• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembatalan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012tentang PerkoperasianOleh Mahkamah Konstitusi

PERKEMBANGAN PENGATURAN KOPERASI DI INDONESIA

3. Pembatalan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012tentang PerkoperasianOleh Mahkamah Konstitusi

Dengan dibatalkannya UU ini, banyak kalangan dari akademisi dan penggiat koperasi yang menilai bahwa roh yang di usung oleh UU tentang Perkoperasian yang di sahkan pada tanggal 29 Oktober 2012 bernuansa kapitalis, hal ini dikarenakan dinilai cenderung mengakomodir kepentingan para pemilik modal dan mereduksi nilai-nilai kemandirian, keswadayaan yang merupakan ciri khas koperasi. Permodalan koperaasi yang dahulu dihimpun secara swadaya dari anggota (member base) berubah model menjadi capital base yang membuka peluang pihak luar koperasi untuk menanamkan modalnya dengan adanya Sertifikat Modal Koperasi, hal ini sama seperti Perseroan Terbatas yang menjual kepentingan melalui saham.117

Kemudian terdapat beberapa pemohon yang ingin uji materil atas UU tentang Perkoperasian tersebut, baik perseorangan (anggota koperasi), badan koperasi, perkumpulan koperasi dan lembaga swadaya masyarakat, diantaranya adalah Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI), Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD), Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (PUSKOWANJATI),

116Ibid.

117Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, cet 1, Jakarta, Rajawali Pers, 2017, hal. 220.

Yayasan Bina Sadajiwa, dll. Namun semua permohonan uji materil tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim MK.118

MK dalam amar putusannya menyatakan bahwa seluruh isi UU tentang Perkoperasian tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mengikat. Hal tersebut disampaikan ketua pleno Hamdan Zoelva yang didampingi para hakim konstitusi lainnya, dalam sidang pengucapan putusan uji materi UU tentang Perkoperasian dengan perkara No. 28/PUU-XI/2013, Rabu 28 Mei 2014.119

Menurut MK, membatasi jenis kegiatan usaha koperasi hanya empat jenis telah memasung kreativitas koperasi untuk menentukan sendiri jenis kegiatan usaha. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan ekonomi, berkembang pula jenis kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Ketentuan tersebut tidak sesuai dengan aspek empirik dari kegiatan usaha-usaha koperasi yang telah berjalan. Artinya, dengan ketentuan tersebut koperasi harus menutup kegiatan usaha yang lain dan harus memilih satu jenis saja kegiatan usahanya.120

MK melanjutkan, banyak koperasi serba usaha (multi purpose cooperative) justru berhasil. Apalagi untuk koperasi berskala kecil, tidak mungkin

mendirikan koperasi hanya dengan satu jenis usaha tertentu, melainkan harus merupakan koperasi serba usaha, baik karena keterbatasan modal, pengurus, anggota, dan jaringan. Oleh karena itu pembatasan jenis usaha koperasi

118Ibid. Hal. 221.

119Ibid.

120“MK Batalkan Undang-Undang Koperasi karena Bertentangan dengan UUD”,

http://www.bantuanhukum.or.id/web/blog/mk-batalkan-uu-koperasi-karena-bertentangan-dengan-diberlakukan, hal ini dapat mengancam fleksibilitas usaha dan pengembangan usaha koperasi.121

Menurut MK, membatasi jenis usaha koperasi dengan menentukan satu jenis usaha koperasi (single purpose coorperative) bertentangan dengan hakikat koperasi sebagai suatu organisasi kolektif dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup untuk mencapai kesejahteraan anggota. Koperasi sebagai usaha bersama, seharusnya diberikan keleluasaan berusaha tanpa membatasi suatu jenis tertentu.

Hal tersebut bukanlah berarti tidak mendirikan suatu koperasi dengan satu jenis usaha tertentu, melainkan sangat tergantung pada kehendak para anggota sesuai kebutuhan yang di hadapainya.122

Selain itu, menurut MK, filosofi UU tentang Perkoperasian ternyata tidak sesuai dengan hakikat susunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan yang termuat dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Di sisi lain koperasi menjadi sama dan tidak berbeda dengan Perseroan Terbatas, sehingga hal demikian telah menjadikan koperasi kehilangan ruh konstitusionalnya sebagai entitas pelaku ekonomi khas bagi bangsa yang berfilosofi gotong royong.123

Menurut salah seorang anggota Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati, pengertian koperasi ternyata telah dielaborasi dalam pasal-pasal lain di dalam UU ini sehingga di satu sisi mereduksi atau bahkan menegasikan hak dan kewajiban anggota dengan menjadikan kewenangan pengawas terlalu luas. Ia juga mengatakan bahwa undang-undang itu mengutamakan skema permodalan materil

121Ibid.

122Mulhadi, Op.Cit. Hal. 222.

123Ibid.

dan finansial serta mengesampingkan modal sosial yang menjadi ciri fundamental koperasi sebagai suatu entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.124

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dengan ini MK menyatakan UU ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat. Oleh karena itu, sejak putusan di bacakan maka UU Perkoperasian (lama) berlaku untuk sementara waktu sampai dengan terbentuk undang-undang yang baru.125

Pihak-pihak yang dapat menjadi anggota koperasi primer adalah orang-seorang yang telah mampu melakukan tindakan hukum dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh koperasi yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi sebagai badan hukum. Khusus bagi B. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia

Undang-undang perkoperasian menentukan bahwa koperasi dapat berbentuuk Koperasi Primer ataupun Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Sedangkan Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan atau Koperasi Sekunder. Koperasi Primer dibentuk oleh kurangnya 20 orang, sedanhgkan Koperasi Sekunder dibentuk sekurang-kurangnya 3 Koperasi Primer.

124“Mahkamah Konstitusi Batalkan Undang-Undang Perkoperasian”,

http://www.antaranews.com/berita/436287/mk-batalkan-undang-undang-tentang-perkoperasian, Diakses pada tanggal 3 Juni 19 jam 14.48.

125

pelajar, siswa atau yang dipersamakan dan dianggap belum mampu melakukan tindakan hukum dapat membentuk koperasi, tetapi koperasi tersebut tidak disahkan sebagai badan hukum dan statusnya hanya sebagai koperasi tercatat.126

Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai pusat, gabungan dan induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang bersangkutan.127

Mengenai jenis koperasi diatur sesuai ketentuan yang terdapat dalam Pasal 16 UU Perkoperasian beserta penjelasannya dinyatakan bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran dan koperaasi jasa.

Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri.128

Penjenisan koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, antara lain sebagai berikut.129

126Indonesia (Perkoperasian), Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, LN Tahun 1992 Nomor 116.

127Indonesia (Perkoperasian), Ibid. Penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, LN Tahun 1992 Nomor 116.

128Muhammad Firdaus, Op.Cit. Hal. 62.

129Ibid.

1. Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut.

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi yang menyediakan barang-barang keperluan yang dapat langsung digunakan.

b. Koperasi Kredit

Koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan bertujuan untuk menyejahterakan anngotanya sendiri.

c. Koperasi Produksi

Koperasi yang menampung barang-barang dihasilkan atau diproduksi oleh para anggotanya.

d. Koperasi Jasa

Koperasi yang melakukan kegiatan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota, dimana pemilik seluruh aset usaha koperasi dan pengguna layanan jasa adalah anggota koperasi itu sendiri.

e. Koperasi Distribusi

Koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai ditangan konsumen.

2. Berdasarkan pendekatan menurut lapangan usaha dan atau tempat tinggal para anggotanya, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain:130

130Nindyo Pramono, Op.Cit., Hal. 118.

a. Koperasi Desa

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan yang sama dalam koperasi dan menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan tertentu. Untuk satu daerah kerja tingkat desa, sebaiknya hanya ada satu koperasi desa yang tidak hanya menjalankan kegiatan usaha yang bersifat single purpose, tetapi juga kegiatan usaha yang bersifat multi purpose

(serba usaha) untuk mencukupi segala kebutuhan para anggotanya dalam satu lingkungan tertentu.

b. Koperasi Unit Desa (KUD).

Berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1973, KUD merupakan bentuk antara dari Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai suatu lembaga ekonomi berbentuk koperasi, yang pada tahap awalnya dapat merupakan gabungan dari koperasi-koperasi pertanian atau koperasi-koperasi desa dalam wilayah Unit Desa, yang dalam perkembangannya kemudian dilebur atau disatukan menjadi satu KUD. Dengan keluarnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1978, KUD bukan lagi merupakan bentuk antara dari BUUD tetapi telah menjadi organisasi ekonomi yang merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat pedesaan

itu sendiri serta memberikan pelayanan kepada anggotanya dan masyarakat pedesaan.131

1. Sebagai penyalur tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari yang memperpendek jarak antara produsen dan konsumen.

c. Koperasi Konsumsi

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi jenis ini biasanya menjalankan usaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari para anggotanya dan masyarakat sekitarnya.

Koperasi konsumsi memiliki fungsi:

2. Harga barang ditangan konsumen menjadi lebih murah.

3. Biaya penjualan maupun biaya pembelian dapat ditekan.

d. Koperasi Pertanian (Koperta)

Koperta adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para petani pemilik tanah, penggadoh atau buruh tani, dan orang-orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usaha pertanian.132

1. Mengusahakan pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian,

Usaha yang dapat dilakukan oleh koperasi pertanian, antara lain:

131R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit. Hal. 63.

132

2. Mengolah hasil pertanian dari tingkat bahan mentah menjadi barang jadi.

3. Memberi kredit bagi yang memerlukan untuk keperluan produk pertanian supaya terhindar dari sistem ijon.

4. Mengusahakan pasar penjualan hasil-hasil pertanian.

5. Mendidik petani berorganisasi secara koperatif untuk mengatasi kesulitan.

e. Koperasi Peternakan

Koperasi yang anggotanya terdiri dari peternak, pengusaha peternakan dan buruh peternakan yang berkepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan soal-soal peternakan.

f. Koperasi Perikanan

Merupakan koperasi yang anggotanya terdiri dari para peternak ikan, pengusaha perikanan, pemilik kolam ikan, pemilik alat perikanan, nelayan, dan sebagainya yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan soal-soal perikanan.

g. Koperasi Kerajinan atau Koperasi Industri

Koperasi kerajinan atau koperasi industri adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para pengusaha kerajinan atau industri dan buruh yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan kerajinan atau industri.

h. Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit

Adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal-soal perkreditan atau simpan pinjam.

Tujuan dari koperasi simpan pinjam sebagai berikut:

1. Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.

2. Mendidik anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

3. Mendidik anggota agar hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.

3. Berdasarkan pendekatan menurut golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut:133

a. Koperasi Pegawai Negeri (KPN).

Dalam hal ini, sesuai dengan perkembangan keadaan, maka pada tanggal 4 April 1995 nama Induk Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (IKPRI). Perubahan nama dari KPN menjadi Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) dengan sendirinya diikuti oleh semua jenjang dibawahnya.

b. Koperasi Angkatan Darat (Kopad).

c. Koperasi Angkatan Laut (Kopal).

d. Koperasi Angkatan Udara (Kopau).

e. Koperasi Angkatan Kepolisian (Koppol).

133Muhammad Firdaus, Op.Cit. Hal. 63.

f. Koperasi Pensiunan Angkatan Darat.

g. Koperasi Pensiunan (Koppen).

h. Koperasi Karyawan (Kopkar).

4. Berdasarkan pendekatan sifat khusus dari aktivitas dan kepentingan ekonominya, maka dikenal jenis-jenis koperasi, antara lain seperti:134

a. Koperasi Batik.

b. Bank Koperasi.

c. Koperasi Asuransi.

Dokumen terkait