• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 112-117)

KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI DAN PENYELENGGARAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota adalah:

Kriteria Lokasi:

 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah system terpusat (sewerage system) seperti Medan, Parapat, Batam, Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin

 Kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahun pertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru

 Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa.

Lingkup Kegiatan:

 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan

 Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan kapasitas idle

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan operator IPAL

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²)

 Terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang  Sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun

 Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat

Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-site) dipaparkan dalam gambar berikut:

Gambar 6.4.2

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off-Site Skala Kota

Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.

Sarana dan prasarana pengelolaan limbah cair di Kabupaten Tebo masih terbatas pada skala rumah tangga saja, sedangkan skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum tersedia. Secara umum sistem penangan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Tebo yaitu sistem setempat (on site sistem).

Di dalam SSK ini dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna

lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Pemerintah Kabupaten Tebo dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Tebo.

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

 Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relativf kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sistem setempat (on site) dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Melalui Sanitasi Total Berbasi Masyarakat (STBM) dan pembangunan MCK++.

 Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan sistemnya adalah sistem setempat dengan pendekatan on site individual/komunal.

 Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan sistem setempat (on site) komunal dalam jangka menengah, serta diharapkan dapat mengarah kepada off site terpusat medium.

6.4.2 Persampahan

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan

Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang system pengelolaan persampahan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:

- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu

- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan - Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan - Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang - Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18.

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:

i. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah ii. penyelenggaraan pengelolaan sampah iii. kompensasi

iv. pengembangan dan penerapan teknologi v. sistem informasi

vi. peran masyarakat vii. pembinaan

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 112-117)