• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

mencakup tiga sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan,

pengembangan air minum dan sanitasi yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan

drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu

strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal

perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya

adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan

mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan

merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai

penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan

kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan

(2)

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya

kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah

susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di

kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas

di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik,

serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat

Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan

(3)

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan

permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial.

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman

kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di

kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk

penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan

permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan

adaptasi terhadap perubahan iklim.

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga

kumuh perkotaan.

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang

tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua,

dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan

yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya

kawasan kumuh.

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

(4)

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan

permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas

sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi

standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang

terangkum secara nasional. Namun, di Kabupaten Tebo terdapat isu-isu yang bersifat

lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu

strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai

informasi awal dalam perencanaan.

Tabel VI.1.1

Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Tebo

No. Isu Strategis Keterangan

(1) (2) (3)

1. Pergeseran karakter permukiman, dari permukiman pedesaan

ke permukiman perkotaan

Pada beberapa bagian wilayah yang

memiliki kecenderungan

perkembangan wilayah

2. Dibutuhkan upaya signifikan untuk pemenuhan prasarana,

sarana dan utilitas umum sebagai kawasan perkotaan

Perencanaan secara keseluruhan

untuk prasarana, sarana dan

utilitas umum

3. Belum tersusunya manajemen pencegahan kebakaran Penyusunan Rencana Induk Sistem

Proteksi Kebakaran (RISPK)

4. Pengembangan permukiman belum mengacu kepada Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Penyusunan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

untuk kawasan permukiman

dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

5. Belum ada konsep dan skela pemberdayaan masyarakat di

bidang pemenuhan dan pembangunan rumah secara mandiri.

Program pemberdayaan

masyarakat

6. Belum ada konsep untuk pengembangan permukiman khusus

Kelompok Adat Terpencil (KAT).

Perlu upaya signifikan mencakup aspek budaya, sosial ekonomi, aspek legal dan aspek teknis permukiman dan perumahan.

Sumber: Dokumen RP3KP Kabupaten Tebo, 2013.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional

mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500

kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit

Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang

terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun

infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun

infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya,

(5)

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu

kota/kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu

perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah,

peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung

seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan

permukiman.

Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan

kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan

infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan

potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data

untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

Tabel VI.1.2

10/2013 Rencana Tata Ruang Wialayah

Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033

06/2013 Rencana Tata Ruang Kabupaten

(6)

No.

sedangkan sisanya 3,45 % mengontrak dan menyewa, 3,72 % tinggal di rumah dinas, dan 6,03

% tinggal di rumah milik orang tua atau saudara. Persentase kepemilikan rumah ini tidak jauh

berbeda dengan kondisi tahun 2005, yaitu 88,63 % penduduk Kabupaten Tebo memiliki rumah

sendiri.

Luas lantai rumah untuk rumah tangga di Kabupaten Tebo berdasarkan klasifikasinya dapat

dirincikan sebagai berikut:

- 20 – 49 m2 sebanyak 34,33 % (2008), sebelumnya 27,38 % (2005);

- 50 – 99 m2 sebanyak 55,95 % (2008), sebelumnya 65,63 % (2005);

- > 100 m2 sebanyak 7,78 % (2008), sebelumnya 0,07 % (2005).

Selanjutnya mengenai kondisi rumah tersebut secara lebih rinci yaitu menurut jenis atap,

dinding dan lantai tahun 2010, 2011, dan 2012 dikemukakan pada Tabel II.3.2 berikut ini.

Berdasarkan Tabel II.3.2 tersebut dapat diidentifikasikan kondisi rumah yang menonjol di

Kabupaten Tebo:

- Jenis atap, yang menonjol adalah genteng, seng, dan asbes; selain itu juga ada jenis atap

beton dan sirap, serta sejumlah kecil atap ijuk/rumbia.

- Jenis dinding, yang menonjol adalah tembok dan kayu; namun masih terdapat sejumlah

kecil jenis dinding bambu.

- Jenis lantai, yang menonjol adalah semen, keramik, kayu dan tegel/teraso; namun masih

(7)

Dari data potensi desa tahun 2011 (PODES 2011) dapat juga disajikan jumlah

penduduk dan keluarga beserta indikasi jumlah rumah dan idenstifikasi kawasan kumuh,

sampai tingkat desa/kelurahan, seperti disajikan pada Tabel II.3.3. Sehubungan dengan tidak

terdapatnya data langsung mengenai jumlah rumah, maka untuk jumlah rumah tersebut

didekati dari jumlah rumah berdasarkan penerangan (PLN dan non-PLN), mengingat prinsip

bahwa setiap rumah membutuhkan penerangan. Beberapa indikasi yang diperoleh dari PODES

2011 tersebut adalah:

- Tidak atau belum teridentifikasi kawasan kumuh pada masing-masing desa;

- Jumlah rumah yang dapat diindikasikan dari PODES 2011 adalah sebesar 73.568 unit,

dengan jumlah penduduk sebesar 300.080 jiwa, dan jumlah keluarga (KK) sebesar78.615

keluarga. Proporsi jumlah rumah terhadap jumlah keluarga untuk tingkat Kabupaten Tebo

adalah sebesar 93,58 %.

- Berdasarkan data PODES 2011 tersebut maka backlog rumah (kekurangan rumah) yang

signifikan terdapat di kecamatan-kecamatan: Sumay, Serai Serumpun, VII Koto Ilir, dan

Tengah Ilir.

- Terkait khusus dengan penerangan rumah (PLN dan non-PLN), maka desa-desa dengan

peneranga rumah non-PLN yang masih menonjol terdapat di kecamatan-kecamatan: Tebo

Ilir (Betung Bedarah Barat, Kunangan), Muara Tabir (Tambun Arang, Tanah Garo), Tebo

KONDISI RUMAH MENURUT JENIS ATAP, DINDING, DAN LANTAI TAHUN 2010, 2011, 2012 KABUPATEN TEBO

Kondisi Rumah menurut Jenis Atap, Dinding, dan Lantai Tahun 2011-2012 Kabupaten Tebo

(8)

Pemayongan), Tengah Ilir (Lubuk Mandarsah), Serai Serumpun (semua desa kecuali

(9)

Jumlah Proporsi (%) Laki2 Peremp Total Keluarga PLN Non-PLN Total Jlh Lok. Jlh Rmh Jlh KK Rmh/Klrga 1 12.625 12.082 24.707 6.074 3.537 2.437 5.974 - - - 98,35

PENDUDUK, KELUARGA, RUMAH, DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KABUPATEN TEBO BERDASARKAN DATA POTENSI DESA TAHUN 2011

No. Kecamatan Penduduk Rumah (Penerangan) Permukiman Kumuh

Desa/Kelurahan

Tabel VI.1.4

(10)

Perkotaan

Tabel VI.1.5

Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Tebo Tahun 2015

No. Lokasi Kawasan

Keterangan : Kabupaten Tebo termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang tidak memiliki kawasan kumuh.

Tabel VI.1.6

Data Kondisi RSH di Kabupaten Tebo Tahun 2015

No. Lokasi RSH Tahun

Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni

Kondisi Prasarana CK

yang ada

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Belum terdata

Sumber : Dokumen RP3KP Kabupaten Tebo, 2013.

Keterangan : Tidak dibahas dalam dokumen RP3KP Kabupaten Tebo

Tabel VI.1.7

Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Tebo Tahun 2015

No. Lokasi

Laki2 Peremp Total Keluarga PLN Non-PLN Total Jlh Lok. Jlh Rmh Jlh KK Rmh/Klrga 9 15.875 15.814 31.689 8.911 6.017 2.894 8.911 - - - 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Kabupaten Tebo, 2011 Keterangan:

Tebo Ulu

Permukiman Kumuh Desa/Kelurahan

Lanjutan - Tabel Penduduk, Keluarga, Rumah, dan Kawasan Kumuh berdasarkan Data Potensi Desa

No. Kecamatan Penduduk Rumah (Penerangan)

(11)

Keterangan : Kabupaten Tebo belum memiliki Rusunawa

Perdesaan

Tabel VI.1.8

Data Program Perdesaan di Kabupaten Tebo Tahun 2015

No. Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi

Infrastruktur

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Belum terdata

Sumber : Dokumen RP3KP Kabupaten Tebo, 2013.

Keterangan : Belum pernah dilakukan program pedesaan sektor pengembangan permukiman di Kab. Tebo.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara

lain:

Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat

menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih

terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah

terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

sektor Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro

Rakyat (Direktif Presiden).

4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya

kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.

5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur

permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan

kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada

(12)

Berdasarkan dokumen RP3KP Kabupaten Tebo diidentifikasikan permasalahan yang

dihadapi dalam pengembangan permukiman dan perumahan di Kabupaten Tebo, yaitu sebagai

berikut ini.

1. Pergeseran karakter permukiman pada sebagian lokasi dari permukiman perdesaan

menjadi permukiman perkotaan.

2. Seiring dengan pergeseran sebagian permukiman perdesaan menjadi permukiman

perkotaan tersebut dibutuhkan upaya signifikan untuk pemenuhan prasarana, sarana, dan

utilitas umum sebagai kawasan perkotaan.

3. Baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan akan terjadi pertumbuhan

penduduk atau pertambahan jumlah penduduk dan rumah tangga (atau kepala

keluarga/KK) yang memerlukan penyediaan rumah/perumahan secara kuantitas, namun

harus disertai juga dengan aspek kualitas sebagai perumahan atau rumah layak huni.

4. Kekurangan jumlah rumah dibandingkan dengan jumlah rumah tangga penduduk yang

selayaknya memiliki rumah sendiri, baik pada periode yang lalu, maupun yang potensial

terjadi pada beberapa lokasi di masa datang atau disebut sebagai backlog atau potensi

backlog akan menjadi permasalahan secara menerus namun dengan intensitas yang

berbeda. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk meminimalkannya.

5. Pembangunan rumah pada prinsipnya adalah pembangunan oleh masyarakat secara

mandiri. Dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat, di mana keberdayaan

sebagian di antaranya secara ekonomi memerlukan bantuan, sehingga terhadap

kebutuhan pengembangan rumah dan perumahan di masa datang perlu skema

pemberdayaan melalui berbagai bentuk program yang diselenggarakan oleh pemerintah

dan/atau pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten).

6. Permasalahan khusus yang sifatnya membutuhkan penanganan tertentu, baik yang ada

dewasa ini (existing) maupun yang potensial terjadi di masa datang, meliputi:

a. kawasan kumuh, yang berpeluang terjadi pada permukiman yang terletak di tepi

sungai maupun di sekitar lokasi kegiatan komersial di kawasan perkotaan atau di tepi

jalan regional utama;

b. rumah tidak layak huni yang memerlukan bantuan untuk meningkatkan kualitasnya

(13)

c. permukiman khusus Kelompok Adat Terpencil (KAT), yang memerlukan upaya

signifikan yang mencakup aspek budaya, aspek sosial ekonomi, aspek legal, aspek

teknis permukiman dan perumahan, aspek kepemilikan (property), aspek penerapan

perangkat insentif dan disinsetif, dan sebagainya.

Tabel VI.1.9

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tebo

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

5. Aspek lingkungan permukiman;

Masih rendahnya apresiasi

(14)

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.

Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus

dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang

Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di

Kabupaten Tebo. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015

(pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM)

untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI,

percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program

pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014.

Proporsi

Penduduk KK Urban Urban Rural Total Urban Rural Urban Rural

1. Tebo Tengah 35.206 8.534 0,62 5.585 3.749 9.334 5.386 3.148 (199) (601)

Jumlah Penduduk dan KK Tahun 2011 berdasarkan Tabel II.2.19 Jumlah Rumah Tahun 2011 berdasarkan Tabel II.3.3

Proporsi Urban adalah proporsi jumlah penduduk Kelurahan/Desa tercakup perkotaan (Tabel IV.1.1) terhadap

KABUPATEN TEBO

Sumber: Penghitungan

TABEL IV.5.1

JUMLAH PENDUDUK ,KK, DAN RUMAH TAHUN 2011 KABUPATEN TEBO DAN INDIKASI BACKLOG (KEKURANGAN RUMAH) TINGKAT KECAMATAN

Penduduk & KK Jumlah Rumah Jumlah KK Indikasi Backlog

(15)

Penduduk KK/RT Rumah Backlog Rumah Rumah Backlog Backlog

2011 2011 2011 Total Urban Rural Urban Rural

1 25.637 6.197 5.974 223 2.304 3.670 136 491

PENGHITUNGAN INDIKASI BACKLOG (KEKURANGAN RUMAH) KABUPATEN TEBO BERDASARKAN PERHITUNGAN TINGKAT DESA/KELURAHAN, TAHUN 2011

Desa/Kelurahan

Tabel VI.1.11

(16)

Penduduk KK/RT Rumah Backlog Rumah Rumah Backlog Backlog

2011 2011 2011 Total Urban Rural Urban Rural

6. 61.348 16.409 14.898 1.511 8.075 6.823 1.021 490

- Jumlah backlog untuk kecamatan adalah penjumlahan angka backlog desa/kelurahan yang positif.

Angka backlog yang negatif atau dalam kurung/ (xxx) berarti tidak ada backlog pada desa/kelurahan yang bersangkutan. Rimbo Bujang

No. Kecamatan

Desa/Kelurahan

Rumah Rural adalah rumah yang terdapat dalam Kawasan Permukiman Perdesaan yang diusulkan Lanjutan - TABEL IV.5.2 Penghitungan Indikasi Backlog Tingkat Desa/Kelurahan

Serai Serumpun VII Koto Ilir

Kabupaten Tebo

Sumber: Analisis Keterangan:

Rumah Urban adalah rumah yang terdapat dalam Kawasan Permukiman Perkotaan yang diusulkan Rimbo Ulu

Rimbo Ilir

Muara Tabir Tengah Ilir

(17)

Tabel VI.1.12

2. Sasaran penurunan kawasan

kumuh

Keterangan : Belum dilakukan perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di perkotaan untuk 5 tahun dalam dokumen RP3KP.

Tabel VI.1.13

Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan untuk 5 tahun

No. Uraian Unit Tahun

8. Kawasan dengan komoditas

unggulan

Kws - - - -

Keterangan : Belum dilakukan perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di perkotaan untuk 5 tahun dalam dokumen RP3KP.

6.1.4 Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

(18)

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan

dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa

kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana

diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

 Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

(Agropolitan/Minapolitan)

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

 Infrastruktur perdesaan PPIP

 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar

(19)

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.1.1

Alur Program Pengembangan Permukiman

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari

kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk

pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

(20)

2. Khusus

Rusunawa

 Kesediaan pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta

Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii)

produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan,

serta (vi) kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk

penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan

kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum,

(3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan

utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria

yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

(21)

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi

terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian

berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai

indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan

dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah

apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan

faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani

kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah

pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau

fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan

permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan

indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan

(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi

eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan

program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah

kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM

(22)

pe

1. Identifikasi peralihan dari tidak terbangun akan - 12 Kawasan Perkotaan (PKWp, PKL, PPK) - Sesuai RDTR ybs. Bappeda, Dinas ybs.

menjadi terbangun.

2. Identifikasi peralihan dari terbangun awal akan - 12 Kawasan Perkotaan (PKWp, PKL, PPK) - Sesuai RDTR ybs. Bappeda, Dinas ybs.

menjadi terbangun kemudian.

3. Identifikasi pergeseran lokasi lingkungan hunian - 12 Kawasan Perkotaan (PKWp, PKL, PPK) - Sesuai RDTR ybs. Bappeda, Dinas ybs.

dari lokasi awal ke lokasi lainnya.

4. Identifikasi perbedaan intensitas perkembangan - 12 Kawasan Perkotaan (PKWp, PKL, PPK) - Sesuai RDTR ybs. Bappeda, Dinas ybs.

lingkungan hunian dalam kawasan perkotaan.

1.2.

1. Identifikasi peralihan dari tidak terbangun akan - Desa-desa lain selain kelurahan/desa yang - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

menjadi terbangun dengan corak ekspansi, den- terkena delineasi kawasan perkotaan. sifikasi horizontal, atau densifikasi vertikal

2. Identifikasi peralihan dari pemanfaatan semula - Desa-desa lain selain kelurahan/desa yang - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

menjadi pemanfaatan kemudian. terkena delineasi kawasan perkotaan.

3. Identifikasi pergeseran lokasi lingkungan hunian - Desa-desa lain selain kelurahan/desa yang - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

dari lokasi awal ke lokasi lainnya. terkena delineasi kawasan perkotaan.

4. Identifikasi perbedaan intensitas perkembangan - Desa-desa lain selain kelurahan/desa yang - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

fisik dalam wilayah desa/kawasan perdesaan. terkena delineasi kawasan perkotaan.

II.

2.1

1. Mengurangi/membatasi bangunan rumah yang - Desa-desa yang terletak di tepi sungai. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs, Masy.

membelakangi sungai.

2. Mengembangkan/membangunan jalan yang ber- - Desa-desa yang terletak di tepi sungai. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

fungsi dan berperan sebagai jalan inspeksi.

3. Pengembangan dan pembangunan rumah meng- - Desa-desa yang terletak di tepi sungai. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs, Masy.,

hadap sungai (waterfront settlement) Swasta.

4. Penerapan perangkat insentif dan disinsentif un- - Desa-desa yang terletak di tepi sungai. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

tuk upaya (1) mengurangi rumah membelakangi sungai, (2) pembangunan rumah menghadap su-ngai dan jalan inspeksi, (3) pergeseran pemba-ngunan rumah ke lokasi bukan tepi sungai atau terutama ke tepi jalan raya.

2.2

1. Pengembangan jaalan lingkungan ke arah dalam, - Desa-desa yang terletak di tepi jalan utama. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs, Masy.

agar menarik perkembangan perumahan ke arah dalam.

2. Pengembangan prasarana pendukung permukim- - Desa-desa yang terletak di tepi jalan utama. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs, Masy.

an dan/atau perumahan (listrik, drainase, dll.) ke

TABEL V.1 INDIKASI PROGRAM

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) KABUPATEN TEBO, 2013 - 2033

(sebagai tindak lanjut dari RDTR kawasan ybs.)

Lingkungan Hunian permukiman di tepi sungai

(23)

pe

1. Pengembangan dan/atau peningkatan aksesibili- - Desa-desa yang terletak di pedalaman dengan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

tas yaitu prasarana jalan dan jembatan dari ling- kegiatan pertanian dan perkebunan. kungan hunian permukiman di pedalaman ke pu-

sat kegiatan yaitu ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten

2. Identifikasi arahan lokasi lahan pengembangan - Desa-desa yang terletak di pedalaman dengan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

perumahan dan sarana pendukung untuk masa kegiatan pertanian dan perkebunan. datang, dengan prinsip tidak mengganggu seca-

ra signifikan lahan pertanian dan perkebunan.

2.4

1. Pengembangan prasarana, sarana, dan kegiatan - Kecamatan Rimbo Bujang: Wirotho Agung, Pe- - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

pada lingkungan hunian permukiman transmigrasi rintis, Rimbo Mulyo.

yang berkarakter kawasan perkotaan dengan acu- - Kecamatan Rimbo Ulu: Suka Damai, Wanareja. an RDTR dan/atau RTBL ybs., seiring dengan pe- - Kecamatan Rimbo Ilir: Karang Dadi, Sido Rejo, ngembangan perumahan dan/atau rumah secara Pulung Rejo, Giri Purno.

densifikasi horizontal dan densifikasi vertikal. - Kecamatan Muara Tabir: Bangun Seranten.

2. Pengembangan prasarana, sarana, dan kegiatan - Desa-desa yang tidak terkena delineasi kawasan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

pada lingkungan hunian permukiman transmigrasi perkotaan, atau yang tetap berkarakter sebagai yang berkarakter kawasan perdesaan, seiring de- kawasan perdesaan (rural)

ngan pembangunan rumah secara densifikasi ho-rizontal dan sebagian kecil densifikasi vertikal

2.5

1. Pengembangan dan/atau peningkatan aksesibili- - Desa-desa yang merupakan permukiman perke- - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

tas yaitu prasarana jalan dan jembatan dari ling- bunan baru. kungan hunian permukiman perkebunan baru ke

permukiman lainnya dan pusat kegiatan yaitu ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten.

2. Identifikasi arahan lokasi lahan pembangunan - Desa-desa yang merupakan permukiman perke- - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

rumah dan sarana pendukung untuk masa datang bunan baru. selaras dengan perkembangan kegiatan perke-

bunan.

2.6

1. Pelaksanaan/penerapan pendekatan kultural dan - Desa-desa yang di dalamnya terdapat masyara- - Belum teridentifikasi Pemerintah (Kemsos,

Kem-sosial-ekonomi guna menarik minat masyarakat kat KAT. hut), Pemprov. Jambi,

Pem-KAT untuk bermukim di luar kawasan hutan. kab. Tebo, Masy., LSM.

2. Pembangunan rumah/perumahan bagi masyara- - Desa-desa yang di dalamnya terdapat masyara- - Belum teridentifikasi Pemerintah (Kemsos),

kat KAT yang dimukimkan di luar kawasan hutan. kat KAT, atau lokasi lainnya yang sesuai. Pemprov. Jambi, Pemkab.

III.

1. Pengembangan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun) - Kelurahan Muara Tebo, Kelurahan Tebing Tinggi, - Belum teridentifikasi, Bappeda, Dinas ybs.

(24)

pe

4. Pengembangan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun) - Kelurahan Pulau Temiang, Desa Lubuk Bengkel, - Belum teridentifikasi, Bappeda, Dinas ybs.

di Kawasan Permukiman Perkotaan Pulau Te- dan/atau Desa Teluk Kuali. dengan prospek pasar

miang. sebesar 1.432 KK (rumah)

5. Pengembangan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun) - Desa Mengupeh, Desa Muara Kilis, dan/atau - Belum teridentifikasi, Bappeda, Dinas ybs.

di Kawasan Permukiman Perkotaan Mengupeh. Desa Rantau Api. dengan prospek pasar sebesar 3.551 KK (rumah)

6. Pengembangan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun) - Desa Karanng Dadi, Desa Pulung Rejo, dan/atau - Belum teridentifikasi, Bappeda, Dinas ybs.

di Kawasan Permukiman Perkotaan Karang Dadi. Desa Giri Purno. dengan prospek pasar sebesar 3.692 KK (rumah)

IV.

4.1

1. Monitoring dan evaluasi pembangunan dan/atau - Kawasan permukiman perkotaan yang telah ada - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.

pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas u- perumahan perkotaan terencana. mum (PSU) yang direncanakan.

2. Pembangunan/Pengembangan PSU guna meme- - Kawasan permukiman perkotaan yang telah ada - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.,

nuhi PSU sebagaimana yang direncanakan. perumahan perkotaan terencana. Pengembang (developer). 3. Pengembangan perumahan perkotaan terencana - Kawasan permukiman perkotaan yang terpilih - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs.,

Pe-dari tahap perencanaan sampai pembangunan dan paling tidak diselaraskan dengan rencana ngembang (developer). fisik penetapan LISIBA pada point III. di atas, yaitu:

PKWp Muara Tebo, PKL Wirotho Agung, PKL Sungai Bengkal, PPK Karang Dadi, dan PPK Mengupeh.

4. Merumuskan rencana/rancangan penambahan/ - Kawasan permukiman perkotaan yang ada dan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

peningkatan PSU sebagai antisipasi terhadap ditetapkan kebutuhan di masa datang.

4.2

1. Merumuskan rencana pengpembangan perumahan - Kawasan permukiman perkotaan yang ada dan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

secara individu atau mandiri dengan pengembang- ditetapkan an jaringan jalan lokal yang akan menarik dan

me-rangsang pengembangan perumahan di masa da-tang sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang kawasan yang bersangkutan.

2. Merumuskan rencana/rancangan pengembangan, - Kawasan permukiman perkotaan yang ada dan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

penambahan, dan/atau peningkatan PSU sebagai ditetapkan antisipasi terhadap kebutuhan di masa datang.

3. Merumuskan rencana/rancangan khusus, menca- - Kawasan permukiman perkotaan yang ada dan - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

kup perumahan dan PSU, bagi penanganan peru- ditetapkan mahan yang potensial menjadi perumahan kumuh.

4.3

1. Merumuskan rencana/rancangan arah lokasi pe- - Kawasan permukiman perdesaan terpilih. - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

(25)

diharap-pe

1. Merumuskan rencana/rancangan bagi pengem- - Desa-desa permukiman transmigrasi yang tetap - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

bangan, penambahan, dan/atau peningkatan PSU sebagai permukiman perdesaan di Kecamatan sebagai antisipasi terhadap kebutuhan di masa Rimbo Bujang, Rimbo Ulu, Rimbo Ilir, dan Muara

datang. Tabir.

2. Mengarahkan perkembangan perumahan dengan - Desa-desa permukiman transmigrasi yang tetap - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

tetap memakai rencana/rancangan jaringan jalan sebagai permukiman perdesaan di Kecamatan dan tata perletakan rumah yang diterapkan seba- Rimbo Bujang, Rimbo Ulu, Rimbo Ilir, dan Muara gai acuan bagi pengembangan perumahan perde- Tabir.

saan di masa datang.

4.5

1. Melakukan kajian mengenai kemungkinan alih - Desa yang ada perumahan khusus pendukung - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

fungsi perumahan khusus pendukung fungsi lain fungsi lain. (pertambangan) yang bersifat temporer menurut

jangka waktu tertentu menjadi permukiman per-desaan dengan kegiatan yang lebih permanen seperti pertanian dan perkebunan.

2. Merumuskan rencana/rancangan bagi pengem- - Desa yang ada perumahan khusus pendukung - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

bangan perumahan khusus pendukung fungsi lain fungsi lain. yang beralih menjadi perumahan perdesaan

dengan kegiatan yang lebih permanen, terkait dengan pengembangan, penambahan, dan/atau

1. Kecamatan Tebo Tengah (269 rumah) - Kelurahan Muara Tebo - 267 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Sungai Alai - 2 rumah

2. Kecamatan Tebo Ilir (136 rumah) - Desa Muara Ketalo - 74 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Sungai Aro - 62 rumah

3. Kecamatan Sumay (200 rumah) - Desa Teluk Singkawang - 193 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Lembak Bungur - 7 rumah

4. Kecamatan Tebo Ulu (87 rumah) - Kelurahan Pulau Temiang - 87 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

5. Kecamatan VII Koto (tidak ada) - Tidak ada - Tidak ada

6. Kecamatan Rimbo Bujang (1.021 rumah) - Kelurahan Wirotho Agung - 412 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Perintis - 464 rumah - Desa Rimbo Mulyo - 145 rumah

7. Kecamatan Rimbo Ilir (76 rumah) - Desa Karang Dadi - 41 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Pulung Rejo - 13 rumah - Desa Giri Purno - 22 rumah

8. Kecamatan Rimbo Ulu (291 rumah) - Desa Suka Damai - 112 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Wanareja - 179 rumah

9. Kecamatan Tengah Ilir (489 rumah) - Desa Mengupeh - 30 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Muara Kilis - 233 rumah

(26)

pe

1. Kecamatan Tebo Tengah (18 rumah) - Desa Semabu - 18 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

2. Kecamatan Tebo Ilir (491 rumah) - Desa Tuo Ilir - 162 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Teluk Rendah Ilir - 134 rumah - Desa Teluk Rendah Ulu - 78 rumah - Desa Betung Bedarah Timur - 29 rumah - Desa Kunangan - 37 rumah - Desa Sungai Bengkal Barat - 51 rumah

3. Kecamatan Sumay (1.100 rumah) - Desa Tambun Arang - 63 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Jati Belarik - 71 rumah - Desa Teriti - 50 rumah - Desa Dusun Tuo Sumay - 368 rumah - Desa Teluk Langkap - 111 rumah - Desa Suo-Suo - 206 rumah - Desa Muara Sekalo - 56 rumah - Desa Semambu - 21 rumah - Desa Pemayongan - 154 rumah 4. Kecamatan Tebo Ulu (tidak ada) - Tidak ada - Tidak ada

5. Kecamatan VII Koto (tidak ada) - Tidak ada - Tidak ada

6. Kecamatan Rimbo Bujang (490 rumah) - Desa Sapta Mulia - 26 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Pematang Sapat - 16 rumah - Desa Tegal Arum - 119 rumah - Desa Tirta Kencana - 59 rumah - Desa Purwo Harjo - 270 rumah

7. Kecamatan Rimbo Ilir (500 rumah) - Desa Sari Mulya - 376 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Sumber Agung - 2 rumah - Desa Giriwinangun - 53 rumah - Desa Sepakat Bersatu - 45 rumah - Desa Rantau Kembang - 24 rumah

8. Kecamatan Rimbo Ulu (258 rumah) - Desa Sungai Pandan - 14 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Suka Maju - 122 rumah - Desa Sido Rukun - 74 rumah - Desa Sumber Sari - 48 rumah

9. Kecamatan Tengah Ilir (606 rumah) - Desa Lubuk Mandarsah - 606 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

10. Kecamatan VII Koto Ilir (112 rumah) - Desa Sungai Karang - 112 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

11. Kecamatan Serai Serumpun (806 rumah) - Desa Bukit Pemuatan - 104 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Napal Putih - 222 rumah - Desa Sako Makmur - 47 rumah - Desa Pagar Puding Lamo - 374 rumah - Desa Teluk Melintang - 59 rumah

12. Kecamatan Muara Tabir (166 rumah) - Desa Tambun Arang - 31 rumah Bappeda, Dinas ybs., Masy.

- Desa Sungai Jernih - 135 rumah

5.1.2 a.

1. Identifikasi jumlah rumah untuk MBR dan lokasi - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

(27)

pe

1. Identifikasi jumlah RUTILAHU dan lokasinya di - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi Bappeda, Dinas ybs., Masy.

kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan.

2. Pembangunan RUTILAHU di kawasan permukim- - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi Pemerintah, Pemprov.

Jam-an perkotaJam-an dJam-an kawasJam-an permukimJam-an perdesa- bi, Pemkab. Tebo, Masy.

an.

c.

1. Identifikasi jumlah rumah yang dibutuhkan, sesuai - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi Pemerintah (Kemsos),

jumlah rumah tangga/KK yang bersedia dimukim- Pemprov. Jambi (Dinsos),

kan di luar kawasan hutan. Pemkab. Tebo (Bappeda,

Dinsos), Masy. 2. Identifikasi lokasi pembangunan rumah masyara- - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi idem

-kat KAT di luar kawasan hutan.

3. Pembangunan rumah masyarakat KAT dengan - Belum teridentifikasi - Belum teridentifikasi Pemerintah (Kemsos),

jumlah dan lokasi yang ditetapkan/disepakati. Pemprov. Jambi (Dinsos),

Pemkab. Tebo (Bappeda, Dinsos), Masy.

5.2

5.2.1

1. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PKWp Muara Tebo - 8.098 rumah Pemerintah (Kemenpera), perkotaan di Kecamatan Tebo Tengah - Kelurahan Muara Tebo Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Kelurahan Tebing Tinggi Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Mangun Jayo Masy., Swasta

- Desa Bedaro Rampak - Desa Sungai Alai

2. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PKL Sungai Bengkal - 3.143 rumah Pemerintah (Kemenpera), perkotaan di Kecamatan Tebo Ilir - Kelurahan Sungai Bengkal Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Sungai Aro Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Muara Ketalo Masy., Swasta

3. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Teluk Singkawang - 1.101 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan Sumay - Desa Teluk Singkawang Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Lembak Bungur Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Punti Kalo Masy., Swasta

4. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Pulau Temiang - 1.432 rumah Pemerintah (Kemenpera), perkotaan di Kecamatan Tebo Ulu - Kelurahan Pulau Temiang Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Pulau Panjang Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Lubuk Benteng Masy., Swasta

- Desa Teluk Kuali

5. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Sungai Abang - 1.687 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan VII Koto - Desa Sungai Abang Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Aur Cino Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

(28)

pe

7. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Karang Dadi - 3.692 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan Rimbo Ilir - Desa Karang Dadi Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Sido Rejo Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Pulung Rejo Masy., Swasta

- Desa Giri Purno

8. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Suka Damai - 2.235 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan Rimbo Ulu - Desa Suka Damai Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Wanareja Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

Masy., Swasta 9. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Mengupeh - 3.551 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan Tengah Ilir - Desa Mengupeh Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Muara Kilis Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Rantau Api Masy., Swasta

- Desa Penapalan

10. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Balai Rajo - 1.295 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan VII Koto Ilir - Desa Balai Rajo Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Teluk Kepayang Pulau Indah Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Paseban

- Desa Cermin Alam Masy., Swasta

11. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Sekutur Jaya - 345 rumah Pemerintah (Kemenpera), perkotaan di Kecamatan Serai Serumpun - Desa Sekutur Jaya Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Tanjung Aur Seberang Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

Masy., Swasta 12. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - PPK Pintas Tuo - 1.847 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perkotaan di Kecamatan Muara Tabir - Desa Pintas Tuo Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Embacang Gedang Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Bangko Pintas Masy., Swasta

- Desa Bangun Seranten

5.2.2

1. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Tebo Tengah - 5.041 rumah Pemerintah (Kemenpera), perdesaan di Kecamatan Tebo Tengah - Desa Aburan Batang Tebo Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Tengah Ulu Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Teluk Pandak Masy., Swasta

- Desa Semabu - Desa Kandang - Desa Pelayangan - Desa Sungai Keruh

2. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Tebo Ilir - 4.998 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Tebo Ilir - Desa Tuo Ilir Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Teluk Rendah Ilir Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Teluk Rendah Ulu Masy., Swasta

- Desa Teluk Rendah Pasar - Desa Betung Bedarah Timur - Desa Betung Bedarah Barat - Desa Kunangan - Desa Sungai Bengkal Barat

3. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Sumay - 2.498 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Sumay - Desa Tambun Arang Pemprov. Jambi, Pemkab.

(29)

pe

4. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Tebo Ulu - 2.455 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Tebo Ulu - Desa Bungo Tanjung Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Tanjung Aur Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Rantau Langkap Masy., Swasta

5. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan VII Koto - 1.371 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan VII Koto - Desa Tanjung Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Kuamang Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Muara Niro Masy., Swasta

- Desa Teluk Lancang - Desa Muara Tabun

6. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Rimbo Bujang - 11.740 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Rimbo Bujang - Desa Sapta Mulya Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Pematang Sapat Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Tegal Arum Masy., Swasta

- Desa Tirta Kencana - Desa Purwo Harjo

7. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Rimbo Ilir - 5.440 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Rimbo Ilir - Desa Sari Mulya Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Sumber Agung Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Giriwinangun Masy., Swasta

- Desa Sepakat Bersatu - Desa Rantau Kembang

8. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Rimbo Ulu - 2.729 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Rimbo Ulu - Desa Sungai Pandan Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Suka Maju Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Sido Rukun Masy., Swasta

- Desa Sumber Sari

9. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Tengah Ilir - 2.853 rumah Pemerintah (Kemenpera), perdesaan di Kecamatan Tengah Ilir - Desa Lubuk Mandarsah Pemprov. Jambi, Pemkab. Tebo (Bappeda, Dinas ybs, Masy., Swasta 10. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan VII Koto Ilir - 196 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan VII Koto Ilir - Desa Sungai Karang Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Paseban Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Pasir Mayang Masy., Swasta

11. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kec. Serai Serumpun - 1.801 rumah Pemerintah (Kemenpera), perdesaan di Kecamatan Serai Serumpun - Desa Pinang Belai Pemprov. Jambi, Pemkab.

- Desa Bukit Pemuatan Tebo (Bappeda, Dinas ybs,

- Desa Napal Putih Masy., Swasta

- Desa Sako Makmur - Desa Pagar Puding Lamo - Desa Teluk Melintang

12. Pengembangan dan pembangunan rumah prediktif - Kawasan Perdesaan Kecamatan Muara Tabir - 1.338 rumah Pemerintah (Kemenpera),

perdesaan di Kecamatan Muara tabir - Desa Tambun Arang Pemprov. Jambi, Pemkab.

(30)

Tabel VI.1.15

Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Tebo

No. Program/Kegiatan Volume/

Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Persiapan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pembangunan jalan yang berfungsi

sebagai jalan inspeksi

- - Desa di pinggir

sungai

-

2. Pengembangan jalan lingkungan ke

arah dalam

4. Pengembangan sarana pendukung

permukiman dan/atau perumahan

Sumber : Dokumen RP3KP Kabupaten Tebo, 2013.

Keterangan : Belum dilakukan perhitungan volume, lokasi belum ditetapkan secara rinci.

b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus

meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan

dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

Tabel VI.1.16

Usulan Pembiayaan Program/Kegiatan

No. Program/Kegiatan APBN APBD

Prov

1. Pembangunan jalan yang

(31)

No. Program/Kegiatan APBN APBD Prov

APBD Kab

Masyar

akat Swasta CSR Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

4. Pengembangan sarana

pendukung permukiman dan/atau perumahan (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan skala lingkungan, dll)

    - - -

5. Pengembangan dan/atau

peningkatan aksesibilitas prasarana jalan dan jembatan dari lingkungan hunian permukiman ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten

- -  - - - -

6. Pembangunan/pengemban

gan PSU guna memenuhi pelayanan sebagaimana direncanakan

- -   -  - - -

Sumber: RP3KP Kabupaten Tebo Tahun 2013

(32)

Tabel VI.1.17

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tebo

No

Output

Lokasi Vol Satuan

Sumber Dana Tahun

Indicator Output APBN APBD

Prov APBD

Kab

Masya

rakat Swasta CSR 1 2 3 4 5

Rincian Murni PHLN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1. Pembangunan jalan yang berfungsi sebagai jalan inspeksi - - - - - - -

2. Pengembangan jalan lingkungan ke arah dalam - - - -    - - -

3. Pengembangan prasarana pendukung permukiman

dan/atau perumahan (listrik, drainsase, dll)

- - - - - - -

4. Pengembangan sarana pendukung permukiman dan/atau

perumahan (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan skala lingkungan, dll)

- - - -    - - -

5. Pengembangan dan/atau peningkatan aksesibilitas

prasarana jalan dan jembatan dari lingkungan hunian permukiman ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten

- - - - - -

-6. Pembangunan/pengembangan PSU guna memenuhi

pelayanan sebagaimana direncanakan

(33)

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan

lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan

gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang dan

peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan

amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan

sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah

dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,

pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan

secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya

persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah

b. Status kepemilikan bangunan gedung

c. Izin mendirikan bangunan gedung

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL

yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung,

(34)

persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,

keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam

penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,

pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan

pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005

tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi

bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan

gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta

alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen

RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa

RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi

kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan

rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen

RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang

berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan

indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian

(35)

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan

dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal

Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk

pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan

lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan

Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a.

Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung

istana kepresidenan

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam

penataan lingkungan

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan

bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan

bencana alam dan kerusuhan social

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor

PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan

gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan

(36)

Gambar 6.2.1 Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga

terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a.

Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman

kumuh dan nelayan

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman

tradisional

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan

lingkungan

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur

 Pelatihan teknis

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

(37)

 Paket dan Replikasi

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda

Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional,

salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan

program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda

nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan

terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya

pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015,

khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait

bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk

tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu

mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman

kumuh pada tahun 2020.

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming).

Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat

konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C

antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga

mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi

kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir,

kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga

mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di

Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada

tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan

permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di

(38)

dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka

dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL

dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di

perkotaan

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi local

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan

bangunan dan lingkungan

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan)

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di

kab/kota

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan

mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar

11,96% dari total penduduk Indonesia

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai

Gambar

Tabel VI.1.7
TABEL IV.5.1Tabel VI.1.10
Gambar 6.1.1
Tabel VI.1.16
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembiayaan macet, BPRS sudah seharusnya mempunyai strategi untuk menghindari dan mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan manajemen risiko. Manajemen risiko

Imam Ghozali menyatakan ada sepuluh adab yang harus diperhatikan ketika seseorang berdoa kepada Allah yaitu: (1) Memilih waktu yang tepat untuk mengajukan doa

Senada dengan Bapak Jamaluddin Kamal, S.Pd.I, Ibu Fitriana Sari, S.Pd.I, juga menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan pengembangan diri keagamaan di SD Muhammadiyah

Hasil ini diikuti dengan 56% perawat memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi, 42% perawat memiliki tingkat resiliensi tinggi, dan 2% perawat memiliki

Djoko dan Sofyan (2014) juga telah melakukan penelitian mengenai kualitas briket dari cangkang kelapa sawit dengan perekat pati singkong... Faktor-faktor yang mempengaruhi

Setiap disiplin ilmu mencoba masuk dalam dimensi tertentu dari hidup manusia, dari landasan pola berpikir tersebut, maka sikap merasa cukup dengan satu bidang ilmu saja

Dari fenomena yang muncul berdasarkan simulasi software elemen hingga, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang tegangan yang bekerja pada kait

Kondisi topografi Kabupaten Kulon Progo bagian Utara: merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 -1000 m dari permukaan laut (meliputi Kecamatan :