• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur

Jalan Desa Y1. Pengambilan Keputusan Y2. Pelaksanaan Y3. Menikmati Hasil Y4. Evaluasi X2. Faktor Internal X21. Usia X22. Tingkat Pendidikan X23. Tingkat Penghasilan X24. Lama Tinggal X25. Jenis Pekerjaan

Hipotesis

(1) Diduga terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan kepala desa yang dominan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan. (2) Diduga terdapat hubungan faktor internal, yaitu usia, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, lama tinggal, dan jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan.

(3) Diduga terdapat hubungan faktor eksernal, yaitu tingkat transparansi dan intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif untuk mendapatkan data dan informasi yang ingin diperoleh. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif diperoleh dengan metode survey menggunakan instrument kuesioner. Sedangkan, pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam kepada informan yang telah ditentukan secara purposive. Penelitian survai dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, sehingga penelitian ini dikategorikan dalam penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research) (Singarimbun 1989).

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) karena berdasarkan informasi dari situs resmi Kabupaten Bogor, Desa Waringin Jaya merupakan salah satu desa yang telah berhasil melakukan pembangunan infrastruktur desa dengan dana desa, salah satunya pembangunan infrastruktur jalan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, terhitung mulai bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan dan pengolahan data, uji kelayakan, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel waktu pelaksanaan penyusunan. (Lampiran 2)

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Sumber data dari penelitian ini adalah informan dan responden. Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan informasi atau keterangan tambahan mengenai topik penelitian atau ada hubungan dengan topik penelitian, sedangkan responden merupakan sumber data utama yang akan diberikan kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Waringin Jaya dan populasi sampelnya adalah kepala keluarga di RW 04,05,06, dan 09 di Desa Waringin Jaya. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Penentuan responden menggunakan metode stratified random sampling nonproposional berdasarkan tingkat ketokohan masyarakat. Tingkat ketokohan masyarakat dibagi menjadi tiga yaitu tokoh masyarakat formal, tokoh masyarakat informal, dan non-tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat formal adalah responden yang memiliki pengaruh dan masuk ke dalam struktur atau pembantu dari pemerintahan wilayah desa. Kemudian tokoh masyarakat informal adalah responden yang memiliki pengaruh yang kuat karena dipandang memiliki kemampuan lebih dari warga lainnya. Terakhir non-tokoh masyarakat adalah responden yang tidak memiliki pengaruh apapun di lingkungan dan bukan

termasuk dalam struktur wilayah pemerintahan desa. Setiap tingkatan berjumlah 20 responden sehingga total responden dalam penelitian ini adalah 60 responden.

Informan dalam penelitian ini adalah seseorang yang dapat menjelaskan serta memberikan keterangan yang dianggap mengetahui dengan jelas mengenai perkembangan Desa Waringin Jaya, termasuk pembangunan infrastruktur jalan atau informan juga bisa berasal dari salah satu responden yang kita uji. Penentuan informan ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung dan pengambilan data langsung di lapangan, teknik pengumpulan datanya melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh beberapa informan yang sesuai dengan kriteria pada kajian penelitian atau orang yang memiliki pengaruh kuat di desa, seperti tokoh masyarakat atau aparat desa.

Kuesioner tersebut akan diuji validitasnya terlebih dahulu dengan ketentuan nilai alfa > 0.50. Serta diuji realibilitasnya sebagai instrument pengumpulan data kuantitatif minimal 10 kuesioner kepada masyarakat desa yang memiliki kondisi yang sama dengan masyarakat yang akan diteliti. Menurut Ancok (1989), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dua kali atau lebih. Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika

r hitung ≥ r Tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Sedangkan untuk uji realibilitas untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan

jika ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Hasil uji realibilitas kuesioner menunjukkan angka 0,839 yang mengartikan kuesioner sudah realibilitas.

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung yaitu melalui data-data ataupun dokumentasi yang berkaitan dengan topik penelitian seperti buku potensi wilayah, profil wilayah, gambaran wilayah dan penduduk, BPS, serta data-data yang mendukung kebutuhan mengenai fokus penelitian. Pertimbangan dalam pengambilan objek penelitian/responden karena masyarakat

merupakan individu yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program pembangunan desa.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan SPSS Version 21.0 Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dimasukkan ke dalam Microsoft Excel 2010 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean berdasarkan tingkatan ordinal yang sudah dibuat pada definisi operasional. Kemudian dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik Rank Spearman dan Chi Square. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal, sedangkan Chi Square digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala dan nominal.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responen, informan, dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian ini akan dituliskan dalam laporan berbentuk skripsi.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur variabel. Masing-masing variabel diberi batasan terlebih dahulu agar dapat ditentukan indikator pengukurannya. Menurut Effendi (1989) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Effendi (1989) juga menyatakan bahwa definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut dia akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan.

X1. Gaya Kepeminpinan adalah perilaku kepala desa dalam melaksanakan tugas dan pembangunan untuk mencapai sasaran atau tujuannya. Gaya kepemimpinan dapat dibagi menjadi empat, yaitu gaya kepemimpinan instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif.

Tabel 2. Definisi operasional variabel gaya kepemimpinan

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator

X11. Gaya Kepemimpinan Instruktif

Cara kepala desa dalam melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan, yaitu dengan cara menggunakan komunikasi satu arah, cenderung memerintah, dan pengambilan keputusan berada di tangan pemimpin tanpa ada diskusi bersama pengikut

Data yang digunakan adalah data ordinal dengan kategori : Rendah : < 9 Sedang : 9-11 Tinggi : > 11 Ordinal X12. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Cara kepala desa dalam melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan, yaitu dengan cara mulai menggunakan komunikasi dua arah, cenderung mengarahkan, dan pengambilan keputusan berada di tangan pemimpin setelah mendengar saran dari pengikut

Data yang digunakan adalah data ordinal dengan kategori : Rendah : < 13 Sedang : 13-16 Tinggi : > 16 Ordinal X13. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Cara kepala desa dalam melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan, yaitu dengan menggunakan komunikasi dua arah secara intens,

memiliki hubungan yang dekat dengan pengikut, pemimpin dan pengikut

bersama-sama dalam pengambilan

keputusan.

Data yang digunakan adalah data ordinal dengan kategori : Rendah : < 15 Sedang : 15-18 Tinggi : > 18

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator X14. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Cara kepala desa dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan, yaitu dengan menyerahkan sepenuhnya wewenangnya

kepada bawahan atau pengikutnya,

cenderung pasif, dan tidak ada komunikasi yang terjalin dengan pengikut.

Data yang digunakan adalah data ordinal dengan kategori : Rendah : < 6 Sedang : 6-8 Tinggi : > 8

Ordinal

X2. Faktor Internal, yaitu kondisi yang ada pada diri masyarakat yang mempengaruhi partisipasinya dalam mengikuti pembangunan infrastruktur jalan seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal.

Tabel 3. Definisi operasional variabel faktor internal responden

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator

X21. Usia Umur responden dari saat pengisian kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu:

Usia Muda : < 40 tahun Usia Sedang : 40- 50 tahun

Usia Tua : > 50 tahun

Ordinal

X22. Tingkat Pendidikan

Jenjang terakhir sekolah formal yang ditempuh oleh masyarakat sampai waktu penelitian Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : ≤ SD Sedang : SMP Tinggi : ≥ SMA Ordinal

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator X23. Tingkat Penghasilan Rata-rata jumlah pendapatan masyarakat berupa uang yang diperoleh responden setiap bulan Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu : Rendah : < Rp 1.355.000,00 Sedang : Rp 1.355.000,00 – Rp 2.618.000,00 Tinggi : > Rp 2.618.000,00 Ordinal X24. Lama Tinggal Periode waktu responden menetap di desa sampai saat ini.

Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 30 tahun Sedang : 30 – 45 tahun Tinggi : > 45 tahun Ordinal X25. Jenis Pekerjaan Mata pencaharian utama yang dilakukan oleh responden selama hidupnya 1. Petani 2. Buruh 3. Wiraswasta 4. Karyawan 5. PNS 6. lainnya Nominal

X3. Faktor Eksternal Partisipasi Masyarakat, yaitu kondisi yang berada di luar individu yang mempengaruhi keterlibatan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 4. Definisi operasioanal variabel faktor eksternal

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator X31. Tingkat Transparansi Penilaian masyarakat terhadap keterbukaan dari pemerintah desa yang berkaitan

dengan anggaran dana untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan desa. Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 14 Sedang : 14-17 Tinggi : > 17 Ordinal

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator X32. Intensitas komunikasi Frekuensi interaksi antar sesama masyarakat dalam keseharian atau setiap kegiatan/aktivitas masyarakat desa Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 14 Sedang : 14-16 Tinggi : > 16 Ordinal

Y. Tingkat Partisipasi, yaitu peran serta atau keterlibatan langsung masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah desa. Pada tingkat partisipasi masyarakat ini dibagi menjadi tiga level berdasarkan teori tahapan partisipasi Cohen dan Uphoff (1979), yaitu tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi.

Tabel 5. Definisi operasional variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator Y1. Tahap pengambilan keputusan Bentuk keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perencanaan, terkait pembangunan infrastruktur jalan. Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 9 Sedang : 9-13 Tinggi : > 13 Ordinal Y2. Tahap Pelaksanaan Bentuk kontribusi masyarakat secara langsung dalam pembangunan infrastruktur jalan. Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 15 Sedang : 15-18 Tinggi : > 18 Ordinal

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator Y3. Tahap Menikmati hasil

Apa yang dirasakan oleh masyarakat setelah adanya program pembangunan infrastruktur jalan Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 16 Sedang : 16-17 Tinggi : > 17 Ordinal Y4. Tahap Evaluasi Bentuk keterlibatan masyarakat dalam menilai hasil dari pembangunan infrastruktur jalan yang sudah dilaksanakan Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 9 Sedang : 9-12 Tinggi : > 12 Ordinal

Variabel Definisi Definisi Operasional Tingkat Pengukuran Indikator

Y.. Tingkat Partisipasi

peran serta atau keterlibatan langsung masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan Dihitung dengan menggunakan sebaran normal, yaitu: Rendah : < 48 Sedang : 48-60 Tinggi : > 60 Ordinal

Desa Waringin Jaya merupakan satu dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 175 ha. Secara geografis, sebelah utara Desa Waringin Jaya berbatasan dengan Desa Kedung Waringin, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Karadenan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cilebut Barat/Timur, Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimanggis.

Desa Waringin Jaya terletak pada jarak 3,5 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Bojong Gede. Adapun jarak dari Desa Waringin Jaya ke pusat pemerintahan kabupaten sebesar 6 km, jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sebesar 120 km, dan jarak Desa Waringin Jaya dengan pusat pemerintahan ibu kota negara sebesar 60 km. Desa Waringin Jaya memiliki ketinggian dari permukaan laut sebesar ± 294 M dpl, lalu intensitas curah hujan sebesar ± 3000 Mm/tahun, dan Desa Waringin Jaya memiliki kelembaban dengan suhu berkisar ± 29°C.

Sejarah Desa Waringin Jaya

Desa Waringin Jaya merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari Desa Kedung Waringin, Kecamatan Bojong Gede, yang tepat berbatasan sebelah utara Desa Waringin Jaya yang terjadi pada tahun 1986. Desa ini memiliki etnis yang sebagian besar adalah etnis Betawi. Berdasarkan hasil wawancara salah satu tokoh masyarakat di Desa Waringin Jaya, saat penjajah Belanda masih menjajah tanah negara Indonesia ini, Desa Waringin Jaya atau Kedung Waringin sebelum pemekaran merupakan wilayah perkebunan karet yang dimanfaatkan untuk keperluan penjajah itu sendiri. Para pekerja kuli bangunan dan mandor perkebunan karet itu berasal dari tanah Batavia atau Jakarta yang notabennya wilayah tersebut adalah wilayah asli etnis Betawi hingga pada akhirnya para pekerja dan kuli yang berasal dari Jakarta mulai menetap di Desa Waringin Jaya dan sampai sekarang sudah menurunkan tiga generasi etnis Betawi di Desa Waringin Jaya. Di Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang memiliki identitias dengan etnisitas Sunda, akan tetapi adanya para pekerja yang datang dari Jakarta dan menetap di sana untuk bekerja di perkebunan karet maka etnisitas di Desa Waringin Jaya adalah etnis Betawi.

Sejak awal terbentuknya Desa Waringin Jaya, tanah yang ada sebagian besar adalah lahan pertanian setelah berubah dari tanah perkebunan karet. Sebanyak 90 persen penduduk Desa Waringin Jaya pada tahun 1990an bermata pencaharian sebagai petani. Seiring berjalannya waktu, semakin lama pertambahan penduduk di Desa Waringin Jaya semakin meningkat. Hal itu terlihat dari adanya para pengembang yang membeli lahan dari masyarakat setempat dan menjadikan lahannya sebagai perumahan elit untuk masyarakat kalangan menengah ke atas ditambah tingginya jumlah permintaan tempat tinggal dari masyarakat di luar Desa Waringin Jaya. Masyarakat Desa Waringin Jaya perlahan mulai meninggalkan pekerjaan sebagai petani karena lahan-lahan pertanian mereka dijual kepada pengembang untuk menambah biaya hidup

dirinya sendiri dan pada akhirnya lahan-lahan produktif pertanian tersebut beralih fungsi menjadi lahan untuk perumahan. Saat ini Desa Waringin Jaya tidak hanya diisi oleh orang-orang pribumi di desa tersebut, tetapi juga orang-orang pendatang yang berasal dari luar desa yang menetap untuk tinggal di wilayah Desa Waringin Jaya tepatnya di perumahan yang sudah dibangun. Adapun perumahan yang ada di Desa Waringin Jaya adalah Griya Waringin Elok, Puri Anta Santosa, Ambar, Darussalam, Villa Hijau, Villa Mutiara, dan Tenjong Sari.

Tabel 6. Luas lahan dan presentase jenis pemanfaatan lahan di Desa Waringin Jaya tahun 2015

Pemanfaatan Luas Lahan

(Ha) (%) Pemukiman 152.55 87.2 Pekarangan 7.75 4.4 Tanah sawah 7.5 4.3 Pemakaman 1.7 0.9 Situ 1.5 0.9 Kolam empang/balong 4 2.3 Jumlah 175 100.0

Sumber : Diolah dari data profil Desa Waringin Jaya Tahun 2015

Saat ini, Desa Waringin Jaya merupakan salah satu desa padat penduduk di Kecamatan Bojong Gede karena luas lahannya lebih banyak diperuntukkan untuk pemukiman dan pembangunan kawasan perumahan kelas menengah atas dan sisa lahan pertanian sawah di Desa Waringin Jaya tahun 2015 hanya sekitar 4,3 persen yang jauh lebih kecil dari lahan yang digunakan untuk pemukiman, termasuk perumahan dari pengembang sebesar 87,2 persen.

Kondisi Sosial

Desa Waringin Jaya terdiri dari tiga dusun, 13 rukun warga (RW), dan 73 rukun tetangga (RT) dengan total seluruh jumlah penduduk sebanyak 12.096 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 6.044 jiwa atau sebesar 49,97 persen dan penduduk perempuan berjumlah 6.052 jiwa atau sebesar 50,03 persen. Adapun mata pencaharian masyarakat di Desa Waringin Jaya sangat beragam, mulai dari di bidang pertanian, yakni petani, sampai di bidang non pertanian seperti buruh atau wiraswasta.

Tabel 7. Jumlah dan presentase masyarakat berdasarkan mata pencaharian Desa Waringin Jaya tahun 2015

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang) (%) Petani 75 1.17 Pengusaha 50 0.78 Pengrajin 45 0.70 Buruh industri 87 1.35 Buruh bangunan 417 6.48

Pegawai karyawan swasta 2.853 44.33

Wiraswasta 2.679 41.63 PNS 159 2.47 TNI/Polri 11 0.17 Pensiunan TNI/Polri/PNS 3 0.05 Guru 54 0.84 Bidan/Mantri Kesehatan 2 0.03 Jumlah 6.435 100.00

Sumber : Diolah dari data profil Desa Waringin Jaya tahun 2015

Mata pencaharian masyarakat Desa Waringin Jaya pada tahun 2015 sebagian besar adalah pegawai/karyawan swasta dan wiraswasta dengan masing- masing sebesar 44,33 persen dan 41,63 persen. Berbeda halnya dengan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani yang saat ini hanya sebesar 1,17 persen. Kurangnya lahan pertanian dan lokasi desa yang berdekatan dengan kawasan ibukota Jakarta membuat sebagian besar masyarakat Desa Waringin Jaya memilih untuk bekerja menjadi karyawan swasta atau wiraswasta sebagai pekerjaan utamanya. Masyarakat Desa Waringin Jaya yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta, usahanya terdiri dari pemilik toko kecil, warung kelontong, dan membuat kerajinan kayu. Hasil dari kerajinan kayu tersebut dijual kembali oleh masyarakat desa di beberapa wilayah, diantaranya wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, sampai Kota Bandun. Adapun mata pencaharian petani, jumlahnya semakin lama semakin berkurang karena lahan-lahan pertaniannya juga sudah berkurang sehingga banyak masyarakat yang awalnya bertani memutuskan untuk beralih profesi menjadi buruh, wiraswasta atau pekerjaan lainnya.

Pada tingkat pendidikan, masyarakat Desa Waringin Jaya memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu rendah. Sebagian besar masyarakat Desa Waringin Jaya memiliki tingkat pendidikan, yaitu tamat SMP dan SMA masing-masing sebesar 33,2 dan 32,8 persen. Terlihat pada Tabel 8 terkait tingkat pendidikan masyarakat Desa Waringin Jaya yang didapatkan dari profil desa tahun 2015.

Tabel 8. Jumlah dan presentase penduduk Desa Waringin Jaya berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2015

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(orang) (%)

Tidak tamat SD sederajat 263 2.2

Tamat SD sederajat 3552 30.1

Tamat SLTP sederajat 3917 33.2

Tamat SMA sederajat 3873 32.8

Tamat Diploma (D1 s/d D3) 137 1.1

Tamat Sarjana (S1 s/d S3) 72 0.6

Jumlah 11.814 100.0

Sumber : Diolah dari data profil Desa Waringin Jaya Tahun 2015

Pada tingkat pendidikan terakhir SD tidak jauh berbeda jumlah dan presentasenya dengan tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA, yaitu dengan presentase sebesar 30,1 persen. Masih adanya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah karena zaman dahulu masyarakat Desa Waringin Jaya tidak terlalu mementingkan jenjang pendidikan formal, masyarakat lebih mengedepankan bagaimana masyarakat dapat bertahan hidup dengan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain itu, masyarakat Desa Waringin Jaya lebih mengedepankan pendidikan yang berlandaskan agama dan tidak terlalu mengutamakan pendidikan formal dan faktor biaya yang cukup mahal akhirnya menghambat masyarakat Desa Waringin Jaya saat itu untuk dapat mengenyam pendidikan formal sehingga masyarakat memilih untuk tidak melanjutkan atau mengenyam pendidikan formal yang lebih tinggi.

Prasarana Wilayah

Desa Waringin Jaya memiliki beberapa prasarana sebagai penunjang dalam mendukung kegiatan masyarakat desa, baik dari segi sosial maupun ekonomi masyarakat desa. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).

Dokumen terkait