• Tidak ada hasil yang ditemukan

SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN A. Capaian IKU

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja

11. SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

Indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana bertujuan untuk memiliki sistem informasi yang dapat mendukung pelaksanan tugas secara efektif dan efisien dalam bidang pengelolaan utang.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 70 Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang diharapkan.

a. Tahun 2010, sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, yaitu:

1) Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi- (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan

Management, Referensi, dan Control Panel. Sehubungan dengan rencana

pengalihan pembayaran dari Dit PKN Ditjen Perbendaharaan ke KPPN Jakarta VI dan perubahan format DIPA dan SPM TA 2011, maka implementasi sistem dapat dilakukan setelah Ditjen Perbendaharaan menyelesaikan perubahan sistem terkait pada KPPN Jakarta VI;

2) Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt

Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi

Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;

3) Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;

4) Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H.

b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, antara lain:

1) Masih perlu dilakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan teknologi informasi, belum adanya service catalog TI, belum adanya SLA (Service

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 71

Level Agreement) yang merupakan kesepakatan antara penyedia layanan dan

pengguna layanan mengenai tingkat (mutu) layanan;

2) Perlu membangun sistem deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server yang terjadi;

3) Belum adanya data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan DJPU;

4) Belum adanya standard tata kelola IT; dan

5) Belum adanya upaya yang terstruktur dalam mengatasi dampak risiko/bencana yang berpotensi mengganggu kelangsungan aktivitas DJPU.

c. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target indikator kinerja sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, antara lain: 1) Melakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan teknologi

informasi, menyusun service catalog TI, menyusun SLA yang merupakan kesepakatan antara penyedia layanan dan pengguna layanan mengenai tingkat (mutu) layanan;

2) Membangun aplikasi early warning system server dan proxy DJPU, yang merupakan deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server yang terjadi;

3) Membangun data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan DJPU.

Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan kumpulan server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data yang dikondisikan

dengan pengaturan catu daya dan udara, pencegahan bahaya kebakaran, dan dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik. Layanan utama data center terdiri atas lima komponen, yaitu: Business continuance infrastructure, Data center

security, Application optimization, Internet protocol address (IP), dan Storage

(Penyimpanan);

4) Melaksanakan penerapan standard tata kelola IT yang mengacu kepada "Implementation Methodology Best Practices", serta keterpaduan aspek organisasi termasuk manajemen perubahan (change management), proses bisnis, teknologi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 72 dan manajemen proyek TI yang sesuai. Namun sebelum itu, perlu pemahaman terlebih dahulu terhadap methodology best practices di bidang IT, yang pada umumnya didasarkan pada kerangka IT Service Management (ITSM) dan IT

Project Management (ITPM);

5) Membuat rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang teruji dalam mengatasi dampak risiko/bencana yang berpotensi mengganggu kelangsungan aktivitas DJPU sebagaimana telah diamanatkan dalam ketentuan Diktum Kedelapan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 260/KMK.01/2009 tentang Kebijakan Pengelolaan TIK di lingkungan Departemen Keuangan. Namun demikian, perlu terlebih dahulu meningkatkan pemahaman mengenai rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang pada umumnya mengacu kepada Information Security Management System (ISMS) atau sering disebut IT

Security Policy yang menggunakan standar ISO/IEC 27001:2005.

d. Pencapaian SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

12. SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator: a. Persentase penyerapan DIPA.

Indikator persentase penyerapan DIPA bertujuan untuk mengukur sejauh mana perencanaan anggaran dilaksanakan sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam proses perencanaan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan.

1) Tahun 2010, persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar dari pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi yang lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian gedung

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 73 Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar Rp116,65 miliar. Rincian realisasi:

a) Pagu Non Gedung Rp70,94 miliar dengan realisasi Rp67,55 miliar (95,22 %);

b) Pagu Gedung Rp147,25 miliar dengan realisasi Rp116,65 miliar (79,22 %).

Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut:

Grafik 5

Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010

2) Tantangan yang dihadapi dalam melakukan pencapaian target indikator kinerja persentase penyerapan DIPA adalah:

a) Proses revisi DIPA dapat mengakibatkan pergeseran jadwal penyerapan anggaran serta penundaan pelaksanaan kegiatan;

b) Proses pelelangan dalam pengadaan barang dan jasa yang terlambat; dan

c) Implementasi Bagan Akun Standar (BAS) terlalu detail dan menyulitkan dalam pelaksanaan anggaran.

3) Upaya yang dilakukan antara lain:

a) Penyusunan perencanaan anggaran yang tepat dan pelaksanaan monitoring secara konsisten;

75.00% 86.00% 84.00% 68.00% 70.00% 72.00% 74.00% 76.00% 78.00% 80.00% 82.00% 84.00% 86.00% 88.00% 2008 2009 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 74 b) Pembentukan panitia dan pelaksanaan kegiatan secara lebih cepat.

b. Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

Indikator persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja merupakan indikator pelengkap IKU penyerapan DIPA, dimana dengan dilakukan pengukuran anggaran dan kinerja dapat diketahui apakah anggaran yang diserap sejalan dengan pencapaian kinerja berupa output. IKU ini mengukur ketepatan realisasi atas perencanaan dari sisi penyerapan anggaran dan kinerja (output dalam Petunjuk Operasional Kegiatan), dengan memformulasikan hitungan pada bobot yang sama (masing-masing 50%) atas penyerapan anggaran dan penyelesaian kinerja.

Target output tersebut di dapat dari hasil identifikasi produk/jasa yang signifikan dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran DJPU (berupa antara lain dokumen SOP, dokumen LAKIP, konsep DIPA, laporan-laporan berkaitan dengan pengelolaan utang, frekuensi kegiatan sosialisasi, dan produk/jasa lainnya yang pendanaan untuk pembuatan/pelaksanaannya telah dibuat paket-paket anggaran per unit output, sebagaimana dituangkan dalam dokumen Petunjuk Operasional Kegiatan/DIPA DJPU).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan. Indikator ini berupaya untuk menghubungkan antara ketepatan perencanaan penyelesaian output dengan penyerapan anggaran.

1) Tahun 2010, persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95% atau melebihi target sebesar 14,95%. Rincian realisasi, sebagai berikut:

a) Target anggaran sebesar 100% (Rp185,46 miliar atau 85% Pagu DIPA sesuai dengan rencana penyerapan tahun 2010) dengan realisasi sebesar 99,32% (Rp184,09 miliar);

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 75 b) Target kinerja sebesar 100% (2.520 output) dengan realisasi sebesar 130,75%

(3.329 output).

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja adalah:

a) Perencanaan penyelesaian output relatif masih belum dapat dilaksanakan dengan baik karena ouput yang dimasukan ke dalam rencana target IKU tidak semuanya output utama, yang menyebabkan terdapatnya variasi jenis

output yang relatif cukup banyak. Disisi lain, dalam pengukuran kinerjanya

belum membedakan tingkat kesulitan penyelesaian atas masing-masing

output tersebut.

b) Ketepatan perencanaan anggaran sangat tergantung kepada kecepatan penyelesaian berkas tagihan dari pihak ketiga/penyedia jasa;

3) Upaya yang dilakukan antara lain:

a) Melakukan perencanaan output dengan lebih baik dan terukur dan hanya memilih output yang bersifat utama sebagai indikator kinerja penyelesaian

output;

b) Dalam pengukuran kinerja diupayakan agar output yang ditargetkan memiliki bobot penyelesaian yang berimbang;

c) Mempercepat proses penyelesaian komitmen/kewajiban berkaitan dengan pengadaan barang/jasa;

d) Memonitor kemajuan pelaksanaan rencana kerja DJPU agar sesuai dengan yang telah ditetapkan;

c. Pencapaian SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator persentase penyerapan DIPA dan persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 76 C. Kinerja lainnya

Disamping SS yang tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:

1. Kinerja Pembiayaan APBN melalui utang Tahun 2005-2010

Dalam periode 2005-2010 terdapat pola yang konsisten dimana pembiayaan yang bersumber dari utang neto meningkat secara signifikan. Realisasi pembiayaan utang neto meningkat dari sebesar Rp14,6 triliun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp108,34 triliun pada tahun 2010. Dari sisi instrumen utang terdapat suatu kecenderungan pergeseran pola pembiayaan yang mengarah pada market based financing melalui penerbitan SBN. Penerbitan SBN neto yang semakin meningkat, selain berperan sebagai instrumen pembiayaan juga digunakan antara lain untuk pembayaran utang jatuh tempo, penerusan pinjaman, investasi pemerintah, dan penyertaan modal negara. Secara bertahap penerbitan SBN neto dari tahun 2005-2010 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata penerbitan sekitar Rp68,1 triliun pertahun. Sementara penarikan pinjaman neto menunjukkan besaran negatif yang semakin mengecil selama periode tersebut dengan rata-rata penarikan neto sekitar minus Rp13,79 triliun pertahun. Realisasi penarikan pinjaman neto bersifat negatif, karena jumlah pinjaman baru yang ditarik lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pembayaran cicilan pokok. Data pembiayaan utang periode 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8