyah Malang

Isransyah, M. 2014. Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menggerakkan Pembangunan Di Desa Kota Bangun Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. [Internet]. [Diunduh 20 September 2015]. Samarinda [ID]. Universitas Mulawarman. 2(1). Dapat diunduh dari : ejournal.ip.fisip- unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2014/03/eJournal%20Muhammad%20Isransyah%20Jurnal %20(03-07-14-04-34-16

Johan, S. 2015. Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan Fisik di Desa Long Nawang Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau. [Diunduh 2 Desember 2015]. Samarinda [ID]. Universitas Mulawarman. 3(2). http://www.portal.fisip-unmul.ac.id/site/?p=3104.

Kodatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta [ID]: Pustaka Belajar.

Koentjaraningrat. 1967. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta [ID]: Dian Rakyat. hlm 181.

Nikolaus O. 2014. Hubungan Antara Kepemimpinan Tipe Demokratis Kepala Desa Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa Di Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur. [Internet]. [Diunduh 11 Maret 2016]. Universitas Terbuka. 01 (1). Dapat diunduh dari : http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JAPB/article/view/18

Olivianti B, Kolopaking LM. 2014. Hubungan Gaya Kepemimpinan Lurah Dengan Kualitas Pelayanan Kelurahan (Studi Di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan). [Diunduh 8 Desember 2015]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. 02 (3): 135-145. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/9421

Prabowo, H. 2012. Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. [Diunduh 2 Desember 2015]. Semarang [ID]. Universitas 17 Agustus 1945. Vol. 10, No. 1. Dapat diunduh dari : http://repository.untagsmg.ac.id/15/

Rivai V, Mulyadi D. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta [ID]: Rajawali Press

Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat Dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan. [Diunduh pada 5 April 2016]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. 05 (1). Dapat diunduh dari : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5832

Siagian, SP. 2012. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta [ID]: Bumi Aksara

Singarimbun M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Di dalam : Singarimbun M, Effendi S. Metode Penelitian Survei. Jakarta [ID]: LP3ES. hlm 3.

Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID]: RajaGrafindo

Sumardjo. 2010. Karakteristik Perkembangan Wilayah Perdesaan. Di dalam: Syukur M, editor. Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor [ID]: IPB Press. hlm 9-10

Suroso H, Hakim A, Noor I. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. [Internet]. [Diunduh 9 Maret 2016]. Malang [ID]. Universitas Brawijaya. 17 (1). Dapat diunduh dari : http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/290

Supriyadi. 2010. Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. STIE: Kuala Kapuas.

Syamsi, S. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan Anggaran Dana Desa..[Internet]. [Diunduh 18 Maret 2016]. Malang [ID]. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. 03 (1). Dapat diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=331265&val=7753&titl e=PARTISIPASI%20MASYARAKAT%20DALAM%20MENGONTROL %20PENGGUNAAN%20ANGGARAN%20DANA%20DESA

Triwidodo E. 2014. Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sebunga Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. [Internet].Diunduh 11 Maret 2016]. Pontianak [ID]. Universitas Tanjungpura. 03 (2014). Dapat diunduh dari : jurmafis.untan.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/537/pdf_12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nmor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta

Yulianti, Y. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok. Artikel Ilmiah. Universitas Andalas. Padang

Lampiran 1. Peta Wilayah Lokasi Penelitian

Sebelah Utara : Desa Kedung Waringin Sebelah Timur : Kelurahan Karadenan Sebelah Selatan : Desa Cilebut Barat/Timur Sebelah Barat : Desa Cimanggis

Lampiran 2. Jadwal Penyusunan Skripsi

Kegiatan

Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Kelayakan Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Skripsi

Lampiran 3. Daftar Responden

Tokoh masyarakat formal

1 DLH Kadus 3 2 MAM Ketua RW 04 3 SMN Ketua RT 01/04 4 SAH Ketua RT 02/04 5 KOS Ketua RT 03/04 6 ASM Ketua RT 04/04 7 NMS Ketua RW 05 8 SGRT Ketua RT 01/05 9 IWA Ketua RT 02/05 10 RDI Ketua RT 03/05 11 NDN Ketua RT 04/05 12 SKR Ketua RW 06 13 TRD Ketua RT 01/06 14 HRM Ketua RT 02/06 15 JAL Ketua RT 03/06 16 DRM Ketua RT 04/06 17 ZAN Ketua RT 05/06 18 JAI Ketua RW 09 19 ISML Ketua RT 02/09 20 GUS Ketua RT 03/09

Tokoh masyarakat informal

1 MUJ tokoh agama RW 04 2 BCH tokoh pemuda RW 04 3 ABH sesepuh RW 04 4 ARH tokoh pemuda RW 04 5 RNH tokoh agama RW 05 6 MHS Sesepuh RW 05 7 KOM tokoh agama RW 05 8 MSZ tokoh agama RW 05 9 ADH tokoh pemuda RW 05 10 NKH tokoh pemuda RW 05 11 IMG tokoh agama RW 06 12 MSF tokoh pemuda RW 06 13 MSD tokoh agama RW 06 14 UMG sesepuh RW 06 15 ABK tokoh agama RW 06 16 MFH tokoh pemuda RW 06 17 NUG sesepuh RW 09

18 BAD tokoh agama RW 09 19 BUR tokoh agama RW 09 20 JJN tokoh agama RW 09 Non-tokoh masyarakat/anggota masyarakat. 1 MAL RT 01/05 2 MUL RT 02/04 3 AGS RT 03/04 4 NIN RT 05/06 5 HSN RT 02/05 6 APR RT 03/09 7 AQH RT 01/04 8 SBR RT 02/06 9 KRD RT 01/06 10 ERW RT 03/05 11 JAE RT 04/06 12 APA RT 02/04 13 DDG RT 04/04 14 SYN RT 03/04 15 ASP RT 04/04 16 PJS RT 02/09 17 UJS RT 04/05 18 EDS RT 01/05 19 AGS RT 04/05 20 HUS RT 03/06

Lampiran 4. Hasil Olahan Data Correlations Instruktif Partisipasi Spearman's rho Instruktif Correlation Coefficient 1.000 -.023 Sig. (2-tailed) . .864 N 60 60 Partisipasi Correlation Coefficient -.023 1.000 Sig. (2-tailed) .864 . N 60 60 Correlations Instruktif Perencanaan Spearman's rho Instruktif Correlation Coefficient 1.000 -.082 Sig. (2-tailed) . .533 N 60 60 Perencanaan Correlation Coefficient -.082 1.000 Sig. (2-tailed) .533 . N 60 60 Correlations Instruktif Pelaksanaan Spearman's rho Instruktif Correlation Coefficient 1.000 .162 Sig. (2-tailed) . .215 N 60 60 Pelaksanaan Correlation Coefficient .162 1.000 Sig. (2-tailed) .215 . N 60 60 Correlations Instruktif hasil Spearman's rho Instruktif Correlation Coefficient 1.000 -.058 Sig. (2-tailed) . .662 N 60 60 hasil Correlation Coefficient -.058 1.000 Sig. (2-tailed) .662 . N 60 60

Correlations Instruktif eval Spearman's rho Instruktif Correlation Coefficient 1.000 -.093 Sig. (2-tailed) . .481 N 60 60 eval Correlation Coefficient -.093 1.000 Sig. (2-tailed) .481 . N 60 60 Correlations Konsultatif Partisipasi Spearman's rho Konsultatif Correlation Coefficient 1.000 .151 Sig. (2-tailed) . .249 N 60 60 Partisipasi Correlation Coefficient .151 1.000 Sig. (2-tailed) .249 . N 60 60 Correlations Konsultatif Perencanaan Spearman's rho Konsultatif Correlation Coefficient 1.000 .182 Sig. (2-tailed) . .164 N 60 60 Perencanaan Correlation Coefficient .182 1.000 Sig. (2-tailed) .164 . N 60 60 Correlations Konsultatif Pelaksanaan Spearman's rho Konsultatif Correlation Coefficient 1.000 .070 Sig. (2-tailed) . .596 N 60 60 Pelaksanaan Correlation Coefficient .070 1.000 Sig. (2-tailed) .596 . N 60 60

Correlations Konsultatif hasil Spearman's rho Konsultatif Correlation Coefficient 1.000 .105 Sig. (2-tailed) . .423 N 60 60 hasil Correlation Coefficient .105 1.000 Sig. (2-tailed) .423 . N 60 60 Correlations Konsultatif eval Spearman's rho Konsultatif Correlation Coefficient 1.000 .247 Sig. (2-tailed) . .057 N 60 60 eval Correlation Coefficient .247 1.000 Sig. (2-tailed) .057 . N 60 60 Correlations Partisipatif Partisipasi Spearman's rho Partisipatif Correlation Coefficient 1.000 .403** Sig. (2-tailed) . .001 N 60 60 Partisipasi Correlation Coefficient .403** 1.000 Sig. (2-tailed) .001 . N 60 60

Correlations Partisipatif Perencanaan Spearman's rho Partisipatif Correlation Coefficient 1.000 .338** Sig. (2-tailed) . .008 N 60 60 Perencanaan Correlation Coefficient .338** 1.000 Sig. (2-tailed) .008 . N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Partisipatif Pelaksanaan Spearman's rho Partisipatif Correlation Coefficient 1.000 .228 Sig. (2-tailed) . .080 N 60 60 Pelaksanaan Correlation Coefficient .228 1.000 Sig. (2-tailed) .080 . N 60 60 Correlations Partisipatif hasil Spearman's rho Partisipatif Correlation Coefficient 1.000 .232 Sig. (2-tailed) . .074 N 60 60 hasil Correlation Coefficient .232 1.000 Sig. (2-tailed) .074 . N 60 60 Correlations Partisipatif eval Spearman's rho Partisipatif Correlation Coefficient 1.000 .444** Sig. (2-tailed) . .000 N 60 60 eval Correlation Coefficient .444** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 60 60

Correlations Delegatif Partisipasi Spearman's rho Delegatif Correlation Coefficient 1.000 -.073 Sig. (2-tailed) . .577 N 60 60 Partisipasi Correlation Coefficient -.073 1.000 Sig. (2-tailed) .577 . N 60 60 Correlations Delegatif Perencanaan Spearman's rho Delegatif Correlation Coefficient 1.000 -.020 Sig. (2-tailed) . .879 N 60 60 Perencanaan Correlation Coefficient -.020 1.000 Sig. (2-tailed) .879 . N 60 60 Correlations

Dokumen terkait