• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN

(2)
(3)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman i

Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2010 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP diharapkan dapat menjadi wujud akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi serta sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja organisasi.

Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan dalam LAKIP DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada tahun 2010, DJPU memiliki peta strategi dengan 12 SS dan 23 IKU yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pengukuran LAKIP dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun.

Reformasi birokrasi memberikan tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk mengkombinasikan fungsi DJPU sebagai organisasi birokrasi dan fungsi DJPU sebagai unit yang terkait dengan pasar keuangan (baik domestik maupun internasional) yang berkembang sangat dinamis. Hal ini menuntut perlunya penerapan prinsip-prinsip good governance secara konsisten untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dengan adanya perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas pekerjaan, DJPU diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas organisasinya.

(4)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman ii

Dalam menjalankan tugasnya, DJPU telah menetapkan visi, yaitu “Menjadi unit yang

profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 4 misi, yakni

sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil;

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan untuk periode tahun 2010-2014, DJPU diharapkan dapat mencapai target kinerja secara lebih terarah, transparan, dan akuntabel, serta mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

Rahmat Waluyanto NIP 195610031985101001

(5)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAKIP DJPU Tahun 2010 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun 2010. Pada tahun 2010 DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 12 SS dan 23 IKU. Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target.

Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama tahun 2010 adalah sebagai beirkut:

1. Pencapaian SS Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU Pemenuhan target pembiayaan melalui utang, relatif dapat tercapai dengan baik, dengan IKU berupa Pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%);

2. Pencapaian SS Transparansi dengan IKU Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar 518 set dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%);

3. Pencapaian SS Akuntabilitas dengan IKU Opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar target 100% (WTP) dengan realisasi rata-rata sebesar 87,50%, yaitu:

a. LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%);

b. LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%). Opini BPK terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun 2008, semula disclaimer menjadi WDP.

4. Pencapaian SS Kredibilitas dengan IKU Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100% atau tidak terdapat denda dalam pelaksanaan

(6)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iv

pembayaran, dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010 sebesar Rp230,38 triliun

5. Pencapaian SS Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas, dengan IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang dan Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang sebesar 36 set dengan realisasi sebesar 40 set dan IKU Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan sebanyak 2 dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen.

6. Pencapaian SS Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, dengan 4 IKU berupa Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi, Pencapaian target effective cost, Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, dan Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar 100% terealisasi sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan portofolio utang telah mengikuti strategi pengelolaan utang.

b. Pencapaian IKU Pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi perekonomian, strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen utang yang diterbitkan berhasil menekan cost of fund.

c. Pencapaian IKU Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan akhir tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun 2009 sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar Rp1.676,1 triliun.

d. Pencapaian IKU Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada tahun 2010 terdapat 6.795 dokumen tagihan/NOP telah diverifikasi secara tepat waktu, dan diproses sebelum tanggal jatuh tempo.

7. Pencapaian SS Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru, Peningkatan pemahaman masyarakat dan

(7)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman v

pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan Partisipasi investor dalam penerbitan SBN, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar 100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah mendapatkan persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur hukum yang diperlukan belum tersedia.

b. Pencapaian IKU Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan realisasi sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei terhadap peserta sosialisasi.

c. Pencapaian IKU Partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target indikatif Rp146,83 triliun.

8. Pencapaian SS Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang dengan IKU Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku dapat tercapai dengan baik, dengan jumlah SOP yang dipantau 31 SOP link DJPU. IKU tersebut pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 94,73%. Hasil pencapaian 94,73% menunjukkan masih perlunya perbaikan dilakukan di DJPU, tidak hanya pada isi SOP dan penegakan pelaksanaannya, namun juga penyempurnaan revisi terhadap SOP secara berkelanjutan sehingga dapat mencerminkan bisnis proses yang terintegrasi.

9. Pencapaian SS Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya, Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

(8)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman vi

assessment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang memenuhi angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%).

b. Pencapaian IKU Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0 pegawai. Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar peraturan disiplin sedang atau berat.

c. Pencapaian IKU Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja ditargetkan sebesar 5,77% (28.153 jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% (28.793 jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana 65 diklat.

10. Pencapaian SS Pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan IKU Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan Persentase penyelesaian SOP pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berupa PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010.

b. Pencapaian IKU Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen.

c. Pencapaian IKU Persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu:

1) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010; dan

2) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep-36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures/SOP) DJPU.

11. Pencapaian SS Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan IKU Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

(9)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman vii

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%. Pada tahun 2010, rincian capain IKU tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi- (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan Management, Referensi, dan Control Panel.

b. Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;

c. Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;

d. Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H. 12. Pencapaian SS Pengelolaan anggaran yang optimal, dengan IKU Persentase

penyerapan DIPA dan Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar dari pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi yang lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar Rp116,65 miliar.

b. Pencapaian IKU Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95%.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU pada tahun 2010 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan (pending matters) akan diupayakan agar dapat diselesaikan.

(10)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman viii

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.

(11)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman ix

DAFTAR ISI

Hal.

IKHTISAR EKSEKUTIF... i

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia …... 1

B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi ... 4

C. Peran Strategis Instansi ... 6

D. Sistematika Penyajian ... 8

II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ... 9

A. Rencana Strategis 2010-2014 ... 9

B. Penetapan Kinerja ... 14

III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN ... 19

A. Capaian IKU ... 19

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja ... 19

C. Kinerja Lainnya ... 76

D. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014 ... 83

E. Akuntabilitas Keuangan... 87

IV. PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

(12)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman x

Hal. DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Proses Bisnis DJPU ………....………. 2

Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010 ………. 15

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Komposisi Pegawai Menurut Golongan……….... 3

Grafik 2. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II.……… 3

Grafik 3. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan……… 4

Grafik 4. Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin………. 4

Grafik 5. Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 ...……… 73

Grafik 6. Rasio Utang terhadap PDB 2005-2010 ..………. 77

Grafik 7. Perbandingan Perubahan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%) Beberapa Negara (2003-2010) …....………. 78

DAFTAR TABEL Tabel 1 Target IKU Depkeu-One Tahun 2010.………. 16

Tabel 2 Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010 (perspektif stakeholder dan customer)……….. 19

Tabel 3 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010 ..…... 21

Tabel 4 Target dan Realisasi SBN Tahun 2010 ..………. 22

Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005 – 2010 ………... 38

Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang……… 41

Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2005-2010……….. 50

Tabel 8 Pembiayaan Utang (2005-2010) …..……… 76

Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang (2005-2010) ……….…..……….. 79

Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia (2005-2010) .………... 79

Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per program) …………... 87

Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per belanja) ……….. 87

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2010 2. Pengukuran Kinerja Tahun 2010

3. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2011 4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2011

(13)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia

1. Perkembangan unit pengelola utang

Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran;

b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;

c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara (SUN).

d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN dan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; dan

e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah menyelenggarakan sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan

(14)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 2

perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan hibah;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang dan hibah;

c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan utang dan hibah;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

3. Organisasi

Sebagai unit pengelola utang, DJPU berupaya menerapkan international best practice organisasi pengelola utang dengan mengkategorikan/membagi fungsi front office (Direktorat Pinjaman dan Hibah [Dit PH], Direktorat Surat Utang Negara [Dit SUN], dan Direktorat Pembiayaan Syariah [Dit PS]), middle office (Direktorat Strategi dan Portofolio Utang [Dit SPU]), dan back office (Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen [Dit EAS]) serta supporting unit (Sekretariat Direktorat Jenderal) sebagai pendukung kegiatan teknis. Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut:

Bagan 1 Proses Bisnis DJPU

FRONT OFFICE (Dit. PH, Dit. SUN, Dit. PS)

Penerbitan SBN dan Pengadaan Pinjaman

BACK OFFICE (Dit. EAS) Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen

MIDDLE OFFICE (Dit. SPU) Perumusan Strategi Pengelolaan Utang SUPPORTING UNIT (SEKRETARIAT)

(15)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 3

4. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2010, komposisi pegawai DJPU adalah sebagai berikut:

Grafik 1

Komposisi Pegawai Menurut Golongan

Grafik 2

Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II

No. Golongan Pegawai Pegawai Jumlah No. Unit Eselon II Pegawai Jumlah

1 IV/d 2 1 Setditjen 72

2 IV/c 4 2 Dit PH 63

3 IV/b 5 3 Dit SUN 41

4 IV/a 22 4 Dit PS 40

5 III/d 38 5 Dit SPU 41

6 III/c 51 6 Dit EAS 77

7 III/b 41 JUMLAH 334 8 III/a 98 9 II/d 29 10 II/c 40 11 II/b 3 12 II/a 1 JUMLAH 334 20 40 60 80 100

(16)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 4

Grafik 3

Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Komposisi Pegawai Grafik 4 Menurut Jenis Kelamin

No. Jabatan Pegawai Pegawai Jumlah No. Jenis Kelamin Pegawai Pegawai Jumlah

1 Eselon I 1 1 Laki-laki 257

2 Eselon II 5 2 Perempuan 77

3 Eselon III 23 JUMLAH 334

4 Eselon IV 81

5 Pelaksana 224

JUMLAH 334

B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Pedoman umum meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:

1). Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan;

2). Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain:

Laki-laki 77% Perempuan

(17)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 5

1). Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN;

2). Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri kepada Pemda dan BUMN/BUMD.

c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.

2. Pedoman khusus meliputi:

a. UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN;

b. UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri, yang antara lain mengatur tentang perencanaan dan pengadaan serta penatausahaan pinjaman dan hibah luar negeri;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;

e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014;

f. PMK Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;

g. PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

h. PMK Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;

(18)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 6

j. KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2010-2014.

C. Peran Strategis Instansi

DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang

Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali.

Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri.

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan.

Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan

(19)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 7

pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2010 mencapai Rp1.676,1 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko

nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging.

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid

Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain:

a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi;

b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;

c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;

d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan

(20)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 8

D. Sistematika Penyajian

LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2010, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2010 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2010. Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur organisasi.

Bab II – Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun 2010 dan penetapan kinerja tahunan 2010.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun 2010.

Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun 2010. Lampiran-lampiran

(21)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 9

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014

Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

(22)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 10

Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Visi

Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana yang telah direvisi oleh pimpinan DJPU adalah “Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan

APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara”.

Visi tersebut merupakan penyempurnaan dari visi periode tahun 2005-2009 dengan lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara.

2. Misi

Misi DJPU yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil;

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

(23)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 11

3. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun 2010-2014, maka ditetapkan tujuan pengelolaan utang pada tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan

b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid. 4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal;

b. Transparansi;

c. Akuntabilitas; d. Kredibilitas;

e. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas;

f. Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif;

g. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid;

h. Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang;

i. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya;

j. Pengembangan organisasi yang handal dan modern;

k. Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi; l. Pengelolaan anggaran yang optimal;

(24)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 12

5. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;

b. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal; c. Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

d. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah;

e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening;

f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.

6. Strategi

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali;

b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN;

c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah, kewajiban kontinjensi, dan hedging;

(25)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 13

d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam rangka pengelolaan portofolio utang;

e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal;

f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan anggaran;

g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset-Liability Management (ALM);

h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri;

i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar yang mendukung pasar SBN yang likuid;

k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating;

l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang; m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

(26)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 14

7. Program dan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2010, DJPU memiliki program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan Utang, yang dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Pinjaman;

b. Pengelolaan Surat Utang Negara; c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah;

d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan

e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen.

Sedangkan tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu:

a. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik;

b. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; dan

c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara.

Ketiga program penunjang di atas dilaksanakan melalui kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU.

B. Penetapan Kinerja

Pada tahun 2010, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2010 untuk semua SS berjumlah 23 IKU.

(27)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 15

Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2010 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 19 Februari 2010 ditunjukkan dalam bagan berikut:

Bagan 2

(28)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 16

Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective, customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari perpektif stakeholder, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal. Dari perpektif customer terhadap kreditor, investor, dan donor, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas dalam pengelolaan utang.

Dari perpektif proses internal DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor penting berupa perumusan, pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses perumusan strategi dan kebijakan pengelolaaan utang yang berkualitas, pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, serta monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang.

Sedangkan dari perspektif learning and growth, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.

Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 23 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Target IKU Depkeu-One Tahun 2010

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi 2009 Target 2010

1. PU-1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

1. PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang

98,86% (Rp173,12 T)

100% (Rp199,94 T)

2. PU-2 Transparansi 2. PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang

(29)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 17

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi 2009 Target 2010

3. PU-3 Akuntabilitas 3. PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang

100% (WTP)

100% (WTP) 4. PU-4 Kredibilitas 4. PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu,

tepat jumlah, dan tepat sasaran

99,99% 100%

5. PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas

5. PU-5.1 Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

20 set 36 set

6. PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang

2 dokumen 2 dokumen

6. PU-6 Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif

7. PU-6.1 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

87,40% 100%

8. PU-6.2 Pencapaian effective cost 80,80% 100% 9. PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap

rata-rata outstanding utang

5,70% 6,94%

10. PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

N/A 100%

7. PU-7 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid

11. PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaan baru

139,91% 100%

12. PU-7.2 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN

N/A 67,50%

13. PU-7.3 Partisipasi investor dalam penerbitan SBN

250,45% 145%

8. PU-8 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang

14. PU-8. 1 Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku

100% 100%

9. PU-9 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

15. PU-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

N/A 80%

16. PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang/berat

1 orang (0,3%)

1 orang (0,3%) 17. PU-9.3 Persentase jam pelatihan

pegawai DJPU terhadap jam kerja

N/A 3,37 %

10. PU-10 Pengembangan organisasi yang handal dan modern

18. PU-10.1 Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi

N/A 100%

19. PU-10.2 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

4 dokumen 6 dokumen

20. PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100% 11. PU-11 Pembangunan

sistem TIK yang terintegrasi

21. PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang

terimplementasi sesuai rencana

(30)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 18

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi 2009 Target 2010

12. PU-12 Pengelolaan anggaran yang optimal

22. PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85% 23. PU-12.2 Persentase ketepatan

perencanaan anggaran dan kinerja

(31)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 19

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN A. Capaian IKU

Capaian IKU DJPU tahun 2010 pada perspektif stakeholders dan customer dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010

(perspektif stakeholder dan customer)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi

Persentase Pencapaian Target Ket 1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal 1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang

Persen 100,00 99,47 118,94 stabilize

2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi

dalam rangka transparansi pengelolaan utang

Set 518,00 610,00 117,76 maximize

3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap

laporan keuangan pengelolaan utang

Persen 100,00 87.50 97,22 stabilize

4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat

waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran

Persen 100,00 100,00 120,00 stabilize

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja

Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 dari 12 SS dan 23 IKU adalah: 1. 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target; 2. 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 3. 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target, secara detail capaian SS dan IKU tersebut adalah sebagai berikut:

(32)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 20

1. SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator pemenuhan target pembiayaan melalui utang

Pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang menjadi IKU unit pengelola utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman program. Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya. Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan pinjaman proyek sangat dipengaruhi Kementerian/Lembaga sebagai Executing Agency.

Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan konsep gross agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan pembiayaan APBN yang berasal dari utang.

IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%), yang terdiri dari:

1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp29,42 triliun (ekuivalen USD3.208juta) dengan realisasi sebesar Rp29,05 triliun (ekuivalen USD3.187 juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan pengelolaan pinjaman program di tahun 2010 berasal dari 11 perjanjian. Sedangkan komitmen pinjaman program yang tidak dapat terealisasi sebesar USD 20,4 juta dari pinjaman PNPM Refinancing–World Bank. Sumber, target, dan realisasi pinjaman program dapat dilihat pada tabel 3.

(33)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 21

Tabel 3

Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010

(dalam USD)

No Lender Nama Program

2010 APBN-P Realisasi s.d.

31 Des. 2010 %

1 World Bank

1. Development Policy Loan (DPL) 7 600,000,000 600,000,000 100.00%

2. Infrastructure Development Policy Loan (IDPL) 4

200,000,000 200,000,000 100.00%

3. BOS-KITA Refinancing 2 164,000,000 171,305,715 104.45%

4. PNPM Refinancing 544,000,000 15,760,708 2.90%

5. Climate Change 200,000,000 200,000,000 100.00%

Sub Total World Bank 1,708,000,000 1,687,066,423 98.77%

2 ADB 1. Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) 3

200,000,000 200,000,000 100.00%

2. Countercyclical Support Facility (CSF) 500,000,000 500,000,000 100.00%

Sub Total ADB 700,000,000 700,000,000 100.00%

3 JICA 1. Development Policy Loan

(cofinancing dengan World Bank) VI

100,000,000 100,000,000 100.00%

2. Climate Change Program Loan III 300,000,000 300,000,000 100.00%

3. Development Policy Loan

(cofinancing dengan World Bank) VII

100,000,000 100,000,000 100.00%

Sub Total JICA 500,000,000 500,000,000 100.00%

4 France Climate Change Program Loan 3 300,000,000 300,000,000 100.00%

Sub Total France 300,000,000 300,000,000 100.00%

TOTAL 3,208,000,000 3,187,066,423 99.35%

2) Dalam APBN Tahun 2010 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan dari SBN Neto yang terdiri dari SUN dan SBSN adalah sebesar Rp104,4 triliun. Melihat perkembangan kondisi APBN, target ini kemudian direvisi melalui APBN Perubahan tahun 2010 menjadi Rp107,5 triliun dan terakhir diubah sesuai APBN-P Outlook menjadi Rp92 triliun. Realisasi penerbitan SBN pada tahun 2010 adalah sebesar Rp161,90 triliun (99,61%) lebih kecil dari target Rp162,54 triliun. Kekurangan penerbitan SBN sebesar Rp0,55 triliun terutama diakibatkan oleh proyeksi tidak tercapainya target defisit APBN 2010, sehingga untuk mengurangi over financing yang berdampak pada tingginya biaya utang, maka penerbitan SBN tidak sebesar target yang ditetapkan. Target dan realisasi SBN dapat dilihat pada tabel 4.

(34)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 22

Tabel 4

Target dan Realisasi SBN Tahun 2010

(dalam triliun rupiah)

Target APBN-P Outlook Realisasi (per 31 Des 2010) % SBN jatuh tempo 2010 67.54 67.54 100.00% SBN Netto (APBN) 92.00 91.16 99.09% Rencana Buyback 3.00 3.20 106.69% Kebutuhan Penerbitan SBN 2010 162.54 161.90 99.61% SUN 135.59 134.94 99.52% SUN Domestik 111.04 109.90 - ON 72.70 72.10 - ZC - - - SPN 30.35 29.80 - ORI 8.00 8.00 SUN Valas 24.55 25.04 SBSN 26.94 26.96 100.07% SBSN Domestik 26.94 26.96 -IFR 6.13 6.15 -SBSN Ritel 8.03 8.03 -SDHI 12.78 12.78 SBSN Valas - -

Rincian realisasi penerbitan SBN sebagai berikut:

a) Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp134,94 triliun merupakan jumlah keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2010 yang berasal dari:

(1) Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sebesar Rp109,895 triliun. Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari:

(a) Penerbitan Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah (tidak termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI)) sebesar Rp72,1 triliun. Penerbitan ON secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,07 kali sampai 13,08 kali. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas SUN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of

(35)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 23

borrowing (tidak serta merta memenangkan seluruh bid yang masuk).

Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan ON dengan jenis Fixed Rate yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 dan 2038. Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, (iii) usulan seri SUN yang akan menjadi seri benchmark pada tahun 2011, dan (iv) analisis cost and risk.

(b) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tahun 2010 adalah sebesar Rp29,80 triliun. Selama tahun 2010, Pemerintah melakukan lelang penerbitan SPN bersamaan dengan penerbitan ON secara reguler sebanyak 21 kali dari target sebanyak 23 frekuensi dengan menerbitkan seri-seri baru sekaligus juga reopening atas seri SPN tersebut.

(c) Penjualan ORI tahun 2010 yaitu seri ORI007 sebesar Rp8 triliun. Realisasi penjualan ORI007 tersebut sesuai dengan target penjualan yang diputuskan oleh Menteri Keuangan dalam rapat rencana penerbitan ORI007 dengan target maksimum sebesar Rp8 triliun.

Dalam rangka mendukung program pelestarian lingkungan hidup, pada penerbitan ORI007 mengangkat tema ”Bersama ORI007 Lestarikan Lingkungan Hidup”, yang ditandai dengan kegiatan seluruh Agen Penjual ORI untuk mendonasikan sebagian keuntungan penjualan ORI007 untuk mendukung program pelestarian lingkungan hidup, seperti penanaman pohon di taman nasional, pelestarian orang utan, pelestarian terumbu karang,

(36)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 24

pembangunan rumah kompos dan instalasi biogas, uji emisi kendaraan, dan lain sebagainya.

(d) Pada tahun 2010 terdapat satu permohonan/penawaran pembelian SUN dengan cara Private Placement, dari salah satu Dealer Utama. Namun demikian, dengan mempertimbangkan pengelolaan portofolio SUN, kondisi pasar keuangan khususnya pasar SUN yang cukup kondusif, lelang yang relatif sukses, target pembiayaan APBN melalui penerbitan SUN yang sesuai rencana (on-track), dan saldo kas Pemerintah yang cukup besar, maka Pemerintah memutuskan untuk menolak tawaran tersebut.

(2) Penerbitan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional (Global Bonds) sebanyak 2 frekuensi.

(a) Penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program GMTN terlaksana pada bulan Januari 2010, dengan nominal penerbitan sebesar USD 2 miliar. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2010 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Total volume pemesanan yang masuk mencapai USD4,5 miliar, dimana + USD1,7 miliar dari wilayah Amerika Serikat, + USD1,2 miliar dari wilayah Eropa dan + USD1,6 miliar dari wilayah Asia. Hasil penerbitan Global Bonds ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para investor internasional terhadap manajemen fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang.

(b) Penerbitan SUN dalam valuta asing kedua dilaksanakan pada bulan November tahun 2010 yaitu SUN dalam denominasi Yen atau lebih dikenal dengan nama Samurai Bonds/Shibosai. Penerbitan tersebut menggunakan single trances dengan volume JPY60 miliar dengan tingkat kupon 1,60% per tahun yang jatuh tempo pada tanggal 12 November 2020. Berdasarkan jenis investor, Samurai

(37)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 25

Bonds ini dialokasikan antara lain ke bank sebesar 77,2%, asuransi sebesar 20,3%, management aset sebesar 0,3% dan lain-lain sebesar 2,2%.

b) Jumlah realisasi penerbitan SBSN tahun 2010 sebesar Rp26,96 triliun, dengan rincian sebagai berikut:

(1) Penjualan SBSN secara reguler dilakukan dengan metode lelang di pasar perdana. Realisasi Penerbitan SBSN melalui metode ini selama tahun 2010 sebesar Rp6,15 triliun, dengan frekuensi pelaksanaan Lelang SBSN sebanyak 13 kali.

Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan SBSN melalui metode Lelang dengan menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 sampai dengan 2030.

Sejak tahun 2010, lelang SBSN dilakukan secara reguler, rata-rata 1 kali setiap bulan, memanfaatkan waktu dimana tidak terdapat lelang SUN. Dalam setiap lelang, Pemerintah secara konsisten menawarkan beberapa seri SBSN dengan tenor menengah-panjang, yaitu 5, 7, 10, 15, dan 20 tahun, yaitu guna mengakomodir potensi permintaan dari seluruh sektor jatuh tempo. Pricing dalam lelang SBSN ditetapkan at-par dengan pricing SUN.

Jumlah penawaran pembelian yang disampaikan oleh investor melalui lelang SBSN tahun 2010 cukup besar, yaitu mencapai Rp21,59 triliun, dengan rata-rata mencapai 66% di atas target indikatif setiap penerbitan. Sebagian besar penawaran pembelian disampaikan oleh Bank dan Dana Pensiun, masing-masing mencapai 67,58% dan 23,68%. Sementara itu, penawaran pembelian oleh investor syariah masih relatif terbatas, yaitu hanya mencapai 1,60%.

(38)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 26

Meskipun belum merefleksikan harga wajar, penawaran yield yang disampaikan oleh investor semakin rasional, cenderung menurun mendekati owner estimate yang ditetapkan Pemerintah, yaitu dari semula pada tahun 2009 mencapai rata-rata 60 bps di atas yield SUN seri benchmark dan 44 bps di atas owner estimate, menjadi rata-rata 49 bps di atas yield SUN seri benchmark dan 27 bps di atas owner estimate pada tahun 2010.

(2) Penjualan SBSN melalui metode Private Placement selama tahun 2010 sebesar Rp12,78 triliun, dengan seri SBSN berupa Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) yang merupakan bentuk kerjasama antara Kementerian Keuangan dengan Kementerian Agama. Frekuensi Penerbitan SDHI selama tahun 2010 sebanyak 5 kali. Pada seri ini menggunakan akad Ijarah Al-Khadamat, dengan tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu antara tahun 2012 sampai dengan 2014.

(3) Penjualan SBSN melalui metode bookbuilding pada tahun 2010 berupa Sukuk Negara Ritel seri SR002 sebesar Rp8,03 triliun. Penerbitan Sukuk Negara Ritel ini dilaksanakan pada bulan Februari, dengan menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu pada tahun 2013.

Sukuk ritel ini adalah salah satu jenis Sukuk Negara yang didesain khusus untuk investor individu WNI di pasar perdana. Sampai saat ini, Pemerintah telah melakukan penerbitan sukuk ritel sebanyak dua kali yaitu Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 dan SR-002 yang diterbitkan masing-masing tahun 2009 dan 2010. Dari kedua pengalaman tersebut, Sukuk Negara Ritel sangat diminati oleh masyarakat khususnya investor individu yang tercermin dari:

(39)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 27

(a) Seluruh Agen Penjual baik SR-001 maupun SR-002 meminta kenaikan kuota penjualan;

(b) Terdapat pemesanan pembelian dari beberapa Agen Penjual yang tidak disetujui oleh Pemerintah karena jumlah pemesanan telah melampaui kuota penjualan;

(c) Total pemesanan pembelian baik SR-001 maupun SR-002 jauh lebih tinggi dibandingkan indikasi awal dari seluruh Agen Penjual, masing-masing mencapai 213,9% dan 184,69%;

(d) Besarnya jumlah investor yang menyampaikan pemesanan pembelian Sukuk Ritel, masing-masing 14.295 investor pada penerbitan SR-001 meningkat menjadi 17.231 investor pada penerbitan SR-002;

(e) Sebagian besar investor, yaitu 6.548 orang (45,8%) pada penerbitan SR-001 dan 9.055 orang (52,55%) pada penerbitan SR-002, menyampaikan pemesanan pembelian dengan nominal di bawah Rp100 juta.

Adapun manfaat dari penerbitan Sukuk Ritel ini, selain untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN, juga antara lain sebagai berikut:

(a) Diversifikasi sumber pembiayaan APBN;

(b) Memperluas basis investor SBN di pasar domestik;

(c) Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis syariah bagi investor;

(d) Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah;

(e) Memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi dalam instrumen pasar modal yang amanah dan menguntungkan; (f) Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong

transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-oriented society.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keuatan otot tungkai panjang tungkai dan lingkar paha terhadap akurasi passing dalam

Adanya produk atau jasa pengganti akan membatasi jumlah laba potensial yang akan didapat dari suatu industri. Semakin lengkap layanan yang dimiliki produk atau jasa pengganti

Konstruksi “ mengelola “ ( Beheerdaad ) dapat saja bermakna melalui jalan atau mekanisme korporasi, yaitu dengan status Pemegang saham yang diwakili oleh Meneg

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel penghargaan finansial, pengakuan profesional, nilai sosial, serta persepsi dan nilai mata kuliah terkait berpengaruh

Dari hasil pengujian diperoleh jarak jangkauan maksimum jammer tipe handheld berdasarkan adalah sejauh 5 meter meter .Tipe ponsel yang paling cepat terkena jamming adalah

INDONESIA, PT 01.354.002-6.415.000 0050 JL.RAYA MAUK KM.02 PABUARAN TUMPENG,TANGERANG (JL. RAYA PASAR KEMIS, RAJEG KM.8, RT. 01, DESA PASAR KEMIS, TANGERANG, BANTEN JL. RAYA PASAR

Ternyata p (sig.) kurang dari taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 5% atau 0,05; maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan: “Tidak ada perbedaan yang bermakna pada skala

Penelitian ini bertujuan untuk membuat media pembelajaran fisika berbasis komputer yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan pemahaman konsep pada